Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR..............................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM..........................................................

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

DAFTAR TABEL..................................................................................

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................

A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................
2. Tujuan Khusus.......................................................................
D. Manfaat........................................................................................
1. Manfaat Teoritis....................................................................
2. Manfaat Aplikatif..................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................

A. Konsep Dasar Khasus..................................................................


B. Kewenangan Bidan tentang Khasus tersebut..............................
C. Hasil Penelitian Terkait...............................................................
D. Kerangka Teori............................................................................

BAB III : METODE PENELITIAN....................................................

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................


B. Subjek Penelitian.........................................................................
C. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................
D. Teknik dan Cara Pengumpulan Data...........................................
E. Bahan dan Alat............................................................................
F. Jadwal Kegiatan..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................

1. Standar Operasional Prosedur.....................................................


2. Daftar Tilik Penanganan Bendungan ASI ..................................
3. Lembar Observasi Ciri-ciri Bendungan ASI...............................
4. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Nifas.........................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa atau keadaan dimana selama enam minggu atau
42 hari. Pada masa nifas banyak kejadian-kejadian yang dapat dialami oleh ibu
maupun bayi, salah satunya yaitu bendungan ASI (Air Susu Ibu), yang
mengakibatkan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya. Terdapat beberapa
hal yang dapat mengkibatkan bendungan asi seperti, tidak melakukan perawatan
payudara, tidak menyusui dengan benar, dan tidak mengosongkan payudara (ASI)
secara keseluruhan dan bayi tidak mau menyusui.

Menurut WHO (World Health Organization) kurang lebih 40% wanita


Amerika saat ini memilih untuk tidak menyusui, dan banyak diantaranya
mengalami nyeri dan pembengkakan payudara yang cukup nyata. Menurut data
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2014 disimpulkan
bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di 10 negara
tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada
tahun 2016 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543
(71,10%) dengan angka tertinggi terjadi di Indonesia (37,12 %) (Depkes RI,
2017). Ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 atau (15,60 %)
Serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231
atau (37,12%) (SDKI 2015).

Penyebab bendungan ASI diantaranya adalah peningkatan produksi


ASI, pelekatan yang kurang baik, keterlambatan menyusui dini, pengeluaran
ASI yang jarang, adanya pembatasan waktu menyusui (Wambach, 2014).
Bendungan ASI pada ibu nifas juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
usia menunjukkan bahwa 27.7%. Tingkat pendidikan yang berpengaruh juga
terhadap pemahaman mengenai bendungan payudara sebanyak 27.7%. Faktor dari
ibu yang bekerja atau lebih memilih menggunakan sufor sebesar 44.6%. Faktor
paritas dan juga pengalaman dalam menyusui sebelumnya (Deswani, 2014).
Faktor lainnya yakni ibu memilih untuk tidak menyusui bayinya atau keguguran,
bayi lahir mati, ibu dengan virus HIV, HBsAG, TBC, Kangker, ibu yang
sedang menjalani pengobatan, ibu dengan pembedahan payudara dan ibu dengan
cedera payudara (Cuningham, 2013).

Gejala yang akan timbul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara
bengkak, payudara terasa panas dan keras dan suhu tubuh ibu sampai 38,0⁰ C
Menurut Wulandari dan Handayani (2011), Selain itu payudara akan terlihat
mengkilat dan edema di daerah eritema difus, Puting susu teregang menjadi rata,
dan ASI tidak mengalir dengan mudah (Handayani, 2007). Selain berdampak
pada ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi dimana kebutuhan nutrisi
bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya asupan nutrisi yang didapatkan
oleh bayi. Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi
yaitu akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau
infeksi payudara dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri,
dapat disertai demam >38,0 C (Kemenkes RI, 2013) sedangkan abses payudara
merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi
penimbunan nanah didalam payudara (Rukiyah, 2012).

