Anda di halaman 1dari 31

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KASUS PASIEN DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL: KETIDAKBERDAYAAN, DAN KEPUTUSASAAN

Mata Kuliah:
Keperawatan Kesehatan Jiwa
Dosen Pengampu: Veny Elita, S.Kp., MN (MH)
Disusun oleh:
Kelompok 4 A 2020 2

1. Febie Sukmariza (1911110558) 11. Tisna Prahiba (2011113266)


2. Rio Irvanda Yuris (2011110480) 12. Tri Liana Putri (2011125781)
3. Sheila Reihani Permata R (2011113231) 13. Velga Leonita (2011113465)
4. Shindi Rahmedani Putri (2011113256) 14. Venty Enjhelina (2011110941)
5. Siti Rohmah Nurul Asyam (2011113247) 15. Vivi Maisantri (2011114587)
6. Sri Agustina (2011113516) 16. Vonny Alda Nugrahana (2011135058)
7. Sulistyawati (2011114361) 17. Yanti Elfiani Lawolo (2011110939)
8. Syahnia Aprilla Irvani (2011113244) 18. Yelly Muthia Sabri (2011113249)
9. Tahani Hutrika (2011110892) 19. Zahra Asra (2011113258)
10. Tiara Maharani (2011110891)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA dengan judul “Intervensi Keperawatan Pada Kasus Pasien
Dengan Masalah Psikososial: Ketidakberdayaan dan keputusasaan”. Hanya kepada-
Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Salawat dan
salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membimbing pada
jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah
ini adalah untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
Program A 2020.2. Harapan dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Adapun penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap
kepada pembaca makalah dapat memberikan kritik dan saran.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 28 Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
2.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
2.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
2.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Ketidakberdayaan ............................................................................................................ 6
2.1.2 Etiologi .................................................................................................................... 6
2.1.3 Tanda dan Gejala ..................................................................................................... 7
2.1.4 Tingkatan ................................................................................................................. 8
2.1.5 Patofisiologi Ketidakberdayaan ............................................................................... 8
2.1.6 Proses Terjadinya Masalah ...................................................................................... 9
2.1.7 Faktor Mekanisme Koping .................................................................................... 14
2.1.8 Tindakan Keperawatan pada Keluarga .................................................................. 15
2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................ 16
2.2 Keputusasaan ................................................................................................................ 21
2.2.1 Defenisi .................................................................................................................. 21
2.2.2 Etiologi .................................................................................................................. 22
2.2.3 Tanda dan gejala .................................................................................................... 22
2.2.4 Penatalaksanaan Keputusasaan.............................................................................. 24
2.2.5 Tindakan Keperawatan pada Keluarga .................................................................. 25
2.2.6 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................ 25
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 30
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 30
3.2 Saran .......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat. Menurut
Yeni (2011) psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi
dengan orang yang ada disekitarnya. Sedangkan menurut Chaplin (2011) psikososial
adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial
atau sebaliknya. Psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-
faktor psikologi. Dari defenisi diatas masalah psikososial adalah masalah yang terjadi
pada kejiwaaan dan sosialnya.
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna. Suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Nanda,2014).
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan dimana individu dengan kondisi depresi,
apatis dan kehilangan kontrol yang di ekspresikan oleh individu baik verbal maupun non
verbal. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatas ketidakberdayaan adalah
mengenali dan mengekspresikan ekspresi, memodifikasi pola kognitif yang negatif
(latihan berfikir positif), berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis (Standar Asuhan
Keperawatan, 2011). Jika terus dibiarkan ketidakberdayaan akan berujung pada
keputusasaan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, yaitu tingginya angka penderita
gangguan ketidakberdayaan dan keputusasaan. Maka dalam hal ini penulis tertarik dan
ingin menyajikan Intervensi Keperawatan Pada Kasus Pasien dengan Masalah
Psikososial: Ketidakberdayaan dan Keputusasaan.

2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa definisi Ketidakberdayaan dan Keputusasaan?

2. Bagaimana etiologi Ketidakberdayaan dan Keputusasaan?

4
3. Bagaimana tanda dan gejala Ketidakberdayaan dan Keputusasaan dialami seseorang?

