Anda di halaman 1dari 49

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Tentang:

“GANGGUAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH AKIBAT


PATOLOGIS SEBAGAI SISTEM TUBUH”

OLEH :

Tania Septina Yardika

18334103

III C

Dosen Pembimbing :

Ns. Mike Asmaria, S.Kep, M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SUMATERA BARAT

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (oksigenasi, cairan,
nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, isitirahat, dan seks), keamanan dan
keselamatan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry,
2005).
Walaupun manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya beranekaragam
(heterogen), akan tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang
sama. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir
lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat, 2009). Menurut
Potter and Perry (2005), selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar
manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau
terpenuhi seluruhnya. Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan
orang yang sehat, dan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak
terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada
satu atau lebih dimensi manusia. Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan
dipertahankan oleh manusia salah satunya adalah kebutuhan fisiologis yang
mencakup termoregulasi (temperatur).
Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur
yang terbatas atau sempit yaitu 370C (98,60F) ± 10C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur
temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada panas yang berkepanjangan
dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen
jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai efek

2
fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
atau demam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami menyusun materi dari berbagai
sumber untuk membantu mempermudah dalam memahami materi tersebut, sehingga
kami mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam praktik dilapangan. Dalam
hal ini kami membahas dari proses anamnesis sampai pada proses evaluasi yang
harus dilalui bagi mereka yang harus melaksanakan intervensi keperawatan atau
membantu pasien untuk mengatasi gangguan yang dialaminya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana konsep dasar keseimbangan suhu tubuh?
2) Apa contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh?
3) Apa sajakah masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan
hipotermi?
4) Bagaimana tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan keseimbangan
suhu tubuh?
5) Bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan keseimbangan suhu tubuh?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui konsep dasar keseimbangan suhu tubuh.
2) Untuk mengetahui contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.
3) Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan
hipotermi.
4) Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan
keseimbangan suhu tubuh.

3
5) Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan
keseimbangan suhu tubuh.

1.4 Manfaat
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan gangguan kebutuhan
keseimbangan suhu tubuh.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang konsep dasar gangguan
keseimbangan suhu tubuh, contoh gangguan kebutuhan keseimbangan suhu
tubuh, masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan hipotermi,
tindakan keperawatan pada gangguan pemenuhan keseimbangan suhu tubuh,
dan bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan keseimbangan suhu tubuh.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh


A. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi dengan
panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh normal berkisar 36,50C-
37,20C. Regulasi keseimbangan suhu tubuh diatur oleh:
1) Neural (Hipothalamus)
Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara
keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai
termostat tubuh. Dengan demikian hipotalamus sebagai pusat integrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai
bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang
sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai
dengan keperluan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal.
Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan
suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang
disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh
tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu permukaan ke
hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di
hipotalamus itu sendiri serta di susunan saraf pusat dan organ abdomen
(Sherwood, 2001). Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu
darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan
suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal
(Sherwood, 2001).
Pada hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio
posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks
yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior

5
yang diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai
pengurangan/pengeluaran panas (Ganong, 2002). Pemberian kompres hangat
memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal
ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit
meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
sehingga mencapai keadaan normal kembali.
2) Sistem Vaskular
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah :
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
1. Vasodilatasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak.
2. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi.
3. Penurunan pembentukan panas disebabkan oleh beberapa mekanisme
pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
1. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh terjadi karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi : rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri.
3. Peningkatan pembentukan panas terjadi karena sistem metabolisme
meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat
rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

B. Produksi Panas Tubuh


Panas yang diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang
merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber
bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi

6
normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler membutuhkan energi
untuk membentuk adenosine trifosfot (ATP). Jumlah energi yang digunakan
untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktifitas yang memerlukan tambahan
reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila metabolisme meningkat, panas
tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun panas yang diproduksi
lebih sedikit. Selama istirahat, panas diproduksi melalui:
1) Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi suhu tubuh
saat istirahat. Jumlah rata rata laju metabolik basal (BMR) bergantung
pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi BMR.
Dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh,
hormon tiroid meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel
tubuh. Bila hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat
meningkat 100% diatas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat
mengurangi setengah jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan
produksi panas.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan
tambahan energi. Laju metabolik dapat meningkat diatas 2000 kali
normal. Produksi panas dapat meningkat diatas 50 kali normal.
3) Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang
berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skeletal selama menggigil
membutuhkan energi yang signifikan menggigil dapat meningkatkan
produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari normal.

C. Kehilangan Panas Tubuh


1) Radiasi
Perpindahan panas tubuh ke objek sekitarnya tanpa persentuhan.
2) Konduksi
Proses ini terjadi ketika tubuh bersentuhan secara langsung dengan objek
atau permukaan yang basah. Air dapat menghilangkan panas pada tubuh 25
kali lebih cepat ketimbang angin.