Bendungan ASI dapat ditangani dengan terapi farmokologis dan non


farmakologis. Penggunaan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa sakit
dari pembengkakan payudara adalah kompres dingin daun kubis. Kompres dingin
daun kubis dapat meredakan nyeri karena dingin dapat mengurangi prostaglandin
yang memperkuat reseptor nyeri, menghambat proses inflamasi, merangsang
pelepasan endorphin sehingga menurunkan transmisi nyeri selain itu daun kubis
sangat efektif dan murah dan dapat di jangkau oleh seluruh kalangan ibu-ibu yang
mengalami bendungan ASI. Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) diketahui
mengandung asam amino metionin yang berfungsi sebagai antibiotic 10,11 dan
kandungan lain seperti sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard,
magnesium, Oxylate heterosides belerang, hal ini dapat membantu memperlebar
pembuluh darah kapiler yang dapat meningkatkan aliran darah untuk keluar
masuk dari daerah tersebut, sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap
kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut (Patty,2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Untari dan Tri Purnanto, 2021 “Pengaruh
Pemberian Kompres Daun Kubis Pada Ibu Nifas Dengan Nyeri Bendungan ASI”
menunjukan Hasil evaluasi dari manajemen yang telah dilakukan pada Ny.D
selama 4x kunjungan diperoleh hasil bahwa skala nyeri pada payudara karena
bendungan ASI mengalami penurunan skala nyeri yang semula skala nyeri 5
menjadi skala nyeri 0 (nol) atau sudah tidak nyeri lagi. Untuk menguatkan
penelitian pertama terdapat penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Ariani dan Danik Agustin dengan “Pengaruh Pemberian Kompres
Daun Kubis Dingin sebagai Terapi Pendamping Bendungan ASI terhadap Skala
Pembengkakan dan Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASI pada Ibu
Postpartum di RSUD Bangil Ervi Damayanti” Dalam penelitian tersebut terdapat
perubahan pembengkakan payudara setelah pemberian kompres daun kubis
dingin.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus “ Pengaruh Daun
Kubis Dingin pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi” karena terdapat ibu yang
mengalami masalah Bendungan ASI pada masa nifas. Harapan penulis agar
selama masa nifas ibu dapat merasa nyaman dalam proses menyusui dan bayi
mendapatkan asi yang cukup hingga 6 bulan asi ekslusif.

Bidan memiliki peran sebagai pendidik jadi bidan dapat memberikan


informasi pada klien untuk mengatasi bendungan asi dengan terapi non
farmakologis seperti memberikan kompres dingin daun kubis karena daun kubis
dapat mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas pada payudara selain
itu kompres dingin daun kubis juga dapat mengurangi prostaglandin yang
memperkuat reseptor nyeri, menghambat proses inflamasi, merangsang
pelepasan endorphin sehingga menurunkan transmisi nyeri tidak hanya itu selain
efektif meredakan nyeri daun kubis juga murah dan mudah ditemukan oleh
seluruh ibu-ibu yang mengalami bendungan ASI. Sehingga bidan dapat membantu
meminimalisir angka kejadian pada bendungan ASI sehingga ibu merasa nyaman
saat menyusui dan bayi dapat diberikan asi ekslusif sesuai dengan kebijakan ASI
eksklusif. Di Indonesia yang dibuat oleh pemerintah antara lain Kemenkes RI
No.450/Menkes/SK/IV2004 tentang pemberian ASI eksklusif di Indonesia,
kemudian diterbitkan lagi PP No.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di latar belakang terdapat ibu nifas yang mengalami


bendungan asi, sehingga permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut
“Bagaimana Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI
Menggunakan Kompres Dingin Daun Kubis, di PMB Karmila ?”

B. Tujuan

Tujuan asuhan kebidanan berkelanjutan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu:

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksakan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.
Untuk mengatasi bendungan ASI di PMB dengan menggunakan pendekatan
management kebidanan varney dan di dokumetasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian data pada Ny. X dengan masalah Bendungan ASI
di PMB Karmila
b) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada ibu nifas terhadap Ny. X dengan masalah Bendungan
ASI di PMB Karmila.
c) Menegakan diagnosa potensial masalah pada ibu nifas terhadap Ny. X
dengan masalah Bendungan ASI di PMB Karmila.
d) Melakukan tindakan segera pada ibu nifas terhadap Ny. X dengan
masalah Bendungan ASI yang diproduksi tidak cukup ASI di PMB
melalui pendekatan manajemen kebidanan.
e) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian data
pada Ny. X dengan masalah Bendungan ASI dengan menggunakan
kompres daun kubis dingin di PMB Karmila
f) Melaksakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.X dengan masalah
Bendungan ASI dengan menggunakan kompres daun kubis dingin di
PMB Karmila.
g) Mengevaluasi hasil asuhan pada Ny. X dengan masalah Bendungan ASI
dengan menggunakan kompres daun kubis dingin di PMB Karmila.
h) Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny. X dengan
Bendungan ASI di PMB dengan metode Subjektif, Objektif, Analisa, dan
Penatalaksanaan (SOAP).

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan dan referensi
bacaan tentang penerapan kompres daun kubis dingin pada ibu nifas
dengan bendungan ASI untuk meredakan rasanya nyeri, panas dan
pembengkakan pada payudara.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi pendidikan DIII kebidanan Poltekkes Kebidanan TJK
Manfaat bagi institusi adalah dijadikan sumber refrensi penerapan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan penerapan kompres dingin
daun kubis dengan bendungan ASI.
b. Bagi PMB
Sebagai bahan informasi dan penerapan ilmu secara langsung pada
masyarakat mengenai penerapan kompres daun kubis pada ibu nifas
dengan bendungan ASI untuk meredakan rasa nyeri, pembengkakan
dan rasa panas pada payudara.
c. Bagi Klien
Mendapatkan informasi dan pengalaman penerapkan kompres daun
kubis dingin dengan bendungan ASI untuk meredakan rasa nyeri,
panas dan pembengkakan pada payudara karena bendungan ASI.
Sehingga ibu dapat menyusui bayinya dan bayi mendapatkan nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhannya.
D. Ruang Lingkup

