Anda di halaman 1dari 10

PENDARAHAN POST PARTUM

By: Ns. Nila Marwiyah, M.Kep

Definisi:
Perdarahan postpartum merupakan kondisi dimana kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah
persalinan pervaginan atau lebih dari 1000 mL setelah persalinan abdominal (sectio caesaria).
Perdarahan postpartum biasanya dikaitkan dengan kejadian atonia uteri (Davidson, 2014). Pendarahan
postpartum merupakan kegawatdaruratan obstetri yang dapat menyebabkan kematian pada ibu

Klasifikasi Pendarahan Post partum (Forrest, 2019)


a. Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (early postpartum hemorrhage):
kehilangan darah 500ml atau lebih yang terjadi 24 jam pertama setelah kala III
b. Perdarahan Post Partum Sekunder/Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhage):
Perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerpurium)lebih dari 24 jam setelah melahirkan,
tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III

Etiologi:
Penyebab pendarahan post partum bisa di sebut dengan 4T(Forrest, 2019):
1. Tone
Atonia uteri merupakan penyebab utama pendarahan post partum, rahim yang tidak
berkontraksi bisa di sebabkan karena kandung kemih yang penuh sehingga mendesak rahim ke
pinggir. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Tissue/ Jaringan (Sisa Jaringan/ Bekuan Darah)
Sisa Plasenta atau jaringan yang tertinggal di dalam rahim akan menyebabkan terganggunya
retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta
menimbulkan perdarahan, yang harus dilakukan adalah melakukan explorasi dan pengeluaran
sisa plasenta
3. Trauma (Laserasi, Ruptur, Inversi)
Karena adanya perlukaan jalan lahir mulai dari perineum, vagina, serviks (laserasi), sampai
dengan robeknya dinding uterus (ruptura uteri)
4. Thrombin (Koagulasi)
Adanya gangguan hemostasis yang dapat terjadi sejak sebelum persalinan maupun setelahnya.

Tanda dan Gejala:


 Tampak Pendarahan
 Maternal collapse.
 Pucat
 Denyut nadi meningkat
 Tekanan darah turun
 Tingkat kesadaran yang berubah, gelisah, mengantuk
 Rahim membesar, distensi, dan kontraksi lemah.

Penentuan jumlah Perdarahan


Komplikasi (Davidson, 2014):
• Gangguan menyusui
• Kecemasan/Maternal Distress ibu
• Anemia
• Kelelahan
• Kebutuhan transfusi darah/produk darah
• Potensi PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
• Nyeri, ketidaknyamanan yang berhubungan dengan pengobatan farmakologis

Penatalaksanaan:

Rekomendasi Perawatan (Davidson, 2014; Forrest, 2019)

• Pijat uterus adalah respons segera untuk atonia dan dilakukan sampai rahim menjadi kencang
• Pastikan kandung kemih sering dikosongkan untuk mencegah distensi kandung kemih, yang dapat
menggeser rahim ke atas dan ke kiri dan meningkatkan atonia dan pendarahan
• Ajari wanita cara melakukan pijat rahim sendiri
• Dorong sering, menyusui dini
• Lanjutkan cairan intravena dengan Ringer laktat jika perdarahan berat atau telah terjadi atonia uteri
• Pertimbangkan jalur IV tambahan dengan kateter size 18 untuk mengantisipasi kebutuhan tranfusi
darah
• Cek laboratorium ( Hb, dan Hematokrit). Untuk memperkirakan jumlah perdarahan yang terjadi
selama persalinan dibandingkan sebelum persalianan
• Lakukan tamponade balon SOS Bakri
• Pemberian Oksigen
• Lakukan Kompresi Bimanual

Kompresi Bimanual Internal (KBI)

Evaluasi keberhasilan :
 Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, lanjutkan KBI selama dua
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu selama kala
IV.
 Jika uterus berkontraksi tapi perdaran masih berlangsung, cek laserasi jalan
lahir (perineum, vagina dan serviks). Jika ada maka segera lakukan penjahitan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dalam 5 menit, maka ajarkan keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE), dilanjutkan penatalaksanaan
atonia uteri.
• Pantau Intake dan output cairan, penurunan output <30ml dapat mengindikasikan syok
hipovolemik
• Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan: Obat pertama yang diberikan adalah: syntometrine (bila
TD tidak naik); synto cinon 10 IU; atau ergometrine 500μg i.m. atau i.v. berlanjut infus syntocinon
40 unit melalui pompa selama 4 jam; karboprost 250μg i.m. setiap 15 menit hingga delapan kali;
dan misoprostol 800μg per rektum.
• Manajemen Lanjutan lakukan Jahitan B-lynch (mengikat rahim),Pengepakan (tamponade),
Radiologi dan Histerektomi.

