Anda di halaman 1dari 6

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK POSTNATAL

Wiwin Handayani Mohamad

Pendahuluan
1. Riwayat kesehatan prenatal dan intrapartal
Pengkajian riwayat prenatal dan intrapartal ibu
a. Komplikasi antepartum
b. Lamanya dan jenis persalinan
c. Adanya ruptur membran
d. Adanya episiotomi/laserasi pada perianal
2. Keadaan umum, kesadaran dan penampilan
3. Pemeriksaan payudara dan puting susu

A. Perawatan Payudara
Tujuan: untuk mendapatkan kenyamanan dan kebersihan dan mencegah terjadinya
pembengkakan dan terjadinya infeksi, prosedur yang berhubungan: menyusui dan
pijat oksitosin

a. Perawatan payudara terkait dengan menyusui


1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Instrusikan klien untuk melakukan perawatan payudara meliputi hal-hal
dibawah ini:
1) Mandi secara teratur
2) Hindari pemakaian sabun pada puting susu, karena akan menyebabkan
puting susu kering dan lecet
3) Diperbolehkan untuk mendiamkan puting susu dengan udara terbuka,
sebelum mengganti bra
4) Hanya boleh menggunakan lotion yang sudah diresepkan (pemberian
sedikit pada payudara dapat membuat puting susu menjadi lembab).
3. Dukung klien untuk memperhatikan daerah payudara yang dirasakan berbeda,
sakit, atau panas, perasaan yang tidak menyenangkan yang tidak jelas (hal-hal
ini sebagai tanda-tanda awal dari mastitis, payudara bengkak atau
tersumbatnya saluran susu), merujuk pada rekomendasi dibawah ini:
1) Anjurkan klien untuk meletakkan bayinya dan untuk meletakkan jari-
jarinya pada daerah yang tidak nyaman, ibu dapat mencoba untuk
melakukan massase pada daerah payudara dan mereposisikan bayi dan
tubuh klien untuk mengamankan daerah yang tidak nyaman
2) Berikan air hangat, lakukan kompres hangat sebelum menyusui atau
memompa untuk mengurangi ketidaknyamanan
3) Berikan air dingin setelah menyusui/memompa untuk mengatasi
ketidaknyamanan
4) Anjurkan klien untuk meningkattkan perawatan dan istrahat
b. Pijat Oksitosin/ Merangsang Refleks Oksitosin
Penting sekali refleks oksitosin bekerja agar ASI mengalir dari payudaranya.
Ketika ibu memerah refleks oksitosin mungkin tidak bekerja sebaik ketika
menyusui secara langsung.
Cara merangsang refleks oksitosin
1. Bantu ibu secara psikologis
a. Bangkitkan rasa percaya dirinya
b. Cobalah mengurangi sumber-sumber nyeri dan kecemasannya sebelum
memerah
c. Bantu ia membangun pikiran dan perasaan positif tentang bayinya
2. Bantu ibu secara praktis
a. Duduk tenang dan sendirian atau dengan teman yang mendukung.
Beberapa ibu dapat memerah dengan mudah dalam kelompok ibu-ibu lain
yang juga memerah ASI misalnya para ibu dalam unit neonatus
b. Mendekap bayi dengan kontak kulit jika memungkinkan, ia dapat
mendekap bayi dipangkuannya sambil memerah. Jika tidak mungkin, ia
bisa memandangi bayinya
c. Minum-minuman hangat yang menenangkan. Minum sebaiknya bukan
kopi ataupun yang mengandung alkohol, ini akan membuat bayi rewel
d. Menghangatkan payudara
e. Merangsang puting susu dengan cara menarik dan memutar putiing susu
secara perlahan dengan jari-jari
f. Memijat atau mengurut payudara dengan ringan
g. Meminta seseorang memijat punggungnya
Caranya; ibu duduk bersandar kedepan, melipat lengan diatas meja yang
berada didepannya dan meletakkan kepala diatas lengannya. Payudara
biarkan tergantung bebas lepas tanpa pakaian. Penolong memijat
disepanjang kedua sisi tulang belakang ibu. Gunakan dua kepalan tangan
dengan ibu jari menunjuk kedepan, tekan kuat-kuat dengan membentuk
gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jari. Pada saat yang bersamaan
gosok kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher kearah
tulang belikat, selama 2-3 menit
B. Pemeriksaan Abdomen
a. Fundus Uteri
Pengkajian fundus uterin untuk mengetahui kondisi ibu selama masa post partum.
