Anda di halaman 1dari 86

MODUL

KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH 1
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
POLTEKKES KEMENKES PONTIANK

Koordinator:
ARIF NUR AKHMAD
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
buku panduan keperawatan medial bedah 1 program D-IV keperawatan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan buku panduan keperawatan medikal bedah 1 program D-IV
keperawatan ini bertujuan sebagai pedoman mahasiswa program D-IV keperawatan
dalam perkuliahan dan praktikum baik dikelas maupun dilaboratorium. Fokus mata
ajar dalam buku panduan Keperawatan Medikal Bedah I ini membahas tentang
masalah kesehatan pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik yang
meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem pernapasan, kardiovaskular, dan
persarafan dan gastrointerstinal.
Dengan adanya buku panduan keperawatan medikal bedah 1 program D-IV
keperawatan ini Mahasiswa mampu memahami perawatan yang berhubungan
dengan gangguan sistem pernapasan, kardiovaskular, persarafan dan
gastrointerstinal. Pemahaman ilmu tersebut sebagai acuan dalam memberikan
asuhan keperawatan professional (care giver, educator, manager,
researcher,community leader) secara komprehensif berdasarkan kiat dan ilmu
keperawatan. Beban studi yang diberikan pada mata kuliah keperawatan medikal
bedah 1 ini adalah 3 SKS.

Singkawang, Agustus 2019

TIM Penyusun
DAFTAR ISI

Rancangan
Pembelajaran
Semester (RPS):
Hal.01

Panduan Tutorial PBL:


Hal. 23

Panduan Praktikum:
Hal. 37
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

DAFTAR ISI:
 LECTURES AND INSTRUCTORS (Hal.02)

 COURSE OUTLINE (Hal.08)

 COURSE TOPICS AND LEARNING PROCESS (Hal.12)

 RANCANGAN TUGAS (Hal.14)

 EVALUASI (Hal.15)

 PERATURAN PERKULIAHAN (Hal.16)

 LAMPIRAN

1
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

LECTURES AND INSTRUCTORS


Course: Medical-Surgical Nursing I

A. Name of Lectures
1. Arif Nur Akhmad, S. Kep., Ns, MSN
2. Raju Kapadia, S. Kep., Ns, M. Med. Ed
3. Suhariyanto, S. Kep., Ns, M. Kep
B. Name of Instructors
1. Arif Nur Akhmad, S. Kep., Ns, MSN
2. Raju Kapadia, S. Kep., Ns, M. Med. Ed
3. Mita Agustina, S. Kep, Ns, M. Tr. Kep
4. Egidius Umbu Ndeta, S. Kep, M. Kes
5. Wiradianto Putro, S. Kep, MPH
6. Suhariyanto, S. Kep., Ns, M. Kep
7. Gusti Barlia, S. Kep., Ns
8. Nikki Susanti, SST
9. Mubin Barid, S. Kep., Ns

2
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)


BACHELOR OF APPLIED SCIENCE
SCHOOL OF NURSING (SINGKAWANG CAMPUS) ─ POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SUBJECT CODE COURSE CREDITS SEMESTER REVISED FINISH
MEDICAL-SURGICAL SUBJECT
NURSING I NERS. 016Medical-Surgical 2 (Credits) Theory Third July, 2019
Nursing 1 (Credits) Practicum Semester
AUTHORIZATION COORDINATOR HEAD OF BACHELOR OF APPLIED DIRECTOR OF SCHOOL OF
SCIENCE PROGRAM NURSING
Arif Nur Akhmad, S. Kep, Ns, Ns. Raju Kapadia, S. Kep, M. MMed, Nurbani, S. Kep, Ns, M. Kep
MSN ed
PROGRAM
Attitude ;
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika
3. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
4. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan pancasila;
5. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
LEARNING 6. Mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi kemampuan menerima tanggung gugat
ACHIEVEMENTS terhadap keputusan dan tindakan profesional sesuai dengan lingkup praktik di bawah tanggungjawabnya, dan
hukum/peraturan perundangan
7. Mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya sesuai dengan Kode Etik
Perawat Indonesia
8. Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut dan martabat klien, menghormati hak klien
untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan yang diberikan, serta bertanggung

3
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

jawab atas kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas
sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya.
General Skill:
1. Bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang
minimal setara dengan standar kompetensi kerja profesinya;
2. Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis,
kritis, sistematis, dan kreatif;
3. Mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi, dan
kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat
terutama masyarakat profesinya;
4. Bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan bidang profesinya
5. Mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan kembali data dan informasi
untuk keperluan
6. Meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
Specific Skill:
1. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan berkesinambungan yang menjamin keselamatan
klien (patient safety) sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah
atau belum tersedia;
2. Mampuu memberikan asuhan keperawatan medikal bedah
3. Mampu memberikan (administering) obat oral, topical, nasal, parenteral, dan supositoria sesuai standar
pemberian obat dan kewenangan yang didelegasikan;
4. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan dengan kedalaman dan keluasan terbatas berdasarkan analisis
data, informasi dan hasil kajian dari berbagai sumber untuk menetapkan prioritas asuhan keperawatan;
5. Mampu menyusun dan mengimplementasikan perencanaan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan dan kode etik perawat, yang peka budaya, menghargai keberagaman etnik, agama, dan faktor lain
dari klien individu, keluarga dan masyarakat;
6. Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review
tentang praktik keperawatan yang dilaksanakannya;
7. Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan secara reguler dengan atau tanpa tim
kesehatan lain;

4
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

8. Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan informasi yang akurat kepada klien
dan/atau keluarga/pendamping/pensehat untuk mendapatkan persetujuan keperawatan yang menjadi
tanggungjawabnya;
9. Mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu unit ruang rawat dalam ruang lingkup tanggung
jawabnya;
10. Mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya pelanggaran dalam praktik asuhan keperawatan;
11. Mampu melakukan penelitian dalam bidang keperawatan untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan
strategis organisasi;
12. Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program promosi kesehatan, melalui kerjasama
dengan sesama perawat, profesional lain serta kelompok masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan,
meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
Knowledge:
1. Menguasi konsep teoritis pada system pernapasan, kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal beserta
kelainan-kelainan yang muncul
2. Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang dilakukan secara
mandiri atau berkelompok pada sistem pernapasan, kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal
3. Menguasai konsep dan tehnik penegakkan diagnosis keperawatan
4. Menguasai konsep dan prinsip manajemen keperawatan secara umum dan dalam pengelolaan asuhan
keperawatan kepada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan;
5. Menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan
penyakit pada level primer, sekunder dan tertier;
TOPICS TOPICS DESCRIPTION
DESCRIPTION 1. Anatomi, fisiologi, kimia, fisika dan biokimia terkait sistem perrnafasan, kardiovaskular, persyarafan dan
gastrointestinal
2. Patofisiologi, farmakologi dan terapi diet pada gangguan sistem pernafasan (TB Paru, kanker paru, asma,
PPOK), kardiovaskuler (hipertensi, penyakit jantung coroner, gagal jantung) dan persyarafan (stroke,
meningitis, trauma, tumor) dan gastrointestinal (Gastritis, Cholelitiasis, hernia, hepatitis)
3. Asuhan keperawatan (pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual) sistem pernafasan, kardiovaskuler dan persyarafan dan
gastrointestinal
4. Pendidikan kesehatan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada masalah gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular, persyarafan dan gastrointestinal

5
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

5. Persiapan, pelaksanaan dan paska pemeriksaan diagnostik dan laboratorium


6. Hasil-hasil penelitian tentang penatalaksnaan gangguan sistem pernafasan, kardiovaskuler, persyarafan dan
gastrointestinal
7. Trend dan issue terkait gangguan sistem pernafasan, kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal
8. Manajemen kasus padagangguan sistem pernafasan, kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal
9. Peran dan fungsi perawat
10. Pemasangan infus, Terapi intra vena, EKG, Nebulisasi/inhalasi, Fisioterapi dada/ postural drainage,
Suctioning, Terapi O2, Perawatan WSD, AGD/Analisa Gas Darah, Perawatan Trakheostomi, Tourniquet test
Transfusi
COURSE REFERENCES
LITERATURES 1. Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence- Based Guide to Planning Care,
10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Barber B, Robertson D, (2012).Essential of Pharmacology for Nurses, 2nd edition, Belland Bain Ltd, Glasgow.
3. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (3-
vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S) Pte Ltd.
4. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing Interventions
Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
5. Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing Practice, 7th. Lippincott: William Wilkins
6. Grodner M., Escott-Stump S., Dorner S. (2016) Nutritional Foundations and Clinical Applications: A Nursing
Approach. 6th edition. St. Louis: Mosby Elsevier
7. Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S. (2012).NOC and NIC
Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care, 3rd
edition.Mosby:ElsevierInc.
8. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
9. Lewis S.L., Dirksen S. R., Heitkemper M.M., Bucher L.(2014). Medical Surgical Nursing, Assessment and
Management of Clinical Problems.. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
10. Lynn P. (2011). Taylor's Handbook of Clinical Nursing Skill, China: Wolter Kluwer Health
11. Madara B, Denino VP, (2008). Pathophysiology; Quick Look Nursing, 2nd ed. Jones and Barklet Publisher, Sudbury
12. McCance, K.L. & Huether, S. E. (2013). Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children,
7th edition. Mosby:Elsevier Inc.
13. McCuistion L.E., Kee, J.L. and Hayes, E.R. (2014). Pharmacology: A Patient- Centered Nursing process approach.
8th ed. Saunders: Elsevier Inc.

6
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

14. Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Outcomes. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
15. Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-17: Definitions and Classification (Nanda International).
Philladelphia: Wiley Blackwell
16. Silverthorn, D. U. (2012). Human Physiology: An Integrated Approach (6th Edition)
17. Skidmore-Roth, Linda (2009). Mosby's 2009 nursing drug reference Toronto : Mosby
18. Waugh A., Grant A., Nurachmah E., Angriani R. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Ross dan Wilson. Edisi
Indonesia 10. Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
19. Waugh A., Grant A. (2014). Buku Kerja Anatomi dan Fisiologi Ross and Wilson. Edisi Bahasa Indonesia 3. Churchill
Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
ONLINE REFERENCES
www.cochranelibrary.com
www.ncbi.nlm.nih.gov
www.sciencedirect.com
http://onlinelibrary.wiley.com
http://scholar.google.co.id
INSTRUCTION SOFTWARE HARDWARE
MEDIA  OS : MS Windows  Notebook PC
 MS Office Power Point  LCD Projector
 MS Windows Media Player  White board
 Internet Explorer / Firefox
LECTURES 1. Arif Nur Akhmad, S.Kep, Ns, MSN
2. Raju Kapadia, S.Kep, Ns, M. Med, Ed
3. Suhariyanto, S.Kep, Ns, M. Kep
COURSE _
REQUIREMENTS

7
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

COURSE OUTLINE
Perte Penilaian
Materi Pokok Pengalaman Sumber
mua Kompetensi Dasar Indikator Jenis Bobot
(Bahan Kajian) Belajar Bentuk Instrumen Bahan
n Penilaian Nilai
1. Inisialisasi Perkuliahan - Ceramah 1-19
- Rencana Pembelajaran - Brainstorming
- Kontrak Kuliah
- Pembagian kelompok
2. Mahasiswa Mampu Ketepatan : Asuhan keperawatan - Ceramah UTS - Kesesuain 1-19
Menjelaskan, konsep - Memahami dan dapat - System pernapasan - Brainstorming mengungkapkan
Asuhan keperawatan menjelaskan Asuhan - System kardiovaskuler pendapat dan
pada
keperawatan pada - System Persyarafan menjelaskan
system pernapasan,
kardiovaskuler, system pernapasan, dan gastrointestinal konsep
gastrointestinal dan kardiovaskuler, - System - Ketepatan dalam
persyarafan gastrointestinal dan gastrointestinal membuat
persyarafan - System persyarafan ringkasan
3. Mahasiswa mampu Ketepatan: konsep penyakit dan Case study, UTS Mampu menjawab 1-19
melakukan asuhan Menjelaskan kembali penatalaksanaan serta SGD, Project sesuai dengan kasus
keperawatan dengan tentang konsep penyakit asuhan Based learning yang diberikan (MCQ)
kasus gangguan dan penatalaksanaan keperawatan pada (PjBL),
asuhan keperawatan serta asuhan gangguan; Discovery
pada kasus gangguan keperawatan - sistem pernafasan (TB learning (DL)
system pernapasan, Paru, kanker paru,
kardiovaskuler, dan asma, PPOK),
persyarafan dan - Sistem kardiovaskuler
gastrointestinal pada (hipertensi, penyakit
klien dewasa dengan jantung coroner, gagal
memperhatikan aspek jantung) dan
legal dan etis - Sistem persyarafan
(stroke, meningitis,
trauma, tumor) dan
gastrointestinal
(Gastritis,

8
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Perte Penilaian
Materi Pokok Pengalaman Sumber
mua Kompetensi Dasar Indikator Jenis Bobot
(Bahan Kajian) Belajar Bentuk Instrumen Bahan
n Penilaian Nilai
Cholelitiasis, hernia,
hepatitis)

