Makalah
Oleh
Kelompok 5 kelas 3c :
Dosen Pembimbing :
Ns.Hilma Yessy,S.Kep.M.Kep
SUMATRA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah“Pengembangan dan
Kebijakan dalam Penanggulangan Bencana” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Ns.Hilma
Yessi S.Kep, M.Kep yang telah membantu dalam menyampaikan materi sehingga dapat
membanu penulis dalam mengerjakan makalah ini, penulis juga megucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
II KAJIAN TEORI
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Bencana
2. Jenis Bencana
3. Fase-Fase Bencana
4. Paradigma dan penanggulangan bencana
5. Koordinasi lembaga penanganan bencana
6. Pengurangan resiko bencana
7. Safe community
8. Permasalahan dalam penanggulangan bencana
9. Upaya penanggulangan dampak bencana
10. Upaya yang telah dilakukan dalam tahap tanggap darurat
11. Mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
12. Kebijakan pemerintah indonesia berkaitan dengan penanggulangan bencana
1.3 Tujuan
KAJIAN TEORITIS
1. BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu yang mengakibatkan ekologi,kerugian
kehidupan manusia,serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar ( Depkes RI ,2001 )
Bencana merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan
ekologis,hilangnya nyawa manusia,atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan
kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat
atau wilayah yang terkena (WHO,2001).
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa
manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan
dasar (BAKORNAS PBP).
Bencana juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa\ mengubah pola kehidupan
dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta
benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat,serta menimbulkan lonjakan
kebutuhan dasar ( Bakornas PBP).
Bencana adalah Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia maupun dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui batas kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
( United Nations International Strategy for Disaster Reduction – UN ISDR, 2004 )
2 JENIS BENCANA
Bencana dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
Kejadian- kejadian alami seperti banjir,genangan ,gempa bumi,gunung
meletus,badai,kekeringan,wabah,serangan serangga dan lainnya
2. Bencana Ulah Manusia (Man-made Disaster)
Kejadian – kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan
komunikasi,gangguan transportasi dan lainnya. Sedangkan cakupan bencana
berdasarkan wilayah dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan.Bencana ini terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya.biasanya akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme,
kebocoran bahan kimia, dan lainnya.
2. Bencana Regional
Bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup
luas,dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan
gunung, tornado, dan lainnya.
Satuan pelaksana
penanggulangan bencana &
Tk kabupaten = Satlak PBP = penanganan pengungsi
Satuan tenaga
Tk kecamatan = Satgas = penanggulangan bencana &
penanganan pengungsi
Pertahanan sipil / Kelompok
Tk kelurahan = Hansip / KMPB = masyarakat
penanggulangan bencana
7 SAFE COMMUNITY
Safe community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus kehidupan sejak
dalam kandungan sampai dengan lanjut usia . Safe community merupakan nilai hakiki
kemanuasiaan dimana peran masyarakat (dari – oleh – dan untuk masyaarakat)
merupakan unsur utama yang didukung Pemerintah dan seluruh unsur terkait.
Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang m emberdayakan seluruh masyarakat untuk
menciptakan safe community. Namun dalam penyelamatan nyawa (life and limb saving)
yang merupakan situasi.
Kritis dan membutuhkan pertolongan segera pada saat masyarakat tak berdaya, hal
tersebut adalah tugas pemerintah atau secara teknis disebut sebagai kebutuhan
masyarakat (public goods).
Safe community dapat terwujud di desa siaga, jika pada aspek care yang terdiri atas
kesiagaan (community preparedness), pencegahan (prevention), dan upaya
penanggulangan (mitigation) dikembangkan secara lintas sektoral, seiring dengan aspek
cure yang terdiri atas respons yang cepat (quick respons) untuk life and limb saving serta
rehabilitasi.
a) Sanitasi darurat
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban;
kualitas tempat pengungsian; serta pengaturan limbah sesuai dengan standar.
Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko penularan
penyakit.
b) Pengendalian vector
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah,maka kemungkinan terdapat
nyamuk dan vector lain.Maka kegiatan pengendalian vector terbatas sangat diperlukan
baik dalam bentuk spraying atau fogging,larva siding, maupun manipulasi
lingkungan.
c) Pengendalian penyakit
Bila terdapat laporan diketahui terdapat peningkatan kasus penyakit, terutama
yang berpotensi KLB, maka harus dilakukan pengendalian melalui intensifikasi
penatalaksanaan kasus serta penanggulangan faktor resikonya umumnya penyakit
yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.
d) Surveillances epidemiologi
Survey epidemiologi yang harus diperoleh dalam hal ini adalah
Reaksi sosial
Penyakit menular
Perpindahan penduduk
Pengaruh cuaca
Makanan dan gizi
Persediaan air dan sanitasi
Kesehatan jiwa
Kerusakan infrastruktur kesehatan
9 UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA
1. TAHAPAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA
Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap
darurat dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah Kabupaten Alor. Upaya
penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis, menyeluruh,
efisien dalam penggunaan sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan kepada
kelompok korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan
pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana,
yaitu:
1) Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Bakornas PBP,
Propinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Alor, serta LSM dan masyarakat
baik lokal maupun internasional juga beberapa instansi terkait di pusat. Tahap
ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk
segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Sasaran utama dari
tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan.
Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula penyelesaian tempat
penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistik
yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.
2) Tahap Rehabilitasi
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan
infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap
darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur
sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.
Sasaran utama dari tahap rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan
publik hingga pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini, juga
diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek
psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.
3) Tahap Rekonstruksi
Tahap ini bertujuan membangun kembali kawasan Alor dengan melibatkan
semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha.
Pembangunan prasarana dan sarana haruslah dimulai dari sejak selesainya
penyesuaian tata ruang (apabila diperlukan) di tingkat kabupaten terutama di
wilayah rawan gempa(daerah patahan aktif)Sasaran utama dari tahap ini
adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan di wilayah Alor
Kegiatan tanggap darurat yang telah dilakukan di Alor adalah pelaksanaan Kerja Bakti
terpadu yang melibatkan 750 orang personil dari TNI AD, Polri, Pol PP, Linmas, PNS,
Pramuka dan organisasi pemuda pada 36 Desa/Kelurahan dalam wilayah di 4
Kecamatan yaitu Alor Timur Laut, Alor Selatan, Alor Tengah Utara dan Teluk Mutiara.
Kegiatan ini berhasil membangun 86 buah rumah sangat darurat serta melakukan
pembersihan puing-puing bangunan yang rusak total maupun berat pada wilayah-
wilayah tersebut. Pelaksanaan pelayanan medis terhadap korban dilakukan sebagian
besar melalui posko kesehatan. Selain itu, di RSUD Kalabahi terdapat jumlah pasien
yang dilayani adalah sebanyak 27 orang, terdiri dari 10 orang dinyatakan sembuh, 3
orang meninggal dan 14 orang dipulangkan dengan status rawat jalan. Di samping itu
juga diadakan dapur umum di Posko Satlak PBP dan Kecamatan Alor Timur Laut.
Kemudian, sebagai salah satu upaya yang telah dilakukan dalam menanggulangi
kekurangan air bersih akibat adanya kerusakan jaringan air bersih, Satlak memberikan
pelayanan air bersih kepada masyarakat. Pelayanan tersebut dilakukan dengan mobil
tanki yang setiap hari mendistribusikan air bersih kepada masyarakat.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga
kegiatan utama, yaitu:
1) Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
2) Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat
untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and
rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;
3) Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,
dan rekonstruksi.
4)
1. Banjir
2. gunung meletus
3. gempa bumi
4. tanah longsor
5. tsunami
Sesuai dengan keadaan tersebut,sampai saat ini kita telah mempunyai berbagai
pengalaman untuk memberikan pelayanan medik dalam rangka penanggulangan
bencana,seperti bencana alam tsunami di maumere,gempa bumi
dijambi,tenggelamnya kapal ampomas,letusan gunung berapi didaerah istimewa
yogyakarta,dll
Dalam memberikan pelayanan medik pada berbagai bencana nasional tersebut jajaran
kesehatan telah berhasil dengan baik dan mendapat pujian dan berbagai sektor yang
terkait dan dari berbagai pengalaman,kita juga telah berhasil menyusun konsep
pelayanan medik dalam penanggulangan bencana.tetapi konsep tersebut belum
disusun dalam suatu prosedur tetap yang dapat dipelajari oleh saluran jajaran
kesehatan di semua tingkatan,agar pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan
baik,cepat yang didukung oleh kerjasama semua unit terkait.