7
3) Konveksi
Proses dimana panas tubuh hilang terbawa oleh hembusan angin (udara) atau
air yang bersentuhan langsung dengan kulit.
4) Evaporasi
Ketika keringat pada kulit atau pakaian Anda yang basah menguap, maka
pada saat itu Anda sedang kehilangan panas tubuh. Proses ini
menggambarkan kehilangan panas tubuh melalui perubahan cairan menjadi
gas, atau yang disebut dengan evaporative heat loss.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diantaranya:
1) Usia
a. Bayi: mekanisme kontrol suhu masih imatur 30% bayi kehilangan suhu
melalui kepala.
b. Lansia: terjadi kemunduran sistem kontrol suhu (vasomotor, penurunan
jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat, dan penurunan
metabolisme), sehingga sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
2) Olah raga dapat meningkatkan metabolisme, sehingga produksi panas
meningkat.
3) Hormon: berbanding lurus dengan jumlah progesterone.
4) Stres: aktivasi hormonal dan saraf dapat meningkatkan suhu tubuh.
5) Suhu lingkungan.

2.2 Contoh Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh


A. Pengertian
Demam diartikan suhu tubuh diatas 37,20C. Demam terjadi karena pelepasan
tirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh tirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi immunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi.

8
B. Jenis-jenis Demam
1) Demam septik: suhu tubuh meningkat tinggi sekali disertai menggigil, dan
berkeringat terutama pada malam hari.
2) Demam remiten: panas naik turun tapi tidak pernah normal.
3) Demam intermiten: suhu naik-turun (turun sampai normal).
4) Demam kontinyu: demam tinggi terus menerus (turun tidak lebih dari 10C.
Demam tinggi sekali = hiperpireksia.
5) Demam siklik: demam beberapa hari kemudian turun beberapa hari,
kemudian demam kembali.

C. Penyebab Demam
1) Infeksi, bisa disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau parasit
2) Toksemia disebabkan karena efek samping dari penggunaan obat yang
berlebihan
3) Keganasan
4) Reaksi terhadap obat
5) Gangguan pada pusat regulasi suhu

D. Proses Demam pada Infeksi


Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem
pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan
memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi immunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik
dengan interleukin-1. Di dalam hypothalamus zat ini (pirogen) merangsang
pelepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Hal tersebut
mengakibatkan “thermostat” meningkat.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa

9
demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dank arena
kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada
seorang pasien.

E. Pengkajian pada Pasien Demam


1) Inspeksi dan palpasi kulit untuk mengetahui suhu, kelembapan, dan turgor.
2) Inspeksi kondisi mukosa mulut untuk adanya penebalan, lesi, dan penurunan
saliva.
3) Tanyakan apakah klien mengalami sakit kepala, mialgia, menggigil, mual,
kelemahan, kelelahan, kehilangan selera makan, atau fotofobia.
4) Catat muntah dan diare.
5) Observasi perubahan perilaku seperti bingung, disorientasi, dan kegelisahan.
6) Tempat: ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh.
Suhu inti dari arteri paru, esofagus, dan kandung kemih digunakan untuk
perawatan intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang dipasang
invasif secara terus menerus dalam rongga atau organ tubuh. Tempat yang
paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif tetapi dapat
digunakan secara intermiten. Termasuk membaran timpani, mulut, rektum,
dan aksila. Lapisan termometer noninfasif yang disiapkan secara kimia juga
dapat digunakan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila,
dan kulit mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran
panas dari darah dialirkan ke alat termometer.
7) Termometer: Ada tiga jenis termometer yang dapat digunakan untuk
menentukan suhu tubuh yaitu air raksa kaca, elektronik, dan sekali pakai.
a) Termometer air raksa-kaca
Termometer terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup
dan ujung lainnya dengan pentol berisi air raksa. Ujung termometer oral
langsung, sehingga memungkinkan pentol/ujung lebih banyak terpapar
pada pembuluh darah di dalam mulut.

10
b) Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga baterai yang
dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis, dan alas yang memproses suhu
dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai.
c) Termometer sekali pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip
kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu
ujungnya. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-
anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan
digunakan hanya sekali.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien demam, yaitu:


1) Cara timbul demam: tiba-tiba biasanya karena virus
2) Lama demam
3) Sifat harian demam
4) Tinggi demam
5) Keluhan serta gejala lain yang menyertai demam

F. Pemeriksaan Penunjang Demam


Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah demam disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus.

G. Pemeriksaan Serologi
Ig M: terbentuk atas respon terhadap infeksi bakteri dan virus (serangan I)
Ig G: jumlah meningkat jika terjadi serangan ulangan bakteri dan virus
Ig A: terdapat pada saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, air susu, air
mata
Ig E: terbentuk sebagai respon terhadap alergen

11
H. Pathway

Agen infeksius Dehidrasi

Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel

Anterior

Demam

Mk: Mk:
intoleransiaktivit nutrisikurang
as darikebutuha
n

12
2.3 Masalah Keperawatan pada Pasien dengan Hipertermi dan Hipotermi
A. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh meningkat dia atas rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
B. Hipotermia
Definisi: Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh
Penyebab:
1) Kerusakan hipotalamus
2) Konsumsi alcohol
3) Berat badan extrem
4) Kekurangan lemak subkutan
5) Terpapar suhu lingkungan rendah