4. Mahasiswa mampu Ketepatan; Pendidikan kesehatan; SGD, Project Materi dan Kemapuan 1-19
melakukan simulasi Mengaplikasikan metoda - Pencegahan primer, Based learning Video bentuk menentukan topic dan
pendidikan kesehatan yang digunakan dalam sekunder dan tersier (PjBL), Lab pendidikan metode yang sesuai
dengan kasus pendidikan kesehatan pada masalah skills kesehatan dalam pendidikan
gangguan system dengan kasus yang diambil gangguan sistem - Peer kesehatan
pernapasan, pernafasan, evaluation
kardiovaskuler dan kardiovaskular dan
persyarafan dan persyarafan dan
gastrointestinal gastrointestinal
- Persiapan,
pelaksanaan dan paska
pemeriksaan
diagnostic dan
laboratorium
5. Mengintegrasikan Ketepatan: Mencari dan - Hasil-hasil penelitian SGD, Discovery Kemampuan - Kesesuaian topic Semua
hasil-hasil penelitian menganalisis artikel yang tentang learning (DL), dalam yang diambil Link
kedalam asuhan sesuai penatalaksnaan Telaah jurnal penulusuran - Kemampuan dan Jurnal
keperawatan dalam Kedalaman dalam gangguan sistem literatur kedalaman dalam
mengatasi masalah menganalisis serta pernafasan, - Kedalaman menganalisis
system pernapasan, mampu mengambil kardiovaskuler dan analisis jurnal artikel
kardiovaskuler dan kesimpulan persyarafan dan - Makalah - Menyimpulkan
persyarafan dan gastrointestinal dengan benar dan
gastrointestinal - Trend dan issue terkait tepat dari isi artikel
gangguan sistem yang dianalisis
pernafasan,
kardiovaskuler dan
persyarafan dan
gastrointestinal

9
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Perte Penilaian
Materi Pokok Pengalaman Sumber
mua Kompetensi Dasar Indikator Jenis Bobot
(Bahan Kajian) Belajar Bentuk Instrumen Bahan
n Penilaian Nilai
6. Melakukan simulasi Ketepatan: Manajemen kasus pada Case study, - UAS - Mampu menjawab 1-19
pengelolaan asuhan Menganalisis kasus dan gangguan sistem SGD - Form dengan tepat
keperawatan pada membuat rancangan pernafasan, penilaian - Mampu
sekelompok klien asuhan keperawatan kardiovaskuler, menyampaikan
dengan gangguan yang sesuai kasus persyarafan dan pendapat dan
sistem pernafasan, gastrointestinal diskusi didalam
kardiovaskuler, kelompok
persyarafan dan
gastrointestinal pada
klien dewasa dengan
memperhatikan aspek
legal dan etis
7. Menganalisis dan Ketepatan: - Peran dan fungsi Tugas Makalah - Kesesuaian kasus 1-19
melaksanakan Mencari kasus dan perawat terstruktur - Peer dengan analisa
fungsi advokasi dan penyelesaian yang - Fungsi advokasi - Studi kasus Evaluation - Kedalaman analisa
komunikasi pada disesuaikan dengan fungsi perawat pada kasus - Discovery kelompok
kasus dengan advokasi perawat dengan gangguan learning
gangguan sistem sensori persepsi
pernafasan,
kardiovaskuler
dan persyarafan dan
gastrointestinalpada
klien dewasa
8. Mendemonstrasikan Ketepatan: - Pemeriksaan fisik Case stud, OSCE Tindakan sesuai 1-19
Intervensi Melakukan tindakan pernapasan, Discovery dengan SOP
keperawatan pada sesuai dengan SOP kardiovaskluer, Learning (DL)
kasus dengan - Skill lab: Pemasangan Demontrasi, Lab
gangguan sistem infus, Terapi intra skills
pernafasan, vena, EKG,
kardiovaskuler dan Nebulisasi/inhalasi,

10
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Perte Penilaian
Materi Pokok Pengalaman Sumber
mua Kompetensi Dasar Indikator Jenis Bobot
(Bahan Kajian) Belajar Bentuk Instrumen Bahan
n Penilaian Nilai
persyarafan dan Fisioterapi dada/
gastrointestinal pada postural drainage,
klien dewasa sesuai Suctioning, Terapi
dengan standar yang O2, Perawatan WSD,
berlaku dengan AGD/Analisa Gas
berfikir kreatif dan Darah, Perawatan
inovatif sehingga Trakheostomi,
menghasilkan Tourniquet test,
pelayanan yang Transfusi
efisien dan efektif.

11
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

COURSE TOPICS AND LEARNING PROCESS


Meeti Date Time Topics Methods Lecture/ Students/
ng Facilitator Presenter
1. Senin, 10.00-11.00 Inisialisasi Perkuliahan Ceramah Koordinator
2 Sept 2019 - Kontrak Kuliah Brainstorming
2. Senin, 9 Sept 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan gangguan E-Learning Online Lecturer
2019 sistem pernafasan TB Paru dan Kanker Paru Brainstorming
Senin, 9 Sept 11.00- 14.00 Pemeriksaan Fisik Pernafasan dan kardiovasikuler Lab Skill Instruktur
2019
3. Senin, 16 Sept 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan E-Learning Online Lecturer
2019 gangguan Sistem kardiovaskuler; Hipertensi dan Brainstorming
penyakit jantung coroner
Senin, 16 Sept 11.00- 14.00 Pemeriksaan Fisik Pernafasan dan cardiovasikuler Lab Skill Instruktur
2019
4. Senin, 23 Sept 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan E-Learning Online Lecturer
2019 gangguan Sistem Persyarafan; Stroke, dan Brainstorming
meningitis
Senin, 23 Sept 11.00- 14.00 Pemasangan dan Interpretasi EKG dasar Lab Skill Instruktur
2019
5. Senin, 30 Sept 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan E-Learning Online Lecturer
2019 gangguan Sistem Gastrointestinal; Gastritis, dan Brainstorming
Cholelitiasis
Senin, 30 Sept 11.00- 14.00 Pemasangan dan Interpretasi EKG dasar Lab Skill Instruktur
2019
6. Senin, 7 Okt 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan gangguan Presentasi Suhariyanto, Kelompok 1
2019 sistem pernafasan Asma Bronkhial dan PPOK S.Kep, Ns, M. Kep Kelompok 2
Senin, 7 Okt 11.00- 14.00 Perawataan WSD Lab Skill Instruktur
2019
7. Senin, 14 Okt 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan Presentasi Arif Nur Akhmad, Kelompok 3
2019 gangguan Sistem kardiovaskuler; gagal jantung dan S.Kep, Ns, MSN Kelompok 4
Fibrilasi Atrial
Senin, 14 Okt 11.00- 14.00 Perawataan WSD Lab Skill Instruktur
2019

12
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

UTS (21 – 25 oktober 2019)


8. Senin, 28 Okt 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan Presentasi Arif Nur Akhmad, Kelompok 5
2019 gangguan Sistem Persyarafan; Trauma Kepala, dan S.Kep, Ns, MSN Kelompok 6
Tumor
Senin, 28 Okt 11.00- 14.00 Fisioterapi Dada dan postural drainage Lab Skill Instruktur
2019
9. Senin, 4 Nov 10.00-11.00 Asuhan Keperawatan pada kasus dengan Presentasi Raju Kapadia, Kelompok 7
2019 gangguan Sistem gastrointestinal: Hernia dan S.Kep, Ns, M. Kelompok 8
Hepatitis Med, Ed
Senin, 4 Nov 11.00- 14.00 Fisioterapi Dada dan postural drainage Lab Skill Instruktur
2019
10. Senin, 11 Nov 10.00-11.00 PBL kasus 1 Case study, DL, Tutor Kelompok
2019 Braninstroming (1-3)
Senin, 11 Nov 11.00- 14.00 Suctioning dan perawatan trakeostomi Lab Skill Instruktur
2019
11. Senin, 18 Nov 10.00-11.00 PBL kasus 1 (Lanjutan) Case study, DL, Tutor Kelompok
2019 Braninstroming (1-3)
Senin, 18 Nov 11.00- 14.00 Suctioning dan perawatan trakeostomi Lab Skill Instruktur
2019
12. Senin, 25 Nov 10.00-11.00 PBL kasus 2 Case study, DL, Tutor Kelompok
2019 Braninstroming (1-3)
Senin, 25 Nov 11.00- 14.00 Colostomy care Lab Skill Instruktur
2019
13. Senin, 2 Des 10.00-11.00 PBL kasus 2 (Lanjutan) Case study, DL, Tutor Kelompok
2019 Braninstroming (1-3)
Senin, 2 Des 11.00- 14.00 Colostomy care Lab Skill Instruktur
2019
14 Senin, 9 Des 10.00-11.00 Teaching and Learning Evaluation Sharing Coordinator
2019
UAS (16 – 20 desember 2019)
OSCE (6 – 17 januari 2019)

13
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

RANCANGAN TUGAS
TUGAS KELOMPOK (1): MEMBUAT MAKALAH DAN PRESENTASI
1. TUJUAN TUGAS:
Mengetahui dan mengidentifikasi konsep penyakit, metode pemeriksaan, penatalaksanaan,
dan Asuhan keperawatan pada gangguan sistem pernapasan, kardiovaskuler, persyarafan
dan gastrointestinal
2. URAIAN TUGAS
a. Objek garapan
Melakukan identifikasi asuhan keperawatan dengan masalah sistem pernapasan,
kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Bahan yang digunakan minimal bersumber dari lima referensi atau sumber lain dan
semuanya harus yang dipublikasikan (sumbernya jelas).
c. Materi yang harus ada:
• konsep penyakit, • Asuhan keperawatan,
• Pemeriksaan penunjang, • EBN
• penatalaksanaan,
d. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan
Bab pertama: Pendahuluan, Tujuan, dan luaran
Bab kedua : Tinjauan teori berupa konsep penyakit, dan penatalaksanaan pada
masalah system pernapasan, kardiovaskuler, persyarafan dan gastrointestinal
Bab ketiga : Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, pemeriksaan
penunjang, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi yang sering muncul
Bab empat: Resume Evidence base Nursing (EBN) intervensi keperawatan terkini
(lihat lampiran)
e. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan
Berupa makalah yang ditulis dengan huruf Times New Roman (TNR) font 12 spasi 1,5
berwarna hitam. Sitasi harus ditulis sumbernya (yang layak secara akademik). Hasil
makalah dipresentasikan oleh tiap kelompok dengan menggunakan powerpoint (PPT)
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan (Lihat di matrik proses pembelajaran)
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Sistematika dan kejelasan tulisan 20 %
b. Sumber yang digunakan 20 %
c. Kedalaman dan analisis materi yang disampaikan 60 %

14
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

EVALUASI
1. Pre-Assessment
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif)
terdiri dari ujian, dan penugasan. Syarat untuk dapat mengikuti ujian mata kuliah adalah
sebagai berikut:
a. Prasyarat ujian Tulis
- Kehadiran 90 -100 % boleh mengikuti ujian
- Kehadiran 75 – 90 % Mengikuti ujian dengan penugasan
- Kehadiran < 75 % Tidak di perkenankan mengikuti ujian
b. Prasyarat ujian Laboratorium/UTEK
- Melakukan simulasi terbimbing maupun mandiri minimal 3 kali untuk setiap
kompetensi yang diujikan
2. Metode Evaluasi
Nilai akhir dari Mata kuliah terdiri atas :
a. Kehadiran Mahasiswa : 10 %
b. Penugasan/Seminar : 20 %
c. Praktikum/ujian lab : 20 %
d. Ujian Tengah Semester : 20 %
e. Ujian Akhir Semester : 30 %

15
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PERATURAN PERKULIAHAN

1. Mahasiswa wajib datang tepat waktu, keterlambatan tidak lebih dari 15 menit. Apabila
terlambat maka absen kehadiran tidak akan ditandatangani
2. Mahasiswa wajib membawa 1 (satu) buah buku referensi terkait setiap kali mengikuti
perkuliahan
3. Mengikuti perkuliahan dengan tertib, aktif dan mandiri. Mahasiswa wajib bersikap baik
selama mengikuti perkuliahan dan berhak mendapatkan bimbingan dari para
narasumber/fasilitator.
4. Tidak makan, mengobrol, dan tidak menggunakan hp selama proses perkuliahan dan
dilaboratorium
5. Wajib menggunakan seragam lengkap dengan atributnya
6. Melaksanakan dan mengerjakan penugasan yang diberikan dengan baik (dilarang keras
mencontek atau mengkopi laporan teman)
7. Mahasiswa wajib mengikuti perkuliahan minimal 90% tatap muka. Bila ketidakhadiran
melebihi 10% maka mahasiswa tidak berhak mengikuti ujian.
8. Jika mahasiswa tidak masuk dikarenakan sakit, wajib melampirkan surat keterangan sakit
dari dokter yang merawat
9. Apabila tidak masuk melebihi 2 kali pertemuan dikarenakan sakit, maka sisa hari yang
tidak masuk diberikan tugas oleh koordinator
10. Pembimbing dan nara sumber dapat ditemui kapan saja untuk memfasilitasi pembelajaran
atau sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dengan mahasiswa.

Sipen, Koordinator,

Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

16
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Lampiran 1:
Rubrik Penilaian Seminar:
PENILAIAN PRESENTASI DAN MAKALAH

Aspek yang dinilai Poin


1 2 3 4
Kelompok Penyaji
A.Persiapan dan isi makalah
1. Sistematika Penulisan dan bahasa baku
2. Konteks isi makalah dengan studi masalah
3. Aspek ilmiah dan keterbaharuan

B.Pelaksanaan Presentasi
1. Penggunaan waktu
2. Sistematika penjelasan
3. Penggunaan bahasa
4. Penguasaan situasi/lingkungan
5. Ide kreatif
6. Sistematika penyampaian jawaban
7. Rasionalitas jawaban
8. Aspek ilmiah jawaban yang disampaikan
9. Kemampuan bekerjasama dalam kelompok
10. Peran serta anggota kelompok

C.Evaluasi
1. Sikap dan perilaku saat seminar
2. Kemampuan menyimpulkan
TOTAL

Total Kelompok penyaji : ...................................................


Persentase : total / 60 x 100 = ...............................

Keterangan : Singkawang, …….......………2018


1 = Cukup Dosen,
2 = Sedang
3 = Baik
4 = Sangat baik (…………………………………..)