Pengkajian ini penting terutama selama 1 jam s.d 4 jam pertama post partum pada
ibu dengan resiko tinggi perdarahan
Persiapan:
1) Jelaskan prosedur tindakan, alasan dilakukannya tindakan, kegunaan serta apa
yang masih bisa dirasakan oleh klien selama pemeriksaan
2) Tanyakan pada klien keinginan berkemih (kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan atonia uterus)
3) Posisikan klien tidur terlentang datar diatas tempat tidur dengan bantal
dikepalanya, jika tindakan ini kurang nyaman, klien mungkin dapat dibantu untuk
memfleksikan kakinya (posisi supine dapat mencegah kesalahan dalam
pengukuran tinggi fundus, fleksi pada kaki dapat merelaksasi otot-otot abdomen)
Persiapan Alat
1) Sarung tangan bersih
2) Pembalut yang bersih
Prosedur
1) Letakkan satu tangan pada bagian bawah uterus dengan tegas. Gunakan sisi
tangan yang lain untk meraba abdomen sampai kita menemukan lokasi bagian
puncak fundus (satu tangan menstavilkan uterus, sedangkan tangan yang lain
mencari lokasi bagian puncak fundus)
2) Tentukan fundus
Yaitu bila dirasakan kenyal, jika iya rasakan adanya benda keras disekelilingnya
dalam abdomen, jika puncak tidak kenyal lakukan massase abdomen dengan
lembt dan tegas sampai fundus teraba kenyal (fundus yang kenyal
mengindikasikan bahwa otot-otot uterus berkontraksi dan perdarahan tidak akan
terjadi)
3) Ukur tinggi fundus dengan menggunakan jari: apakah diatas, dibawah dari
umbilikus atau simfisis pubis. (tinggi fundus memberikan informasi tentang
perkembangan involusio uteri)
4) Tentukan fundus terkait dengan garis tengah tubuh. Jika fundus tidak ada digaris
tengah, tentukan lokasinya dan kemudian evaluasi apakah terdapat distensi
kandung kemih. (fundus mungkin berubah letak dari garis tengah tubuh ketika
kandung kemih penuh dikarenakan pembesaran kandung kemih menekan uterus
kearah samping)
5) Jika terdapat distensi kandung kemih, bantu klien berkemih, jika klien tidak
mampu berkemih, kemungkinan dibutuhkan pemasangan kateter
6) Kaji urin output dan beberapa jam sampai eliminasi normal dapat dipertahankan
(selama postpartum dapat terjadi diuresis, kandung kemih mungkin dapat terisi
leboh cepat dari normal, menyebabkan klien beresiko atonia uteri dan hemorrgi)
7) Kaji lokhia
8) Selama beberapa jam pertama postpartum, jika fundus membesar terus menerus
atau jika lokasinya diatas umbilikus dan kandung kemih kosong, mungkin ruang
uterus terisi dengan bekuan darah, pada kasus ini lakukan hal berikut:
a. Buka bagian depan pembalut, perhatikan daerah perineum, biarkan pembalut
menjuntai diantara kedua kaki klien
b. Lakukan massase fundus uterus sampai fundus kenyal
c. Pertahankan satu tangan dalam posisi yang stabil dibagian bawah uterus.
Dengan tangan anda lakukan massase pada fundus, kemudian tekan bagian
puncak fundus yang sudah kenyal dan lihatlah ke pembalut apakah keluar
bekuan bekuan darah (jika uterus terisi penuh dengan darah akan
menyebabkan iritasi dan uterus tidak lagi dapat berkontraksi dengan baik.
Ketika otot-otot fiber berelaksasi akan terjadi perdarahan yang berkembang
menjadi masalah besar)
9) Ganti pembalut dengan yang bersih
10) Catat hal-hal yang ditemukan, TFU dicatat dengan ukuran jari (2jari bawah pusat,
1 jari diatas pusat)
b. Diastasis Recti Abdominis
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus. Jika dipalpasi regangan ini menyerupai celah memanjang dari
prosesus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.
Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat
mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas
Cara memeriksa diastasi rektus abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur
terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal. Kemudian palpasi
abdomen dari bawah prosesus xiphoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang
dan lebar diastasis.

C. Pemeriksaan Kandung Kemih


Pengkajian dengan cara melakukan palpasi kandungan urine di kandung kemih.
Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukkan jumlah urine yang tertampung
banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
D. Pemeriksaan Perineum
Pengkajian perineum; selama masa awal postpartum, jaringan lunak didalam dan
sekitar perineum mungkin terlihat membengkak dengan beberapa bruishing, jika
terdapat episiotomi.
Persiapan:
1. Jelaskan tujuan dan tindakan yang dilakukan untuk mengkaji perineum selama
masa postpartum
2. Lengkapi pengkajian TFU dan lokhia
3. Klien dalam posisi berbaring miring dan lututnya fleksi. Buka pembalut yang ada
diperineum untuk dapat melakukan inspeksi perineum dengan baik. Jika terdapat
luka episiotomi, klien sebaiknya menggunakan kompres air es. Jika menggunakan
kompres hentikan selama pengkajian.
4. Anjurkan klien untuk melakukan posisi sim’s (saat posisi sims, klien supine
dengan lutut fleksi, ini sangat sakit untuk mengekspose/melihat bagian posterior
porsio dari perineum oleh karenanya posisi sim’s mempermudah untuk
menginspeksi perineum dan daerah anus)
Peralatan
a. Pembalut perineum yang bersih
b. Pen light
Prosedur (gunakan sarung tangan):
1) Gunakan pendekatan sistematik dalam pengkajian
2) Dalam mengevaluasi perineum mulailah dengan menyanyakan persepsi klien
terhadap kenyamanan, latihan yang telah dilakukan, kekhawatiran/ketakutan
selama melahirkan, apakah yang dialaminya seberat yang ditakutkan sebelumnya?
(catatan yang terlihat mungkin mengindikasikan adanya hematoma pada vulva,
informasi pada klien kadang membantu mengatasi massalahnya)
3) Setelah berbicara dengan klien, kaji kondisi jaringan. Untuk mendapatkan
penglihatan yang penuh dapat dibantu dengan meminta klien untuk menaikan
perineum klien secara keseluruhan, pada beberapa kasus dapat dibantu dengan
tangan yang tidak dominan untuk mengangkat bokong dan jaringan. Catat adanya
edema dan ekimosis
4) Evaluasi luka episiotomi, jika ada, atau perbaikan luka laserasi, apakah
kemerahan? Catat keadaan tepi luka apakah sudah terjadi penyatuan? Katakan
pada klien bahwa anda akan meraba luka insisi dengan agak keras/tegas,
kemudian lakukan! Catat adanya daerah yang keras, catat keadaan dari luka insisi
jika pada perabaab teraba daerah yang lebih panas dari pada jaringan sekitarnya.
Kaji adanya tanda tanda REEDA (redness, edema, ekimosis, discharge,
approximation)
5) Selama pengkajian waspada adanya bau busuk. Umumnya lokhia seperti bau
normal, namun bau busuk yang tidak menyenangkan dapat dengan mudah
diidentifikasi. (bau busuk yang mencemari diasosiasikan dengan adanya drainage
yang seringkali diindikasikan dengan infeksi).
6) Terakhir, kaji hemorhoid untuk melihat daerah anus, angkat bagian atas bokong,
jika hemorhoid tampak ada, catat ukurannya, banyaknya dan rasa nyeri saat
ditekan
7) Selama pengkajian, katakan pada klien tentang keefektifan dari pemeriksaan yang
nyaman. Berikan pendidikan kesehatan tentang merawat episiotomi, hemorhoid
dan sejenisnya.
8) Berikan klien pembalut perineum yang bersih
9) Catat/ laporkan hal-hal yang ditemukan (sebagai contoh: garis tengah episiotomi,
tidak ada edema, tidak ada bagian yang lunak, bagian tepi kulit sudah menyatu
dengan baik, klien mengatakan nyeri dapat dikontrol atau berkurang).
E. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah
Kaji apakah ada varises dan tanda homan, tanda homan positif menunjukkan adanya
tromboflebitis sehingga menghambat sirkulasi ke organ distal.
Cara memeriksa tanda homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanya apakah ibu mengalami nyeri pada
betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi
dini agar sirkulasi lancar.

LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK POSTPARTUM

Persiapan Alat
1. Sarung tangan
2. Perlak
3. Bengkok
4. Kapas sublimat
5. Larutan NaCl fisiologis 0,9%
6. Stetoskop dan tensimeter
7. Termometer
8. Meteran
9. Bethadine
A. Tahap Pre Interaksi
1. Membaca catatan perawatan dan catatan medis klien
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
3. Menyiapkan peralatan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, memanggil klien dengan namanya
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada klien
3. Menanyakan keluhan dan kondisi bayi
4. Memberikan privacy dan keamanan klien
C. Tahap Kerja (Pemeriksaan)
1. Pemeriksaan umum: KU Klien, kesadaran dan penampilan, TTV, memeriksa
status generalis sesuai dengan keluhan
2. Pemeriksaan payudara; payudara dan puting susu, melakukan stimulasi produk
asi
3. Pemeriksaan Abdomen; inspeksi abdomen, memeriksa TFU, kontraksi serta
posisi uterus, melakukan kontraksi uterus, memeriksa diastasis rectus
abdominis, serta memeriksa kandung kemih
4. Pemeriksaan perineum; mengatur posisi klien, memeriksa REEDA,
memeriksa kebersihan daerah perineum, memeriksa lokhia, memeriksa adanya
perdarahan dan haemorhoid
5. Pemeriksaan ekstremitas bawah; ada tidaknya edema, varises, memerriksa
tanda homan
6. Pendidikan Kesehatan; melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi oleh klien dan sesuai dengan kebutuhan dari klien
(nutrisi, hubungan sexual dan KB, manajemen laktasi dan ASI eksklusif,
senam nifas, kebersihan diri, perawatan tali pusat, imunisasi)
D. Tahap Terminasi
1. Bersihkan dan kembalikan peralatan, rapikan ruangan senyaman mungkin dan
kembalikan alat-alat pada tempat semula
2. Perhatikan respon klien dan keluarga, buat kontrak untuk pertemuan
selanjtnya
3. Cuci tangan
4. Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
E. Dokumentasi
Catat waktu, tanggal dan lamanya pemeriksaan fisik postpartum. Dokumentasikan
semua hasil pemeriksaan fisik postpartun yang telah dilakukan, sertakan
komplikasi yang muncul. Cantumkan nama serta tanda tangan yang melakukan
pemeriksaan fisik.

Anda mungkin juga menyukai