13
6) Malnutrisi
7) Pemakaian pakaian tipis
8) Penurunan laju metabolisme
9) Tidak beraktivitas
10) Transfer panas (mis. Konveksi, konduksi, evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan
13) Efek agen farmakologis
14) Kurang terpapar informasi tentang hipotermia
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit teraba dingin
2) Menggigil
3) Suhu tubuh dibawah normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif:
1) Akrosianosis
2) Bradikardi
3) Dasar kuku sianotik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisian kapiler >3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardia
11) Vasokonstriksi perifer
12) Kutis memorata (pada neonatus)

14
C. Termoregulasi Tidak Efektif
Definisi: Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Penyebab:
1) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit (mis. infeksi)
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolisme
9) Suhu lingkungan extrem
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11) Berat badan extrem
12) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi)
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Kulit dingin/hangat
2) Menggigil
3) Suhu tubuh fluktuatif
Gejala dan tanda minor:
Subjektif: -
Objektif:
1) Piloereksi
2) Pengisian kapiler > 3 detik
3) Tekanan darah meningkat
4) Pucat
5) Frekuensi napas meningkat
6) Takikardia
7) Kejang
8) Kulit kemerahan

15
9) Dasar kuku sianotik

D. Risiko Termoregulasi Tidak Efektif


Definisi: Berisiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal.
Faktor risiko:
1) Cedera otak akut
2) Dehidrasi
3) Pakaian yg tidak sesuai untuk suhu lingkungan
4) Peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan
5) Kebutuhan oksigen meningkat
6) Perubahan laju metabolisme
7) Proses penyakit (mis. infeksi)
8) Suhu lingkungan extrem
9) Suplai lemak subkutan tidak memadai
10) Proses penuaan
11) Berat badan extrem
12) Efek agen farmakologis (mis.sedasi)

2.4 Tindakan Keperawatan pada Gangguan Pemenuhan Keseimbangan Suhu


Tubuh
A. Perawatan Pasien Demam
1) Tepid Sponge Bath
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan
teknik seka.
2) Kompres hangat
Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain/handuk yang
telah di kompres-hangatcelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu. Manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan
rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang
mengalami pireksia.

16
3) Banyak minum
Minum air hangat akan membantu menurunkan panas tubuh dan
mengatasi dehidrasi karena demam. Minum 8 sampai 12 gelas air saat
demam juga akan membantu membuang racun dan zat sisa di dalam tubuh,
melancarkan peredaran darah dan mempercepat proses penyembuhan.
Minum air akan menggantikan cairan yang hilang dan mengganti mineral
yang keluar dari tubuh. Justru jika tidak minum, ini akan memperburuk
keadaan demam dan membuat tubuh terasa lebih panas. Jadi, selain minum
obat dan mengompres dengan air hangat, pastikan bahwa kita tidak kurang
minum saat demam karena minum air putih bisa membantu menurunkan
demam.
4) Kolaborasi antipiretik
Antipiretik adalah obat penurun panas. Obat-obat antipiretik juga
menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti mialgia,
kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain. Namun, pada kenaikan suhu yang
rendah atau sedang, tidak terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa
demam merupakan keadaan yang berbahaya atau bahwa terapi antipiretik
bermanfaat. Perintah pemberian antipiretik yang rutin, dapat mengaburkan
informasi klinis penting yang perlu dicari dengan mengikuti perjalanan suhu
tubuh apakah naik ataukah turun.
Antipiretik menyebabkan hipotalamus untuk mengesampingkan
peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh. Tubuh
kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu tubuh dan hasilnya adalah
pengurangan demam. Obat-obat antipiretik tidak menghambat pembentukan
panas. Hilangnya panas terjadi dengan meningkatnya aliran darah ke perifer
dan pembentukan keringat. Efeknya ini bersifat sentral, tetapi tidak langsung
pada neuron hipotalamus. Cara menurunkan demam tinggi diduga dengan
menghambat pembentukan prostaglandin. Obat-obat yang memiliki efek
antipiretik adalah AINS (obat anti-inflamasi nonsteroid) seperti ibuprofen,
naproksen, dan ketoprofen.

17
B. SOP Memasang Cooler Blanket, Memasang Warmer Blanket, Memberikan
Obat Sesuai Program Terapi
1) Memasang Cooler Blanket
Pengertian:
Tindakan keperawatan yang digunakan untuk meredakan perdarahan dengan
cara mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan
vasokonstriksi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan
konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai pencegah
iritasi.
Tujuan:
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Indikasi:
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan

Kontraindikasi:
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena
mengurangi aliran ke luka terbuka.
2. Gangguan sirkulasi.
3. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan
kerusakan jaringan.
4. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki
alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi
(misalnya, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang
spasme otot), yang dapat membahayakan jika orang tersebut
hipersensitif.
Persiapan Alat:
Alat
1. Bengkok

18
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Prosedur Tindakan
1. Tahap Prainteraksi
Kaji:
a. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan
cedera. Kaji apakah klien menyadari rasa dingin serta dapat
membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
b. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat
muda, sangat tua, tidak sadar,atau yang lemah tidak dapat
menoleransi dingin dengan baik.
c. Area yang dikompres dengan memeriksa :
1) Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar,
kemerahan, lesi terbuka, adanya rabas, dan perdarahan.
2) Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa
dingin, berwarna pucat atau kebiruan, dan kurangnya sensasi atau
mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.