17
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Lampiran 2:

RESUME JURNAL
AROMATERAPI BUNGA LAVENDER MEMPERBAIKI KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA

LOGO

Disusun Oleh:

Arif Nur Akhmad, S. Kep


NIDN: 4017029201

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2019

18
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

A. Resume Jurnal
1. Judul Penelitian
Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur pada Lansia
2. Nama Peneliti
Anggraini Dwi Kurnia*
Viera Wardhani**
Kuswantoro Tri Rusca*
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di panti Werdha Griya Asih Lawang dan Usia Tresno Mukti
Turen Malang. Mulai tanggal 17 Desember 2008-24 Januari 2009
4. Populasi dan sampel
subyek penelitian ini sebanyak 18 orang yang dialokasikan secara random pada
kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan (9 orang) dan kontrol (9 orang).
5. Tujuan Penelitian
Tujuan untuk mengetahui untuk mengkaji efek penggunaan aromaterapi Lavender
pada Lansia yang mengalami gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi dasar dalam mengembangkan manajemen gangguan tidur yang bersifat
jangka panjang.
6. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan desain quasy experimental dengan randomized control
group pretest posttest design Pengambilan subyek dengan tehnik kepada semua
populasi yang mempunyai kualitas tidur yang buruk. Subyek dialokasikan secara
random pada kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan (9 orang) dan kontrol (9
orang). Kelompok perlakuan diberikan aromaterapi bunga lavender dan plasebo
berupa aquabidest yang diteteskan pada sapu tangan diberikan pada kelompok
kontrol selama 7 hari berturut-turut sebelum tidur malam (waktu tidur sesuai
dengan kebiasaan responden), dengan waktu 1 menit yang dilakukan oleh perawat
yang dilatih sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah PSQI
(The Pittsburg Sleep Quality Index ). Analisa data menggunakan perhitungan
statistik dengan uji Wilcoxon signed ranks test dan Mann-Whitney
7. Hasil penelitian
Dari 18 responden yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan hasil 50% responden
yang kualitas tidur buruk yaitu berusia antara 60-69, dan semua responden berjenis
kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penghuni kedua Panti

19
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Wreda berjenis kelamin perempuan. Sedangkan pendidikan terakhir responden


paling banyak dijumpai sekolah dasar (50%). Wiraswasta merupakan pekerjaan
yang paling banyak dilakukan responden (45%) sebelum menghuni panti, diikuti
tidak bekerja (33%). Setelah satu minggu perlakuan, keseluruhan subyek pada
kelompok kontrol tetap mengalami kualitas tidur buruk. Sedangkan subyek pada
kelompok perlakuan sebanyak 4 orang (44%) mengalami kualitas tidur baik dan
sisanya tetap. Hasil penelitian menunjukkan data skor kualitas tidur pada kelompok
kontrol sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender selama satu
minggu menunjukkan penurunan yang sangat sedikit (0,78) dan tidak signifikan
(p=0,317). Sebaliknya pada kelompok perlakuan menunjukkan penurunan yang
signifikan (3,89, p=0.007).
8. Saran Penelitian
Perlu adanya Penelitian klinis lanjutan perlu dilakukan untuk mengkaji efek
samping pemakaian aromaterapi lavender dalam jangka panjang. Kemungkinan
penggunaan aromaterapi secara mandiri dan mudah juga perlu dikaji.
B. Kritisi Jurnal

Critical Point critical Ya Tida Keterangan


appraisal appraisal k

Judul - Apakah judul V Variabel yang diteliti jelas. Judul


memenuhi kaidah singkat, padat, dan jelas. Variabel
penulisan judul? dependentnya juga sudah
tercantum dijudul
- Apakah
penulisan judul Tidak ada tanda tanya pada judul.
menggunakan V
tanda tanya(?)

- Apakah penulisan Tidak ada tanda seru pada judul


judul
menggunakan V
tanda seru (!)
Penulis - Apakah nama V Anggraini Dwi Kurnia*
penulis Viera Wardhani**
dicantumkan? Kuswantoro Tri Rusca*

-Apakah asal V *Program Studi Ilmu


institusi penulis Keperawatan, Fakultas
dicantumkan? Kedokteran Universitas
Brawijaya
V

20
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

- Apakah asal **Laboratorium Ilmu Kesehatan


institusi penulis Masyarakat, Fakultas Kedokteran
sesuai dengan Universitas Brawijaya
topik penelitian?
Bidang Ilmu - Apakah bidang V -
ilmu tercantum
dalam judul
penelitian?

- Apakah latar V -
belakang penulis
(institusi tempat
bekerja) sesuai
dengan bidang
ilmu topik
penulisan?
Metode - Apakah tujuan V Tujuan untuk mengetahui untuk
Penelitian penelitian mengkaji efek penggunaan
disebutkan? aromaterapi Lavender pada Lansia
yang mengalami gangguan tidur.
Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi dasar dalam
mengembangkan manajemen
gangguan tidur yang bersifat
jangka panjang.
quasy experimental dengan
randomized control group pretest
- Apakah desain V posttest design
penelitian yang
digunakan
disebutkan?
Desain penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian.
- Apakah desain V
penelitian sesuai
dengan tujuan
penelitia Semua pasien yang memenuhi
kriteria inklusi.
- Bagaimana V
sampel dalam
penelitian
tersebut dipilih?
Dalam bentuk tabel dan paragraph
- Dalam bentuk apa pembahasan.
hasil penelitian V
disajikan?

- Apakah uji Analisis menggunakan Wilcoxon


statistik yang signed ranks test dan Mann-
digunakan? V Whitney

21
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Hasil - Apakah hasil V Hasil penelitian bisa


Penelitian penelitian dapat diimplementasikan dalam dunia
diimplementasika keperawatan.
n di keperawatan?

Daftar - Apakah daftar V Dari 12 daftar pustaka, terdapat 4


Pustaka pustaka yang refrensi yang tidak up to date. Dari
digunakan up to tahun 1979-2008.
date?
iya
- Apakah daftar V
pustaka yang
digunakan sesuai
topik penelitian?

- Apakah daftar Iya


pustaka yang V
digunakan dari
sumber yang
terpercaya?

C. KELEMAHAN DAN KEKUATAN PENELITIAN


1. Kelemahan Penelitian
 Kriteria inklusi dan eksklusi tidak dicantumkan.
 Jurnal tidak up todate
2. Kekuatan Penelitian
Terdapat signifikansi antara aroma terapi lavender dalam memperbaiki kualitas
tidur lansia

D. KEMUNGKINAN UNTUK DIAPLIKASIKAN DI KEPERAWATAN


1. Pasien
Memberi pengetahuan pasien tentang manfaat aromaterapi lavender dalam
meperbaiki kualitas tidur.
2. Tenaga medis maupun paramedis
Sebagai dasar rujukan dalam memberikan tindakan medis maupun asuhan
keperawatan terutama bagi pasien dengan gangguan tidur.

22
RPS Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

23
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PANDUAN TUTORIAL PBL

DAFTAR ISI:

 PETUNJUK PELAKSANAAN TUTORIAL PBL (Hal.23)

 GAMBARAN KETERAMPILAN MAHASISWA PADA

PROSES TUTORIAL PBL (Hal. 26)

 SKENARIO 1 (Hal.28)

 SKENARIO 2 (Hal.30)

 LEMBAR EVALUASI PESERTA DALAM DISKUSI

KELOMPOK (Hal.32)

 CHECKLIST EVALUASI DIRI TUTORIAL PBL (Hal.36)

23
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PETUNJUK PELAKSANAAN TUTORIAL PBL

Mahasiswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 10
sampai 15 mahasiswa dan dibimbing oleh satu tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi tutorial
perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekertaris. Ketua diskusi
dan sekertaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua mahasiswa
mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu
dipahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.

Sebelum diskusi dimulai, tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor dengan
mahasiswa serta antar mahasiswa. Ketua dari diskusi dibantu sekertaris memimpin diskusi
dengan menggunakan tujuh langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah yang ada
dalam skenario. Tujuh langkah tersebut meliputi :

1. Klarifikasi istilah atau konsep


Proses menulis dan mencocokkan istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau
menimbulkan banyak intepretasi dengan bantuan kamus umum, kamus kedokteran dan
tutor.
2. Penentuan masalah
Proses mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada dalam skenario berdasarkan
kesepakatan bersama.
3. Pembahasan masalah secara singkat
Proses mendiskusikan dan menjelaskan permasalahan yang ditemukan pada nomer 2
dengan singkat sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya oleh
masingmasing anggota (prior knowledge).
4. Analisis masalah
Proses menjelaskan masalah yang telah didiskusikan pada nomor 3 secara mendalam dan
sistematis berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
5. Menetapkan tujuan belajar
Proses mengumpulkan beberapa permasalahan yang didapatkan pada proses nomor 4 yang
dirasakan kurang jelas dan masih membutuhkan sumber yang benar dan terpercaya atau
permasalahan baru yang muncul dan belum teranalisa di nomor 4 untuk dijadikan fokus
pembelajaran mandiri. Proses ini merupakan akhir proses dari pertemuan pertama.
6. Belajar mandiri
Setiap anggota kelompok melakukan proses belajar mandiri melalui akses internet, jurnal,
perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar untuk memecahkan masalah yang menjadi
tujuan belajar di nomor 5.
7. Pelaporan hasil belajar mandiri
Pada pertemuan kedua dilakukan proses pelaporan oleh masing-masing anggota tentang
hasil yang diperoleh dalam proses belajar mandiri, kemudian dari beberapa hasil dapat
ditarik kesimpulan jawaban yang benar dari masing-masing permasalahan yang menjadi
tujuan belajar.

24
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Setiap skenario akan diselesaikan dalam dua kali pertemuan. Langkah pertama sampai dengan
langkah kelima dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan langkah keenam dilakukan
mandiri diantara waktu pertemuan pertama dan kedua.

Langkah ketujuh dilaksanakan pada pertemuan kedua. Tutor yang bertugas sebagai fasilitator
akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam mencari solusi pemecahan
masalah tanpa harus memberikan penjelasan atau kuliah mini.

Ketua diskusi memimpin diskusi dengan cara :


a. memberi kesempatan setiap anggota kelompok sesuai nama yang disebut untuk dapat
menyampaikan ide dan pertanyaan.
b. mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi diskusi
c. mendorong / memberi kesempatan lebih / memancing bila ada anggota yang kurang aktif
selama proses diskusi
d. membatasi apabila didapatkan pernyataan yang menyimpang jauh dari topik permasalahan
yang telah ditentukan
e. memeriksa sekretaris dalam melakukan tugasnya mencatat proses jalannya diskusi dan hal-
hal penting yang perlu dicatat selama diskusi berlangsung.

Ketua diskusi dalam bertugas dibantu oleh seorang sekretaris yang bertugas mencatat tahapan
diskusi beserta hasilnya dalam white board atau flipchart. Dalam diskusi tutorial perlu
dimunculkan suasana belajar yang kondusif serta iklim keterbukaan dan kebersamaan yang
kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya
dianggap salah, remeh dan tidak bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang
lebih penting adalah bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan
kebenaran pemecahan masalahnya.

Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari informasi atau belajar
mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan dengan akses informasi
baik melalui internet (jurnal ilmiah terbaru), perpustakaan (textbook dan laporan penelitian),
kuliah dan konsultasi pakar.

25
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

GAMBARAN KETERAMPILAN MAHASISWA PADA PROSES TUTORIAL PBL

1. Diskusi Awal pada Minggu Pertama

Step Deskripsi Ketua Sekertaris


1 Klarifikasi  Menunjuk anggota kelompoknya untuk  Membagi papan
istilah atau membacakan problem skenario tulis menjadi tiga
konsep  Memastikan ada anggota yang bersedia bagian
membacakan problem skenario  Mencatat istilah
 Memastikan adanya istilah atau konsep yang kurang
yang kurang dimengerti pada problem dimengerti
skenario
 Menyimpulkan tahap pertama dan
melanjutkan diskusi ke tahap
selanjutnya
2 Penentuan  Mengajukan pertanyaan kepada anggota Menulis
masalah untuk kemungkinan penentuan masalah permasalahan
 Meringkas pertanyaan para anggota yang telah ditetapkan
kelompok
 Memastikan seluruh anggota setuju
dengan penentuan
 Menyimpulkan tahap kedua dan
melanjutkan diskusi ke tahap
selanjutnya
3 Pembahasan  Mempersilahkan seluruh anggota  Membuat tulisan
masalah kelompok untuk berkontribusi satu ringkas yang
secara persatu jelas untuk setiap
singkat  Meringkas setiap hasil kontribusi kontribusi dari
anggota kelompok peserta
 Menstimulasi anggota kelompok untuk  Membedakan
berkontribusi antara poin utama
 Meringkas hasil curah pendapat dengan issue
sementara pendukung
 Meyakinkan bahwa proses analisa
masalah oleh para anggota ditunda
sampai pada tahap keempat
4 Analisis  Memastikan bahwa semua poin dari  Membuat tulisan
masalah curah pendapat telah didiskusikan ringkas yang
 Meringkas setiap hasil kontribusi jelas untuk setiap
anggota kelompok kontribusi dari
 Mengajukan pertanyaan untuk peserta
memperdalam analisa dalam diskusi  Memberikan
 Memastikan bahwa anggota kelompok indikasi adanya
tidak melenceng jauh dari topik hubungan antar
pembicaraan topik
 Menstimulasi anggota kelompok untuk  Permasalahan
menemukan hubungan antar topik (membuat
permasalahan skema)

26
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

 Menstimulasi anggota kelompok untuk


berkontribusi
5 Menetapkan  Mengajukan pertanyaan kepada anggota Menulis issue yang
tujuan kelompok untuk kemungkinan issue akan dipelajari untuk
belajar yang akan dipelajari untuk tahap belajar tahap belajar mandiri
mandiri
 Meringkas setiap hasil kontribusi
anggota
 kelompok
 Memastikan seluruh anggota
menyetujui issue yang akan dipelajari
untuk tahap belajar mandiri
 Memastikan bahwa semua kesulitan dan
perbedaan dalam analisis permasalahan
sudah dijadikan issue yang akan
dipelajari untuk tahap belajar mandiri

2. Tahap pelaporan hasil pada minggu kedua

Step Deskripsi Ketua Sekertaris


7 Pelaporan  Menyiapkan struktur pelaksanaantahap  Membuat tulisan
hasil belajar pelaporan ringkas yang
mandiri  Membuat daftar dari sumber belajar jelas untuk setiap
yang kontribusi dari
 digunakan peserta
 Mengulang kembali issue yang akan  Memberikan
dipelajari pada tahap belajar mandiri dan indikasi adanya
menanyakan temuan yang didapatkan hubungan antar
sebagai hasil belajar mandiri kepada topik
anggota kelompok permasalahan
 Meringkas setiap hasil kontribusi (membuat
anggota kelompok skema)
 Mengajukan pertanyaan untuk  • Membedakan
memperdalam analisa dalam diskusi antara poin
 Menstimulasi anggota kelompok untuk utama dengan
menemukan hubungan antar topik issue pendukung
permasalahan
 Menstimulasi anggota kelompok untuk
berkontribusi
 Menyimpulkan dan meringkas hasil
diskusi dari setiap issue yang akan
dipelajari pada tahap belajar mandiri

27
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

TUTORIAL PBL
SKENARIO 1

1. General Learning Objective


After this tutorial the student shall be able to understand the medical treatment and describe
nursing care management for clients with repiratory disorder comprehensively.

