Anda di halaman 1dari 2

1.

a) Menurut pasal 7A, Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya
oleh MPR atas usul DPR, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebegai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

b) Inti dari penjelasan pasal 7B, yaitu:

- Usul pemeberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR hanya
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus pendapat DPR.

- Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut
dan telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Prsiden dan/atau Wakil Presiden.

- Pengajuan permintaan DPR kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah DPR yang hadir dalam sidang paripurna .

- Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat DPR paling lama 90 hari setelah permintaan DPR diterima Mahkamah Konstitusi.

- Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran tersebut dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden, DPR menyelenggarakan siding paripurna untuk meneruuskan usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden kepada MPR.

- MPR wajib menyelenggarakan siding untuk memeutuskan usul DPR tersebut paling lambat 30 hari
sejak MPR menerima usul tersebut.

- Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat
paripurna MPR yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna MPR.

2. – Hak interpelasi; hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

- Hak angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak
luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

- Hak menyatakan pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas kebijakan pemerintah atau
meneganai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air maupun di kancah internasional.

3. – Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemeritahan dan mengangkat pejabat-pejabat


pemerintahan yang terkait.

- Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak saling menjatuhkan.

- Tidak ada status yang tumpeng tindih antara badan eksekutif dan badan legislative.
4. Hubungan antara MPR, DPR, dan DPD yaitu merupakan wakil rakyat karena MPR merupakan anggota
DPR dan DPD. MPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang keanggotaannya dipilih oleh rakyat
umum. Unsur anggota DPR merupakan representasi melalui partai politik sedangkan DPD merupakan
representasi rakyat dari daerah atau provinsi.

5. DPD bertugas membuat RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, MPR bertugas mengubah dan
menetapkan UUD, DPR bertugas menerima/menyetujui dan membahas RUU serta menetapkan dan
mengawasi jalannya UU.

Anda mungkin juga menyukai