19
d. Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme
otot atau nyeri sedang dikompres.
e. Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji
sebelum kompres diberikan pada area tubuh yang luas.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan.
b. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
c. Ajak pasien berdoa bersama sebelum melakukan tindakan
3. Tahap Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan
dulu ke dalam air untuk menghilangkan ujung-ujungnya yang
runcing.
c. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga
kantong.
d. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir
alat.
e. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh
simpul pada sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan jika es meleleh.
f. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran.
g. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut
belum dibungkus.
h. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa
gulung, pengikat, atau handuk. Fiksasi dengan plester sesuai
kebutuhan.
i. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
j. Memasang perlak dan alasnya
k. Mendekatkan alat dan bahan
l. Memakai sarung tangan

20
m. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya
pada jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari efek
yang mebahayakan dari kompres dingin yang berkepanjangan
n. Mengucap salam dengan pasien dan berpamitan
o. Membereskan alat-alat
p. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
q. Mencuci tangan
4. Tahap Terminasi
Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
b. Mengevaluasi kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan selimut
dingin/cooler blanket
Dokumentasi
a. Mencatat respon klien terhadap pemindahan yang telah dilakukan
b. Mencatat kenyamanan posisi pasien setelah dilakukan pemberian
selimut pendingin/cooler blanket

2) Memasang Warmer Blanket

Blanket warmer / selimut penghangat adalah suatu alat yang


Pengertian digunakan untuk menghangatkan tubuh pasien ketika mengalami
hipotermi.

1. Membantumempertahankan suhu tubuh


Tujuan
2. Mengurangi rasa sakitataunyeri
3. Mencegahterjadinyahipotermi

Alat & Bahan 1. Warmer Blanket


2. Warming unit
Prosedur
1. Mencuci tangan
2. Pasang warmer blanket diatas tempat tidur pasien

21
3. Rapikan sebelah kanan dan kiri warmer blanket
4. Tidurkan pasien diatas warmer blanket
5. Hubungkan slang warmer unit dengan warmer blanket
6. Nyalakan mesin warmer unit dan atur suhunya

3) Memberikan Obat Sesuai Program Terapi


a. Memberikan obat secara oral

Pengertian Tindakan pemberian obat secara oral


Tujuan Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek
samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
Prosedur : 1. Baki
Persiapan alat 2. Obat yang akan diberikan
3. Cangkir obat
4. Tisu
5. Air minum
6. Bengkok
Preinteraksi 1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien / keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama pasien
Tahap kerja 1. Jaga privasi pasien
2. Cuci tangan
3. Buka obat dan taruh dicangkir obat yang sudah
disediakan. Jangan lepas pembungkusnya.
4. Oral: Berikan obat dan air minum pada pasien
5. Sublingual: Berikan obat pada pasien dan beritahu agar
meletakkan obat pada bagian bawah lidah hingga terlarut
seluruhnya. Anjurkan pasien agar tetap menutup mulut

22
tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya.
6. Pastikan obat sudah ditelan oleh pasien
7. Cek mulut pasien
8. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
5. Bereskan peralatan
6. Cuci tangan
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan:
tanggal, jam, obat yang diberikan, respon pasien selama
dilakukannya prosedur, tanda tangan dan nama terang.

b. Memberikan obat secara vaginal dan rektal

Pengertian Tindakan pemberian obat melalui vagina dan rectal


Tujuan Mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri,
terbakar, ketidaknyamanan) dan mengobati saluran vagina
atau serviks (infeksi, peradangan).
Prosedur : 1. Supositoria vaginal dan rectal
Persiapan alat 2. Handuk
3. Pispot
4. Duk
5. Pelumas larut air
6. Sarung tangan bersih
7. Tisu
8. Pembalut
9. Bengkok
Preinteraksi 1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya

23
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien / keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama pasien
Tahap kerja 1. Tawarkan pasien untuk BAK atau BAB
2. Jaga privasi pasien.
3. Cuci tangan kemudian gunakan handscone
4. Buka pakaian bawah
Pemberian obat melalui vaginal
5. Bersihkan vaginal
6. Lepaskan supositoria dari pembungkusnya dan beri
pelumas disekitar ujungnya
7. Dengan tangan non dominan regangkan lipatan labia
8. Masukkan ujung supositoria kedalam vagina sesuai
panjang jari telunjuk (7,5-10cm)
9. Tarik jari dan bersihkan pelumas sisa disekitar orifisium
dan labia
10. Instruksi pasien untuk tetap pada posisi telentang selama
10 menit
11. Berikan pembalut sebelum pasien melakukan ambulasi
Pemberian obat melalui rectal
12. Minta pasien untuk posisi sims fleksi ke depan
13. Periksa kondisi anus eksternal dan palpasi dinding rectal
14. Buka sarung tangan. Ganti dengan yang baru
15. Buka obat supositoria dari wadah, beri pelumas pada ujung
dengan jeli
16. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut
untuk merilekskan spinkter anal
17. Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan
anda. Lalu masukkan obat supositoria perlahan melalui
anus. Masukkan telunjuk ±10 cm pada orang dewasa, 5 cm
anak-anak.(Wong, 1999). Tarik jari andaa dan berikan

