Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “M” P1A0H1 POSPARTUM 7 HARI

DENGAN BENDUNGAN ASI DI RUANG PERAWATAN KEBIDANAN


RUMAH SAKIT TEMBILAHAN

Oleh:
KELOMPOK
1.LIA AMELIA FARMISAH
NIM : 2116018
Dosen Pengampu:
1. Sandra Harianis, S. SIT, M.Kes
2. Ana Verena Puspa Rini, SKM, M.K.M

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


STIKES HUSADA GEMILANG
TEMBILAHAN
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................
B. TUJUAN...............................................................................................................
1. TUJUAN UMUM.................................................................................................
2. TUJUAN KHUSUS..............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................................
A. DEFINISI BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU(ASI).........................
B. ANATOMI FISIOLOGIS PAYUDARA...........................................................
C. ETIOLOGI..........................................................................................................
D. PATOFISIOLOGI..............................................................................................
E. TANDA DAN GEJALA......................................................................................
F. KOMPLIKASI.....................................................................................................
G. PENCEGAHAN..................................................................................................
F. PENATALAKSANAAN......................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
1. KESIMPULAN.....................................................................................................
2. SARAN..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah


satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI), AKI masih cukup tinggi yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2009, sedangkan target Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes,
2009). Dari data AKI di Indonesia terdapat 60% kematian pada masa nifas dalam 24
jam pertama dalam hal ini perlu peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut (Setyo & Sri, 2011)

Usaha untuk mengurangi AKI tersebut, salah satu upaya yang dilakukan
adalah perawatan pada masa kehamilan dan masa nifas yang baik, misalnya
perawatan payudara. Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Setyo & Sri, 2011).

Pada permulaan masa nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik atau
apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, akan

terjadi pembendungan air susu, mammae panas serta keras pada perabaanmenyusui
(Wiknjosastro, 2009). Biasanya payudara yang mengalami bendungan ASI akan
terlihat oedema, puting susu kencang, dan ASI tidak keluar. Akibat terhadap bayi,
bayi tidak puas setiap setelah menyusu, bayi sering menangis atau bayi menolak
menyusu (Setyo & Sri, 2011). Jika bendungan ASI tidak ditangani dengan baik maka
akan terjadi mastitis, peradangan payudara, abses payudara, dan akibat lebih lanjut
akan terjadi kematian (Ambarwati dkk, 2008).
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi akibat
bendungan ASI maka dibutuhkan peran bidan yang antara lain mempersiapkan ibu
pada masa antenatal dengan melakukan pemeriksaan payudara dan perawatan
payudara, memberikan informasi tentang laktasi dan memberikan motivasi ibu untuk
menyusui pada masa nifas dan bidan harus bisa mengatasi masalah yang sering
terjadi yaitu kelainan pada bentuk putting susu, putting susu lecet (Perinasia, 2004).

B.Tujuan

1.Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.M P1A0 dengan
bendungan saluran ASI dengan memahami konsep bendungan Asi.

2.Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.M dengan 7 hari postpartum


dengan bendungan asi maka penulis diharapkan dapat:

1. Mampu melakukan pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang


diperlukan,Asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien Ny.M dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP dan 7 langkah varney.

2. Mampu menginterpertasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis masalah


pada pelaksanaan asuhan kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP dan 7 langkah varney.

3. Mampu melakukan kebutuhan terhadap tindakan segera pada pelaksanaan


asuhan kebidanan pada pasien Ny.M dan di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP dan 7 langkah varney

4. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan


tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah –langkah
sebelumnya pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien ny.M dan di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP dan 7 langkah varney
5. Mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan pada pasien Ny.M dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP dan 7 langkah varney

6. Mampu mengevaluasi hasil asuhan pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada


pasien Ny.M dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP dan 7 langkah
varney

7. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori yang sudah di peroleh dengan


kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat kasus
yang ditangani pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien Ny.m dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP dan 7 langkah varney.

C. Ruang lingkup

Adapun ruang lingkup pembuatan laporan ini penulis melakukan


pendataan,pengkajian,dan pemberian Asuhan kebidanan serta mengevaluasi
kepada pasien Ny.M post partum 7 hari dengan bendungan ASI di ruang
perawatan kebidanan di RS Tembilahan Tahun 2022.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi bendungan saluran air susu ibu (ASI)

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus


laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurnaatau
karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
(Sarwono,2005)

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo,(2005) adalah payudara


bengkak,keras,panas dan nyeri.penanganan sebaiknya dimulai selama hamil
dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.