Sasaran asuhan kebidanan ditunjukan kepada ibu nifas dengan masalah


bendungan ASI. Asuhan yang diberikan kepada ibu adalah penerapan kompres
daun kubis dingin dengan bendungan ASI untuk mengurangi rasa nyeri, panas dan
pembengkakan pada payudara.
a) Kontraindikasi
Kubis juga tidak disarankan untuk individu yang
alergi terhadap sulfa atau kubis. Kubis mengandung
senyawa sulfur, tetapi ini tidak sama dengan sulfa. Jika ibu
alergi terhadap sulfa, sebaiknya disarankan sebelum
dikompres dengan daun kubis pada payudaranya dilakukan
tes alergi terlebih dahulu. Cara melakukan tes alergi
terhadap daun kubis yaitu mengambil sedikit kubis segar
dilumatkan meletakkannya di kulit halus lengan bawah, dan
membungkus sesuatu di sekitarnya untuk tetap di
menempel pada kulit. (Jika tidak ada reaksi dalam 1 sampai
2 jam) maka dapat diasumsikan bahwa ibu tidak ada reaksi
alergi terhadap kubis.

b) Prosedur Kerja
1) Tujuan
Meminimalisir rasa nyeri pada payudara terhadap ibu
nifas dengan bendungan ASI menggunakan daun kubis
dingin.

2) Pelaksanaan
Dilakukan sebanyak 1 atau 2 kali sehari hingga
pembengkakan mereda (Ina Rohmawati, 2016).

3) Persiapan Pasien
a. Mempersiapkan klien untuk duduk atau bersndar
jika memungkinkan
b. Membuka baju atas klien
c. Memasang handuk dibagian bawah dan dibagian
punggung klien.

4) Persiapan yang Menangani


a. Potong kuku tangan spendek mungkin,agar tidak
melukai payudara
b. Cuci tangan
c. Lakukan dengan suasana santai, misalnya pada
waktu mandi sore.

5) Penatalaksaan
a. Penanganan dengan menggunakan kompres daun
kubis
b. Pilih daun kubis yang masih segar
c. Daun kubis hijau diambil secara utuh perlembar,
usahakan tidak robek.
d. Cuci bersih daun kubis
e. Daun kubis didinginkan dalam frezzer sekitar 20-30
menit
f. Tutupi semua area payudara yang bengkak dan kulit
yang sehat,
g. Kompres payudara berlangsung selama 20-30 menit
atau sampai daun kol tersebut layu. (Dapat
dilakukan di dalam bra).
h. Lakukan dua kali sehari selama 3 hari Berdasarkan
bukti ilmiah bahwa daun kubis dapat mengurangi
pembengkakan payudara tanpa efek samping dan
dapat meningkatkan durasi pemberian ASI. Namun
beberapa literatur menunjukkan bahwa terlalu
sering menggunakan kompres daun kubis dapat
mengurangi produksi ASI.
i. Daun kubis tersebut juga tidak boleh dikompreskan
pada daerah kulit yang rusak seperti putting susu
lecet. Jika puting susu lecet maka menempatkan
daun kubis disekitar payudara tanpa menutupi kulit
yang rusak tersebut.
A. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Nifas

Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan, merupakan bentuk rencana asuhan


menyeluruh yang dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari
perencanaan dapat dilakukan oleh bidan bersama dengan klien, suami maupun
anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhan secara mandiri,
maka bidan tetap memikul tanggungjawab atas terlaksananya seluruh perencanaan
sesuai dengan lingkup kewenangannya. Bidan tetap memiliki tanggungjawab
untuk mengarahkan penatalaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien sesuai dengan lingkup
kewenangan dan tanggungjawab bidan dalam asuhan. Manajemen kebidanan yang
efisien akan meningkatkan mutu dan asuhan kepada klien. Pada saat
penatalaksanaan asuhan, kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan. Beberapa aspek yang perlu diingat terkait penatalaksanaan dalam
lingkup manajemen kebidanan, adalah sebagai berikut.