SCENARIO
I can’t breath !!!

A 45 years-old-man presented with difficulty of breath, productive cough, and body weight 50
Kg. On examination, he had a respiratory rate of 29 times per min, wheezing, and retraction of
chest muscle. He received oxygenation through nasal canule 3 liter per min. He is planned to
receive nebulizer therapy with ventolin and flexotid 2 times per day. His family said that the
patient had history of active smoker since he was 18 years old.

Keywords: Wheezing, retraction of chest muscle, nasal canule, nebulizer

2. Student task
Make questions as much as possible related to the scenario

3. Minimal Questions:
1. Why the patient has difficulty to breath ?
2. what is wheezing ?
3. why the patient has wheezing ?
4. what is nebulizer ?
5. How to give nebulizer therapy to the patient ?
6. what is the relationship between smoking and patient’s condition ?

4. Method of Study
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step

5. References
a. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S)
Pte Ltd.
b. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
c. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2014). Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran.
Elsevier.
d. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition.
Mosby: Elsevier Inc.

28
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

e. Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes. 5th edition. Mosby: Elsevier
Inc.
f. Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-17: Definitions and
Classification (Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell.

NOTE: MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

29
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

TUTORIAL PBL
SKENARIO 2

1. General Learning Objective


After this tutorial the student shall be able to understand the medical treatment and describe
nursing care management for clients with cardiovascular disorder comprehensively.

SCENARIO
My legs is swollen....

A 68 years-old-man has a history of heart failure since 12 years ago. She was admitted to
hospital because of comlaining headache, fatigue, and syncope for one time. The physical
examination showed that a blood pressure of 180/100 mmHg, a respiratory rate of 24 times per
min, a pulse rate of 120 beats/min, irregular, edema in both lower extremity, and ascites. She
receives digoxin, furosemide, and beta-blocker drugs

Keywords: heart failure, syncope, ascites, edema, digoxin

2. Student task
Make questions as much as possible related to the scenario

3. Minimal Questions:
a. Why the patient’s vital signs are abnormal ?
b. Why the patient’s lower extremity is swollen (edema) ?
c. Why the patient has ascites ?
d. Why the patient receives digoxin, furosemide, and beta-blocker drugs ?
e. What the functions of that drugs ?
f. How the nursing care for this patient ?

4. Method of Study
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step

5. References
a. Black J.M., Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Singapore: Elsevier (S)
Pte Ltd.
b. Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: ElsevierInc.
c. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2014). Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran.
Elsevier.
d. Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology. 6th edition.
Mosby: Elsevier Inc.

30
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

e. Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes. 5th edition. Mosby: Elsevier
Inc.
f. Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-17: Definitions and
Classification (Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell.

NOTE: MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

31
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

LEMBAR EVALUASI PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK


(UNTUK EVALUASI FORMATIF OLEH TUTOR)

SKENARIO 1

Kelompok : kasus:
Nama : Semester :
Hari / tanggal : Waktu :

Aspek Kriteria Skor Total


Dealing 1. Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan 1
with work pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada
pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text
books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
2. Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan 1
kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari
3. Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus 1
(brainstorming),
4. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 1
5. Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota 1
kelompok
Dealing 1. Bekerjasama dalam tim 1
with others 2. Menjadi pendengar yang baik 1
3. Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan 1
baik
4. Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi 1
5. Komunikasi dengan santun 1
Dealing 1. Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan 1
with one sumber-sumber yang valid
self 2. Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada 1
pendapat anggota lain
3. Mampu merefleksikan hasil diskusi 1
4. Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari 1
tutor
5. Datang tepat waktu dan Berpenampilan rapi 1

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100
Jumlah Nilai=
15

Catatan / kesan untuk mahasiswa:

Fasilitator,

(..........................................)

32
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

LEMBAR EVALUASI PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK


(UNTUK EVALUASI FORMATIF OLEH TUTOR)

SKENARIO 1 (LANJUTAN)

Kelompok : kasus:
Nama : Semester :
Hari / tanggal : Waktu :

Aspek Kriteria Skor Total


Dealing 1. Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan 1
with work pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada
pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text
books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
2. Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan 1
kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari
3. Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus 1
(brainstorming),
4. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 1
5. Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota 1
kelompok
Dealing 1. Bekerjasama dalam tim 1
with others 2. Menjadi pendengar yang baik 1
3. Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan 1
baik
4. Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi 1
5. Komunikasi dengan santun 1
Dealing 1. Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan 1
with one sumber-sumber yang valid
self 2. Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada 1
pendapat anggota lain
3. Mampu merefleksikan hasil diskusi 1
4. Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari 1
tutor
5. Datang tepat waktu dan Berpenampilan rapi 1

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100
Jumlah Nilai=
15

Catatan / kesan untuk mahasiswa:

Fasilitator,

(..........................................)

33
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

LEMBAR EVALUASI PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK


(UNTUK EVALUASI FORMATIF OLEH TUTOR)

SKENARIO 2

Kelompok : kasus:
Nama : Semester :
Hari / tanggal : Waktu :

Aspek Kriteria Skor Total


Dealing 1. Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan 1
with work pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada
pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text
books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
2. Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan 1
kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari
3. Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus 1
(brainstorming),
4. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 1
5. Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota 1
kelompok
Dealing 1. Bekerjasama dalam tim 1
with others 2. Menjadi pendengar yang baik 1
3. Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan 1
baik
4. Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi 1
5. Komunikasi dengan santun 1
Dealing 1. Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan 1
with one sumber-sumber yang valid
self 2. Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada 1
pendapat anggota lain
3. Mampu merefleksikan hasil diskusi 1
4. Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari 1
tutor
5. Datang tepat waktu dan Berpenampilan rapi 1

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100
Jumlah Nilai=
15

Catatan / kesan untuk mahasiswa:

Fasilitator,

(..........................................)

34
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

LEMBAR EVALUASI PESERTA DALAM DISKUSI KELOMPOK


(UNTUK EVALUASI FORMATIF OLEH TUTOR)

SKENARIO 2 (LANJUTAN)

Kelompok : kasus:
Nama : Semester :
Hari / tanggal : Waktu :

Aspek Kriteria Skor Total


Dealing 1. Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan 1
with work pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada
pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text
books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
2. Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan 1
kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari
3. Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus 1
(brainstorming),
4. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 1
5. Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota 1
kelompok
Dealing 1. Bekerjasama dalam tim 1
with others 2. Menjadi pendengar yang baik 1
3. Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan 1
baik
4. Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi 1
5. Komunikasi dengan santun 1
Dealing 1. Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan 1
with one sumber-sumber yang valid
self 2. Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada 1
pendapat anggota lain
3. Mampu merefleksikan hasil diskusi 1
4. Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari 1
tutor
5. Datang tepat waktu dan Berpenampilan rapi 1

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100
Jumlah Nilai=
15

Catatan / kesan untuk mahasiswa:

Fasilitator,

(..........................................)

35
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Checklist Evaluasi Diri Tutorial PBL


No:____ Umur:___th Jenis kelamin: L / P (lingkari) Semester:___ Topik:__________

Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut ada sesuai:


Tidak Belum Cukup Baik Sangat
No Aspek Kognitif cukup cukup (3) (4) baik
(1) (2) (5)
1. Selama berlangsung tutorial, banyak penjelasan pokok
bahasan diberikan peserta secara individual
2. Dalam tutorial, penjelasan kelompok atas pokok
bahasan diberikan dalam bahasa mereka sendiri
3. Para peserta mengemukakan pertanyaaan – pertanyaan
yang adekuat terhadap sesama peserta untuk
mendapatkan pemahaman mendalam mengenai materi
4. Para peserta mengemukakan pertanyaan – pertanyaan
kritis untuk memastikan penjelasan konten yang
diberikan peserta lainnya
5. Dalam kelompok tutorial, salah pengertian terhadap
pokok bahasan dikoreksi oleh anggota kelompok
lainnya.
6. Dalam kelompok tutorial, saya belajar banyak dari
konstribusi (sumbangsih) sesama anggota kelompok.
7. Anggota – anggota kelompok saling membangun
pembahasan berdasarkan argument masing – masing
anggota
Aspek Motivasional
8. Saya merasa sebagai anggota kelompok, bertanggung
jawab terhadap keberlanjutan kelompok
9. Jika saya tidak memiliki persiapan yang baik untuk
pertemuan kelompok, saya merasa tidak nyaman dalam
kelompok.
10 Saya menjadi lebih peka dan sensitive terhadap
kebutuhan kelompok anggota lain dalam kelompok
selama kerja kelompok
11. Kelompok tutorial merangsang aktivitas belajar mandiri
saya
12. Kelompok tutorial memberi pengaruh positif terhadap
komitmen dan usaha akademik saya
13. Ketertarikan saya terhadap pokok bahasan meningkat
akibat diskusi dalam kelompok tutorial
14. Diskusi kelompok tutorial merangsang teman – teman
kelompok saya untuk mengupayakan kemampuan
terbaik mereka
Aspek Demotivasional
15. Selama berlangsungnya tutorial, beberapa anggota
kelompok hanya berkonstribusi sedikit terhadap diskusi
kelompok
16. Beberapa anggota kelompok secara sengaja menyimpan
informasi yang mereka dapat selama belajar mandiri
17. Saya tidak berkonstribusi sebanyak yang saya bisa
terhadap diskusi kelompok tutorial
18. Beberapa anggota kelompok memberi pengaruh
negative terhadap konstribusi anggota kelompok lainnya
19. Beberapa anggota kelompok membiarkan anggota
lainnya mengerjakan diskusi kelompok.
Total Skor

36
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PANDUAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Topik-Topik Praktikum:

1. Pemeriksaan Fisik Pernafasan dan Kardiovasikuler (Hal.40)


2. Pemasangan dan Interpretasi EKG (Hal.46)
3. Perawataan WSD (Hal.66)
4. Fisioterapi Dada dan postural drainage (Hal.70)
5. Suctioning dan perawatan trakeostomi (Hal.77)
6. Perawatan Kolostomi (Hal.81)

37
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB


A. Penjelasan Umum
Praktikum Skills Lab dilakukan di Laboratorium skill lab Jurusan keperawatan singkawang
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibimbing secara intensif oleh instruktur
praktikum dengan fasilitas yang tersedia di Laboratorium skill lab. Mahasiswa dituntut untuk
berperan aktif dalam proses praktikum dan diharapkan semua mahasiswa mampu
mendemonstrasikan skill yang sedang dipraktikumkan. Selain kegiatan praktikum di bawah
bimbingan instruktur, mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Di akhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti
ujian skills (OSCE).

B. Ujian Skills Lab


Ujian praktikum blok dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini bertujuan untuk
mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian terutama dari bahan
praktikum dan teori.

C. Tata Tertib Skills Lab


 Sebelum praktikum, mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Menyiapkan alat-alat sesuai topik praktikum.
3. Tidak Membawa Handphone di skill lab
4. Memakai seragam putih-putih.
5. Memakai name tag.
6. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.
7. Bagi mahasiswa putri:
a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.
b. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam,
memakai kaos kaki.
c. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.
d. Tidak memakai cadar.
Bagi mahasiswa putra:
a. Memakai seragam putih-putih.
b. Celana longgar, bukan celana pensil.
c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.
d. Tidak beranting dan bertato.
e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.
f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.
8. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai.
9. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum
berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum.
 Selama praktikum, mahasiswa:
38
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

1. Menyiapkan Laporan Pendahuluan.


2. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.
3. Melakukan postes.
4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
 Setelah praktikum, mahasiswa:
1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya.
2. Mengisi daftar presensi mahasiswa.
3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur.