Bila terjdi juga,maka berikan terapi siptomatis untuk sakitnya


(analgetik),kosongkan payudara,sebelum menyusui pengurutan dulu atau
dipompa,sehingga sumbatan hilang.jika perlu berikan stibestrol atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai
hari keenam setelah persalinan,Ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara
menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan
cepat.Namun dapat berkembang menjadi bendungan.

Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan.Aliran vena limpatik tersumbat aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat, Payudara menjadi
bengkak,merah,dan mengkilap.Jadi, dapat diambil kesimpulan perbedaan
kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras.Tidak terlihat mengkilap,
ASI biasanya mengalir dengan lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara
spontan

.Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.payudara


terlihat mengkilap dan puting susu teregangmenjadi rata.ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

B. ANATOMI FISIOLOGIS PAYUDARA

Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas


otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200gr, yang kiri umumnya
lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800gr.

Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular


pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu
untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur makroskopis dan
mikroskopis..

1.Struktur makroskopis

a.corpus

corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan
stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus
(duktus), Duktulus (duktulli), Lobus , Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari
payudara tersusun dari bagian-bagian , jaringan ikat , jaringan lemak , pembuluh
darah , saraf dan pembuluh limpa.

b.Areola
Areolaadalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5
cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna
tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.

c.Papilla Mammae

Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa)


keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6
cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-
kecil yang merupakan muara ductus lactifer.

2. Struktur mikroskopis

Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung


sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi
menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai
berikut :

a.Alveoli

Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-
faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling
alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel
ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke
dalam ductus lactifer.

b.Tubulus Lactifer

Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli

. c. Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer

. d. Ampulla

Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan
tempat penyimpanair susu. Ampulla terletak di bawah areola.

Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam
alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang
areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan
ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara. Puting susu dan areola adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui.

Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang
penting . pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos
yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan cakupan
bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.

Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus),
didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah
alveoli, didalam alveoli terdapat sel acinin yang mengandung ASI, masing
masing alveoli dihubungkan duktus alveoli kemudian membentuk alveolus,
sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan
cairan agar puting tetap lunak dan lentur.
C.Etiologi

1.Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi
ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara.
Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau
jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3.Faktorposisi menyusui bayi tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak
mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI. 4.Puting susu terbenam.

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena
bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI.

5.Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan

D.Patofisiologi

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya
pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air
susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan
nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu
(Wiknjosastro, 2005)

E. Tanda dan gejala

Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi


ASI dengan bendungan ASI :

1) Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras, dan tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dan kadang-kadang menetes
keluar secara spontan.

2) Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.


Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak
keluar bila diperiksa atau dihisap.

Tanda dan gejala menurut (manuaba 2010 hal 420)

a) Rasa berat pada payudara

b) Payudara terasa panas

c) Badan terasa panas sampai meningkat

d) Payudara bengkak

e) Puting susu kencang

f) Payudara terasa nyeri


g) ASI tidak keluar

Tanda dan gejala menurut (Saiffudin, 2008;625)

a) Pembengkakan payudara bilateral

b) Payudara terasa panas

c) Kadang terasa nyeri

d) Tidak terdapat tanda kemerahan

Tanda dan gejala menurut (Saleha, 2009;106)

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh


bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap
oleh bayi. Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam, dan
payudara terasa nyeri.oleh karena itu, sebelum disusukan kepada bayi, ASI harus
diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahlu agar payudara lebih lunak
sehingga bayi lebih mudah menyusu.

F.Komplikasi

Pengamatan pada hubungan antara bendungan ASI dan mastitis telah dilakukan
selama beberapa tahun, walaupun kedua kondisi tersebut tidak selalu dapat
dibedakan dengan jelas (WHO, 2000;7). Mastitis merupakan infeksi yang terjadi
pada payudara, ini merupakan kelanjutan dari bendungan payudara. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya perawatan payudara sehingga bakteri Staphylococcus
aureus dapat dengan mudah menginfeksi payudara. Ibu yang terkena mastitis bisa
sampai mengeluarkan nanah dari payudaranya (abses payudara).

G. Pencegahan

Menurut Suradi (2007;5-3) bendungan ASI dapat dicegah


dengan,

1) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (sebelum 30 menit)

setelah dilahirkan. Manfaat menyusui dini adalah : merangsang

produksi susu, dan memperkuat reflek menghisap bayi.