,
PENATALAKSANAAN PENDARAHAN POST PARTUM

Teknik tamponade uteri dengan menggunakan kondom-balon kateter dilakukan karena sulitnya
mendapatkan Sengstaken-Blakemore tube dan Bakri’s catheter yang biasanya digunakan. Dengan
menggunakan foley kaeter no 16 (merek apa saja) yang ujung proksimalnya diikatkan dengan kondom.
Kateter kemudian dimasukkan ke dalam uterus dan diisi larutan saline 200-400 ml hingga kateter
mengembang, menekan uterus dan mengurangi pendarahan. Balon biasanya dibiarkan tetap
mengembang selama 8-48 jam hingga hemostasis dikonfirmasikan
Daftar Pustaka
Davidson, M.R (2014). Fast facts for the antepartum and postpartum nurse : a nursing orientation and
care guide in a nutshell. ISBN 978-0-8261-6887-0 (e-book). New York: Springer Publishing
Company.
Forrest, E .(2019). Midwifery at a glance, First Edition. ISBN 9781118873618. John Wiley & Sons
Sanjaya, D G W. (2021). Tanda bahaya serta penatalaksanaan perdarahan post-partum. ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 3 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL.9-18.
Chaptan, L., Durham, R.F. (2010) Maternal-Newborn Nursing: The critical Components of
Nursing Care hal 233-249
Pillitteri,A.(2010). Meternal and child healt nursing: Care of the childbearing and childrearing
family Edisi 6. Philadelphia : JB Lippincott , CO.
DAFTAR TILIK
FUNDAL MASSAGE

Tujuan prosedure:
Untuk merangsang kontraksi uterus, meningkatkan tonus dan konsistensi uterus, dan meminimalkan
risiko perdarahan.

Tindakan
NO Prosedure Rasionalisasi
Ya Tidak
1 Jelaskan prosedur kepada klien dan berikan Penjelasan membantu mengurangi
privasi. kecemasan; menyediakan privasi untuk
meningkatkan harga diri.

2 Minta klien untuk berkemih (kecuali jika Kandung kemih yang kosong mencegah
perdarahan meluas dan tindakan yang perpindahan rahim dan memastikan
lebih cepat tampaknya diperlukan). penilaian yang akurat dari kekuatan
otot rahim

3 Tempatkan klien terlentang dengan lutut Posisi yang tepat untuk meningkatkan
tertekuk visualisasi dan efektivitas prosedur.
4 a. Kenakan sarung tangan. Letakkan satu a. Lokasi ini menopang segmen bawah
tangan di perut tepat di atas simfisis rahim.
pubis. b. Lokasi ini membantu untuk menilai
b. Tempatkan tangan yang lain di sekitar dan menemukan fundus dan
bagian atas fundus menentukan tinggi fundus

5 Putar tangan atas untuk memijat rahim Pijat harus dilakukan hanya ketika rahim
sampai kencang, hati-hati jangan sampai tidak kencang; Pijat agresif dapat
memijat rahim secara berlebihan menyebabkan prolaps uterus sebagian
atau seluruhnya.

6 Saat rahim kencang, tekan fundus dengan Meremas dengan lembut dengan
lembut di antara kedua tangan tekanan ke bawah membantu
menggunakan sedikit tekanan ke bawah mengeluarkan darah atau gumpalan
melawan tangan bawah. yang terkumpul di rongga rahim.
7 Observasi keluarnya bekuan darah dan Menilai perdarahan
jumlah perdarahan dari perineum
8 Ganti pembalut bersih dan buang sarung Membantu meningkatkan kenyamanan
tangan dan kebersihan serta mengurangi risiko
infeksi
9 Dokumentasi tindakan (Observasi Kondisi Dokumentasi menyediakan sarana
Fudus dan Lochea) untuk evaluasi
DAFTAR TILIK
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL/ KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL
KRITERIA PENILAIAN

1. Perlu perbaikan: jika langkah dan tugas tidak dilakukan dengan benar
2. Mampu: jika langkah dilakukan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat dan atau
fasilitator/dosen perlu membantu/mengingatkan hal-hal yang tidak terlalu berarti.
3. Mahir: jika langkah dikerjakan dengan baik sesuai dengan urutan, tepat tanpa ragu-ragu dan tidak
perlu bantuan.

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI


1 2 3
A PERSIAPAN KLIEN
1. Jelaskan langkah tindakan yang akan dilakukan dan
kemungkinan keberhasilan serta efek sampingnya.
2. Memperkenalkan diri pada klien dan keluarga
3. Catatan : Apabila keadaan klien dalam kondisi emergency, maka
penjelasan prosedur dapat dilakukan saat pelaksanaan tindakan,
sedangkan persetujuan tindakan dapat dilakukan
segera
Sub Total : 9
B ALAT DAN BAHAN
Persiapan alat dan Bahan
1. Sarung tangan steril dan DTT
2. Alas bokong
3. Kassa steril
4. Spuit
5. Sarung tangan panjang
6. Oksigen
7. Celemek
8. Masker
9. Kacamata
10. Alas kaki
11. Baskom berisi air klorin 0.5%.
12. Kateter nelaton steril.
13. Infus set dan cairan infus (Jarum 16 atau 18).
14. Bengkok.
15. Kapas steril dan air DTT.
16. Antiseptik.
17. Obat-obatan Uterotonika (oksitosin 20 IU, misoprostol
600 mcg, metil ergometrin)
Sub Total :54
B PERSIAPAN RUANGAN
1. Ruangan tertutup
2. Ruang dalam keadaan terang
Sub Total :6
C PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Pasien diposisikan senyaman mungkin