4. Bagaimana tingkatan dari Ketidakberdayaan dan Keputusasaan?

5. Bagaimana Patofisiologi Ketidakberdayaan dan Keputusasaan?

6. Bagaimana proses terjadinya masalah dalam Ketidakberdayaan dan Keputusasaan?

2.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui secara umum tentang intervensi keperawatan klien dengan gangguan
ketidakberdayaan dan keputusasaan.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui pengertian ketidakberdayaan, keputusasaan dan distress spiritual.
b) Untuk mengetahui tentang etiologi gangguan ketidakberdayaan dan keputusasaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketidakberdayaan
2.1.1 Defenisi
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini
atau yang akan datang. Ketidak berdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(Mundakir, 2021).

Ketidakberdayaan merupakan persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku


atau tindakan yang sudah dilakukan tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil yang diharapkan sehingga diharapkan.
Sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi
yang terjadi (NANDA, 2011).

2.1.2 Etiologi
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti: depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat
keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges,
Townsend, M (2008) yaitu:
1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.
2) Hubungan interpesonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dalam Sarani, 2021 etiologi
ketidakberdayaan antara lain:
1. Program pengobatan/ perawatan yang mempunyai jangka panjang.
2. Lingkungan yang tidak mendukung dalam pengobatan/perawatan.
3. Interaksi interpesonal yang tidak memuaskan.

6
Menurut (Mundakir, 2021) dalam buku ajar keperawatan kesehatan jiwa 1
menyebutkan bahwa penyebab dari ketidakberdayaan diantaranya:
a. Ketidakadekuatan koping sebelumnya seperti depresi
b. Hilangnya privasi, milik pribadi, dan kontrol terhadap terapi kesehatan
c. Penyakit yang kronis atau penyakit yang melemahkan kondisi
d. Hubungan interpersonal yang tidak memuaskan
e. Faktor Lingkungan

2.1.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala mayor
a) Subjektif
1) Mengungkapkan keragua-raguan terhadap penampilan peran.
2) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
3) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi
4) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
b) Objektif
1) Menghindari orang lain
2) Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentang perawatan
3) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberi
kesempatan
4) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
5) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marag dan rasa bersalah
6) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang
lain ketika mendapat perlawanan
7) Apatis dan pasif
8) Ekspresi muka murung, bicara dan gerakan lambat, tidur berlebihan,
nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
Tanda dan gejala minor
a) Subjektif
1) Menyatakan merasa asing dengan lingkungan

7
2) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran
3) Menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu.
b) Objektif
1) Depresi karena gangguan fisik
2) Tidak berpartisipasi dalam perawatan

2.1.4 Tingkatan
Menurut Pardede, 2020 dalam Mendrofa, 2021 ketidakberdayaan yang dialami
klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien
tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut
memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas
sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan
diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh
pada kondisi ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas
situasi yang memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau
ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas NAPZA.

2.1.5 Patofisiologi Ketidakberdayaan


Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari
proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah
sehingga menimbulkan stress yang diawali dengan perubahan respon otak dalam
menafsirkan perubahan yang terjadi. Stress akan menyebabkan korteks serebri

8
mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, hipotalamus kemudian akan menstimulus
saraf simpatis untuk melakukan perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian
ditangkap oleh system limbic dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala
yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari
pengaktifan system hipotalamus pituitary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan
pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang
aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan
ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak
berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada
lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain
gangguan pada struktur otak, terdapat keseimbangan neurotransmitter di otak.
Neurotransmitter merupakan kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron
ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Ferry, 2019 dalam Mendrofa, 2021).

