Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI

DI RUANG NIFAS RS AL-IRSYAAD SURABAYA

Disusun oleh :

ARVINA LITA

P27820118056

II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI

A. Definisi
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai, hingga
alat
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Waktu yang dibutuhkan adalah 6-8
minggu. Selama proses ini sistem tubuh ibu akan mengalami berbagai proses
penyesuaian untuk menjadi normal kembali. Beberapa gangguan dapat muncul,
tergantung dari jenis persalinan dan faktor perorangan lainnya.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas adalah laktasi yang umumnya
dialami oleh ibu baru (ibu yang baru mempunyai anak untuk pertama kalinya) dengan
berbagai faktor penyebab kadang terdapat gangguan seperti bendungan ASI.
Bendungan payudara (ASI) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan ASI adalah terjadi
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

B. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya
pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon
ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi
untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-
epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum
menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1.    Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi
sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih
terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2.    Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI).
3.    Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa
nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI).
4.    Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5.    Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1.      Payudara keras dan panas pada perabaan
2.      Suhu badan naik
3.      Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk
menyusu.
4.      Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan
secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.
E. Komplikasi
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/ tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan akibat di statis vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI
mulai banyak disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.
Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga areola mammae
menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara
nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI tersumbat (Obstruksi Duct)
Terjadi sumbatan pada suatu atau lebih saluran air susu yang dapat disebabkan
tekanan jari waktu menyusui, pemakaian BH terlalu ketat, maupun komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut sehingga ASI dalam saluran air susu tidak segera
dikeluarkan dan menjadi sumbatan.
c. Radang Payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah persalinan
sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala yang biasa diamati kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri
dan berbenjol-benjol.
d. Abses Payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak
lebih parah, payudara lebih merah mengkilat. Benjolan tidak sekeras mastitis, tapi
lebih penuh atau bengkak berisi cairan

F. Pemeriksaan Diagnostik
Cara inspeksi
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan sesudah itu
dengan tangan keatas, ketika klien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-
pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah
kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
Cara Palpasi
Klien harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu
dengan jari-jari yang harus kebagian lateral-lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearh garis aksila belakang, dan dari subklavikular kearah
paling distal, untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk. Tangan aksila yang akan
diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa melakukan palpasi aksila
dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita. Misalnya kalau aksila kiri
orang sakit yang akan diperiksa, tangan kiri dokter melakukan palpasi.

G. Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1.    Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
2.    Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3.    Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.    Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1.    Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2.    Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh
bayi.
3.     Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4.    Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5.    Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan
puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan
mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.

H. Terapi dan pengobatan


1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres
dingin sesudahmenyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
I. Pathway

STATSIS ASI FISURA PADA PUTING

JARINGAN MAMMAE
MENJADI TEGANG
TERBUKANYA PORT
DE ENTRY
LUBANG DUKTUS LAKTIFERUS
LEBIH TERBUKA

BAKTERI MASUK

BENDUNGAN ASI

KETEGANGAN PADA PROSES INFEKSI


LAKTASI TERGANGGU
JARINGAN MAMMAE BAKTERI

MENYUSUI TIDAK
UKURAN MAMMAE PENEKANAN EFEKTIF REAKSI IMUN
MEMBESAR RESEPTOR NYERI

NYERI AKUT
MUNCUL PUS
GANGGUAN CITRA
TUBUH KURANG
PENGETAHUAN
RESIKO TINGGI
INFEKSI
ANSIETAS

DAFTAR PUSTAKA

Tania, Efin. 2014. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI dan puting
datar di RSUD Ambarawa

Sulistyowati. 2009. Buku Ajar Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI

Khusna, Lilis Nurul. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi.

Yogyakarta

Anggraeni,Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihanna

Maulana, Shinta. 2013. Askpe Bendungan ASI. (Online)

https://www.scribd.com/doc/149438695/Askep-Bendungan-Asi-Shinta Diakses pada tanggal


16 april 2020 pukul 13.32

Azarine, Ratnna. 2019. Pathway Bendungan Asi. (Online)

https://id.scribd.com/document/439742294/Pathway-Bendungan-ASI Diakses pada tanggal 16


april 2020 pukul 13.38
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI

DI RUANG NIFAS RS AL-IRSYAAD SUARABAYA

Nama Mahasiswa : Arvina Lita


Ruangan : Nifas
NIM : P27820118056

I. Identitas
Meliputi nama,umur,agama,jenis kelamin,suku bangsa.bahasa.status perkawinan,pendidikan,
pekerjaan, diagnosa medis, no register, tanggal persalinan, tanggal masuk, tanggal pengkajian

