Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

"THYPOID”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1.Nurul azizah
2.Yunika rahmania
3.Winda Lestari
4.Kurnia sariputri
5.Ayu tataniapratama
6.Dita indah sari
7.Nadia sartika putri
8.Tiara mega anisa
9.Rollyansa
10.M.Yudisaputra

TINGKAT : 2A
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
DOSEN PEMBIMBING : NELLY RUSTIATI, SKM.M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020
A.Pengertian
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 )
Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanyamengenai saluran cerna denga
n gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,dan gangguan kesadaran .(Arif
Mansjoer,2000)
Typusabdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demanm lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna,
gangguan kesadaran, dan dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun (70%-
80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan di atas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak
(5%-10%) (Mansjoer Arif, 1999).
Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit
mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam enterik
adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson,
1999 ).
Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran ( Mansjoer, 1999 )

B.Fisiologi
Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus - menerus pada
tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat makanan masuk
kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan
mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan memungkinkan
makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau bolus. Sebagian makanan dihancurkan
kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga
mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana.
Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu:
1. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung air.
2. Kelenjarsublingual.
3. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan berlendir ( Mansjoer,
1999).

C.Etiologi

Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A,


salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C
( Mansjoer, 1999 ).

Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga macam antigen yaitu :
1. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ), terdiri dari zat
kompleks lipopolisakarida.
2. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat padaflagella.
3. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsulverilen.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan
tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin.

Selain itu penyakit TipusAbdomnalis juga bisa didukung oleh faktor-faktor antara lain :
pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang relative rendah, penyediaan air
bersih yang tidak memadai. Keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah, pemasalahan
pada identifikasi dan pelaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti,
patogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya
vaksin yang efektif, aman dan murah Pang dalam (Soegijanto Soegeng, 2002).

D.Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan
minuman, sebagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos
( hidup ), kemudian kuman masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan peradangan setempat,
kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan menuju keorgan RES terutama pada organ
hati dan limfe.
Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian tidak difagosif akan
berkembang biak dan akan masuk kedalam pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain,
terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi
nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan
termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh
akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola
pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan
usus, perfarasi,
peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis )
Endotoksisalmonellatyphi membatu terjadiya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun pada typhi di sebabkan karena salmonella
typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan hipertropi
splenomegali terjadi penekanan pada usus menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999).
Gambar PathwayTyphoidabdominalis

E.ManifestasiKlinik
1. Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer, Arif, 1999):
2. a.         Perasaan tidak enak badan
3. b.        Lesu
4. c.         Nyeri kepala
5. d.        Pusing
6. e.         Diare
7. f.         Anoreksia
8. g.         Batuk
9. h.        Nyeri otot
10. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur - angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada minggu ketiga
suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
11. Gangguan pada saluranpencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah
tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya iemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus).
Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat diare atau normal.
12. Gangguankesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan ). Disamping gejala – gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola,
yaitu bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar
F.Komplikasi

Dapat terjadi :
1. Pada usushalus
a. Pendarahanusus.
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda –
tanda ranjatan.
b. Perforasiusus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum
c. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense
muscular) dan nyeri tekan.

2. Di luarusus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ), yaitu meningtis,
kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia

G.Penatalaksanaan
Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah - ubah pada
waktu - waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan lunak.
Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi
dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar ) dapat di
berikan dengan aman.
3. Obat.
Obat – obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol.
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4 x 500 mg sehari
oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan
kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5hari.
b. Tiamfenikol.
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama dengan kloramfenikol
komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada
kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata -
rata 5 - 6 hari.
c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol).
Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas
demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol ).
Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 -
6hari.
d. Ampicillin dan Amoksisilin.
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid dengan leokopenia.
Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 - 150 mg / kg berat badan sehari,
digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin
demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 7 - 9 hari.
e. Sefalosforin generasiketiga.
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain
sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam thypoid, tatapi dan
lama pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon.
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis dan lama
pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Obat-obat Simtomatik:
1. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam
thypoid, karena tidak dapat berguna.
2. Kortikosteroid
pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam
dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering off ) selama 5 hari. Hasilnya
biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan
cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps.

H.Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisiterpenuhi
Intervensi:
1a. Dorong tirah baring
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori
dan simpanan energi

1b. Anjurkan istirahat sebelum makan


Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

1c. Berikan kebersihan oral


Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

1d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan


Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan

1e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat


Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

1f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuaiindikasi


Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara
memberikan nutrisi penting.
2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal Intervensi:

2a. Pantau suhu klien


Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut

2b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
denganindikasi
Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu
mendekati normal

2c. Berikan kompres mandi hangat


Rasional : Dapat membantu mengurangi demam

2d. Kolaborasi pemberian antipiretik


Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor
kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Intervensi:
3a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit
usus yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan

3b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian
kapiler
Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

3c. Kaji tanda vital


Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

3d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring


Rasional : Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan
cairan usus

3e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral


Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk
mempertahankan kehilangan

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap


infeksiakut
Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi:
4a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional : Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan

4b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan

4c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi


Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan
aktifitas yang menganggu periode istirahat

4d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio) Rasional : Meningkatkan
relaksasi dan hambatan energi

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Rudi.2012.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Yogyakarta :


gosyenPublishing.
Ardiansyah, Muhamad.2012.Medikal Bedah untuk Mahasiswa.Jogjakarta : Diva Press.
Murwani.2012.Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Jogjakarta : Gosyen Publishing.
Fely, Andrifebri.2012.Thypus
Abdominalis.Dalam http://anfebfel.blogspot.com/2012/10/thypus-abdominalis.html(pada
tanggal 10 September 2014)
Abi, Benedikta.2012.Thypus
Abdominalis.Dalam http://askepdikta.blogspot.nl/2012/09/thypus-abdominalis.html(diakses p
ada tanggal 10 September 2014)

Anda mungkin juga menyukai