1. Penatalaksanaan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan yang telah


disusun. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas ancaman kondisi
klien.
2. Tindakan antisipasi dirumuskan sesuai kebutuhan, artinya bahwa tindakan
antisipasi dilaksanakan karena adanya diagnosa atau masalah potensial
yang mengancam klien.
3. Tindakan segera sesuai kebutuhan artinya direncanakan tindakan segera
apabila kondisi klien mempunyai indikasi perlunya dilakukan tindakan
segera.
4. Tindakan rutin secara komprehensif artinya tindakan yang direncanakan
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan atau masalah fisik, psikologis,
sosial klien.
5. Penatalaksanaan asuhan melibatkan klien atau keluarga artinya klien atau
keluarga diberikan informasi tentang kondisi yang dialami klien,
kemudian dilibatkan sejak pengambilan keputusan asuhan dan tindakan
yang akan diberikan.
6. Penatalaksanaan juga mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial
budaya klien atau keluarga artinya dalam memilih rencana tindakan tidak
hanya sesuai kebutuhan fisik, tetapi juga memperhatikan keadaan jiwa ibu,
nilai dan kepercayaan yang dimiliki ibu dan keluarga.
7. Menggunakan tindakan yang aman didukung evidence based, artinya
bahwa dalam menentukan tindakan memilih tindakan yang aman bagi
klien, dan diutamakan pada tindakan yang berdasarkan bukti riset yang
terbaik, dan tindakan tersebut terbukti menguntungkan klien.
8. Mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan kewenangan yang berlaku,
sumber daya dan fasilitas yang tersedia tanpa mengabaikan prinsip dan
standar yang harus dilakukan.
9. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk biopsikososialspiritual
dan budaya, artinya bahwa dalam mengimplementasikan rencana tindakan
pada kliennya mempertimbangkan keadaan pasien sebagai individu yang
unik, berbeda-beda, tidak dapat disamakan antara individu yang satu
dengan yang lain, terdapat dinamika, fleksibilitas, tetapi memenuhi standar
pelayanan kebidanan yang berlaku.
10. Memperhatikan privasi klien, artinya dalam melaksanakan tindakan selalu
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman, perlindungan dan harga diri klien.
Bertanggung jawab penuh pada kesinambungan asuhan kebidanan, artinya
bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak hanya
bertanggungjawab pada tindakan yang dilakukannya sendiri, tetapi
mengikuti perkembangan setiap tindakan yang dilakukan oleh tim
kesehatan.
11. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, maksudnya
adalah bahwa setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan bidan
hendaknya mencatat dalam status klien/catatan perkembangan pasien.
Sehingga perkembangan kondisi klien dapat terlihat, dan rangkaian asuhan
yang diberikan juga dapat terlihat (Heni Puji Wahyuningsih,2018; 248)
B. Standar Kompetensi Bidan

Standar Kompetensi Bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan


perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik
kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua katagori yaitu
kopetensi inti / dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh
bidan, kompetensi tambahan / lanjutan merupakan pengembangan dari
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam
memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat yang sangat luas dinamis serta
perkembangan IPTEK.

Lahirnya kompetensi bidan di Indonesia tidak terlepas dari Permenkes 572


Tahun 1996 tentang Registrasi Praktik Bidan, kompetensi bidan yang disusun
oleh ICM pada Februari 1999, kompetensi bidan Indonesia yang disahkan pada
KONAS IBI XII di Denpasar Bali, Peraturan Kepmenkes RI No.
900/Menkes/SK/II/2002 tentang kewenangan praktik bidan dan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan. Kompetensi Bidan ini merupakan acuan Bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.:

Asuhan pada ibu nifas dan menyusui Pernyataan Kompetensi ke-5: Bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat. Berdasarkan pernyataan kompetensi 5 maka
dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap
bidan, yaitu:

1. Pengetahuan dasar
a. Fisiologi nifas.
b. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan / abortus.
c. Proses laktasi / menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara,
abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
d. Kebutuhan nutrisi nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
e. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
f. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
g. Bonding dan attachement orangtua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif.
h. Indikator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi.
i. Indikator masalah-masalah laktasi.
j. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
pervaginaan menetap, sisa plasenta, renjatan (shock) dan preeklamsi
post partum.
k. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinensia alvi.
l. Kebutuhan asuhan dan konseling selam dan sesudah abortus. 13)
Tanda dan gejala komplikasi abortus

2. Ketrampilan dasar
a. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan, dan
kelahiran.
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
c. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
d. Merumuskan diagnisa masa nifas.
e. Menyusun perencanaan.
f. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
g. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri
sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
h. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana
perlu.
i. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau
merujuk untuk tindakan yang sesuai.
j. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal sisa plasenta, renjatan dan
infeksi ringan.
k. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca
persalinan.
l. Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca
absorsi.
m. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
n. Memberikan antibiotika yang sesuai.
o. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
dilakukan.

3. Ketrampilan tambahan
a. Melakukan insisi pada hematoma vulva.

C. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar Asuhan Kebidanan Dalam Masa Nifas Standar pelayanan kebidanan


terdiri dari 24 standar, fokus pada asuhan kebidanan nifas terdapat 3 standar yaitu:

1. Standar 13 : perawatan bayi baru lahir Bidan memeriksa dan menilai BBL
untuk memastikan pernafasan dan mencegah terjadinya Hipotermi
2. Standar 14 : penanganan pada 2 jam setelah persalinan Melakukan
pemantauan terhadap ibu dan bayi akan terjadinya komplikasi pada 2 jam
pertama 3.
3. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi selama masa nifas Melakukan
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam
setelah persalinan. Mencakup : talipusat, komplikasi yang terjadi pada
masa nifas, Gizi, kebersihan (Depkes RI, 2004)

D. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut

Berdasarkan pertauran menteri kesehatan (Permenkes) Nomor 28 tahun 2017


tentang izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan
meliputi :
Pasal 18

Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk


memberikan:

a. Pelayanan kesehatan ibu;


b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf a


diberikan pada masa sebelum hami, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
pelayanan: Konseling pada masa antara dua kehamilanDalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud ayat (2),
bidan berwenang melakukan : Fasilitas/ bimbingan inisiasi menyusu dini
dan promosi air susu ibu ekslusif Yang di buat oleh pemerintah di
Indonesia antara lain Kemenkes RI No.450/Menkes/SK/IV2004 tentang
pemberian ASI eksklusif di Indonesia, kemudian diterbitkan lagi PP
No.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif.