II. Riwayat Keluhan Utama


 Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh payudara terasa tegang dan nyeri.
 Upaya yang telah dilakukan :
Upaya yang dilakukan klien untuk menangani keluhan yang dialami
 Terapi / Operasi yang pernah dilakukan :
Riwayat operasi yang pernah klien terima atau pengobatan yang selama ini digunakan
III. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Semua gejala atau keluhan yang dialami klien beberapa hari terakhir
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami klien terdahulu yang mungkin menunjang
penyakitnya sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang ada dalam keluarga klien, gambaran kesehatan keluarga,
atau riwayat adanya penyakit menurun atau menular
4. Riwayat Psikososial
Pada klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan
yang semakin meningkat dan membuat harga dirinya rendah

n Tgl Umur Jenis Tempat Jenis BB MASALAH Keadaan


partus kehamil partus penolong kelamin anak
o
an Hamil lahir Nifas Bayi

5. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Klien merasa hamil..... bulan
b. Keluhan waktu hamil
c. Gerakan anak pertama dirasakan
d. Imunisasi
e. Penambahan BB selama hamil
f. Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak
g. Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
6. Riwayat Persalinan Sekarang
a. P...A...
b. Jenis persalinan
c. Lama persalinan
d. Perdarahan
e. Jenis kelamin bayi
f. BB:.... TB:....
g. APGAR skor bayi

Alat bantu yang dipakai Gigi palsu Pendengaran


Kaca mata Lain-lain (Sebutkan)

I. Pola-Pola Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pola hidup klien yang diterapkan dalam kesehariannya serta kebiasaan seperti
merokok atau meminum alcohol.
Pada umumnya kurangnya pengetahuan tentang bendungan ASI dan cara
pencegahanyya, penanganan serta perawatannya dan kurangnya menjada kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh dari
keinginan menyusui bayinya
3. Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya persaan sering/sudah kencing selama
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari tringono yang menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
4. Pola tidur dan istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola tidur dan istirahat karena adanya
kehadiran bayi dan nyeri epis setelah persalinan
5. Pola aktivitas
Pada klien nifas dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbata apa aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, cepat lesu. Pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri
6. Pola hubungan dan peran
Gambaran hubungan klien dengan keluarga, kerabat, teman, dan orang lain, adanya
permasalahan dan juga upaya klien dalam menanganinya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap kehamilannya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis, klien terjadi perubahan konsep diri antara lain body image dan
ideal diri.
8. Pola sensori dan kognitif
Pada klien biasanya merasakan nyeri pada perineum akibat luka jahitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif klien nifas biasanya kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
9. Pola Reproduksi seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual/fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
10. Pola penanggulangan strees
Klien biasanya sering melamun dan merasa cemas atas bendungan ASInya dan cara
menetek yang benar
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu
dalam hal ibadahnya karena harus bedrest total setelah partus sehingga aktvitas klien
dibantu oleh keluarganya.