Sub Total :6
D PERSIAPAN PETUGAS
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah alir mengalir
2. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih
3. Pemakai sarung tangan dan APD

Sub Total : 9
Persiapan pasien sebelum tindakan
1. Bersihkan perut bagian bawah dan lipat paha pasien, dalam
posisi litotomi.
2. Pasang oksigen 2 liter per jam.
3. Lakukan vulva hygiene.
4. Kosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter
nelaton steril.
5. Cek sumber perdarahan dengan kasa steril, pastikan bahwa
perdarahan berasal dari ostium servik, bukan dari robekan jalan
lahir.
6. Bersihkan sarung tangan, lepas dan rendam secara terbalik
dalam larutan klorin 0,5%.
7. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk.
8. Pakai sarung tangan panjang steril yang baru dengan benar*
Tindakan Kompresi Bimanual Internal (KBI)
9. Penolong berdiri di samping kanan ibu, oleskan larutan anti
septic pada sarung tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri.
10. Buka kedua labia mayora dengan tangan kiri, dan masukkan
tangan kanan secara obstetrik (menyatukan seluruh ujung jari)
11. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior, dorong uterus
kekranio anterior.
12. Telapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior.

13. Perhatikan perdarahan yang terjadi, lakukan KBI maksimal 5


menit, bila perdarahan berhenti pertahankan hingga 2 menit lalu
lakukan tindakan observasi kala IV, namun bila
perdarahan belum berhenti lanjutkan dengan tindakan KBE.
14. Keluarkan tangan kanan.
15. Bersihkan sarung tangan dengan rendaman dalam klorin.
Tindakan Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
16. Ajarkan keluarga/asisten KBE.
17. Pasang handscoon pendek kanan dan kiri.
18. Tekan dinding perut bagian bawah untuk menaikan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding belakang
uterus.
19. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga posisi tangan kanan
dapat menekan korpus uteri bagian depan.
20. Tekanan korpus uteri dengan cara mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan serta perhatikan jika terjadi
perdarahan.
21. Bila perdarahan terjadi , pertahankan posisi tersebut hingga
uterus dapat berkontraksi dengan baik.
22. Bila perdarahan belum berhenti, ajarkan keluarga atau tim
pelaksana lain untuk melakukan KBE.
23. Sementara keluarga / tim pelaksana lain melakukan KBE, bidan
melakukan pemasangan infuse RL + oxytosin 20 IU tetesan cepat
dan memberi 1 ampul methergin IM atau 600-
1000 mg/anal.
24. Lepaskan handscoen pendek tangan kanan gunakan kembali
handscoen panjang. Lakukan KBI (lihat langkah KBI).
25. Bila gagal rujuk sambil melakukan KBE, lakukan sampai
ditempat rujukan dengan pengawasan infus dan O2
terpasang dan dengan sistem BAKSOKUDA.
26. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan lakukan massage uterus (oleh assisten) hingga uterus
berkontraksi dengan baik.
27. Bereskan alat
28. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan clorin
0.5%.
29. Cuci tangan 6 langkah.
Sub Total : 87
Total Skor Maksimal : 171

Evaluasi:

Nilai Akhir = Jumlah Nilai x 100


Total Skor Maksimal

Serang...................20…

Penguji

(………………………………… )
TEKNIK PEMASANGAN TAMPON KONDOM KATETER

Persiapan Alat Kesehatan dan Bahan:


1. Kondom,
2. Kateter (kalau dapat yang besar, no 18 atau lebih),
3. Benang pengikat,
4. Kassa gulung,
5. Cairan antiseptik,
6. Spekulul Sims,
7. Ring (ovum) tang,
8. Cairan PZ (normal saline),
9. Infusion set.

Langkah-Langkah Pemasangan

1. Kateter dimasukkan ke kondom, lalu diikat dengan benang steril.


2. Infusion set yang telah terpasang pada cairan infus disambungkan dengan pangkal kateter.
3. Perineum, vulva, dan vagina di-desinfeksi dengan cairan anti septik.
4. Speculum dimasukkan ke jalan lahir, tampak portio cervix, portio dapat dicengkram dengan ring
(ovum) tang atau secara langsung tanpa dicengkram, kateter kondom dimasukkan ke cavum uteri
sampai menyentuh fundus cavum uteri.
5. Kateter dipertahankan sambil cairan infus dialirkan.
6. Setelah kondom mengembang dan memenuhi cavum uteri, cairan dihentikan.
7. Kemudian kasa dipasang sebagai tampon untuk menahan agar kondom tidak keluar.
8. Infusion set dilepas dari pangkal kateter, kateter diikat (lihat lampiran daftar tilik pemasangan
tampon kondom kateter).

Anda mungkin juga menyukai