2.1.6 Proses Terjadinya Masalah


Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan ketidakberdayaan
dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi. Individu sering menunjukkan
respon apatis, marah atau depresi terhadap kehilangan kontrol. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi
percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika
ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus
hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien
bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat pada kebutuhan pribadi,
untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan
bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Pardede, 2020 dalam
Mendrofa, 2021).
1. Faktor predisposisi
Faktor prediposisi merupakan suatu faktor resiko yang menjadi sumber utama
stress dan memiliki pengaruh dalam tipe dan sumber individu untuk menghadapi
stress secara biologis, psikologis dan sosial budaya (Simajuntak, 2021). Faktor
tersebut antara lain:
a. Biologis
1) Riwayat keturunan
2) Gaya hidup (Merokok, Alkohol dan zat adiktif)

9
3) Penderita penyakit kronis (stroke, diabetes melitus)
4) Memiliki riwayat penyakit jantung, paru-paru yang mengaktivitasnya
sehari-hari klien.
5) Memiliki riwayat menderita penyakit secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan (stroke, kanker terminal dan AIDS)
b. Psikologis
1) Memiliki pengalaman perubahan didalam gaya hidup akibat lingkungan
tempat tinggal.
2) Ketidakmampuan dalam mengambil suatu keputusan serta mempunai
kemampuan untuk melakukan komunikasi verbal yang kurang atau tidak
mampu untuk mengekspresikan perasaan yang diraasakan terkait dengan
penyakit atau kondisi yang sedang terjadi.
3) Tidak mampu menjalankan peran akibat suatu penyakit secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan (stroke, kanker terminal dan AIDS).
4) Merasa kurang puas dengan kehidupan yang telah dijalani (merasa tujuan
hidupnya tidak tercapai)
5) Merasa frustasi dengan keadaan kesehatannya dengan kondisi yang
bergantung dengan orang lain.
6) Self control: sulit untuk mengontril rasa emosi, merasa cemas, meraasa
takut, gaya hidup yang tidak berdaya.
b. Sosial Budaya
1) Pendidikan rendah
2) Kurang aktif didalam kegiatan masyarakat
3) Hilangnya kemampuan dalam melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(pensiun, defisit memori, defisit motoric dan status finansial)
4) Cenderung bergantung dengan orang lain, tidak dapat berpartisipasi
dalam sosial kemasyarakatan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi merupakan suatu kondisi internal seorang pasien dimana pasien
tersebut kurang dapat menerima perubahan fisiknya dan kondisi psikologis yang
telah terjadi. Kondisi eksternal biasanya dari pihak keluarga dan masyarakt kurang
mendukung (Sarani, 2021). Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor
presipitasi yang akan timbul ketidakberdayaan anatara lain:
a. Biologis

10
1) Seseorang menderita suatu penyakit dan harus melakukan tindakanterapi
tertentu, pengobatan terkait dengan penyakit (jangka panjang, sulit dan
kompleks).
2) Penyakit kronis yang kambuh dalam 6 bulan terakhir.
3) Kurang mampu menyusaikian diri dengan budaya, ras etnik dan gender.
4) Adanya perubahan didalam diri (fisik).
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akaibat memiliki penyakit kronis.
2) Tidak dapat melakukan aktivitas sendiri kemudian timbullah keputusasaan
3) Perasaan malu serta rendah diri karena aktivitas bergantung dengan orang
lain.
4) Kehilangan rasa mandiri atau ketergantungan dengan orang lain.
c. Sosial Budaya
1) Kehilangan pekerjaan karena kondisi kesehatan sekarang.
2) Kehilangan kemampuan dalam melakukan aktivitas dari proses penuaan
(pensiun, defisit memori, defisit motoric dan status finansial).
3) Terdapat perubahan status kuratif menjadi status paliatif.
4) Tidak dapat melakukan kegiatan agama dan tidak mampu
melakukanpartisipasi dengan masyarakat.
3. Faktor Penilaian Terhadap Stressor
Menurut Pardede (2020) terdapat lima (5) faktor penilaian terhadap
stressor antara lain:
a. Kognitif
1) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi.
2) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap kemampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kendali atau
pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.
5) Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan orang lain.
6) Kurang dapat berkonsentrasi.