Oleh karena itu,agar pelayanan medik dalam penanggulangan bencana dapat
dilaksanakan terkoordinasi dengan baik, cepat dan tepat,seluruh unit di semua
tingkatan jajaran kesehatan perlu disusun prosedur tetap pelayanan medik
penanggulangan bencana
DASAR
1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. Keputusan Presiden RI No.43 Tahun 1990 Tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana di Indonesia.
3. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat / Ketua Badan
Koordinasi nasional penanggulangan bencana No.11 /KEP/Kesra/IX/1997, Tentang
Sekretariat BadanKoordinasi Nasional Penanggulangan Bencana.
4. Keputusan MenKes RI No.448/Menkes/SK/VI/1993Tentang PembentukanTim
5. Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di Setiap Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/S K/I/I 99 Tentang Petunjuk
PelaksanaanUmum Penanggulangan Medik Korban Bencana.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 594/Menkes/SK/VI/1995 Tentang
Pembentukan Pusat penanggulangan krisis akibat bencana (crisis center ) di
lingkungan departement kesehatan
8. Undang – undang No. 24 Tahun 2007 Tentang penanggulangan bencana
TUJUAN
Prosedur tetap pelayanan medik penanggulangan bencana ini disusun dengan
tujuan sebagai pegangan semua unit dan semua tingkatan jajaran kesehatan sehingga
semua unit dan jajaran tersebut dapat mempelajari dan melaksanakan tugas dan peran
masing-masing dalam memberikan pelayanan medik penanggulangan bencana .
Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana
yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk
mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat
bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode
bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-
lain.
12 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA BERKAITAN DENGAN
PENANGGULANGAN BENCANA
Karena kebijakan terbaru yang dibuat oleh pemerintah adalah perundangan tahun 2008,
maka kami akan membahas tentang kebijakan perundangan penanggulangan bencana tahun
2008.Kami menyajikan dalam 4 kategori :
a. Pada tahap kesiapan
Paragraf 4, Pepres No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB, Deputi Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
Pasal 19 berisi :
(1) Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh Deputi.
Pasal 20
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas mengkoordinasikan
dan melaksanakan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada prabencana
serta pemberdayaan masyarakat.
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Deputi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat;
d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat.
a. Pada saat tanggap darurat bencana
Terdapat pada
Pasal 23
Deputi Bidang Penanganan Darurat mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan
kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Deputi Bidang
Penanganan Darurat menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
dan penanganan pengungsi;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi;
c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
dan penanganan pengungsi;
e. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi.
a. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasal 25
(1) Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh Deputi.
Pasal 26
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.
Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Deputi Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada pascabencana;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana;
d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.
a. Deputi Bidang Logistik dan Peralatan
Pasal 28
(1) Deputi Bidang Logistik dan Peralatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Logistik dan Peralatan dipimpin oleh Deputi.
Pasal 29
Deputi Bidang Logistik dan Peralatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
dukungan logistik dan peralatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Deputi Bidang Logistik
dan Peralatan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang logistik dan peralatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana;
b. pelaksanaan penyusunan perencanaan di bidang logistik dan peralatan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c. pemantauan, evaluasi, analisis, pelaporan pelaksanaan kebijakan dibidang logistik dan
peralatan dalam penyelenggaraan.
2.13. Pola Pembentukan Sistem Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat dan Daerah.
Pasal 63
(1) Untuk melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerahbaik Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut
BPBD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Pembentukan BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
koordinasi dengan BNPB.
(3) BNPB mengadakan rapat koordinasi dengan BPBD, sekurangkurangnya 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 64
Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja BNPB
ditetapkan oleh Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan satu negara kepulauan yang luas,banyak memiliki gunung berapi,
terletak antara dua lempengan geologi yang selalu bergerak,memiliki dua musim yaitu musim
hujan dan kemarau serta dihuni oleh penduduk dari berbagai etnis dan agama yang
merupakan potensi sangat strategis. kondisi tersebut mempunyai sisi positif yang membawa
keuntungan seperti tanah yang subur, sumber daya perairan melimpah, terdapatnya sumber
daya air yang cukup dan kekayaan budaya,tetapi disamping itu juga memiliki sisi negatif
sebagai kerugiannya seperti, seringnya terjadi bencana letusan gunung berapi,gempa
bumi,tanah longsor,banjir dan gelombang tsunami.
3.2 Saran
prosedur tetap pelayanan medik penanggulangan bencana Disusun Oleh : Ahmad Kholid,
S.Kep., Ns
Dhani Armanto, et.al, Mengelola Bencana, Buku Bantu Pendidikan Pengelolaan Bencana,
walhi, 2006.