E. Hasil Penelitian Terkait


1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Untari dan Tri Purnanto, 2021
“Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Pada Ibu Nifas Dengan Nyeri
Bendungan ASI” menunjukan Hasil evaluasi dari manajemen yang telah
dilakukan pada Ny.D selama 4x kunjungan diperoleh hasil bahwa skala
nyeri pada payudara karena bendungan ASI mengalami penurunan skala
nyeri yang semula skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 0 (nol) atau sudah
tidak nyeri lagi.
2. Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ariani
dan Danik Agustin tahun 2020 dengan “Pengaruh Pemberian Kompres
Daun Kubis Dingin sebagai Terapi Pendamping Bendungan ASI terhadap
Skala Pembengkakan dan Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASI
pada Ibu Postpartum di RSUD Bangil Ervi Damayanti” Dalam penelitian
tersebut terdapat perubahan pembengkakan payudara setelah pemberian
kompres daun kubis dingin.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Miftakhur Rohmah, Anggrawati Wulandari
, Deny Wati Sihotang dengan “Efektivitas Kompres Daun Kubis (Brassica
Oleracea) terhadap Skala Pembengkakan Payudara pada Ibu Post Partum
di PMB Endang Kota Kediri” pada tahun 2019 dengan hasil pemberian
kompres daun kubis (brassica oleracea) efektif menurunkan skala
pembengkakan payudara pada ibu post partum.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Suraida Rahayu dan Eka Tri Wulanda
tahun 2020 dengan “Perbandingan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan
Kompres Daun Kol Untuk Mengurangi Nyeri Pada Ibu Dengan
Pembengkakan Payudara Di Wilayah Kerja Puskesmas Wana Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2020” Dimana penatalaksanaan kompres daun
kubis lebih efektif mengatasi masalah pembengkakan payudara bagi ibu
nifas.
5. Dalam Penelitian oleh Yuli Andari, Dewi Yuliasari, Astriana dan Ledy
Octaviani Iqmy tahun 2021 dengan “Pemberian Kompres Daun Kubis
Dingin Mengurangipembengkakan Payudara Ibu Post Partum” Hasil
penelitian ini didapat rata-rata pembengkakan payudara ibu post partum
sebelum diberi kompres kubis dingin di Wilayah Kerja Puskesmas
Panjang Bandar Lampung Tahun 2021, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan rata-rata payudara bengkak sebelum denga sesudah
diberikan kompres daun kubis dingin.
F. Kerangka Teori

Faktor penyebab ibu: Faktor penyebab bayi :

1. Posisi bayi dan perlekatan 1. Bayi menyusu tidak efektif


bayi tidak baik 2. Bayi sakit, misalnya
2. Terpisah dari bayi dan jaundice/bayi kuning.
tidak mengosongkan 3. Menggunakan pacifier (dot
payudara atau empeng)
3. Payudara tidak normal
misalnya terdapat saluran
yang terumbat

Bendungan ASI

Tanda Gejala

1. Terasa Nyeri
2. Terasa panas, berat dan
keras
3. Terlihat mengkilap
4. Asi tidak lancar

Penanganan:

1. Pemberian Analgetika
2. Dianjurkan menyusui segera dan lebih
sering
3. Air susu dikeluarkan atau dengan
pompa
4. Kompres daun kubis dingin

Sumber : Asih Yusari dan Risneni (2016), Riyanti dan Yusari (2019), Maryunani

(2015), Prawirohardjo (2016).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Lokasi danWaktu Pelaksaan

Lokasi pemberian asuhan kebidanan pada Ny. X dengan masalah bendungan


ASI bertempat di PMB Karmila.

Waktu pemberian asuhan diberikan sejak bulan… sampai …yang sesuai


dengan komdisi dan keadaan ibuatau sampai maslah bendungan ASI dapat
teratasi.

B. Subjek Laporan Kasus

Subjek laporan kasus penelitian dalam studi kasus ini adalah ibu nifas
terhadap Ny. X dengan masalah bendungan ASI dengan menggunakan kompres
daun kubis dingin dengan memenuhi kriteria, sebagai berikut ;