11
b. Afektif
1) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan
2) Marah
3) Iritabilitas, ketidaksukaan
4) Perasaan bersalah
5) Takut terhadap persaingan oleh pemberian perawatan
6) Perasaan cemas atau ansietas
c. Fisiologis
1) Perubahan tekanan darah
2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan
3) Muka tegang
4) Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin
5) Gangguan tidur, terutama disertai ansietas
d. Perilaku
1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkaan
iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan pada
saat diberikan kesempatan.
5) Kepasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
e. Sosial
1) Enggan untuk mengungkapkan persaannya yang sebenarnya
2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain

12
4. Faktor Sumber Koping
Menurut Pardede (2020) terdapat empat (4) faktor sumber koping
sebagai berikut:
a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber
informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang berhubungan
ketidakberdayaan, kekuatan dan faktor pendukung serta keberhasilan yang
pernah dicapai. Kemampuan mempertimbangkan alternative aktivitas
yang realistik. Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan
memantau kemajuan dari kondisi pengobatannya
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang dapat
dikendalikan oleh pasien.
3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif
terutama dalam pencarian sumber informasi untuk mengatasi
ketidakberdayaannya
4) Pengetahuan: Kemampuan memahami perubahan fisik dan peran atau
kondisi kesehatan dan kehidupannya
5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis, mengerti
arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
b. b. Social support
1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota masyarakat
di sekitarnya
2) Kualitas dukungan sosial yang diberikan keluarga, anggota masyarakt
tentang keberadaan pasien saat ini
3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan atau
perkumpulan di masyarakat
4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai norma
tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada.
c. Material asset
1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan stabil untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas, SKTM atau
askes

13
3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk mengantisipasi
kebutuhan hidup
4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya
akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya perubahan fisik akibat
penyakitnya akan berdampak pada kehidupannya
2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat
menjalani hidup dengan semangat
3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik
mencegah daripada mengobati.
2.1.7 Faktor Mekanisme Koping

Menurut Pardede (2020) terdapat beberapa faktor mekanisme koping


ketidakberdayaan yaitu:
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realitis
2) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik dan
peran yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan
status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran
dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif
menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif)

14
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang
dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan
kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain,
kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri
dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada
penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (represi/supresi).
2.1.8 Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
2) Identifikasikan masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
3) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimana hasilnya
4) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
5) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan

15
2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose keperawatan
ketidakberdayaan dalam Syahdi, 2021:
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari sebuah proses keperawatan dan juga
merupakan proses sistematis yang dilakukan untuk mengumpukan data
dari berbagai sumber, yang digunakan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan seorang pasien. Pengkajian yang
lengkap, akurat, sesuai dengan kejadian atau kenyataan kebenaran dalam
data ini sangat diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan
juga digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan
respon masingmasing individu yang kemudian telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan.
a. Identitas Pasien
meliputi nama pasien nama yang bertanggung jawab, alamat, nomor
register, agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis
b. Keluhan utama
Biasanya pasien menyatakan perasaan frustasi atau mengungkapkan
bahwa dia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
sebelumnya layaknya orang yang sehat, pasien merasa sangat
bergantung dengan orang yang lain (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
3. Riwayat kesehatan psikologi
4. Riwayat kesehatan keluarga
d. Pola Pola Kesehatan
1. Pola nutrisi
2. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas

16
4. Pola istirahat
5. Pola hubungan dan peran
6. Pola presepsi dan konsep diri
7. Pola sensori dan kognitif
8. Pola produksi seksual
9. Pola penanggulangan stress
10. Pola tata nilai kepercayaan
e. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
d) Pemeriksaan head to toe
B. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakberdayaan

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan Promosi Koping
Definisi: Presepsi bahwa keperawatan selama 1x24 jam Definisi: meningkatkan upaya
tindakan seseorang tidak akan keberdayaan kognitif dan perilaku untuk
mempengaruhi hasil secara menilai dan merespon stresor
signifikan; presepsi kurang Meningkat dengan kriteria hasil : dan/atau kemampuan
kontrol pada situasi saat ini atau 1. Pernyataan mampu menggunakan sumber- sumber
yang akan datang. melaksanakan aktivitas. yang ada
2. Pernyataan keyakinan tentang
Gejala dan tanda mayor: kinerja peran. Tindakan
Subjektif : 3. Berpartisipasi dalam Observasi
1. Menyatakan frustasi atau perawatan. 1. Identifikasi kegiatan jangka
tidak mampu melaksanakan pendek dan panjang sesui
aktivitas sebelumnya. Menurun : tujuan.
Objektif : 1. Pernyataan frustasi 2. Identifikasi kemampuan yang
1. Bergantung pada orang lain. ketergantungan pada orang lain. dimiliki
2. Perasaan diasingkan. 3. Identifikasi pemahaman
Gejala dan tanda minor : 3. Pernyataan kurang kontrol. proses penyakit
Subjektif : 4. Pernyataan rasa malu. 4. Identifikasi dampak situasi
1. Merasa diasingkan. 5. Perasaan tertekan (depresi). terhadap peran dan hubungan
2. Menyatakan keraguan 6. Pengasingan. 5. Identifikasi kebutuhan dan
tentang kinerja peran. keinginan terhadap dukungan
3. Menyatakan kurang kontrol. sosial
4. Menyatakan rasa malu.
5. Merasa tertekan. Terapeutik

17
Objektif : 1. Diskusikan perubahan peran
1. Tidak berpartisipasi dalam yang dialami
perawatan. 2. Gunakan pendekatan yang
2. Pengasingan. tenang dan meyakinkan
3. Diskusikan mengkritik diiri
sendiri
4. Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
5. Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
6. Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia
7. Dampingi saat berduka
(misal, penyakit kronis,
kecacatan)
8. Dukungan penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat

Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan presepsi
2. Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
3. Latihan penggunaan tehnik
relaksasi
4. Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
(sumber SDKI-SIKI-SLKI, 2018)

Menurut Pardede (2020) dalam Mendrofa (2021) rencana intervensi


keperawatan pada diagnosa ketidakberdayaan sebagai berikut:
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
pada ketidakberdayaan (misalnya; pekerjaan, aktivitas hiburan, tanggung
jawab peran, hubungan antara pribadi)
Rasional: mengidentifikasi situasi/hal-hal yang berpotensi dapat dikendalikan
dan dapat digunakan sebagai sumber kekuatan bagi klien.
b. Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan tersebut.
Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk berperan dalam proses
perawatan, termasuk untuk meningkatkan pemikiran positif klien, dan
meningkatkan tanggung jawab klien.

18
c. Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi
Rasional: Pelibatan klien dalam proses pembuatan keputusan, mampu
meningkatkan rasa percaya diri.
d. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan waktu
untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan pertanyaan
sehingga tidak terlupakan)
Rasional: Meningkatkan kemampuan berpikir positif terhadap proses
perawatan yang sedang dijalani oleh klien, pelibatan klien dalam setiap
pengambilan keputusan menjadi hal penting.
e. Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat dikendalikan
(perasaan cemas, gelisah, ketakutan).
Rasional: Kondisi emosi pasien mengganggu kemampuannya untuk
memecahkan masalah. Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara akurat
keuntungan dan konsekuensi dari alternative yang ada.
f. Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia kendalikan
(adiksi), Disukusikan dan ajarkan cara melakukan manipulasi menghadapi
kondisi-kondisi yang sulit dikendalikan, misalnya afirmasi.
Rasional: Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan sebagai upaya mengatasi masalah yang tidak
terselesaikan dan menerima hal-hal yang tidak dapat diubah.
g. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pendukung, kekuatankekuatan diri
(misalnya kekuat an baik itu berasal dari diri sendiri, keluarga, orang terdekat,
atau teman).
Rasional: Pada pasien dengan ketidakberdayaan dibutuhkan faktor pendukung
yang mampu mensupport pasien, dari dalam sendiri dapat berupa penguatan
nilai-nilai spiritual, Jika dalam proses perawatan kekuatan lain tidak adekuat.
h. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani
keadaan dan sampaikan perubahan positif dan kemajuan yang dialami pasien
setiap hari.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan atas upaya
dan usaha yang sudah dilakukan oleh klien.