Referensi yang digunakan:


 Berman, A., Snyder, S. J., Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis
Kozier Erb. Jakarta: EGC.
 Berman, Audrey (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: EGC
 Muttaqin, Arif (2010). Pengkajian keperawatan aplikasi pada praktik klinik. Jakarta: Salemba
medika
 Perry, A. G., & Potter, P. A. (2005). Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Jakarta: EGC.
 Rebeiro, G., Jack, L., Scully, N., Wilson, D., Novieastari, E., & Supartini, Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Keterampilan Klinis. Edisi Indonesia. Singapore: Elservier

39
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik sistem respirasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan 4 tahapan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dengan tujuan untuk nmemepertoleh data yang sistematis dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakann
keperawatan yang tepat bagi klien.
B. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik sistem pernapasan meliputi hal-hal berikut ini:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannnya.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
C. Indikasi
Pemeriksaan fisik sistem pernapasan diindikasikan pada pasien :
1. Klien ARDS
2. Emfisema
3. Infeksi saluran pernapasan atas
4. Infeksi saluran pernapasan bawah
D. Kontraindikasi
Pemeriksaan fisik sistem permapasan di kontraindikasikan pada pasien :
1. Klien mengalami fraktur
2. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
3. Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi
4. Tingkat kesadaran klien yang rendah
E. Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prossedur pemeriksaan adalah :
1. Jaga privasi klien.
2. Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga klien.
3. Lakukan universal precautions karena mungkin klien batuk dan bersin selama pemeriksaan

40
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN

Nama: ___________________________ NIM: _____________________

No PROSEDUR
Fase Pra Interaksi
Menyiapkan alat :
1 Stetoskop
2 Handscoon
3 Penlight
4 Pensil/pulpen
5 Penggaris
Fase Kerja
1 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2 Cuci tangan
3 Jaga privasi klien
Inspeksi :
1 Amati warna wajah dan bibir (adanya sianosis)
2 Amati kuku pasien (warna dan bentuk)
Gunakan penlight amati hidup dan lubang hidung (polip atau tidak ) atau terdapat
3
sputum,warnanya
Gunakan penlight amati tonsil, pasien di minta membuka mulut dan sedikit
4
mengeluarkan lidahnya
5 Amati area kulit didepan trakea
6 Thoraks: garis bayangan, warna kulit, tekstur, adanya lesi, fraktur dll
7 Amati bentuk dada (anteroposterior)
8 Amati kurvatura tulang belakang
9 Gerakan pernapasan dan kesemitrisan dada
Palpasi :
1 Sensasi : nyeri/tidak nyeri
2 Gerakan dinding toraks anterior/ekskursi pernapasan
- Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga kedua ibu jari pemeriksa terletak
digaris tengah diatas sternum
- Ketika klien mengambil nafas dalam-dalam, maka kedua ibu jari tangan harus
bergerak secara sistematis dan terpisah satu sama lain minimal 5 cm. ekspansi yang
berkurang pada salah satu sisi menunjukkan adanya lesi pada sisi tersebut
3 Ekspansi paru posterior:
- Letakkan kedua telapak tangan Anda pada toraks bawah dengan kedua ibu jari
berdekatan dengan spinal dan jari-jari lainnya meregang. Minta klien menarik napas
dalam sementara Anda mengobservasi gerakan kedua tangan Anda dan
mengobservasi keterlambatan gerakan
4 Fokal fremitus:
- Letakkan permukaan ujung jari atau bagian ulnar tangan atau kepalan tangan Anda
pada dada posterior, dimulai dekat apeks paru
41
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

- Minta klien untuk mengulangi kata "99"


- Ulangi langkah sebelumnya, pindahkan tangan Anda secara berurutan ke dasar paru
- Bandingkan fremitus pada kedua area paru dan antara apeks dengan dasar paru
disetiap paru dengan menggunakan satu tangan yang dipindahkan dari satu sisi dada
klien kearea yang sama disis yang berlawananan
Perkusi :
5 Toraks anterior
- Mulai dari atas klavikula pada ruang supraklavikula, dan dilanjutkan kebawah
sampai diafragma
- Bandingkan satu sisi paru dengan sisi yang lainnya
Toraks posterior
- Minta klien untuk menundukkan kepada dan melipat tangan kedepan dada
- Lakukan perkusi pada ruang interkosta dengan interval sekitar 5 cm dalam ururtan
yang sistematis
Ekskursi diafragma
- Minta klien untuk menarik napas dalam dan menahannya sebentar, sementara
Anda melakukan perkusi sepanjang garis scapula hingga timbul suara redup pada
ketinggian diafragma. Tandai titik ini dengan pensil/pulpen penanda
- Ulangi prosedur tersebut pada sisi dada yang lain
- Minta klien untuk bernapas normal beberapa kali lalu mengeluarkan napas terakhir
secara keseluruhan dan menahannya sementara Anda melakukan perkusi ke atas
dari titik yang ditandai untuk mengkaji dan menandai ekskursi diafragma selama
ekspirasi dalam pada setiap sisi dada.
- Ukur jarak antara dua dada tersebut
Auskultasi :
6 Toraks anterior
- Auskultasi dada anterior. Gunakan urutan pada perkusi
Toraks posterior
- Auskultasi dada posterior. Gunakan urutan pada perkusi
- Minta klien untuk menarik napas dalam secara perlahan melalui mulut. Dengarkan
suara napas pada setiap titik selama inspirasi dan ekspirasi lengkap
- Bandingkan hasilnya pada setiap titik dengan titik yang sama pada sisi dada yang
berlawanan
7 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
Fase Terminasi
8 Alat-alat dirapikan
9 Perawat cuci tangan
10 Dokumentasikan

42
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER

NO LANGKAH-LANGKAH
1 PERSIAPAN ALAT:
- Stateskope
- Penggaris
- Spigmomanometer
- Handscoon
2 PELAKSANAAN
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerj sama. Diskusikan bagaimana
hasilnya akan digunakan dalam merencanakan perawatan dan terapi
selanjutnya.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian yang tepat
3. Beri privasi pasien
4. Tanyakan kepada klien apakah klien memiliki salah satu riwayat berikut
- Riwayat keluarga adanya insiden dan usia terjadinya penyakit jantung,
kadar kolesterol tinggi, hipertensi, stroke, obesitas dan penyakit jantung
kongenital, panyakit arterial, dan demam reumatik
- Demam reumatik; riwayat klien adanya demam reaumatik, murmur jantung,
serangan jantung, verikositas, atau gagal jantung
- Gagal jantung; adanya gejala yang mengindikasikan penyakit jantung
(misalnya; keletihan, dyspnea, ortopnea, edema, batuk, nyeri dada, palpitasi,
sinkop, hipertensi, mengi, hemoptysis)
- Adanya penyakit yang memengaruhi jantung (misalnya; obesitas, diabetes,
penyakit paru, gangguan endokrin)
- Gaya hidup yang merupakan factor resiko penyakit jantung (misalnya;
merokok, konsumsi alcohol, pola makan dan olahraga, area dan derajat
stress yang dirasakan)
3 INSPEKSI dan PALPASI
Inspeksi dan Palpasi precordium secara simultan untuk memeriksa adanya pulsasi,
daya dorong, dan daya angkat jantung yang abnormal. Untuk menentukan area
katup jantung;
Tehnik Pemeriksaan;
- Tentukan lokasi Angle of Louis yang dirasakan merupakan tonjolan pada
sternum
- Gerakkan jari kebawah angle of louis sampai dapat merasakan ruang interkosta
kedua. Ruang interkosta kedua sisi kanan adalah area aorta dan sisi kiri adalah
area pulomonal
- Dari area pulmonal, gerakkan ujung jari kebawah hingga tiga ruang interkosta
kiri disepanjang sisi sternum. Ruang interkosta kelima yang dekat sternum
adalah area tricuspid atau area ventricular kanan

43
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

- Dari area tricuspid, gerakkan jari 5 sampai 7 cm kesamping kegaris


midklavikula kiri. Tempat ini adalah area apical atau mitral, atau PMI. Jika
mengalami kesulitan menentukan PMI, minta klien menghadap pada sisi kiri
untuk menggerakkan apeks sehingga dekat dengan dinding dada.

a. Inspeksi dan Palpasi area aorta dan pulmonal, amati area tersebut pada suatu
sudut dan dari samping, untuk mengetahui ada tidaknya pulsasi
b. Inspeksi dan palpasi area tricuspid untuk memeriksa pulsasi dan daya angkat
atau dorong jantung
c. Inspeksi dan palpasi area apical untuk memeriksa adanya pulsasi, perhatikan
lokasi spesifik (dapat berpindah kesamping atau kebawah) dan diameternya. Jika
berpindah kesamping. Catat jarak antara apeks dan garis midklavikula dalam
sentimeter
d. Inspeksi dan palpasi area epigastrium pada dasar sternum untuk memeriksa
adanya pulsasi aorta abdomen
e. Arteri Karotis
Palpasi arteri karotis. Lakukan dengan hati-hati
- Palpasi hanya satu arteri karotis pada satu waktu. Tindakan ini menjamin
aliran darah serebral adekuat melalui arteri lain dan mencegah kemungkinan
iskemia.
- Hindari memberi tekanan berlebihan dan memijat area arteri karotis.
Tekanan dapat menyumbat arteri, dan pijatan pada sinus karotis dapat
mencetuskan bradikardi
- Minta klien untuk sedikit memutar kepala ke sisi yang diperiksa. Hal ini
membuat arteri karotis lebih mudah diperiksa
f. Vena Jugularis:
- Inspeksi distensi vena jugularis ketika klien berada pada posisi semifowler
(sudut 30-45 derajat), kepala di sangga dengan bantal kecil.
- Jika ada distensi jugularis, kaji tekanan vena jugularis (Jugular venous
pressure (JVP))
Tehnik pemeriksaan:
a. Tentukan titik distensi vena jugularis interna tertinggi yang dapat dilihat.
Walaupun vena jugularis interna atau eksterna dapat digunakan, vena
jugularis interna lebih dapat dipercaya. Vena jugularis eksterna lebih
mudah terpengaruh oleh obstruksi/lilitan pada dasar leher.
b. Ukur tinggi vertical titik ini dalam sentimeter dari sudut sternal (tempat
klavikula bertemu)
c. Ulangi langkah diatas ada sisi yang lain
4 AUSKULTASI
1. Auskultasi jantung pada keempat lokasi anatomi; Aorta, pulmonal, tricuspid,
dan apical (mitral). Auskultasi tidak dibatasi pada area ini saja; namun,
perawat dapat memindahkan stateskop ke area lain untuk mencari bunyi yang
paling dapat didengar pada setiap klien.

44
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Tehnik pemeriksaan:
- Singkirkan semua sumber suara di ruangan. Suara jantung memiliki
intensitas rendah, dan suara lain menghalangi perawat untuk mendengar
suara jantung
- Beri klien posisi supine dengan elevasi kepala 30 sampai 45 derajat
- Gunakan flat-disc diafragma dan bentuk bel untuk mendengarkan semua
area
- Bedakan bunyi S1 dan S2 pada semua area yang diauskultasi
- Ketika mengauskultasi, konsentrasi pada satu bunyi yang khusus pada satu
saat disetiap area: suara jantung pertama, diikuti oleh bunyi sistol,
kemudian bunyi jantung kedua, lalu diastole. Sistol dan diastole normalnya
memiliki interval bunyi.
- Selanjutnya, periksa kembali jantung saat klien berada pada posisi duduk
tegak. Suara tertentu lebih terdengar pada posisi tertentu
2. Arteri Karotis;
- Putar kepala klien sedikit menjauh dari sisi yang diperiksa. Tindakan ini
memfasilitasi penempatan stateskop
- Auskultasi arteri karotis pada satu sisi kemudian sisi lainnya
- Dengarkan adanya bunyi bruit
- Jika terdengar bruit, palpasi arteri secara perlahan untuk menentukan
adanya thrill
5 Dokomentasi:
Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada catatan klien dengan menggunakan
formulir disertai dengan catatan narasi jika diperlukan

45
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 2

SOP PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)


A. Definisi
EKG merupakan alat untuk merekam aktivitas kelistrikan jantung dengan hasil dalam bentuk
grafik atau gelombang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung
2. Untuk mengetahui adanya kelainan miokardium
3. Mengetahui pengaruh/efek obat jantung terutama digitalis
4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit
5. Mengethaui adanya perikarditis

No Komponen Skor
I Persiapan Alat:
1. Mesin EKG (mesin utama, dan elektroda)
2. Kertas EKG
3. Jelly
4. Sarung tangan
5. Tissue/handuk
6. Kapas alkohol
7. Alat tulis (Bulpoin/pensil)

II Tahap Pra Interaksi


1. Baca catatan medis: lakukan verifikasi order untuk pemeriksaan EKG
2. Persiapan alat-alat
3. Jaga privasi klien: Tutup pintu dan jendela/korden

III Tahap Orientasi


1. Ucapkan salam, sapa klien dengan namanya, perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedure dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
3. Lakukan kontrak waktu pemasangan EKG
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5. Alat di dekatkan ke bed pasien

IV Tahap Kerja
1. Perawat cuci tangan dan memakai sarung tangan
2. Bantu klien pada posisi supine. Pasien dengan masalah respirasi bisa
diposisikan semi fowler
3. Lepaskan semua benda dari logam yang dikenakan oleh klien (contoh:
Cincin, gelang, Jam tangan, dll)
4. Minta klien untuk melepas pakaiannya, terutama di area dada, pergelangan
tangan, dan mata kaki. Jaga privasi klien saat melakukannya.
5. Instruksikan klien untuk tetap diam saat perekaman EKG
6. Bersihkan permukan kulit di dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki
dengan menggunakan kapas alkohol
46
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

7. Siapkan 4 elektroda ekstremitas, dan berikan gel pada permukaan


elektroda tersebut
8. Pasang elektroda pada tubuh ekstremitas kilen, dan hubungkan kabel
dengan elektroda berikut:
A. Kabel Right Arm (RA) merah dihubungkan pada elektroda di
pergelangan tangan kanan
B. Kabel Left Arm (LA) kuning dihubungkan pada elektroda di
pergelangan tangan kiri
C. Kabel Right Leg (RL) hitam dihubungakn pada elektroda di
pergelangan kaki kanan
D. Kabel Left Leg (LL) hijau dihubungkan pada elektroda di
pergelangan kaki kiri
9. Siapkan 6 elektroda prekordial (bentuk balon hisap) dengan gel
secukupnya.
10. Hubungkan kabel penghubung dengan elektroda, dan pasangkan elektroda
pada tubuh klien sebagai berikut:
A. V1 = ruang interkostal IV garis eksternal kanan, di tepi kanan
sternum
B. V2 = ruang interkostal IV garis eksternal kiri, di tepi kiri sternum
C. V3 = pertengahan V2 dan V4
D. V4 = perpotongan antara linea medioklavikularis kiri dengan
ruang interkostal 5 kiri
E. V5 = perpotongan antara linea axillaris anterior kiri dengan ruang
interkostal 5 kiri
F. V6 = perpotongan antara linea axillaris media kiri dengan ruang
interkostal 5 kiri
11. Nyalakan mesin EKG
12. Periksa kembali kalibrasi, kecepatan, dan penerapan kepekaan alat
13. Lakukan pencatatan identitas klien melalui mesin EKG
14. Lakukan perekaman EKG
15. Matikan mesin EKG
16. Lepaskan elektroda dan bersihkan kulit dari gel yang tersisa menggunakan
tissue atau handuk
17. Merapikan pasien dan mengembalikan benda logam yang dipakai pasien
18. Merapikan alat dan membuang sampah
19. Melepas sarung tangan
20. Perawat cuci tangan

V Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon, perasaan, dan kondisi klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengucapkan salam

VI Dokumentasi
1. Catat identitas klien, waktu pelaksanaan, dan kemungkinan adanya
abnormalitas hasil EKG pada rekam medis (RM)
2. Catat dan laporkan bila adanya kondisi abnormal
3. Catat respon klien

47
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) DASAR

A. MORFOLOGI GELOMBANG EKG

milivolt

Time (second/ detik)

Gambar 1.Morfologi gelombang EKG (atas) dan kertas EKG dengan kalibrasi standar
(bawah)
48
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Ukuran kotak kecil: 1mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan kertas pencatatan 25
mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Amplitudo standar 1 milivolt (mV).