II. Pengkajian Fisik


A. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran:
TTV (T,N,R,S) : (apabila terjadi pendarahan pada post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh menurun)
BB/TB : biasanya pada ibu nifas berat badan berkurang
B. Sistem Integumen
Pada klien nifas perubahan umum yang terjadi ialah meningkatnya ketebalan kuliy=t,
dan lemak subdermal hypopigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, kecepatan
aktivitas kelenjar keringat, meningkatnya aktivitas sirkulasi.
C. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya closma
gravidium dan apakah ada benjolan
D. Muka
Ada/tidak ada perubahan khas pada daerah muka pasien seperti edema atau ketidak
simetrisan wajah
E. Mata
Biasanya ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami pendarahan, sklera kuning.
F. Telinga
Periksa adanya sekret, benda asing, nyeri tekan, dan kemungkinan kelainan lain
G. Hidung
Periksa adanya sekret, inflamasi, sinus, polip, serta tanda kelainan lain.
H. Mulut dan faring
Bibir akan tampak kering, serta periksa adanya kesulitan menelan atau pembengkakan
serta nyeri
I. Leher
Amati kelenjar toroid dan adanya nyeri tekan atau nyeri pada saat menelan
J. Thoraks
Inpeksi : melihat apakah adanya pembesaran pada payudara, hiperpegmentasi areola
mammae, kebersihan puting (bentuknya: menonjol,datar,masuk kedalam)
Adanya luka/ lecet
Palpasi : adanya pembengkakan/bendungan pada payudara, mengeluarkan
colostrum
Auskultasi : Suara jantung s1 s2 s3, adanya suara nafas tambahan pada paru atau tidak
seperti whezing atau ronchi.
K. Abdomen
Inspeksi : adanya pembesaran perut, adanya linea nigra dan strie, ada bekas
luka/tidak pembedahan (keadaan luka).
Aukultasi : periksa bising usus tiap dalam 1 menit
Palpasi : diastasis recti (pelebaran perut) memposisikan semi fowler px ditekan
dengan 3 jari , dikaji apakah nyeri/tidak, memeriksa TFU, Kontraksi uterus, kandung
kemih kosong/penuh. Biasanya pada klien nifas fundus 3 jari dibawah pusat. Dan
terdapat pelebaran perut
L. Lengan
Adanya pelebaran kelenjar limfa atau tidak pada axilla
M. Inguinal-Genetalia-Anus
Periksa adanya kelainan atau keabnormalan pada genetalia klien
Pengeluaran lochea : warna , bau , jumlah
Perineum : oedema atau hematoma
Memeriksa luka jahitan episiotomi : TANDA REEDA
Kebersihan daerah perineum
Anus (hemoroid dan pendarahan)
Pada klien nifas biasanya darah tercampur dengan lendir, adanya pengeluaran air
ketuban, biasanya anus ada luka karena rupture.
N. Ekstremitas
Memeriksa adanya trompolebitis,edema,varises, gerakan homan
Pada klien nifas biasanya kakinya mengalami odema
O. Muskuluskeletal
Pada klien postpartum biasanya terjadi keterbatasan gerak dan aktivitas karena adanya
luka episiotomy

III. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit ) mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari kehilangan darag pada pembedahan
jika dilakukan sc.
2. Urinalis: Kulture urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual
IV. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan Citra Tubuh
2 Nyeri Akut
3 Resiko tinggi infeksi
4 Ansietas
V. Intevensi Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
keperawatan Tujuan & Kriteria Tindakan Rasionalisasi
hasil Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Untuk
pembengkakan tindakan nyeri mengetahui berapa
payudara d.d keperawatan skala nyeri yang
adanya selama 3x24 jam 2. Ajarkan teknik dialami
bendungan nyeri berkurang, relaksasi
pada ASI dengan Kriteria Dengan kompres hangat 2. Teknik relaksasi
hasil : pada area nyeri sangat membantu
1 Klien tampak mengurangi rasa
lebih tenang 3. Ajarkan pengurutan nyeri kompres
yang dimulai dari puting hangat akan
2 Klien dapat ke arah korpus mammae membantu
menyusui bayinya untuk mengurangi melancarkan
dengan nyaman bendungan di vena dan peredaran darah
pembuluh getah bening pada area nyeri
3 Bendungan ASI dalam payudara
dapat 3. Proses
berkurang/hilang 4. Jelaskan pada klien pengurutan akan
tentang penyebab membantu
bendungan ASI melancarkan
peredaran darah
5. Kolaborasi pemberian pada area nyeri
obat analgetik
4. Pengetahuan
yang benar akan
menambah
kooperatif ibu

5. Pemberian obat
analgetik akan
mengurangi rasa
1. Identifikasi nyeri.
pemahaman klien
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tentang penyebab 1. Pengetahuan
kurangnya tindakan bendungan ASI yang benar akan
pengetahuan keperawatan menambah
tentang selama 3x24 jam 2. Ajarkan klien cara kooperatif klien
perawatan diharapkan menteki dengan benar
payudara pengetahuan 2. Dengan posisi
meningkat dengan 3. Ajarkan klien cara yang benar akan
kriteria hasil : merawat payudara menyebabkan
1. klien tidak dengan benar rangsangan ASI
merasakan cemas secara maksimal
lagi 4. Anjurkan klien untuk
menyusui bayinya lebih 3. Dengan
2. klien mengerti sering pada keduanya mempraktekkan
cara perawatan secara bergantian secara langsung
payudara dapat merubah
5. Ajarkan klien untuk perilaku klien
memberi kompres
hangat pada payudara 4, dengan menyusui
sebelum meneteki lebih sering akan
merangsang ASI
keluar dengan
lancar

5. Dengan kompres
hangat dapat
merangsang
produksi ASI

VI. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan meliputi
tindakan yang direncakanan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan
ketentuan rumah sakit.
VII. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses perawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dari
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteris hasil.

Anda mungkin juga menyukai