24
area. Instruksikan pasien untuk tetap terbaring selama 5
menit
18. Rapikan pasien
19. Buka sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
5. Bereskan peralatan
6. Cuci tangan.
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan (tanggal,
jam, obat, yang diberikan, respon pasien selama dilakukannya
prosedur, tanda tangan nama terang)

c. Memberikan obat secara topikal

Pengertian Pemberian obat yang dilakukan pada kulit. Obat ini dapat
berupa krem, lotion, aerosol, dan sprey.
Tujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi.
Prosedur : 1. Obat yang diperlukan
Persiapan alat 2. Kapas lidi steril
3. Kapas bulat
4. Kasa steril
5. Bengkok
6. Handuk
Preinteraksi 1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien / keluarga
3. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
4. Menanyakan keluhan utama pasien

25
Tahap kerja 1. Cuci tangan
Kulit
2. Membersihkan kulit dengan kasa steril.
3. Mengoleskan obat pada kulit.
Mata
4. Atur pisisi pasien duduk atau tidur terlentang dengan
kepala ditengadahkan.
5. Membuka kelopak mata bawah dengan telunjuk jari kiri.
6. Meneteskan obat tetes mata pada permukaan konjungtiva
kelopak mata bawah.
7. Membersihkan air mata yang keluar dengan kapas.
8. Apabila obat mata jenis salep, pegeng aplikator salep di
atas pinggir kelopak mata kemudian tekan salep sehingga
obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah..
Setelah selesai anjurkan pasien untuk melihat ke bawah,
secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata
bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata
dan mengerakkan kelopak mata.
Telinga
9. Membantu pasien dalam posisi tidur miring, telinga yang
sakit mengarah ke atas.
10. Meletakkan handuk dibawah bahu pasien.
11. Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas.
12. Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan.
13. Menarik daun telinga dan di angkat ke atas dengan hati-
hati.
14. Menetesi obat melalui sisi atau dinding telinga untuk
mencegah terhalang oleh gelembung udara, sesuai dosis
yang ditentukan.
15. Membersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat.
Hidung
16. Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala

26
lebih rendah dari bahu.
17. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
18. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
19. Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala
tengadah ke belakang.
20. Mengisi pipet dengan obat yang sudah ditentukan.
21. Menetesi obat ke dalam lubang hidung sesuai dosis yang
ditentukan.
22. Pasien dianjurkan untuk tengadah atau berbaring selama
5-10 menit supaya obat tidak mengalir keluar.
23. Membersihkan tetesan dengan kapas / tisu
24. Cuci tangan
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
5. Bereskan peralatan
6. Cuci tangan.
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
(tanggal, jam, obat, yang diberikan, respon pasien selama
dilakukannya prosedur, tanda tangan nama terang)

d. Memberikan obat injeksi intracutan (IC)

Pengertian Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan


sampai jaringan epidermis
Tujuan Memberikan obat tertentu yang pembariannya hanya dapat di
lakukan dengan cara di suntik intrakutan,pada umumnya di
berikan pada pasien yang akan di berikan obat antibiotic.
Prosedur : 1. Spuit dan jarum steril sesuai ukuran
Persiapan alat 2. Kasa untuk membuka ampul
3. Obat yang diperlukan (ampul atau vial)
4. Cairan pelarut (aquades)
5. Bengkok

27
6. Perlak
7. Bak spuit tertutup
8. Tempat sampah jarum
9. Sarung tangan
10. Peralatan cuci tangan
11. Kapas aseptic
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis
pasien(Mengetahui TTV, therapy, resep obat yang
diberikan, indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal
lain yang diperlukan)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Siapkan obat dengan prinsip benar dari ampul atau vial.
Periksa dengan teliti. Pastikan semua udara dikeluarkan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan perkenalan diri
2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas
3. Tanyakan kondisi dan keluhan pasien
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang
perlu dilakukan pasien
5. Berikan kesempatan pasien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Jaga privasi pasien
2. Cuci tangan
3. Tentukan daerah pemasukan yang tepat : inspeksi adanya
memar, peradangan, atau edema di permukaan kulit
tempat injeksi.
4. Bantu pasien mendapatkan posisi yan nyaman sesuai
lokasi penusukan.
5. Letakkan pengalas dan bengkok pada tempat yang sesuai
6. Gunakan sarung tangan
7. Lakukan desinfeksi pada daerah tusukan, dari arah tengah
ke luar dengan arah memutar.

28
8. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang dominan, pertahankan bevel jarum
menghadap ke atas.
9. Dengan tangan non dominan regangkan kulit yang akan
diinjeksi dengan jari telunjuk atau ibu jari.
10. Lakukan insersi jarum dengan perlahan pada sudut 5-15º
sampai terasa tahanan, masukkan terus jarum melalui
epidermis sampai kira-kira 3 mm di bawah permukaan
kulit.
11. Masukkan obat dengan perlahan sampai timbul benjolan
menyerupai gigitan nyamuk dengan diameter ± 6 mm
pada permukaan kulit.
12. Tarik jarum sambal melakukan swab antiseptic tanpa
memijat daerah tusukan
13. Tandai bekas suntikan dengan membuat lingkaran di
sekelilingnya dengan diameter ± 3 cm
14. Tempatkan spuit pada tempat yang khusus
15. Lepas sarung tangan
16. Rapikan pasien dan atur dalam posisi nyaman
Terminasi 1. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
berikan umpan balik positif
2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Bereskan alat-alat
4. Cuci tangan.
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan (tanggal,
jam, obat, yang diberikan, respon pasien selama
dilakukannya prosedur, tanda tangan nama terang)

e. Memberikan obat injeksi intramuscular (IM)