KETERANGAN :
- Gelombang P: aktivasi atrium (depolarisasi atrium)
 Panjang/durasi< 0,12 detik
 Tinggi/amplitudo< 0,3 mV atau < 3 mm
 Selalu positif dilead II dan negatif di lead aVR
- Interval PR: durasi konduksi AV
 Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS
 Durasi normal 0,12–0,20 detik
- Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri (depolarisasi ventrikel)
 Morfologi bervariasi di antara tiap lead (gambar ada di sub bab interpretasi EKG)
 Gelombang Q  defleksi negatif pertama
 Gelombang R  defleksi positif pertama
 Gelombang S  defleksi negatif setelah gelombang R
- Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel
 Lebar 0,06–0,12 detik
- Interval PP: durasi siklus atrium
- Interval RR: durasi siklus ventrikel
- Interval QT:durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
- Segmen ST
 Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T
 Normal: isoelektrik
- Gelombang T
 Positifdilead I, II, V3–V6 dan negatif di Avr

B. INTERPRETASI EKG
1. IRAMA
Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus SA dengan
melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV, dan seterusnya
melalui berkas His  cabang His kiri dan kanan  jaringan purkinye  akhirnya ke
serabut otot ventrikel. Disini nodus SA menjadi pacemaker utama dan pacemaker lain yang
terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA terganggu maka fungsi sebagai
pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.
Irama jantung normal demikian dinamakan irama sinus ritmis yaitu iramanya
teratur, dan tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS. Irama sinus merupakan irama
yang normal dari jantung dan nodus SA sebagai pacemaker. Jika irama jantung ditimbulkan
oleh impuls yang berasal dari pacemaker yang terletak di luar nodus SA disebut irama
ektopik.

49
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Adanya perubahan-perubahan yang ringan dari panjang siklus masih dianggap irama
sinus yang normal. Akan tetapi apabila variasi antara siklus yang paling panjang dan paling
pendek melebihi 0,12 detik maka perubahan irama ini dinamakan sinusaritmia.
a. Irama Sinus Ritmis
- Irama reguler dengan frekuensi 60-100 kali per menit dan R ke R reguler
- Morfologi gelombang P normal, tiap gelombang P diikuti satu kompleks QRS
- Gelombang P defleksi positif di sadapan II
- Gelombang P dan kompleks QRS defleksi negatif di lead aVR

Gambar 2. Contoh hasil pemeriksaan EKG irama sinus ritmis

b. Sinus Aritmia
- Memenuhi kriteria irama sinus, tetapi sedikit ireguler
- Merupakan gambaran fisiologis normal, yang sering didapatkan pada individu
sehat usia muda
- Fenomena ini terjadi karena pengaruh respirasi

Gambar 3. Contoh hasil pemeriksaan EKG siinus aritmia

c. Atrial Fibrilation
- Ciri khas AF adalah tidak adanya gelombang P dan iramanya irregularly irregular
(betul-betul ireguler).
- Morfologi gelombang P berupa fibrilasi

Gambar 4. Contoh hasil pemeriksaan EKG : atrial fibrillation


50
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

d. Ventricular Tachycardia (VT)


- Terdapat >3 irama ventrikuler dengan frekuensi 100-250 kali per menit
(kebanyakan di atas 120 kali per menit)
- Kompleks QRS lebar (durasi QRS >0,12 detik)
- Kadang gelombang P nampak (tanda panah), tetapi tidak ada asosiasi dengan
kompleks QRS

Gambar 5. Contoh hasil pemeriksaan EKG : Ventricular Tachycardia

e. Ventricular Fibrillation (VF)


- Gelombang nampak ireguler dengan berbagai morfologi dan amplitudo
- Gelombang P, kompleks QRS, atau gelombang T tidak terlihat

Gambar 6. Contoh hasil pemeriksaan EKG : Ventricular Fibrillation

f. Supraventricular Tachycardia (SVT)


- Takikardi reguler (frekuensi 140-280 kali per menit)
- Kompleks QRS sempit (durasi kompleks QRS <0,12 detik)
- Gelombang P tidak jelas terlihat

Gambar 7. Contoh hasil pemeriksaan EKG : Supraventricular Tachycardia

2. FREKUENSI
Frekuensi jantung pada orang dewasa normal antara 60 sampai 100 kali/menit. Sinus
takikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung pada orang dewasa lebih dari 100
kali/menit, pada anak-anak lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi lebih dari 150 kali/menit.
Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit.

51
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

a. Cara menghitung frekuensi jantung bila teratur/regular


Bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
- 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P interval.
- 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval.

Gambar 8. Menghitung frekuensi jantung bila teratur

b. Cara menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur/irregular


Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur yaitu dengan cara
mengitung jumlah kompleks QRS dalam 6 detik lalu dikalikan dengan 10. Contoh:
dalam 6 detik (30 kotak kecil, pada gambar di bawah adalah antara 2 panah) didapatkan
13kompleks QRS lalu dikalikan 10 sehingga frekuensi jantung adalah 130 kali/menit).

Gambar 9. Menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur (ireguler)

3. AKSIS
Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi adalah posisi listrik
dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti posisi anatomis. Axis pada
manual ini yang akan dibahas adalah aksis frontal plane dan horizontal plane.
a. Frontal plane
Pada pencatatan EKG kita akan mengetahui posisi jantung terhadap rongga
dada. Untuk menghitung aksis jantung bisa menggunakan resultan vektor kompleks
QRS di lead I dan lead aVF karena kedua lead tersebut memiliki posisi yang saling
tegak lurus.

A. B.

52
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Gambar 10. A. Posisi lead ekstremitas terhadap frontal plane. B. Pembagian kuadran
berdasar posisilead ekstremitas pada front plane. Keterangan : LAD : Left Axis
Deviation ; RAD : Right Axis Deviation ; EAD : Extreme Axis Deviation

Pada gambar berikut ini (Gambar 11) dapat dilihat cara perhitungan aksis
jantung frontal plane serta contoh aksis normal, right axis deviation (RAD), dan left axis
deviation (LAD).

Gambar 11. Contoh perhitungan aksis jantung. A. Aksis normal (+)72⁰ yang diperoleh
dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)4,5 dan di lead aVF (+)6. B. Right axis
deviation (RAD) (+)140⁰ yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (-
)9,5 dan di lead aVF (+)7. C. Left axis deviation (LAD) (-) 60⁰ yang diperoleh dari
resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)5 dan di lead aVF (-)7.

53
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

b. Horizontal plane
Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal, yaitu:
1) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation=CWR)
2) Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini
ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke belakang. Ini
dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan transitional zone, dimana
pada keadaan normal terletak pada V3 dan V4 (transitional zone = R/S = 1/1). Pada
clock wise rotation tampak transitional zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.
3) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter clock
wise rotation=CCWR)
Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan lebih
ke belakang. Pada counter clock wise rotation tampak transitional zone
pindahkekanan, yaitu V1atau V2.

Gambar 12. Lead prekordial V1 hingga V6 pada potongan melintang jantung yang dilihat
dari kaudal. Kompleks QRS equiphasic di lead V3 (dilingkari). Lead V3 dan V4
menggambarkan transitional zone antara gelombang S yang dalam di lead V1 dan V2 dengan
gelombang R yang tinggi di lead V5 dan V6. LV, left ventricle/ ventrikel kiri; RV, right
ventricle/ ventrikel kanan. A. Clockwise rotation. B. Normal. C. Counterclockwise rotation.

54
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

4. GELOMBANG P
A. Durasi dan amplitudo gelombang P normal
Gelombang P ialah suatu defleksi yang disebabkan oleh proses depolarisasi
atrium.Terjadinya gelombang P adalah akibat depolarisasi atrium menyebar secara radial
dari nodus SA ke nodus AV (atrium conduction time). Gelombang P yang normal
memenuhi kriteria sbb:
a. Panjang atau durasi gelombang tidak lebih dari 0,12 detik
b. tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3mm atau 0,3 mV
c. biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aVL dan V3-V6
d. biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula pada V1 dan kadang-
kadang V2
B. Gelombang P mitral dan P pulmonal

Gambar 13.Gelombang P normal (kiri), P mitral (tengah) dan P Pulmonal (kanan).


P mitral adalah gelombang P yang melebar (>0,12 detik) dengan notch yang
menandakan pembesaran atrium kiri. Pada kondisi ini juga bisa ditemukan P bifasik di
lead V1. P pulmonal adalah gelombang P yang tinggi dengan amplitude >3 kotak kecil
yang menandakan pembesaran atrium kanan. Bila ditemukan gelombang P yang inversi
(defleksi negatif pada lead yang seharusnya defleksi positif) menandakan depolarisasi
atrium dengan arah yang abnormal atau pacemaker bukan nodus SA, melainkan pada
bagian lain atrium atau dextrocardia.

5. INTERVAL PR
Interval P-R atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari permulaan timbulnya
gelombang P sampai permulaan kompleksQRS. Ini menunjukkan lamanya konduksi atrio
ventrikuler dimana termasuk pula waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
bagian awal dan repolarisasi atrium. Repolarisasi atrium bagian akhir terjadi bersamaan
waktunya dengan depolarisasi ventrikuler. Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.
A. Blok AV derajat 1
- Interval PR memanjang (>0,20 detik)
- Semua gelombang P diikuti kompleks QRS

55
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Gambar 14. Blok AV derajat 1

B. Blok AV derajat 2 tipe 1


- Pemanjangan progresif interval PR
- Pemendekan interval PR pada beat setelah gelombang P yang tidak dikonduksikan
dibandingkan dengan interval PR sebelum gelombang P yang tidak dikonduksikan.

Gambar 15. Blok AV derajat 2 tipe 1

C. Blok AV derajat 2 tipe 2


Blok AV derajat 2 tipe 2 merupakan bentuk blok AV derajat II yang lebih berat.
Karakteristiknya adalah kemunculan mendadak satu gelombang P sinus yang tidak
dikonduksikan tanpa dua karakteristik yang didapatkan pada blok AV tipe II Mobitz tipe
I.

Gambar 16. Blok AV derajat 2 tipe 2

D. Blok AV derajat 3 (Blok AV total)


- Tampak gelombang P (positif di sadapan II), dengan frekuensi irama sinus yang
relatif reguler, yang lebih cepat daripada irama ventrikel
- Kompleks QRS ada, dengan frekuensi ventrikuler yang lambat (biasanya konstan)
- Gelombang P tidak mempunyai hubungan dengan kompleks QRS, sehingga
interval PR bervariasi.

Gambar 17. Blok AV derajat 3

56
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

6. SEGMEN PR
Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan kompleks
QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam garis isoelektrik atau sedikit depresi
dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm.Segmen P-R ini menggambarkan delay of exitation
pada nodus AV (atau kelambatan transmisi impuls pada nodus AV).
7. KOMPLEKS QRS
Yang perlu diperhatikan pada kompleks QRS adalah:
A. Durasi kompleks QRS:
Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel (total ventricular depolarization
time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau permulaan R bila Q tak tampak), sampai
akhir gelombang S. Nilai normal durasi kompleks QRS adalah 0,08-0,10 detik. V.A.T
atau disebut juga intrinsic deflection ialah waktu yang diperlukan bagi impuls melintasi
miokardium atau dari endokardium sampai epikardium, diukur dari awal gelombang Q
sampai puncak gelombang R. V.A.T tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V1dan V2,
dan tidak boleh lebih dari 0,05 pada V5 dan V6.
B. Gelombang Q patologis
Gelombang Q patologis merupakan tanda suatu infark miokard lama.
Karakteristik gelombang Q patologis yaitu lebarnya melebihi 0,04 detik dan dalamnya
melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama. Karena
gelombang Q patologis menunjukkan letak infark miokard, maka untuk mendiagnosis
infark miokard lama harus melihat gelombang Q patologis sekurang-kurangnya pada
dua lead yang berhubungan. Contoh: diagnosis infark miokard lama inferior dapat
ditegakkan apabila ditemukan gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF (gambar
18).

Gambar 18. Infark miokard lama (Old Myocardial Infarction_OMI) dengan


gambaran gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF.

57
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

C. Morfologi kompleks QRS


Morfologi kompleks QRS menunjukkan gambaran yang berbeda tergantung
lead/sadapan. Berikut ini variasi morfologi kompleks QRS normal di berbagai lead.