1. Bendungan ASI
2. Bendungan ASI hari ke
3. Tidak mastitis

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi wawancara dan studi


dokumentasi dalam bentuk asuhan kebidanan pada Ny x

1. Observasi
Peneliti mencari data dan mengobservasi langsung ibu nifas terhadap Ny.
X dengan bendungan ASI.
2. Wawancara
Melakukan wawancara langsung kepada Ny.x Untuk masalah Bendungan
ASI dan keluhan yang dirasakan Ny. X Selama masa nifasnya, pola hidup
atau kebiasaan sehari-hari, dan hubungan komunikasi Ny. X Dengn
keluarga.
3. Studi Dokumentasi
Dilakukan dalam asuhan kebidanan dalam metode SOAP yaitu :
a. S (Subjektif)
Berisikan pendokumentasin hasil pengumpulan data dasar Ny.x
Melalui anamnesa sebagai langkah varney yang terdiri dari identitas
diri Ny. X Dan suami, serta keluhan yang dialami saat kunjungan.
b. O (Objektif )
Berisikan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik Ny.x Hasil TTV,
dan tes diagnosa lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assessment sebagai langkakh 1 Varney.
c. A (Analisa)
Beriskan hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dialami diidentifikasi diagnosa dan masalah potensial dan perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, sebagai langkah 2,3, dan 4
varney ).
d. P (Penatalaksaan )
Berisikan tindakan perencanaan, tindakan, dan evaluasi berdasarkan
analisa data (assessment( sebagi langkah 5,6 dan 7 varney.

D. Teknik/ Cara Pengumpulan Data

Dalam penyusunan kasus ini penulis mengguanaknjenis data primer dan


sekunder, (Menurut Hellen Varney)

1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung dan
pemeriksaab fisik terhadap Ny. P A dengan amslah bendungan ASI sesuai
7 langkah varney.
a. Langkah 1 (pertama): Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data untuk mengevaluasi keadaan Ny. Secara
lengkap, yaitu :
1) Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhanya
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboraturium dan membandingkan dengan hasil
studi
b. Langkah II (kedua) : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang ebnar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan Ny. Berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulakan dinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan
kedalam sebuah rencana asuahan terhadap klien.
c. Langkah III (Ketiga) : Mengindentifikasi diagnose atau masalah
potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membtuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan, sambil mengamati Ny. X. penulis diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
Ny. X yang memerlukan penanganan segera.
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan menyeluruh pada langkah
ini direncanakan asuhan pada Ny. X yang menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini memerlukan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa satu masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapt dilengkapi.
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh penulis atau
sebagian dilakukan oleh penulis dan sebagimana lagi oleh Ny. X atau
anggota tim kesehatan yang lain.
g. Langkah VII (ketujuj): Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memamng benar efektif dalam pelaksaanya.
2. Data Sekunder Meliputi
a. Dokumentasi
Pada kasus ini dokumentasi dari Ny. X berasal dari rekam medis di
PMB Karmila.
b. Studi kepustakaan
Pada kasus ini studi kepustakaan diperoleh dari literature yang
berkaitan tentang penatalkasanaan kompres daun kubis dingin terhadap
bendungan ASi

E. Bahan dan Alat


Dalam melakukan studi kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASIpenulis
menggunakan alat-alat berikut :
1. Wawancara
a. Format pengkajian nifas
b. Buku tulis
c. Pena
2. Observasi
a. Lembar panduan observasi dan lembar kuesioner
b. Alat tulis seperti pena dan pensil
c. Tensimeter dan stetoskop
d. Thermometer
e. Jam tangan dengan penunjuk detik
3. Kompres Daun Kubis
a. Handuk
b. Waslap
c. Air hangat dan air dingin
d. Daun kubis
4. Dokumentasi
a. Status catatan pada ibu nifas
b. Dokumentasi di catatan KIA yang ada di PMB
c. Alat tulis (buku dan pena)

F. Jadwal Kegiatan (Matriks Kegiatan)

NO Pelaksanaan Tempat Kegiatan


1. 2022 PMB Survey PMB Karmila
Karmila
2. 2022 PMB Dinas PMB Karmila
Karmila
3. 2022 Rumah PNC hari ke-
Pasien 1. Anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan
puerperenium
3. Memberitahu hasil pemeriksaan
4. Melakukan kompres daun kubis
dingin
5. Menagnjurkan ibu untuk rajin
menyusui bayinya
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui
pada kedua payudaranya
7. Memberitahu ibu akan dilakukan
kunjungan ulang
4 2022 Rumah PNC hari ke-
pasien 1. Anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan payudara
3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
4. Melakukan Kompres daun kubis
dingin
5. Menganjurkan ibu untuk
mengompres payudara dengan air
hangat
6. Mengevaluasi edukasi dan hasil
yang telah dilakukan.
5. 2022 Rumah PNC hari ke-
Pasien 1. Anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan payudara
3. Memberitahu hasil pemeriksaan
payudara
4. Melakukan kompres daun kubis
dingin
5. Menganjurkan ibu untuk lebih sering
menyusui bayinya
6. Mengevalusi edukasi dan tindakan
yang telah dilakukan
7. Memberitahu ibu bahwa akan
melakukan kunjungan ulang
DAFTAR PUSTAKA

Yuli Andari, Dewi Yuliasari, Striana, Ledy Octaviani Iqmymj (Midwifery


Journal), Vol 1, No.4. Desember2021,Issn (Cetak) 2775-393 Xissn (Online)
2746-7953, Hal 253-26025 “Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin
Mengurangipembengkakan Payudaraibu Post Partum”