Pengertian Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan


sampai jaringan otot
Tujuan Agar absorbsi obat lebih cepat dikarenakan vaskularitas otot.
Prosedur : 1. Spuit dan jarum steril sesuai ukuran

29
Persiapan alat 2. Kasa untuk membuka ampul
3. Obat yang diperlukan (ampul atau vial)
4. Cairan pelarut (aquades)
5. Bengkok
6. Perlak
7. Bak spuit tertutup
8. Tempat sampah jarum
9. Sarung tangan
10. Peralatan cuci tangan
11. Kapas aseptic
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(mengetahui TTV, therapy, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Siapkan obat dengan prinsip benar dari ampul atau vial.
Periksadengan teliti
5. Pastikan semua udara dikeluarkan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan perkenalan diri
2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas
3. Tanyakan kondisi dan keluhan klien
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang
perlu dilakukan klien
5. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja 1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Tentukan daerah pemasukan yang tepat: inspeksi adanya
memar, peradangan, atau edema di permukaan kulit
tempat injeksi.
4. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman sesuai

30
lokasipenusukan.
5. Letakkan pengalas dan bengkok pada tempat yang sesuai
6. Gunakan sarung tangan
7. Lakukan desinfeksi pada daerah tusukan, dari arah tengah
keluar dengan arah memutar.
8. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang dominan, pertahankan bevel jarum
menghadap ke atas.
9. Regangkan kulit tempat injeksi dengan tangan non
dominan. Jika massa otot kecil, cubit otot dengan ibu jari
dan jari lain.
10. Lakukan penyuntikan dengan cepat ke dalam otot pada
sudut 900.
11. Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak
mengenai pembuluh darah, bila terdapat darah maka
segera cabut jarum, buang dan ganti yang baru, bila tidak
maka masukkan obat perlahan-perlahan
12. Bila obat telah masuk semua, cabut spuit sambil
melakukan swab antiseptic
13. Tempatkan spuit pada tempatnya, dan buang jarum pada
tempat sampah khusus
14. Lepas sarung tangan
15. Rapikan klien dan atur dalam posisi nyaman
Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan,
berikan umpan balik positif
2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Bereskan alat-alat
4. Cuci tangan.
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan (tanggal,
jam, obat, yang diberikan, respon klien selama dilakukannya
prosedur, tanda tangan nama terang)

f. Memberikan obat injeksi intravena (IV)

31
Pengertian Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
pembuluh darah vena menggunakan spuit
Tujuan 1. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering
digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat .
2. Menghindari kerusakan jaringan .
3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Prosedur : 1. Buku catatan pemberian obat
Persiapan alat 2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang sesuai
5. Aquabidest steril
6. Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
7. Bak spuit
8. Baki obat
9. Plester
10. Kasa steril
11. Bengkok
12. Perlak pengalas
13. Pembendung vena (torniket)
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(mengetahui TTV, therapy, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Siapkan obat dengan prinsip benar dari ampul atau vial.
Periksadengan teliti. Pastikan semua udara dikeluarkan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan perkenalan diri
2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas
3. Tanyakan kondisi dan keluhan klien
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang
perlu dilakukan klien

32
5. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja 1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan
3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara
membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan
dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
4. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan
dilakukan penyuntikan.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung
(torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan
pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta
bantuan atau membendung di atas vena yang akan
dilakukan penyuntikan.
8. Ambil spuit yang berisi obat.
9. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas
dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut
penyuntikan 15-30 derajat
10. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet
pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
11. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan
penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas
alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke
dalam bengkok.
12. Lepas sarung tangan
13. Rapikan klien dan atur dalam posisi nyaman
Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan,
berikan umpan balik positif
2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Bereskan alat-alat
4. Cuci tangan.

33
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
(tanggal, jam, obat, yang diberikan, respon klien selama
dilakukannya prosedur, tanda tangan nama terang)

g. Memberikan obat injeksi subcutan (SC)

Pengertian Memasukkan obat ke dalam bagian bawah kulit.