Kelainan morfologi kompleks QRS yang paling sering adalah blok berkas his.
Blok berkas his dibedakan menjadi 2 macam, yaitu right bundle brach block (RBBB)
dan left bundle brach block (LBBB). Pada RBBB ditemukan gambaran rSR di lead V1-
V2, sedangkan pada LBBB ditemukan gambaran RSr di lead V5-V6.

Gambar 19. Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan left
bundle brach block (bawah).

58
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

8. Hipertrofi Ventrikel
A. Hipertrofi Ventrikel Kanan
Tanda hipertrofi ventrikel kanan adalah sebagai berikut.
- Deviasi aksis ke kanan
- Gelombang R lebih tinggi daripada gelombang S di V1, sedangkan di V6,
gelombang S lebih dalam daripada gelombang R.
B. Hipertrofi Ventrikel Kiri

Gambar 20. Gambaran EKG pada hipertrofi ventrikel

9. SEGMEN ST
A. Segmen ST isoelektrik

59
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Isoelektrik atau
garis dasar

Gambar 21.Penilaian segmen ST (atas) dan penentuan isoelektrik atau garis dasar.

B. ST elevasi

C. ST depresi

Gambar 23.Tipe-tipe ST depresi: downsloping (kiri), upsloping (tengah) dan


horizontal (kanan).
60
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

10. GELOMBANG T
Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses repolarisasi ventrikel
jantung. Panjang gelombang T biasanya 0,10-0,25 detik. Pada EKG yang normal maka
gelombang T adalah sbb :
- positif (upward) di lead I dan II; dan mendatar, bifasik atau negatif di lead III
- negatif (inversi) di aVR; dan positif, negatif atau bifasik pada aVL atau aVF.
- negatif (inversi) di V1;dan positif di V2 sampai V6

Gambar 24. Tipe-tipe gelombang T: A. normal. B. Peaked T Wave. C. inversi gelombang


T karena iskemia transmural. D. Inversi simetris gelombang T, tetapi tidak sedalam
gambaran iskemia transmural. E. Inversi dangkal gelombang T. F. gelombang T bifasik. G.
gelombang T flat atau isoelektrik. Walaupun konfigurasi gelombang T pada gambar B, C,
dan D merupakan kecurigaan iskemia, abnormalitas gelombang T tersebut mungkin
disebabkan oleh penyebab lainnya.

11. GELOMBANG U
Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, mungkindihasilkan oleh proses
repolarisasi lambat ventrikel. Gelombang U adalah defleksi yang positif dan kecil setelah
gelombang T sebelum gelombang P, juga dinamakan after potensial. Gelombang U yang
negatif (inversi) selalu abnormal.

12. INTERVAL Q-T


Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir
gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel (duration of
electrical systole) atau depolarisasi ventrikel dan repolarisasinya. Interval Q-T ini berubah-
ubah tergantung frekuensi jantung, jadi harus dikoreksi sesuai frekuensi jantungnya (Q-Tc).
Untuk koreksi ini menggunakan normogram yang memberikan Q-Tc untuk frekuensi
jantung 60x/menit. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh lebih dari 0,42 detik dan pada
wanita tidak boleh lebih dari 0,45 detik.

61
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

13. LAIN-LAIN
A. VES=Ventricular Extra Systole (PVC=Premature Ventricular Contraction)

Gambar 25. Ventricular Extra Systole (VES)

B. SVES=Supraventricular Extra Systole (PAC=Premature Atrial Contraction)

Gambar 26. Supraventricular Extra Systole (SVES)

62
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

C. CONTOH HASIL PEMERIKSAAN


Gambar 1

Irama jantung Irama sinus ritmis


Frekuensi denyut jantung 69 x/mnt
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3 (normal)
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Amplitudo gelombang P 0,1-0,2 mV atau 1-2 mm
Interval P-R 0,14 detik
Durasi kompleks QRS 0,4 detik
Morfologi kompleks QRS Normal
Gelombang Q Tidak ada
Segmen ST Isoelektrik (normal)
Gelombang T Normal
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,38 detik
Kesimpulan interpretasi Irama sinus ritmis normal

63
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Gambar 2.

Irama jantung Sinus aritmia


Frekuensi denyut jantung 48x/menit, bradikardi
Aksis jantung 60˚(aksis normal)
Transitional zone Lead V3
Amplitudo gelombang P 0,1 mV atau 1 mm
Durasi gelombang P 0,04-0,06 detik
Interval P-R 0,20 detik
Morfologi komplek QRS Normal
Durasi kompleks QRS 0,08 detik
Gelombang Q Tidak ada Q patologis
Segmen ST Isoelektrik (normal)
Gelombang T Upward (Normal)
Gelombang U Tidak ada
Interval QT 0,40 detik
Kesimpulan interpretasi Sinus Bradi Aritmia

64
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

D. DATA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM INTERPRETASI EKG


Untuk membaca/interpretasi sebuah EKG, kita harus memperhatikan data-data di bawah
ini:
1. Umur dan jenis kelamin penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-
anak sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
2. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang
tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase berbanding
berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
3. Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah peningkatan
voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi
dan dilatasi ventrikel kiri.
4. Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek EKG
dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang berat, pleural effusion dan
lain-lain.
5. Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sangat mempengaruhi bentuk EKG.
Maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari efek, digitalis, perlu dihentikan
sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tersebut.
6. Kalibrasi kertas EKG.
7. Deskripsikan morfologi gelombang EKG lalu disimpulkan.

65
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 3

PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

Definisi
WSD adalah suatu unit yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura dan
mencegah aliran balik ke pleura.

Fungsi WSD:
1. Memungkinkan cairan (darah, pus, efusi pleura) keluar dari rongga dada
2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
3. Mencegah udara masuk kembali (terhisap) ke rongga pleura yang dapat menyebabkan
pneumothorax
4. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan
negatif pada intra pleura

Jenis WSD:
1. Botol drainage dengan kedap air (water seal)
a. Digunakan sebuah botol dengan kapasitas 1 – 2 liter dan harus steril
b. Diisi dengan air steril sehingga ujung pipa terendam ± 1-2 cm dibawah permukaan air
c. Ekspansi kembali paru dipengaruhi oleh daya rentan keaktifan pasien.
2. Botol drainage dengan continous suction dilengkapi dengan manumeter
a. Botol pertama untuk menampung sekret
b. Botol kedua untuk mengatur besarnya tekanan negatif
c. Dihubungkan dengan pompa hisap ringan bertekanan 100 cmH2O
d. Untuk penderita dewasa, besarnya skala tekanan negatif 12-15 cmH2O untuk anak-
anak 8 – 10 cm H2O
e. Dengan hisapan kontinue ekspansi paru tidak perlu secara aktif
3. Botol drainage dengan sistem 3 botol
Gabungan antara sistem water seal 2 botol dan sistem hisapan kontinu. Keuntungannya bila
listrik mati akan terjadi keadaan seperti water seal 2 botol.

Patofisiologi dada rongga thorax


Di dalam rongga thorax terjadi inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah menarik nafas aktif
karena kontraksi otot-otot interkosta menyebabkan rongga thorax mengembang tekanan
negatif yang menarik dapat menyebabkanb mengalirkan udara melalui saluran nafas atas ke
paru-paru. Ekspirasi adalah keluar nafas pasif karena elastisitas jaringan paru ditambah relaksi
otot interkosta hingga mengecilkan volume rongga torax. Fungsi rongga torax ada 4 yaitu:
1. Ventilasi: memasukkan udara melalui jalan nafas ke dalam/dari paru dengan cara inspirasi
dan ekspirasi
2. Distribusi; menyebarkan/mengalirkan udara merata ke seluruh sistem jalan nafas sampai
alveoli
3. Difusi: O2 dan CO2 bertukar melalui membran semi permeabel pada dinding allveoli.

66
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

4. Perfusi: darah arterial di kapiler meratakan pembagian muatan O2 dan darah digantikan
isinya dengan muatan oksigen yang cukup untuk menghidupi jaringan tubuh.
5. Ventilasi: memasukkan udara melalui jalan nafas ke dalam/dari paru dengan cara inspirasi
dan ekspirasi
6. Distribusi; menyebarkan/mengalirkan udara merata ke seluruh sistem jalan nafas sampai
alveoli
7. Difusi: O2 dan CO2 bertukar melalui membran semi permeabel pada dinding allveoli.
8. Perfusi: darah arterial di kapiler meratakan pembagian muatan O2 dan darah digantikan
isinya dengan muatan oksigen yang cukup untuk menghidupi jaringan tubuh.

Indikasi Pemasangan WSD:


1. Pneumothorax:
a. Terbuka: penetrasi dinding dada dan rongga pleura
b. Tertutup: penetrasi melalui dinding dada yang memungkinkan udara masuk ke rongga
pleura dari paru.
c. Tension
2. Hemothorax
3. Hemopneumothorax
4. Thoracostomy
5. Phyothorax/emphyema
6. Chylothorax
7. Hydrothorax
8. Pleural Efusion

Tempat pemasangan selang dada:


1. Bagian apeks paru (apikal)
Tempat pemasangan antero lateral tepatnya linea medio clavicularis antara costa II – III.
Fungsinya mengeluarkan udara
2. Bagian basal
Tempat pemasangan posterolateral, tepatnya linea axilaris anterior antara iga IX – X.
Fungsinya adalah mengeluarkan cairan/darah dari rongga pleura.

Cara perawatan pada klien yang terpasang WSD:


1. Klien diberi penjelasan tentang sistem WSD tersebut.
2. Klien diletakkan dalam posisi semi fowler
3. Harus selalu dijaga bahwa nafas klien selalu bersih dan bebas obstruksi
4. Melakukan pemeriksaan tanda vital dan keadaan umum
5. Disamping klien diberi bel agar klein dapat memanggil perawat bila perlu
6. Cegah terjadinya dekubitus dengan merubah posisi klien setiap 2-4 jam
7. Seluruh sistem drainase: pipa-pipa, botol harus dalam keadaan rapi dan aman
8. Pipa yang keluar dari rongga thorax harus difiksasi ke tubuh dengan plester yang lebar
hingga mencegah goyangan dan dirawat luka setiap hari.
9. Selang dada transparan, maka keluarnya sekret dapat diobservasi dan bila ada gumpalan
harus segera diurut sehingga tidak ada sumbatan.

67
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

10. Kolaborasi setipa hari/6-8 jam dilakukan foto thorax untuk mengetahui keadaan paru,
posisi drain.
11. Melakukan pemeriksaan AGD, darah lengkap dan kimia darah.
12. Jumlah sekret pada botol penampung dicatat jumlah dan jenisnya tiap jam/tiap hari.
13. Pemberian obat-obat analgetika untuk mengurangi nyeri dada saat bernafas.
14. Fisioterapi pernafasan dan anggota-anggota gerak
15. Kelainan sistem drainage harus segera dilaporkan dan dikoreksi.

Penatalaksanaan selang dada sebelum klem dilepas harus diperiksa:


1. Hubungan antara sistem drainase dengan selang dari klien berada pada posisi yang benar,
penyambungannya cukup kuat
2. Ujung selang yang dari klien harus terndam dalam botol cairan sistem drainage kira-kira
2,5 cm dibawah permukaan air.
3. Selangnya harus cukup panjang memungkinkan klien bergerak
4. Bila semuanya telah diperiksa dengan baik, hubungan sistem drainage ke sumber pengisap
dan atur tekanan rongga pleura
5. Obseravsi botol WSD mengenai: Jenis dan jumlah cairan yang keluar setiap setengah jam.
Keluarnya gelembung udara dari drain, adanya gelembung udara terus-menerus
menunjukkan adanya fistula bronkho pleura.
6. Undulasi adalah gerakan naik turun cairan di dalam tabung/selang
7. Apabila tidak terdapat undulasi pada botol WSD yang tidak dihubungkan dengan alat
pengisap maka kemungkinan terdapat sumbatan pada selangnya. Unruk mencegah
sumbatan maka selang harus sering diurut dan dicegah tidak tertekuk.
8. Penggunaan alat pengisap dpat membantu pengeluaran caiaran dan mencegah terjadinya
sumbatan.
9. Apabila paru sudah berkembang sempurna maka undulasi akan terhenti.

Indikasi pencabutan selang dada/WSD:


1. Sekresi serous, tidak hemoragis
a. Dewasa: jumlah kurang dari 100 cc/24 jam
b. Anak-anak: jumlah kurang dari 25-50 cc/24 jam
2. Paru-paru mengembang yang secara klinis ditandai dengan adanya suara paru kanan dan
kiri.
3. Evaluasi dengan foto torak
4. Selang WSD tersumbat

SOP PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)


Nama: ___________________________ NIM: _____________________
No Komponen Skor
I Tahap Pra Interaksi
1. Baca catatan medis: lakukan verifikasi order
2. Persiapan alat-alat
3. Jaga privasi klien: Tutup pintu dan jendela/korden

68
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

II Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam, sapa klien dengan namanya, perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedure dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
3. Lakukan kontrak waktu
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya

III Tahap Kerja


1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama
3. Jaga privacy klien
4. Atur posisi tidur klien semifowler dengan posisi kepala mengarah
berlawanan dengan letak selang dada
5. Gunakan sarung tangan dengan prinsip bersih
6. Letakkan alas perlak dan alasnya di bawah punggung pasien sesuai
dengan letak selang dada (kiri/kanan)
7. Periksa balutan luka pada insersi selang dada terhadap adanya rembesan
cairan dan bunyi berdesis.
8. Periksa alat WSD atau Continuous Suction yang digunakan. Yakinkan
alat tersebut berfungsi dengan baik. SEGERA klem selang dada jika alat
tak berfungsi dengan baik (rusak/pecah/cairan dalam botol tumpah)
9. Periksa selang dada terhadap kebocoran terutama pada daerah konektor
dan kemungkinan selang tertekuk/terpelintir. Cek produk drainase
(warna, jumlah, dll)
10. Anjurkan klien untuk latihan tarik napas panjang 5 kali
11. Lakukan KLEM selang dada selama tindakan perawatan*
12. Lepas balutan luka pada insersi selang dada, cek ulang adanya suara
berdesis, buka sarung tangan
13. Buka set steril, gunakan sarung tangan STERIL*
14. Lakukan desinfeksi dengan kasa betadin di bagian insersi dan selang
dada sepanjang 8 – 10 cm, bersihkan dengan kassa kering kemudian
tutup dengan kassa steril. (Hati-hati terhadap benang jahitan, jangan
sampai tertarik simpulnya)
15. Lakukan fiksasi selang dada dengan baik dan benar
16. Ganti botol WSD dan cairan desinfektan jika diperlukan
17. Buka klem selang dada dan yakinkan alat WSD berfungsi kembali
18. Rapikan kembali alat-alat yang telah digunakan
19. Rapikan klien dan atur posisi tidur semi fowler yang nyaman bagi klien
dan anjurkan klien untuk tetap berlatih napas dalam

IV Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon, perasaan, dan kondisi klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengucapkan salam

V Dokumentasi

69
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 4

FISIOTERAPI DADA
1. DEFINISI
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun
caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret
dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.