2) Perlekatan yang baik. Cara melekatkan Bayi pada payudara

Perlekatan yang baik. Cara melekatkan Bayi pada payudara ketika menyusui
berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Langkah-langkah menyusui yang
benar (Suradi, 2007:4-7)

a).Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting


susu dan areola sekitarnya.

b). Bayi dilekatkan menghadap perut ibu/ payudaraketika menyusui berpengaruh


terhadap keberhasilan menyusui.

c). Payudara dipegang dengan C Hold yaitu ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting

d). Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu, ataumenyentuh sisi mulut bayi.
(Sulistyawati, 2007:28).

e). Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut


bayi. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
ganti menyusui pada payudara yang lain.

f. ) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum


g). Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. Cara
melepas hisapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut, atau dagu bayi ditekan ke bawah.

h). Menyendawakan bayi.

Tujuannya untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah
setelah menyusui. Cara menyendawakan yaitu Bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu Ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan, atau Bayi
tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahanterkosongkan (yang dihisap terakhir.

3) Menyusui on demand

Sebaiknya bayi disusui secara on demand, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi nya mnangis bukan karna
sebab lain (kencing,kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu
sudah merasa perlu untuk menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu pada jadwal
yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu.
Menyusu yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena hisapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui on
demand, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui
(Suradi, 2007:4-10).

4). Lakukan rangsangan efek oksitosin (Suradi, 2007:5-3) yaitu :

kompres panas untuk mengurangi rasa sakit, Ibu harus rileks, dekatkan bayi pada
ibu agar ibu dapat memandangnya, pijat leher dan punggung belakang (sejajar
daerah payudara) menggunakan ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah
jarum jam kurang lebih selama 3 menit, Pijat ringan pada payudara yang bengkak
(pijat pelan-pelan ke arah tengah) menggunakan minyak pelumas, stimulasi
payudara dan puting caranya pegang puting dengan dua jari pada arah yang
berlawanan, kemudian putar puting dengan lembut searah jarum jam.

5) Kompres dingin pasca menyusui.

6) Memakai BH yang sesuai. Menurut Varney (2007:55) BH atau penyokong


payudara yang baik penting untuk mencegah atau Mengurangi nyeri punggung
bagian atas serta dapat menyamankan nyeri tekan karena payudara yang
membesar. Selain itu, BH yang sesuai juga memberi ruang untuk memfasilitasi
fungsi duktus.

F. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:

1).Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek

2).Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dandihisap


oleh bayi.

3). Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.

4). Untuk mengurangi rasa sakit, pada payudara berikan kompres dingin.

5). Untuk mengurangi statis divena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting kearah korpus.
(Satrawinata,2004).

Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masse atau perawatan
puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan
mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.

b. Penatalaksanaan bendungan asi untuk ibu menyusui


1). Sebelum menyusui,pijat payudara dengan lembut,mulai dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area
yang mengeras.

2). Menyusui sesering mungkin dengan jadwal waktu selama mumgkin,susui


dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahan nya,karna bayi akan menyusu
dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui,sehingga dapat mengeringkan
nya dengan efektif.

3). Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali seslesai
menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudra yang sakit
tersebuut.

4). Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat
beberapa kali), lakukan pemijatsn dengan lembut disekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjer susu..

5). Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui.

6). Bila perlu berikan paracetamol 500mg per oral setiap 4jam.

7). Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

c. penatalaksanaan pada ibu yang tidak menyusui

1). Sangga payudara

2). Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit

3). Bila diperlukan berikan paracetamol 500mg per oral setiap 4 jam.

4). Jangan dipijat atau memakai kompres hangat payudara

5). Pompa dan kosongkan payudara.


BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN IBU NIFAS

No Rekam Medik :2511022

Tanggal : 27 oktober 2022 Tempat : puskesmas

Pukul : 16:00 Oleh : Lia amelia farmisah

A. Anamnesa (Data Subjektif)

1. Identitas
Istri Suami

Nama : Ny.M Tn.S

Umur : 29 tahun 30 tahun

Kebangsaan/suku: jawa\indonesia jawa\


indonesia

Agama : islam islam

Pendidikan : SLTA SMP

Pekerjaan : IRT sopir

Alamat Kantor : - -

Telp. : - -

Alamat rumah : jl.pendidikan jl.pendidikan

Telp. : 081234xxxxxx 081324xxxxxx

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 20 oktober 2022,jam
10:00. Tgl 22 oktober 2022 ibu mengeluh payudara bengkak,nyeri,dan
terasa panas.