Tujuan Memasukkan sejumlah obat pada jaringan subcuta di bawah
kulit untuk di absorbsi
Prosedur : 1. Buku catatan pemberian obat
Persiapan alat 2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 1 ml
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Kasa steril
10. Bengkok
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(mengetahui TTV, therapy, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Siapkan obat dengan prinsip benar dari ampul atau vial.
Periksa dengan teliti. Pastikan semua udara dikeluarkan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan perkenalan diri
2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas
3. Tanyakan kondisi dan keluhan klien
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang
perlu dilakukan klien
5. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan

34
Tahap Kerja 1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan
3. Atur klien pada posisi yang nyaman
4. Pilih area penusukan
5. Pakai sarung tangan
6. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
7. Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan
non dominan
8. Buka tutup jarum
9. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
tangan non dominan dengan ujung jarum menghadap ke
atas dan menggunakan tangan dominan,masukkan jarum
dengan sudut 45 derajat .
10. Lepaskan tarikan tangan non dominan
11. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
12. Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada
darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat
penusukan selama 2menit,dan observasi adanya memar,
jika perlu berikan plester,siapkan obat yang baru.
13. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di
masukan,sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
14. Jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan
kasa steril sampai perdarahan berhenti.
15. Lepas sarung tangan
16. Rapikan klien dan atur dalam posisi nyaman
Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan,
berikan umpan balik positif
2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Bereskan alat-alat
4. Cuci tangan.
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
(tanggal, jam, obat, yang diberikan, respon klien selama

35
dilakukannya prosedur, tanda tangan nama terang)

2.5 Evaluasi Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh


Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, yaitu :
1) Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5 oC
-37,4oC).
2) Akral pasien tidak teraba hangat/panas.
3) pasien tampak tidak lemas.
4) Mukosa bibir lembab.

TINJAUAN KASUS

GAMBARAN KASUS

An.A usia 8 tahun masuk Rumah Sakit pada tangal 15 mei 2017. Pasien dirawar di
Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat di ruang anggrek 121 dengan diagnosa medis
DHF pasien dari dokter endang yang mengeluh badannya terasa panas dan menggigil,
dadanya terasa sedikit sesak, merasa selalu haus, mual, pasien mengalami demam sejak
3 hari sebelum masuk ke RS.

A. PENGKAJIAN

ANALISA DATA

Nama Klien / Umur : An.A/8 th

No. Kamar / Ruang : No:121/anggrek

Diagnosa Medis : DHF

No. Data Masalah Etiologi

DS : Ketidakefektifan Berhubungan dengan


termoregulasi proses penyakit
Suhu

36
Pasien mengatakan:

-badannya terasa panas

-menggigil

Oksigenasi

Pasien mengatakan:

-dadanya sedikit sesak

Nutrisi dan cairan

Pasien mengatakan:

-pasien makan hanya habis ½


porsi

-pasien merasa haus

DO :

-suhu pasien 39oC

-berdasarkan hasil inspeksi


wajah pasien tampak merah
dan pucat

-mukosa bibir kering dan


pecah-pecah

-nadi: 120x/menit

-RR: 22x/menit

-turgor sedang

-pasien muntah 1x

37
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : An. A/8 th

No. Kamar / Ruang :121/ Anggrek

Diagnosa Medis : DHF

Tanggal Tanggal paraf dan


no. Diagnosa Keperawatan Ditemukan Nama jelas
Teratasi

1. Ketidakefektifan termoregulasi 15-5-2017 17-5-2017


berhubungan dengan proses penyakit

38
C. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : An.A / 8 th

No. Kamar / Ruang :121 / Anggrek

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Paraf dan


Keperawatan Hasil nama jelas
Tanggal No. Rencana Tindakan

39
(PES)

15-5- 1. Ketidakefektifan Keefektifan Independen (mandiri) :


2017 termoregulasi termoregulasi
1. Monitor suhu pasien
berhubungan setelah dilakukan
tiap 1 jam sekali
dengan proses tindakan
penyakit keperawatan 2. Lakukan kompres
ditandai dengan selama 2x24 jam menggunakan hot
suhu 39 0 c, kulit dengan suhu pack gel
kemerahan, kembali normal
3. Anjurkan pasien
mukosa bibir dalam rentang 36-
minum air putih
kering dan 37,5 0 c
pecah-pecah 4. Anjurkan pasien
memakai baju yang
tipis agar bisa
meneyerap kesingat

5. Monitor intake dan


output cairan pasien

Interdependen
(kolaboratif) :

1. Kolaborasi dengan
dokter memberikan
antipiuretik untuk
menurunkan suhu
tubuh

2. Kolobarosi dengan
dokter dalam
pemberian infus
(terapi obat
parenteral)

40
D. PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)

Nama Klien / Umur : An. A /8 th

No. Kamar / Ruang : 121 / Anggrek

Diagnosa Medis : DHF

hari,
Tangga No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan dan Hasil
l
DX. Nama jelas
Waktu

15-05- Tindakan
2017
1. Pada pukul 14.00 Kolaborasi dengan dokter
memberikan antipiuretik untuk menurunkan suhu
tubuh dan kolobarosi dengan dokter dalam pemberian
infus (terapi obat parenteral)

Hasil :

Dokter memberikan advice: pemberian obat parasetamol 3x1


gr dalam 1 tablet dan infus Ringer Laktat 3 X 500 cc dalam
24 jam

2. Pada pukul 14.30 perawat memberikan terapi infus


Ringer Laktat 3X500 cc

Hasil :

Telah dilakukan pemasangan infus Ringer Laktat

3. Pada pukul 14.30 Menganjurkan pasien untuk minum


air putih 8 gelas per hari

Hasil :

Pada pukul 17.00 pasien telah menghabiskan 750 ml air putih

41
4. Pada pukul 14.30 menganjurkan pasien memakai baju
yang tipis agar bisa meneyerap keringat

Hasil :