2. TUJUAN
 Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
 Membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan
sekret,
 Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru
obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan
penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang
mendapat ventilasi mekanik.

3. KONTRA INDIKASI
Fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus,
renjatan dan perdarahan masif, sedangkan relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang
iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta
adanya kejang rangsang.

Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
1) Postural drainase
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.. Mengingat kelainan
pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi
disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari.
PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga
mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan
produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.

70
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Indikasi untuk Postural Drainase :


Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
3) Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
4) Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
Mobilisasi sekret yang tertahan :
1) Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
2) Pasien dengan abses paru
3) Pasien dengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif
5) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kontra indikasi untuk postural drainase :
1) Tension pneumotoraks
2) Hemoptisis
3) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd
infark dan aritmia.
4) Edema paru
5) Efusi pleura yang luas
Persiapan pasien untuk postural drainase.
1) Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.
2) Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.
3) Periksa nadi dan tekanan darah.
4) Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk
mengeluarkan sekret.
Cara melakukan :
1) Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama Postural
Drainase.
2) Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak
lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.
3) Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.
Penilaian hasil :
1) Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
2) Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.

71
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

3) Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
4) Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa
enakan, sakit.
5) Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan
darah.
6) Apakah foto toraks ada perbaikan.
Kriteria untuk tidak melanjutkan terapi:
1) Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
2) Suara pernafasan normal atau relative jelas.
3) Foto toraks relative jelas.
4) Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

72
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

Gambar: Posisi postural drinase


2) Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk
seperti mangkok.
Tujuan: Melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada
merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi
dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
Indikasi: Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi
semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

73
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

3) Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase
terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret.
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan
perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.
Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas
dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan
sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih
pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan
hemoptisis.
Tujuan
1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
2. Memperkuat otot pernapasan
3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.
Kewaspadaan Perawat
Spasme bronkus dapat di cetuskan pada beberapa klien yang menerima darainase postural.
Spasme bronkus ini di sebabkan oleh imobilisasi sekret ke dalam jalan napas pusat yang
besar, yang meningkatkan kerja napas. Untuk menghadapi resiko spasme bronkus, perawat
dapat meminta dokter untuk mulai memberikan terapi bronkodilator pada klien selama 20
menit sebelum drainase postural.

74
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

FISIOTERAPI DADA
Nama: ___________________________ NIM: _____________________

No Prosedur Skor
1 TAHAP PRAINTERAKSI
1) Cek perencanaan keperawatan klien
2) Persiapan Alat dan Bahan
 Bantal 2-3
 Tisu wajah
 Segelas air hangat
 Masker
 Sputum pot
 Handuk kecil
2 TAHAP ORIENTASI
1) Beri salam
2) Jelaskan prosedur
3) Cuci tangan
3 TAHAP KERJA
1) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
2) Pakai masker
3) Dekatkan sputum pot
4) Berikan minum air hangat
Postural Drainase (PD)
5) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
6) Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
Sambil PD bisa dilakukan clapping dan vibrating
Clapping
7) Tutup area yang akan dilakukan clapping (perkusi) dengan handuk
untuk mengurangi ketidaknyamanan

75
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

8) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips


breathing
9) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua
tangan membentuk mangkok
Vibrasi
10) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru
yang akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di
luar
11) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
12) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien
inspirasi
13) Istirahatkan pasien
14) Ulangi vibrasi hingga 3X
15) Berikan tisu untuk membersihkan sputum
16) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
17) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara
pernafasan)
18) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat
diulangi kembali dengan memperhatikan kondisi pasien
4 TAHAP TERMINASI
1) Posisikan klien dengan nyaman
2) Lepaskan sarung tangan, cuci tangan
3) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien

76
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 5

PROSEDUR SUCTION TRACHEOSTOMY


Nama: ___________________________ NIM: _____________________
No Prosedur
4 3 2 1
1 Persiapan Alat :
1. Suction kateter dalam tempatnya
2. Kom berisi cairan steril
3. Kom besar berisi desinfektan untuk tempat
suction sesudah pakai
4. Mesin suction
5. Nacl
6. Spuit
7. Ambu Bag
8. Pengalas
9. Sarung tangan dan pinset steril
10. Tissue kalau perlu
11. Bengkok tempat kotoran
12. Masker

2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Mengidentifikasi masalah keperawatan / diagnosa


keperawatan Berdasarkan NANDA yang terkait dengan
prosedur perawatan luka Post Op
3 PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. Mengatur posisi klien dengan posisi sedikit
ditinggikan
3. Hubungkan selang suction dengan mesin
suction
4. Pakai masker
5. Isi kom steril dengan cairan NaCl
6. Memasang pengalas di bawah Tracheostomi
7. Menghidupkan mesin suction
8. Atur tekanan mesin suction
a. Unit mesin penghisap dinding
Dewasa : 100 – 120 mmHg
Anak-anak : 95 – 110 mmHg
Bayi : 50 – 95 mmHg
b. Unit mesin penghisap portable
Dewasa : 10 – 15 mmHg
Anak-anak : 5 – 10 mmHg
Bayi : 2 – 5 mmHg
9. Ambil kateter suction dengan tangan kanan dan
tangn kiri memegang selang penghubung sarung
tangan dan pinset

77
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

10. Basahi kateter suction 3-4 cm dalam cairan


steril
11. Anjurkan klien untuk nafas dalam bila sadar
12. Masukan kateter suction ke dalam canula kira-
kira 6 cm atau sampai klien timbul rangsangan
batuk selama 10-15 detik, anjurkan klien untuk
batuk bila sadar
13. Tarik kateter suction dengan cara memutar
14. Basahi selang kateter suction dengan cairan
steril dan sekaligus membuang sekret ke dalam
tempatnya
15. Melakukan suction hingga bunyi nafas bersih
16. Bila sekret kental lakukan penyemprotan /
humidifikasi dengan Nacl pada lubang canula
tracheostomi dengan menggunakan spuit
kemudian di suction kembali
17. Mematikan suction
18. Membersihakan alat-alat

4 PENDOKUMENTASIAN

1. Mencatat hasil tindakan perawatan luka yang


mencakup data subjektif, objektif, analisa dan
planning

SOP PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Nama: ___________________________ NIM: _____________________


NO PROSEDUR
PERALATAN
 Sarung tangan bersih
 Kantong anti air
1
 Balutan trakeostomi steril
 Tali ikat katun
 Gunting bersih
Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan. Mengapa hal tersebut
perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Sediakan alat
komunikasi, seperti mengedipkan mata atau mengacungkan jari untuk
mengindikasikan adanya nyeri dan distress
2 2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalaian infeksi lainnya yang sesuai
3. Beri privasi klien
4. Persiapkan klien dan perlengkapan
 Bantu klien ke posisi semi fowler atau fowler
 Buka set peralatan trakeostomi atau kom steril. Tuangkan hydrogen peroksida
dan salin normal steril kedalam wadah terpisah

78
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

 Tetapkan daerah steril


 Buka suplai alat steril lainnya yang diperlukan termasuk lidi kapas steril, set
peralatan steril, dan balutan trakeostomi
5. Lakukan pengisapan slang trakeostomi.
 Pasang sarung tangan bersih pada tangan Anda yang tidak dominan dan sarung
tangan steril pada tangan dominan
 Lakukan pengisapan sepanjang slang trekeostomi untuk mengeluarkan secret
dan memastikan kepatenan japan napas
 Cuci kateter pengisap lalu bungkus dengan tangan Anda dan buka sarung tangan
sehingga bagian dalam berada di luar membungkus kateter
 Dengan menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan, buka kunci
kanula dalam (bila ada) dan lepaskan kanula dengan menariknya kelur menuju
Anda secara perlahan-lahan sesuai dengan lengkungnya. Letakkan kanula dalam
kedalam larutan hydrogen peroksida
 Angkat baluta trakeostomi yang kotor. Letakkan balutan yang kotor ketangan
Anda yang menggunakan sarung tangan dan buka sarung tangan sehingga
bagian dalam sarung tangan berada diluar membungkus balutan. Buang sarung
tangan dan balutan
 Pasang sarung tangan steril. Pertahankan tangan dominan Anda tetap steril
selama proses

6. Bersihkan kanula dalam


 Angkat kanula dalam dalam larutan perendam
 Bersihkan lumen dan seluruh kanula dalam secara seksama dengan
menggunakan sikat atau pembersih pipa yang telah dilembabkan dengan salin
normal steril. Inspeksi keberishan kanula dengan memegangnya stinggi mata
dan lihat kea rah cahaya
 Cuci kanula dalam secara seksama di dalam salin normal steril
 Setelah pencucian, ketuk kanula secara lembut pada tepi dalam wadah salin
steril. Gunakan sebuah pembersih pipa yang dilipat setangahnya untuk
mengeringkna hanya bagian dalam kanula, jangan mengeringkan bagian luarnya
 Gunakan tehnik steril, isap kanula luar
7. Pasang kembali kanula dalam, fiksasi dengan baik
 Masukkan kanula dalam dengan memegang bagian luar flange dan masukkan
kanula mengikuti lengkungnya
 Kunci kanula yang telah terpasang dengan memutar kunci dalam posisi yang
memfiksasi flange kanula dalam kekanula luar
8. Bersihkan tempat insisi dan flange
 Dengan menggunakan lidi kapas atau kasa balut yang dilembabkan dengan
salin normal, bersihkan tempat insisi. Pegang suplai steril dengan tangan
anda yang dominan. Gunakan lidi kapas atau kasa balut hanya satu kali
pakai dan kemudian buang

79
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

 Hydrogen peroksida dapat digunakan untuk mengangkat secret yang


mengeras. Cuci seluruh daerah yang dibersihkan secara seksama dengan
menggunakan kasa segi empat yang telah dilembabkan dengan salin normal
steril
 Bersihkan flange slang dengan cara yang sama
 Keringkan kulit klien dan flange secara seksama dengan kasa segi empat
yang kering
9. Pasang balutan steril
 Gunakan balutan trakeostomi komersial dari bahan yang tidak mudah kusut
atau buka dan lipat kembali kasa berukuran 10x10 cm dalam bentuk V
 Letakkan balutan dibawah flange slang trakeostomi
 Saat memasang balutan, pastikan slang trakeostomi disangga dengan baik
10. Ganti tali ikat trakeostomi
11. Plester dan beri bantalan tali pada sampul tali
 Letakkan lipatan kasa segi empat berukuran 10x10 cm dibawah sampul tali,
dan pasang plester dibawah simpul tali tersebut
12. Periksa kekencangan tali
13. Dokumentasi
 Catat pengisapan, perawatan trakeostomi, dan pergantian balutan

80
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

PRAKTIKUM 6

SOP PERAWATAN KOLOSTOMI


A. Definisi
Perawatan Kolostomi merupakan suatu tindakan untuk membersihkan stoma kolostomi,
kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

B. Tujuan
1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

No Komponen Skor
I Persiapan Alat:
1. Colostomy bag
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang handscoon bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Celemek skoret
7. Zink salep
8. Perlak dan alasnya
9. Plester dan gunting
10. Bila perlu obat desinfektan
11. Bengkok
12. 1 Set alat rawat luka ( pinset anatomi 2, cirrurgy I, kassa ))

II Tahap Pra Interaksi


1. Baca catatan medis/ Keperawatan
2. Persiapan alat-alat
3. Jaga privasi klien: Tutup pintu dan jendela/korden

III Tahap Orientasi


1. Ucapkan salam, sapa klien dengan namanya, perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedure dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
3. Lakukan kontrak waktu
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5. Alat di dekatkan ke bed pasien

IV Tahap Kerja
1. Perawat cuci tangan dan memakai sarung tangan
2. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
3. Letakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
4. Observasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
5. Buka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien

81
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah 1
Ns. Arif Nur Akhmad, MSN

6. Letakan colostomy bag kotor dalam bengkok


7. Lakukan observasi terhadap kulit dan stoma
8. Bersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas
sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
9. Keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan
kassa steril
10. Berikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
11. Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
12. Tempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
13. Masukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
14. Rekatkan/pasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
15. Rapikan klien dan lingkungannya
16. Bereskan alat-alat dan membuang kotoran
17. Melepas sarung tangan
18. Cuci tangan

V Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon, perasaan, dan kondisi klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengucapkan salam

VI Dokumentasi
1. Catat identitas klien, waktu pelaksanaan, dan kemungkinan adanya tanda
infeksi pada rekam medis (RM)
2. Catat dan laporkan bila adanya kondisi abnormal
3. Catat respon klien

82

Anda mungkin juga menyukai