Disusun oleh :
ARVINA LITA
P27820118056
II REGULER B
JURUSAN KEPERAWATAN
A. Definisi
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai, hingga
alat
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Waktu yang dibutuhkan adalah 6-8
minggu. Selama proses ini sistem tubuh ibu akan mengalami berbagai proses
penyesuaian untuk menjadi normal kembali. Beberapa gangguan dapat muncul,
tergantung dari jenis persalinan dan faktor perorangan lainnya.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas adalah laktasi yang umumnya
dialami oleh ibu baru (ibu yang baru mempunyai anak untuk pertama kalinya) dengan
berbagai faktor penyebab kadang terdapat gangguan seperti bendungan ASI.
Bendungan payudara (ASI) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan ASI adalah terjadi
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
B. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya
pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon
ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi
untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-
epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum
menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi
sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih
terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa
nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1. Payudara keras dan panas pada perabaan
2. Suhu badan naik
3. Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk
menyusu.
4. Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan
secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.
E. Komplikasi
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/ tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan akibat di statis vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI
mulai banyak disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.
Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara sehingga areola mammae
menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara
nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI tersumbat (Obstruksi Duct)
Terjadi sumbatan pada suatu atau lebih saluran air susu yang dapat disebabkan
tekanan jari waktu menyusui, pemakaian BH terlalu ketat, maupun komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut sehingga ASI dalam saluran air susu tidak segera
dikeluarkan dan menjadi sumbatan.
c. Radang Payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah persalinan
sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala yang biasa diamati kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri
dan berbenjol-benjol.
d. Abses Payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak
lebih parah, payudara lebih merah mengkilat. Benjolan tidak sekeras mastitis, tapi
lebih penuh atau bengkak berisi cairan
F. Pemeriksaan Diagnostik
Cara inspeksi
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan sesudah itu
dengan tangan keatas, ketika klien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-
pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah
kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
Cara Palpasi
Klien harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu
dengan jari-jari yang harus kebagian lateral-lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearh garis aksila belakang, dan dari subklavikular kearah
paling distal, untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk. Tangan aksila yang akan
diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa melakukan palpasi aksila
dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita. Misalnya kalau aksila kiri
orang sakit yang akan diperiksa, tangan kiri dokter melakukan palpasi.
G. Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh
bayi.
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan
puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan
mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.
JARINGAN MAMMAE
MENJADI TEGANG
TERBUKANYA PORT
DE ENTRY
LUBANG DUKTUS LAKTIFERUS
LEBIH TERBUKA
BAKTERI MASUK
BENDUNGAN ASI
MENYUSUI TIDAK
UKURAN MAMMAE PENEKANAN EFEKTIF REAKSI IMUN
MEMBESAR RESEPTOR NYERI
NYERI AKUT
MUNCUL PUS
GANGGUAN CITRA
TUBUH KURANG
PENGETAHUAN
RESIKO TINGGI
INFEKSI
ANSIETAS
DAFTAR PUSTAKA
Tania, Efin. 2014. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI dan puting
datar di RSUD Ambarawa
Sulistyowati. 2009. Buku Ajar Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Khusna, Lilis Nurul. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi.
Yogyakarta
I. Identitas
Meliputi nama,umur,agama,jenis kelamin,suku bangsa.bahasa.status perkawinan,pendidikan,
pekerjaan, diagnosa medis, no register, tanggal persalinan, tanggal masuk, tanggal pengkajian
I. Pola-Pola Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pola hidup klien yang diterapkan dalam kesehariannya serta kebiasaan seperti
merokok atau meminum alcohol.
Pada umumnya kurangnya pengetahuan tentang bendungan ASI dan cara
pencegahanyya, penanganan serta perawatannya dan kurangnya menjada kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya.
5. Pemberian obat
analgetik akan
mengurangi rasa
1. Identifikasi nyeri.
pemahaman klien
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tentang penyebab 1. Pengetahuan
kurangnya tindakan bendungan ASI yang benar akan
pengetahuan keperawatan menambah
tentang selama 3x24 jam 2. Ajarkan klien cara kooperatif klien
perawatan diharapkan menteki dengan benar
payudara pengetahuan 2. Dengan posisi
meningkat dengan 3. Ajarkan klien cara yang benar akan
kriteria hasil : merawat payudara menyebabkan
1. klien tidak dengan benar rangsangan ASI
merasakan cemas secara maksimal
lagi 4. Anjurkan klien untuk
menyusui bayinya lebih 3. Dengan
2. klien mengerti sering pada keduanya mempraktekkan
cara perawatan secara bergantian secara langsung
payudara dapat merubah
5. Ajarkan klien untuk perilaku klien
memberi kompres
hangat pada payudara 4, dengan menyusui
sebelum meneteki lebih sering akan
merangsang ASI
keluar dengan
lancar
5. Dengan kompres
hangat dapat
merangsang
produksi ASI
VI. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan meliputi
tindakan yang direncakanan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan
ketentuan rumah sakit.
VII. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses perawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dari
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteris hasil.