19
i. Biarkan pasien mengemban tanggung jawab sebanyak mungkin atas praktik
perawatan dirinya. Dorong kemandirian pasien, tetapi bantu pasien jika tidak
dapat melakukannya.
Rasional: memberikan pilihan kepada pasien akan meningkatkan perasaannya
dalam mengendalikan hidupnya.
j. Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah dibuatnya.

Intervensi Spesialis:
1) Terapi individu dapat dilakukan: Terapi kognitif
2) Terapi Keluarga : Terapi komunikasi, family psikoedukasi
3) Terapi Kelompok: Supportif terapi
4) Terapi Komunitas: Multisistemik terapi

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu tahap pelaksanaan terhadap suatu rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama
seorang pasien. Implementasi dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat setelah validasi, selain itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual, dan tehnik yang dilakukan harus dengan cermat
serta efisien dengan sitiasi yang tepat dan dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik maupun psikologis. Setelah sudah selesai melakukan
implementasi, lakukan dokumentasi yang akan meliputi intervensi yang
sebelumnya sudah dilakukan dan tanyakan bagaimana respon pasien
(Sarani, 2021).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi ini
adalah kegiatan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah dilakukan
implementasi keperawatan dan memiliki tujuan yang diharapakan dalam
perencanaan. Perawat pun mempunyai tiga alternative dalam menetukan
sejauh mana tujuan itu dapat tercapai :
Berhasil : perilaku pasien sesuai dengan pertanyaan tujuan dalam waktu
dan tujuan yang telah ditetapkan

20
1. Tercapai sebagian : pasien telah menunjukan perilaku tetapi belum
sebaik dengan perilaku yang telah ditentukan dalam pertanyaan
tujuan.
2. Belum tercapai : pasien belum mampu sama sekali menunjukkan
perilaku yang telah diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan
(Sarani, 2021).
Agar memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau membuat
perkembangan pasien maka digunakan komponen SOAP yaitu :
1. S: Data subyektif Merupakan perkembangan suatu keadaan pasien
yang didasarkan pada apa yang telah dirasakan, dikeluhkan dan
yang diungkapkan.
2. O: Data obyektif Merupakan perkembangan yang dapat diamati dan
juga dapat diukur oleh seorang perawat atau tim kesehatan yang
laiinnya
3. A: Analisis Merupakan penelitian dari kedua jenis data tersebut
baik data subjektif maupun data objektif, apakah berkembang
dengan baikatau malah kemunduran.
4. P: Perencanaan Merupakan rencana dalam penanganan pasien yang
didasari pada hasil analisis diatas yang mempunyai isi untuk
melanjutkan perencanaan apabila masalah belum terata

2.2 Keputusasaan
2.2.1 Defenisi
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia
dan tidak dapat memobilisasi energI yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,
keraguan, duka cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh diri. (Cotton dan
Range, 2004) Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-
menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative atau tersedia
pilihan untuk memecahkan masalahmasalah atau untuk mencapai apa yang
diinginkan dan tidak dapat menggerakkan energinya sendiri untuk menetapkan
tujuan.

21
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil).
Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan
untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan
bisa membantunya.
2.2.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
1. Faktor kehilangan
2. Kegagalan yang terus menerus
3. Faktor Lingkungan
4. Orang terdekat (keluarga)
5. Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6. Adanya tekanan hidup
7. Kurangnya iman
2.2.3 Tanda dan gejala
1) Mayor (harus ada)
a) Fisiologis :
1. Respon terhadap stimulus melambat
2. Tidak ada energi
3. Tidur bertambah
b) Emosional :
1. Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
2. Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
3. Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4. Hampa dan letih
5. Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
6. Tidak berdaya, tidak mampu dan terperangkap.
c) Individu memperlihatkan :
1. Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
2. Penurunan verbalisasi
3. Penurunan afek

22
4. Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
5. Ketidakmampuan mencapai sesuatu
6. Hubungan interpersonal yang terganggu
7. Proses pikir yang lambat
8. Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya
sendiri.
d) Kognitif :
1. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
2. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini
3. Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4. Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama sekali)
5. Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
6. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
7. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
8. Tidak dapat mengenali sumber harapan
9. Adanya pikiran untuk membunuh diri.
2) Minor ( mungkin ada )
a) Fisiologis
1. Anoreksia
2. BB menurun
b) Emosional
1. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
2. Merasa berada diujung tanduk
3. Tegang
4. Muak (merasa ia tidak bisa)
5. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
6. Rapuh
c) Individu memperlihatkan
1. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
2. Penurunan motivasi