Riwayat Persalinan dan Kelahiran


Persalinan
- Tempat persalinan : Klinik
- Penolong persalinan : bidan
- Tanggal : 19 oktober 2022Pukul:10:00
b. Bayi
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Masa gestasi :40 minggu
- Nilai Apgar :9
- Cacat Bawaan :tidak ada
- PB/BB :PB: 50cm BB:3.500 gram
c. Proses persalinan
1) Ketuban
- Ketuban pecah : Amniotomi/Tidak
- Pukul :
- Warna air ketuban
Putih keruh Darah
 Kering Campur mekonium
- Bau
 Amis Khas
2) Lamanya persalinan
Kala I 6 Jam 10 menit
Kala II Jam 10 menit
Kala III Jam 10 menit
Kala IV 2 Jam menit
Total 8 Jam 30 menit

3) Keadaan plasenta
Lengkap
 Tidak lengkap  Plasenta increta  Plasenta precreta
Lamanya pengeluaran plasenta: 5 menit

Insersi tali pusat

 Parasentral  Lateral
 Velamentosa Vosaprevea
Jumlah kotiledon :

Tebal : cm

Berat : gram

Panjang tali pusat : cm

Kelainan tali pusat

Tidak ada
 Ada
 Bilobata  Succentriata  Circumvala
Cara pelepasan plasenta

 Spontan/normal
 Tidak spontan  Digital  Histerektomi

4) Perineum

 Utuh
 Ruptur/laserasi : Derajat I  Derajat II
 Derajat III  Derajat IV

 Episotomi, jenis  Medialis  Media lateralis


 Jenis heacting  Matras  Simpul

5) Jumlah perdarahan

Kala I Ada, sejak : Jumlah : 20 ml


Warna :

Tidak ada

Kala II Ada, sejak : Jumlah : 100 ml


Warna :

Tidak ada
Kala IIIAda, sejak : Jumlah : 50 ml Warna :

Tidak ada

Kala IV Ada, sejak : Jumlah : 100 Warna :

Tidak ada

Total perdarahan : <500 cc >500cc

6) Penyulit dan komplikasi

 Tidak ada

 Ada :  Sesak nafas Infeksi Shock

 Tekanan darah tinggi  Demam Kejang

 Lain-lain

7) Tindakan dan pengobatan

Tidak ada

 Ada :  Oksitosin Dosis : -.................................

 Methergin Dosis : -.................................

 Antibiotik Dosis : -................................

 Analgesik Dosis : -................................

 Anti KoagulaDosis : -................................

 Antipiretik Dosis : -................................

 Robonsia Dosis : -................................

3. Diet/makanan
a. Nafsu makan : Baik
b. Makanan Sehari-hari :1porsi
- Protein Hewani :2 potong
- Protein nabati :2 potong
- Sayur :1 mangkuk
c. Minum:9 gelas sehari
d. Makanan pantangan : tidak ada

5. Buang air besar terakhir


 Ada, pukul : 09:50

- Frekuensi : sedang
- Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lunak
 Tidak ada, sejak kapan

Alasan :

6. Buang air kecil terakhir


 Ada, pukul : 14:30 Wib

 Frekuensi : sedang

 Warna :kekuningan

 Bau :khas

 Pengeluaran : Lampias Menetas

Retensi Nokturia

Disuria Anuria  Hematuri

 Tidak ada, sejak kapan

Alasan : ………………………………………

7. Pola istirahat dan tidur


- Gangguan tidur :  Tidak ada - Tidur siang : 1 jam

- Tidur malam : 6 jam

 Ada, sejak kapan : …-……………………

Penyebab : ….-…………………...
8. Riwayat psikososial
- Emosional : Stabil Tertutup

- Penyesuaian dengan bayi Menerima Menolak Acuh tak acuh

- Respon ibu terhadap persalinan :

Baik : …-…………………………………
 Tidak, alasan : …-…………………………………
- Rencana menyusui :

 Ada, lamanya : 2 tahun

 Tidak, ada : …-…………………………………

- Pemberian ASI Eksklusif

 Ada : …-…………………………………

 Tidak, alasan : …-…………………………………

- Jenis PASI yang diberikan : …-…………………………………

- Pengetahuan kesehatan yang ingin diketahui berkaitan dengan kondisinya


saat ini: …-…………………………………

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Penyulit Anak
Tgl/
Tempat Jenis Penolo Kehamilan
tahun Keada Ket
Partus Partus ng Persalinan & JK BB PB
Partus an
Nifas