Pasien merasa lebih nyaman karna telah menggunakan


pakaian tipis dan keringatnya bisa diserap

5. Pada pukul 14.45 perawat melakukan pemberian terapi


obat parasetamol 3x1 gr pertablet melalui oral

Hasil :

Telah diberikan terapi obat kepada pasien

6. Memonitor suhu tubuh pasien tiap 1 jam sekali

Hasil :

Pada pukul 15.30 melakukan pengecekan suhu tubuh pasien


mengalami penurunan menjadi 38,50C

7. Pada pukul 16.00 melakukan kompres menggunakan


hot pack gel

Hasil :

Pada pukul 16.30 melakukan pengecekan suhu tubuh pasien


mengalami penurunan yaitu pada suhu awal 38,40 C dan suhu
sekarang menjadi 38,30C

8. Pada pukul 17.00 memonitor intake dan output cairan


pasien

Hasil :

Intake dan Output cairan balance

9. Pada pukul 17.30 melakukan pengecekan suhu tubuh

42
pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belum mengalami perubahan

10. Pada pukul 18.30 dilakukan pengecekan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belum mengalami perubahan


16/05/
11. Pada pukul 19.30 dilakukan pengecekan suhu tubuh
2017
pasien

Hasil :

Suhu tubuh mengalami perubahan menjadi 38,10C

12. Pada pukul 20.30 dilakukan pengecekan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belum mengalami perubahan

13. Pada pukul 21.30 dilakukan pengecekan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belum mengalami perubahan

14. Pada pukul 22.00 dilakukan pengantian cairan infus


Ringer Laktat kepada pasien

Hasil :

Telah dilakukan pengantian cairan infus Ringer Laktat

43
15. Pada pukul 22.15 dilakukan pemberian terapi obat
parasetamol kepada pasien

Hasil :

Telah dilakukan pemberian terapi obat kepada pasien

16. Pada pukul 05.30 dilakukan pengantian cairan infus


Ringer Laktat kepada pasien

Hasil :

Telah dilakukan pengantian cairan infus

17. Pada pukul 05.45 dilakukan pemberian terapi obat


parasetamol kepada pasien

Hasil :

Telah diberikan terapi pemberian obat kepada pasien

18. Pada pukul 07.00 telah dilakukan tindakan TTV

Hasil :

RR : 20

Nadi : 60

Dan suhu tubuh mengalami penurunan menjadi 37,90C

19. Pada pukul 08.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

20. Pada pukul 09.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

44
Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

21. Pada pukul 10.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

22. Pada pukul 11.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

23. Pada pukul 12.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

24. Pada pukul 13.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

25. Pada pukul 14.00 dilakukan pemeriksaan suhu tubuh


pasien

Hasil :

Suhu tubuh pasien masih belom mengalami perubahan

45
E. EVALUASI (catatan perkembangan)

Nama Klien / Umur : An. A / 8 th

No. Kamar / Ruang : 121/ Anggrek

Diagnosa Medis : DHF

No. Hari/Tanggal Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


/
Dx. (Mengacu pada tujuan) Nama jelas
Jam

Selasa /16- S :
05-
Suhu
2017/pukul
14.00 Pasien mengatakan:

-badannya terasa panasnya sudah berkurang

-Sudah tidak menggigil

Oksigenasi:

-sudah tidak merasa sesak dibagian dada

Nutrisi dan cairan

Pasien mengatakan:

-pasien makan habis ¾ porsi

O:

46
-suhu pasien 37,9oC

-berdasarkan hasil inspeksi wajah pasien sudahtampak


tidak merah

-mukosa bibir tidak kering

-nadi: 110x/menit

-RR: 20x/menit

-turgor sedang

A:

Masalah teratasi sebagian

p:

Melanjutkan intervensi sebagian

47
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi dengan panas
yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh normal berkisar 36,50C-37,20C.
Regulasi keseimbangan suhu tubuh diatur oleh hipotalamus dan sistem vaskuler.
Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi
kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosine trifosfot (ATP).
Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktifitas
yang memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila
metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme
menurun panas yang diproduksi lebih sedikit.
Panas tubuh akan mengalami perubahan tergantung kondisi, panas tubuh bisa
berubah apabila terjadi proses radiasi, konveksi, konduksi, serta evavorasi. Dalam
mengatasi permasalahan gangguan keseimbangan suhu tubuh dilakukan tepid
sponge bath, kompres hangat, banyak minum, kolaborasi antipiretik. Selanjutnya
setelah tindakan dilakukan, maka dapat dinilai keseimbangan suhu tubuh melalui
evaluasi yang dilakukan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
perawat dapat memahami tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan gangguan
keseimbangan suhu tubuh dalam rangka meningkatkan kemampuan pengembangan
dan peningkatan pelayanan kesehatan serta mempermudah mahasiswa untuk

48
memahaminya dan mengimplementasikannya. Disamping itu juga pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang disajikan hendaknya dapat mempermudah langkah
nantinya dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F.2003.Buku Ajar Kedokteran. Jakarta:EGC

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatana : Konsep, Proses, Dan
Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005

Arthur C Guyton,MD.2005.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Edisi 3.Volume


4. Alih Bahasa: Dr.Petrus Andrianto.Jakarta: EGC.2005

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

49

Anda mungkin juga menyukai