23
3. Keluh kesah
4. Kemunduran
5. Sikap pasrah
6. Depresi
d) Kognitif
1. Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
2. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa
datang
3. Bingung
4. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
5. Distorsi proses pikir dan asosiasi
6. Penilaian yang tidak logis

2.2.4 Penatalaksanaan Keputusasaan


1) Psikofarmaka
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang membantu mengurangi atau
meminimalkan gangguan keputusasaan pada pasien.
2) Psikoterapi
Terapi kejiawaan menjadi hal yang penting untuk diberikan pada pasien
setelah pasien meneripa terapi psikofarmaka.
1. Psikoterapi Suportif
Terapi ini diberikan dengan tujuan memberikan motivasi serta
semangat sehingga pasien tidak mengalami putus asa untuk berjuang
hinggat mencapai kesembuhannya..
2. Psikoterapi Re-oduktif
Terapi ini dimaksudkan emmberikan pendidikan ulang guna
memperbaiki kesalahan pendidikan sebelumnya.
3. Psikoterapi Rekonstruktif
Terapi ini berguna untuk memperbaiki kepribadian yang sudah rusak
untuk dikembalikan seperti kepribadian sebelum mengalami sakit,
4. Poikoterapi Kognitif
Guna mengembalikan kemampuan dan fungsi kognitif pasien, daya
pikir dan daya ingat pasien sehingga pasien dapat membedakan hal baik dan
buruk.

24
5. Psikoterapi Perilaku
Terapi ini bermaksud mengembalikan perilaku pasien agar pasien
mampu menyesuaikan diri dengan keluarga serta lingkungannya.

3) Terapi Psikososial
Terapi ini diberikan agar pasien dapat kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat dirinya agar tidak lagi bergantung
pada orang lain dan tidak menjadi beban keluarganya. Pasien yang menjalani
terapi ini hendaknya masih menjalani terapi farmaka.

4) Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan
jiwa. Terapi ini berbentuk sembahyang. memanjatkan doa, puji-pujjan kepada
Tuhan, ceramah keagamaan, membaca kitab suci, dan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi dimaksudkan agar pasien siapdikembalikan lagi ke keluarga serta
lingkungannya. (Alfianti & Pratiwi, 2016)

2.2.5 Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
2. Identifikasikan masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
3. Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimana hasilnya
4. Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
5. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan

2.2.6 Konsep Asuhan Keperawatan


Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan
keputusasaan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
 Inisial klien
 Usia

25
 Jenis kelamin
 Suku
 Status perkawinan
 Alamat

2) Kondisi/Keluhan Saat Ini


a) Fisik:
 Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama. waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang
menyertai.
 Hasil pemeriksaan fisik
 Hasil pemeriksaan penunjang
b) Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit
yang dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan tingka
ekonomi/pekerjaan.
c) Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
 Citra tubuh
 Identitas diri
 Peran
 Ideal diri
 Harga diri

3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Cari riwayat/penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti: riwayat
tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita sebelumnya,
riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi, riwayat cedera/trauma,
riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat kimia/radiasi, gangguan nutrisi,
kebiasaan merokok/alkohol).

26
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat penyakit
fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan terhadap kondisi
penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah karena kondisi
penyakit saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi kesehatan fisik klien
secara keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit fisik klien saat ini
mempengaruh perilaku/kebiasaan klien.

5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan personal
klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan sosial dari
keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan kesehatar
terjangkau/terdapat kendala.