18 Persali
3.5 50c
oktobe klinik nan Bidan Tidak ada LK Baik
00 m
r 2022 normal
B. PemeriksaanFisik (Data Objektif)

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Bentuk tubuh :

4. Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 70 kg

5. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110\80 mmHg Pernapasan : 20x\


mx/menit

Suhu : 37,5 oC Nadi : \m80x x/menit

6. Keadaan rambut

a. Warna : hitam

b. Kebersihan : bersih

c. Penyebaran : merata

7. Muka

a. Pucat : tidak pucat

b. Oedema : tidak oedema

c. Chloasma Gravidarum : tidak ada

8. Mata

a. Kelopak mata : normal

b. Konjungtiva : merah muda

c. Skelera : putih

9. Hidung (polip) : tidak ada polip


10. Mulut da ngigi
a. Rongga mulut :

b. Gigi : bersih

c. Lidah : bersih

11. Leher
a. Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada

b. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

12. Dada/thorax : simetris

13. Jantung : baik

14. Payudara

a. Pembesaran : ada

b. Simetris : tidak simetris

c. Puting susu :mendatar

d. Areola :hiperpigmentasi

e. pembengkakan :ada, disebselah payudara bagian kanan

f. Pengeluaran :ada

g. Colostrum :keluar sedikit

h. Kebersihan :bersih

i. Rasa nyeri :ada

15. Abdomen

- Bekas luka operasi : tidak ada

- Uterus : - Konsistensi :

- Kontraksi :

- Fundus uteri : Tidak teraba

Teraba, TFU : 26,7cm


- Kandung kemih

 Kosong :

 Penuh, alasan : -……………………………………………………

16. Ekstremitas atas dan bahwa

- Oedema

 Ada, lokasi :

 Tidak ada

- Varices

 Ada, lokasi :

 Tidak ada

17. Ano-Genitalia

1) Vulva dan vagina

- Warna : coklat kemerahan

- Pistula :tidak ada

- Pengeluaran pervaginam :

 Tidak ada

Ada, jenis lochea

 Lochea Rubra, sejak : Warna : Bau :

Lochea Sangulenta, sejak : 3 hari yang lalu Warna kecoklatan:


Bau : khas

 Lochea Serosa, sejak : Warna : Bau :

 Lochea Alba, sejak : Warna : Bau :

- Varices : tidak ada


- Kelenjar Bhartolini (pembengkakan): tidak ada

2) Perineum

 Utuh

 Tidak :  Ruptur

 Luka jahitan

- Jenis jahitan :

- Keadaan luka :

- Pengobatan :

3) Anus

- Haemorroid : tidak ada

C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (Jika ada indikasi medis) : b. Lain-lain :
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah
7 evaluasi
Identifikasi Interpertasi Masalah Tindakan perencanaan pelaksanaan
data data potensial segera

Data subjektif Ny.M P1A0H1 mastitis Tidak ada a.bina hubugan a.membina a.hubunga
post partum 7 baik dengan hubungan baik n baik
Ibu mengatakan hari dengan pasien dengan pasien, telah
payudara nya bendungan asi hubungan baik terbina
bengkak,nyeri telah terbina
dan panas. Masalah :
payudara
b.ibu
nyeri,bengkak b..informed
b. melakukan menyetuju
Data objektif dan panas consent
informed i nya
K\U: Baik consent, dan
ibu menyetujui
Kesadaran: nya

Composmentis
c. melakuakan
TTV: c.melakukan c.ibu
pemeriksaan
pemeriksaan mengatak
TD:110/80mm dan
dan an sudah
Hg N:80x/m menginformasi
memberikan mengetah
S:37,5c kan hasil
hasil ui hasil
R:20x/m pemeriksaan
pemeriksaan pemeriksa
kepada ibu di an nya
dapatkan:
Inspeksi :
TTV
-Payudara
TD:110/80mm
Puting susu : Hg
mendatar dan
lecet N:80x/m
S:37,5c
Pengeluaran :
ada R:20x/m

Pembengkakan: Hasil
ada disebelah pemeriksaan
payudara bagian payudara ibu
kanan bengkak dan
puting susu ibu
-Anogenetalia lecet pada
Lochea : payudara
sangulenta sebelah kanan

Palpasi Dan TFU


teraba
Payudara pertengshsn
antara pusat
Rasa nyeri: ada
dan simpisis
dibagian
payudara
d.menjelaskan
sebelah kanan
kepada ibu
d.ibu
Abdomen kondisi yang
d.menjelaskan mengatak
sedang di
Fundus uteri : tentang an sudah
alaminya
teraba keras masalah pada mengetah
payudara ibu ui keadaan
TFU: yaitu nya
pertengahan bendungan asi.
anatara pusat Bendungan
dan simpisis ASI adalah
pembendungan
air susu karena
penyempitan
duktus laktiferi
atau oleh
kelenjar-
kelenjar tidak
dikosongkan
dengan
sempurnaatau
karena
kelainan pada
putting susu.

Biasanya
bendungan asi
e.ibu
e.anjurkan ibu akan sembuh
menyusui 3-10 hari mengatak
bayinya an akan
sesering menyusui
mungkin e.menganjurka bayi nya
n ibu menyusui sesering
bayi nya mungkin
sesering
mungkin 8-12
kali dalam
sehari atau 2
jam sekali
f.anjurkan ibu
selama 10-15 f.ibu
untuk
menit mengatak
memakai BH
an akan
yang
mengguna
menyangga
payudara f.menganjurka kan BH
n ibu yang
menggunakan menyangg
BH yang a
menyanga payudara
payudara nya nya

g.anjurkan ibu g.ibu


mengompres mengatka
air hangat pada n akan
payudaranya mengomp
sebelum res
menyusui g.menganjurka
hangat
n ibu
pada
mngompres air
payudara
hangat pada
nya
payudara nya
sebelum
sebelum
menyusui
menyusui
bayinya
selama 2-5
selama 2-
menit
5 menit
h.ajarkan ibu
tentang
perawatan
payudara
h.ibu
sudah
mengerti
h. mengajarkan dan dan
ibu tentang dapat
perawaatan melakuka
payudara n
yaitu: perawatan
payudara
-cuci tangan di
kran/air
mengalir

- lakukan
pengompresan
selama 2-5
menit pada
kedu puting
susu dengan
menggunakan
kapas yang di
olesi baby
oil.bersihkan
putting susu
dengan kapas

-licinkan
kedua tangan
dengan baby
oil/ minyak

-tempatkan
kedua telapak
tangan di
antara kedua
payudara

-lakukan
pengurutan,
dimulai kearah
atas,lalutelapa
k tangan kiri
ke arah sisi kiri
dan telapak
tangan kanan
ke arah sisi
kanan.lakukan
terus
pengurutan
kebawah/ke
samping,gerak
an di lakukan .
sebnayak 20-
30kali.

-selanjutnya
pengurutan
melintang ,tela
pak tangan
mengurut ke
depan,lalu
kedua tangan
dilepas dari
payudara,dilak
ukan sebnayak
20-30 kali

-selanjutnya
pengurutan
kepangkal
puting
susu.satu
tangan
menahan
payudara dari
bawah,tangan
yang lain
mengurut
payudara
dengan pinggir
tangan dari
arah pangkal
ke puting
susu,sebanyak
20-30 kali.

-kedua
payudara di
kompres
dengan
waslap/kain
hangat selama
2 menit,lalu
diganti dengan
waslap\kain
dingin selama
1
menit,pengom
presam
dilakukan
secara
bergantian
selama 3 kali
i.ajarkan ibu berturut-turut
cara menyusui dan di akhiri
i.ibu
yang benar dengan sudah
kompres air mengerti
hangat. dan dapat
-cuci tangan di melakuka
kran\air n teknik
mengalir menyusui
yang
benar

i.mengajarkan
ibu cara
menyusui yang
benar yaitu:

-cuci tangan di
kran/air yang
mengalir

-cari posisi yg
nyaman

-buka pakaian
ibu dan
bersihkan
payudarara ibu
menggunakan
handuk
basah,untuk
mengelap
sekitar
payudara dari
keringat/kotora
n.

-keluarkan
sedikit ASI
dan
mengoleskan
ASI tersebut
pada putting
susu dan aerola
sekitar

-posisikan bayi

-atur
perletakan bayi
pada saat
menyusu

-minta ibu
untukmemberi
rangsangan
kepada bayi
agar membuka
mulut (rootung
refleks)

-setelah bayi
membuka
mulut ,minta
ibu untuk cepat
mendekatkan
kepala bayi ke
payudara ibu
dengan putting
serta areola
dimasukan
kedalam mulut
bayi

-perhatikan
tanda-tanda
perletakan
bayinyg baik:

*dagu bayi
menempel
payudara
(C=Cin)

*sebagian
besar areola
masuk
kedalam mulut
bayi,terutama
areola bagian
bawah
(A=Areola

*bibir bayi
terlipt keluar
( L=Lips)
*mulut terbuka
lebar
(M=Mounth)

-apabila pada
satu payudara
sudah terasa
kodong.maka
lepaskan
isapan dengan
cara
memasukan
jari kelingking
ke mulut bayi
melalui sudut
mulut atau
dagu bayi
detekan ke
bawah

-minta ibu agar


menyusui
berikutnya
dimulai dari
payudara yang
belum
terkosongkan,s
etelah slesai
menyusui
minta ibu
j.berikan terapi untuk
mengeluarkan
sedikit ASI
nya kemudian j.ibu
oleskan pada sudah
putting susu meminum
dan areola obat yang
sekitarnya.biar telah
k.atur jadwal
kan kering diberikan
kunjungan
dengan
ulang sendirinya

-mintaibu
untuk k.ibu telah
menyendawak mengerti
an bayinya. dari
-cuci tangan di penjelasan
kran\air yang telah
mengalir. diberikan

j.Memberikan
ibu antalgin
500mg peroral

k.memberitahu
ibu jadwal
kunjungan
ulang yaitu
pada tanggal :
11 november
2022

Pendokumentasian dalam bentuk SOAP

Tangga l :28 oktober 2022


Pukul :l09:00

Oleh : Lia amelia farmisah

Tempat : Rs tembilahan

IDENTITAS

Nama : Ny.M

Umur : 28 tahun

Agama : islam

Alamat : Jl. Lingkar

S : Subyektif

Ibu mengatakan payudara nya bengkak,nyeri dan panas.

O : Obyektif

KU : Baik

Kesadaran : Compesmentis

TTV :TD :110\80 mmHg N : 80x\menit

S :37 derajat celcius R : 20x\menit

Inspeksi

- Payudara

Puting susu : mendatar dan lecet

Pengeluaran : ada

Pembengkakan: ada disebelah payudara bagian kanan

-Ano-Genetalia

Lochea : sangulenta
Palpasi

-Payudara

Rasa nyeri: ada dibagian payudara sebelah kanan

-Abdomen

Fundus uteri : teraba keras

TFU: pertengahan anatara pusat dan simpisis

A : Assesment

Ny.M P1 A0 H1 umur 29 tahun,post partum hari ke tujuh dengan bendungan ASI

Masalah potensial : Mastitis

Tindakan segera : tidak ada

P : Penatalaksanaan

Tanggal : 28 oktober 2022 Pukul : 09: 30

1. pukul 09:30 membina hubungan baik kepada pasien,hubungan baik telah terbina

2. pukul 09:35 melakukan informend consent, dan ibu menyetujuinya

3.pukul 09:40 .melakukan pemeriksaan dan memberikan hasil pemeriksaan kepada


ibu di dapatkan: TTV :TD:110/80mmHg N:80x/m

S:37,5c R:20x/m

Hasil pemeriksaan payudara ibu bengkak dan puting susu ibu lecet pada payudara
sebelah kanan dan TFU teraba pertengshsn antara pusat dan simpisis, .ibu
mengatakan sudah mengetahui hasil pemeriksaan nya.

4.pukul 09:55 menjelaskan tentang masalah pada payudara ibu yaitu bendungan
ASI Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurnaatau karena
kelainan pada putting susu biasanya bendungan asi akan sembuh 3-10 hari, ibu
mengatakan sudah mengetahui keadaan nya.

5.pukul 10:00 menganjurkan ibu menyusui bayi nya sesering mungkin 8-12 kali
dalam sehari atau 2 jam sekali selama 10-15 menit,ibu mengatakan akan menyusui
bayinya sesering mungkin

6.pukul 10:05 menganjurkan ibu menggunakan BH yang menyanga payudara nya, ibu
mengatakan akan menggunakan BH yang menyangga payudara nya

7.pukul 10:10 menganjurkan ibu mngompres air hangat pada payudara nya sebelum
menyusui bayinya selama 2 -5menit, ibu mengatkan akan mengompres hangat pada
payudara nya sebelum menyusui bayinya selama 2-5 menit

8.pukul 10:15 mengajarkan ibu tentang perawaatan payudara, ibu sudah mengerti dan
dan dapat melakukan perawatan payudara

9. pukul 10:30 mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, .ibu sudah mengerti dan
dapat melakukan teknik menyusui yang benar.

10.pukul 10:45 Memberikan ibu antalgin 500mg peroral, ibu sudah meminum obat
yang telah diberikan

11.pukul 10:50 .memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang yaitu pada tanggal : 11
november 2022, ibu telah mengerti dari penjelasan yang telah diberikan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang diperoleh pada laporan kasus dan pembahasan “Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. M P1A0H0 dengan Bendungan Saluran Air di rumah
sakit tembilahan yang menggunakan pendokumentasian SOAP dan 7 langkah
Varney mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan:

1. Pengkajian telah dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data

Menurut lembar format yang tersedia melalui teknik wawancara dan


observasi sistemik. Data subjektif khususnya pada keluhan utama yaitu ibu
nifas Ny. M P1A0HI dengan bendungan saluran ASI, keluhan ibu
mengatakan payudaranya bengkak, nyeri, terasa panas, bayinya tidak mau
menyusu dan ibu merasa cemas dengan keadaannya. Data obyektif yaitu
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/ 80
mmHg, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit, suhu 37,5 0 C, payudara
bengkak sebelah kanan, puting susu mendatar dan ASI sedikit keluar.

2. . Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh Ny. M P1A0H1 nifas hari ke-
7 dengan bendungan saluran ASI, masalah yang terjadi adalah ibu merasa
bengkak,nyeri dan terasa panas pada payudara yang dilakukan adalah
memberi konseling tentang perawatan payudara pada ibu dan menganjurkan
ibu mengompres air hangat pada payudara nya

3. Diagnosa potensial mastitis tidak terjdi

4. Antisipasi dengan observasi vital sign dan keadaan payudara, terapi berupa
antalgin 500 mg 3 x 1 dan diberi kompres hangat.

5. Perencanaan yang diberikan pada Ny. M P1A0 dengan bendungan saluran


ASI antara lainri, anjurkan untuk menyusui sesering mungkin, anjurkan kedua
payudara disusukan, beri konseling bimbingan dan latihan tentang perawatan
payudara, anjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan, ajarkan
ibu menyusui bayinya dengan benar dan anjurkan menggunakan BH yang
menopang payudara, observasi tanda-tanda vital dan TFU dan berikan antalgin
500 mg per oral 3 x 1.

6. Pelaksanaan yang diberikan pada Ny. M P1A0H1 dengan bendungan saluran


ASI antara lain memberi konseling dan latihan tentang perawatan payudara,
menganjurkan ibu menyusui bayinya dengan benar, perawatan payudara,
mengajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar, memberi antalgin 500 mg
per oral 3 x 1, dan melakukan evaluasi.

7. Evaluasi adalah tahapan penilain terhadap keberhasilan asuhan yang telah


diberikan dalam mengatasi masalah pasien selama 7 hari, bendungan saluran ASI
sudah teratasi.

8. Pada kasus Ny. M P1A0H1S dengan bendungan saluran Air Susu Ibu tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.

B.Saran

1. bagi institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi mengenai masalah kasus, khususnya pada


kasus yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan saluran ASI.

2. Instansi Kesehatan

Pelayanan yang diberikan sudah baik, sebaiknya menyediakan leaflet


atau gambar tentang gizi ibu nifas, perawatan payudara dan cara menyusui
yang benar, agar pasien dapat mengetahuinya dan tidak terjadi bendungan
saluran ASI pada ibu nifas.

3. Bagi Pasien
a. Perlu pemahaman tentang tanda bahaya bendungan ASI.

b. Ibu diharapkan segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan


kesehatan setempat jika ibu mengalami tanda dan gejala bendungan ASI
DAFTAR PUSTAKA

Khaerunnisa N, Saleha HS, Sari JI. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI. J Midwifery. 2021;3(2):68–78.

Impartina A. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui


Dengan Kejadian Bendungan ASI. J Ilm Ilmu-ilmu Kesehat. 2017;15(3):156–60.

(WHO) WHO. Wold Health Statistics. 2017.

Nurahmaton, Juliani S. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bendungan ASI


Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Merah Kabupaten
Simalungun. J Bidan Komunitas. 2018;III(1):16–29.

Rishel RA, Ramaita R. Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Teknik


Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Kabupaten Padang
Pariaman. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2021;12(1):191–9.

Anda mungkin juga menyukai