Herdini Widyaning Pertiwi, Hana Rosiana Ulfah. Jurnal Kebidanan, Vol. X, No.
01, Juni 2018 “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Payudara Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu Nifas”

Faidatun Munawaroh, Herniyatun , Kusumastut. Gambaran Kejadian Bendungan


Asi Pada Ibu Nifas Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong Siti

Heni Suraida Rahayu, Eka Tri Wulandari 2020 P-Issn : 2721-1770 Volume 1
Issue 3 “Perbandingan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Daun
Kol Untuk Mengurangi Nyeri Pada Ibu Dengan Pembengkakan Payudara Di
Wilayah Kerja Puskesmas Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun”

Sri Hennyati A,Lala Yuniadah Jurnal Sehat Masada Volume Xv Nomor 2 Juli
2021 Issn : 1979-2344 Jurnal Penelitian Kesehatan Stikes Dharma Husada
Bandung 218. “Hubungan Teknik Menyusui Dan Praktik Breast Care
Dengan Kejadian Bendungan Asi Di Pbmbd.“L"Kota Bandung”

Nelfi Sarlis E-Issn - 2477-6521 Vol 5(1) Februari 2020 (21-28) “Faktor Penyebab
Terjadinya Bendungan Asi Pada Ibu Postpartum”

Sri Juliani1, Nurrahmaton Vol. Iii No. 1 Hal. 16-29 I E-Issn 2614-7874 “Faktor
Yang Memengaruhi Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rambung Merah Kabupaten Simalungun”

Nova Rati Lova1 , Della Siti Nurfalah Jurnal Ilmiah Kesehatan “Gambaran
Karakteristik Ibu Postpartum Dengan Bendungan Asi Di Pmb Bd. I
Citeureup Neglasari Bandung”

Tuti Meihartati Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2017:
19-24 “Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian Bendungan
Asi (Engorgement) Pada Ibu Nifas”

Clara Ega Ayu Rutiani, Lisna Anisa Fitriana Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia. 2016;2(2):146–155. “Gambaran Bendungan Asi Pada Ibu Nifas
Dengan Seksio Sesarea Berdasarkan Karakteristik Di Rumah Sakit
Sariningsih Bandung”
Ervi Damayanti, Dewi Ariani , Danik Agustin Journal Of Issues In Midwifery,
Vol. 4 No. 2 Bulan Agustus – November 2020, Halaman 54 – 66. “Pengaruh
Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin Sebagai Terapi Pendamping
Bendungan Asi Terhadap Skala Pembengkakan Dan Intensitas Nyeri
Payudara Serta Jumlah Asi Pada Ibu Postpartum Di Rsud Bangil”

Krisma , Evi Istiqamah, Siti Hardiyanti Hamang , Suchi Avnalurini Sharif , Micha
Erawati Window Of Midwifery Journal Vol. 01 No. 02 (Desember, 2020) :
56-65. ”Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal Care Hari Ketiga Pada
Ny. N Dengan Bendungan Asi”

Verawaty Fitrinelda Silaban, Merlin Carmila, Otilia Telaumbanua, Puspita Yuli


Y.” Efektivitas Kompres Lidah Buaya terhadap Nyeri Pembengkakan
Payudara pada Ibu Post Partum di Klinik Theresia”

Yusrah Taqiyah, Sunarti , Nur Fadilah Rai “Pengaruh Masase Payudara Terhadap
Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum Di Rsia Khadijah I Makassar”

Fatma Jama, Suhermi.S Efektifitas Pijat Oketani Terhadap Bendungan Asi Pada
Ibu Postpartum Di Rsb.Masyita Makassar

Siti Nur Aidah Dan Tim Penerbit Kbm Indonesia 2020 “ Ensiklopedi Kubis”
Lampiran 1 standar operasional prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KOMPRES DAUN KUBIS


DINGIN

Pemberian Kompres Dingin Daun Kubis


Pengertian Tanaman kubis (Brassica oleraceae
Var Capitata L.) merupakan sayuran
yang banyk dibudidayakan di dataran
tinggi. Tanaman ini termasuk salah
satu jenis sayur-sayuran daerah
subtropics yang mempunyai arti
ekonomi penting karena komoditi ini
menghasilkan sayuran daun, kuncup,
bunga, batang dan minyak ari bijinya.
(Sulastri, 2010).
Kompres dingin daun kubis dapat
meredakan nyeri karena dingin dapat
mengurangi prostaglandin yang
memperkuat reseptor nyeri,
menghambat proses inflamasi,
merangsang pelepasan endorphin
sehingga menurunkan transmisi nyeri
selain itu daun kubis sangat efektif dan
murah dan dapat di jangkau oleh
seluruh kalangan ibu-ibu yang
mengalami bendungan ASI.
Kubis yang segar mengandung air,
protein, lemak, karbohidrat, serat,
glukonisolte, mineral (kalium,
kalsium, magnesium, mangan, fosfor,
besi, natrium), vitamkin (C, A, B6,
biotin, E, tiatimin, riboflamin,
nicotinamide, folat) dan beta karoten
(Patty,2012).

Tujuan Meminimalisir rasa nyeri pada


payudara terhadap ibu nifas dengan
bendungan ASI menggunakan daun
kubis dingin.
Ruang Lingkup Meminimalisir rasa nyeri pada
payudara terhadap ibu nifas dengan
bendungan ASI menggunakan daun
kubis dingin.
Petugas Ibu nifas dengan Bendungan ASI
Peralatan dan Bahan Bidan
Prosedur Pelaksaan Daun Kubis, Air
1. Meminta persetujuan ibu dan
keluarga
2. Menjelaskan manfaat kompres
daun kubis dingin dapat
menurunkan transmisi nyeri
selain itu daun kubis sangat
efektif dan murah dan dapat di
jangkau oleh seluruh kalangan
ibu-ibu yang mengalami
bendungan ASI.
3. Menjelaskan cara penerapan
kompres daun kubis dingin
dengan 1-2 kali dalam sehari
selama 3 hari dengan cara
dibawah ini;
a. Pilih daun kubis yang
masih segar
b. Daun kubis hijau diambil
secara utuh perlembar,
usahakan tidak robek.
c. Cuci bersih daun kubis
d. Daun kubis didinginkan
dalam frezzer sekitar 20-30
menit
e. Tutupi semua area
payudara yang bengkak
f. Kompres payudara
berlangsung selama 20-30
menit atau sampai daun kol
tersebut layu. (Dapat
dilakukan di dalam bra).
g. Lakukan dua kali sehari
selama 3 hari
Lampiran 3 Lembar Observasi Ciri-ciri Bendungan ASI

Penerapan Kompres Daun Kubis Dingin

Penerapan Kompres Sebelum Sesudah


Daun Kubis Dingin
Hari Pertama 1. Payudara pasien 1. Payudara pasien
terlihat mengkilap sudah tidak
2. Pasien merasakan mengkilap
nyeri, panas dan 2. Pasien merasakan
berat pada rasa nyeri, panas
payudara dan berat pada
3. Terdapat tarikan payudaranya
pada payudara sudah sedikit
pasien berkurang
3. Tarikan pada
payudara pasien
sudah sedikit
berkurang
Hari Kedua 1. Payudara pasien 1. Payudara pasien
sudah tidak sudah tidak
mengkilap mengkilap
2. Pasien merasakan 2. Pasien merasakan
rasa nyeri, panas rasa nyeri, panas
dan berat pada dan berat pada
payudaranya payudaranya
sudah sedikit sudah berkurang
berkurang 3. Tarikan pada
3. Tarikan pada payudara pasien
payudara pasien sudah berkurang
sudah sedikit
berkurang
Hari Ketiga 1. Payudara pasien 1. Payudara pasien
sudah tidak sudah tidak
mengkilap mengkilap
2. Pasien merasakan 2. Pasien sudah
rasa nyeri, panas tidak merasakan
dan berat pada rasa nyeri, panas
payudaranya dan berat pada
sudah berkurang payudaranya
3. Tarikan pada 3. Pasien sudah
payudara pasien tidak merasakan
sudah berkurang tarikan pada
payudaranya
Lampiran 4 SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

TERHADAP NY. x

DI PMB KARMILA

LAMPUNG SELATAN

Anamnesa Oleh : Yuwika Cahya

Hari/tanggal :

Tempat : PMB Karmila

A. SUBJEKTIF
1. Identitas
Ibu Ayah
Nama : :
Umur : :
Agama : :
Suku : :
Pendidikan : :
Pekerjaan : :
Alamat :
No HP :

2. Keluhan Utama

3. Riwayat Persalinan
Tempat bersalin :
Jumlah perdarahan :
Jenis persalinan :
Lamanya : Kala I :
: Kala II :
: Kala III :
: Kala IV :
: Total :
Komplikasi :

4. Bayi
Jenis Kelamin :
BB :
PB :

5. Plasenta
Berat Plasenta :
Insersi :

6. Pola Nutrisi setelah melahirkan


Makan :
Minum :

7. Pola Eliminasi
BAK :
BAB :

8. Mobilisasi :

B. OBJEKTIF (O)
Keadaan Umum :
Kesadaran :
TTV : TD : N :
:R : S :

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala :
Rambut :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Telinga :

2. Leher
Kelenjar Tiroid :
Kelenjar Limfe :
Vena Jugularis :

3. Dada
Jantung :
Paru-paru :
Payudara
Pembesaran :
Putting susu :
Pengeluaran :
Rasa Nyeri :
Benjolan :
4. Abdomen
Bekas oprasi :
Kontraksi Uterus :
TFU :

5. Ekstremitas
Atas :
Bawah :

6. Anogenetal
Vulva :
Perenium :
Lochea :
Anus :

C. ANALISA (A)

Diagnosa :

D. PENATALAKSANAAN (P)

Anda mungkin juga menyukai