6) Status Mental
Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai / Cara berpakaian
tidak seperti biasanya
Pembicaraan:
Cepat/Apatis/Keras/Lambat/Gagap/Tidak mampu memulai
pembicaraan/Inkoherensi
Aktivitas motoric: Lesu Tegang/Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi /Kompulsif
Alam perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan/Gembira berlebihan/ Putus
berlebihan/Putus asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)

b. Diagnosa Keperawatan
-Keputusasaan

c. Intervensi Keperawatan
Secara spesifik tujuan tindakan keperawatan yang dilakukan adalah supaya
pasien mampu membuat keputusan, adanya harapan. Keseimbang mood, status
gizi yang adekuat (asupan makanan dan minuman), tidur yang adekuat, dan
mengungkapkan kepuasan dengan kualitas hidup. Untuk mencapai tujuan

27
tersebut, klien memiliki peran yang penting dalam menentukan keberhasilan
intervensi keperawatan berikut ini adalah intervensi keperawatan pada klien
dengan keputusasaan:
a. Dukung partisipasi aktif dalam aktivitas kelompok untuk memberikan
kesempatan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalah
b. Gali faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaan dengan pasien
c. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukkan inisiatif, seperti
kontk mata, membuka diri, penurunan jumlah waktu tidur. perawatan diri,
peningkatan nafsu makan
d. Jadwalkan waktu bersama pasien untuk memberi kesempatan menggali
tindakan koping alternatif
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi arca harapan dalam kehidupan
f. Demonstrasikan harapan dengan mengenalkan penilaian intrinsik dan
memandang penyakitnya hanya dari sudut pandang individu
g. Bantu pasien memperluas spiritual diri
h. Arahkan mengingat kembali kehidupan atau mengungkapkan kenangan, sesuai
dengan kebutuhan. H
I. indari menutupi kebenaran
j. Libatkan pasien secara aktif untuk merawat dirinya
k. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung:
 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
 Identifikasikan masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa
klien
 Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien
atasi masalah dan bagaimana hasilnya
 Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan

d. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tahap pelaksanaan terhadap suatu rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama seorang
pasien. Implementasi dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
setelah validasi, selain itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,

28
intelektual, dan tehnik yang dilakukan harus dengan cermat serta efisien dengan
sitiasi yang tepat dan dengan selalu memperhatikan keamanan fisik maupun
psikologis. Setelah sudah selesai melakukan implementasi, lakukan dokumentasi
yang akan meliputi intervensi yang sebelumnya sudah dilakukan dan tanyakan
bagaimana respon pasien (Sarani, 2021).

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada klien meliputi kemampuan dalam membuat keputusan dan
harapan. kepuasan dalm hidup, mempertahankan mood yang baik, status gizi
yang adekuat, istirahat tidur yang adekuat dan mengungkapkan kepuasan dengan
kualitas hidup.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Sedangkan keputusasaan adalah kondisi saat
seseorang sudah kehilan asa atau harapan dan memandang bahwa sudah tidak ada jalan lain
sehingga menyebabkan individu tersebut tidak sanggup untuk menggunakan energinya untuk
kepentingannya sendiri. Masing – masing kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal
seperti :

a. Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan koping


sebelumnya (seperti depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan
b. Keputusasaan disebabkan karena adanya perasaan terbuang, adanya penurunan
kondisi psikologis, kehikangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehikangan
kepercayaan pada nilai penting, stres jangka panjang, serta pembatasan aktivitas
jangka panjang yang mengakibutkan isolasi sosial B. Saran dan Kritik Penyusun
tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
yang membangun dari para pembaca.

3.2 Saran
Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang membangun dari para pembaca.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mendrofa, Y. K. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Tn. R


Dengan Masalah Ketidakberdayaan.

Mundakir. (2021). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Surabaya: UM


Surabaya Publishing.
Restika. (2021). Jurnal Keperawatan Ketidakberdayaa dan Keputusasaan. StiKes
Widya Nusantara Palu
Sarani, D. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan
Masalah Keperawatan Ketidakberdayaan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).

Simanjuntak, J. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Psikososisal Pada Ny. D


Dengan Masalah Ketidakberdayaan.

Stuart,G,W.2007. Buku saku Diagnosis Keperawatan Jiwa edisi 6. Jakarta:ECG

Syahdi, D. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Tn. S Dengan
Masalah Ketidakberdayaan.

Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Edisi 9. Esty Wahyuningsih
(Penerjemah). Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai