Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA IBU MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Laporan Pendahulun

Oleh :

Najli Malisa
PO.71242220161

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022/2023
Unit Kompetensi : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
Sub Kompetensi : Perawatan Payudara
A. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara sendiri memiliki pengertian ialah suatu tindakan yang dilakukan
untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar ASI (Taufan
Nugroho, 2014).
Perawatan payudara (breast care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu
demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan
mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu
lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygiene (Rustam, 2013).
B. Manfaat Perawatan Payudara
Manfaat perawatan payudara untuk menjaga kebersihan terutama pada putting susu,
mencegah berbagai penyakit, memperkuat putting susu, merangsang kelenjar-kelenjar air
susu yang ada di dalam payudara sehingga produksi ASI lebih banyak dan lancar,
mendeteksi adanya kelainan pada payudara.Perawatan payudara dapat mengurangi dari
bendungan ASI, mastitis, dan abses pada payudara.Hal ini menunjukan perawatan
payudara sangat penting bagi proses menyusui.
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan ini dimulai sedini mungkin yaitu 1-
2 hari sesudah bayi dilahirkan hal ini dilakukan 2 kali sehari (Sujiyanti dkk, 2010).
D. Persiapan alat
1. Handuk
2. Kapas
3. Minyak kelapa
4. Waslap
5. Baskom (masing-masing berisi air hangat dan air dingin)
E. Prosedur pelaksanaan
1. Buka pakaian ibu
2. Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutup payudara dengan handuk
3. Buka handuk pada daerah payudara
4. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit
5. Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar
6. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari
7. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
8. Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
9. Pengurutan dimulai kea rah atas, samping, telapak tangan kiri kea rah sisi kiri, telapak
tangan kanan arah sisi kanan.
10. Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut ke
depan, kemudian dilepas dari kedua payudara.
11. Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan
sisi kelingking mengurut payudara ke arah putting susu.
12. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggengam serta
mengurut payudara dari arah pangkal ke arah putting susu.
13. Payudara disiram dengan air hangat dan dengan secara bergantian kira-kira 5 menit
(air hangat dahulu)
14. Keringkan dengan handuk
15. Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara dan
memudahkan untuk menyusui.
F. Tahap-Tahap Pijat Payudara
Ibu bisa melakukan pijat payudara menggunakan minyak kelapa atau saitun. Tahap-tahap
pijat payudara sebagai berikut :
1. Gunakan jari-jari untuk mengusap payudara secara lembut dengan arah menjauhi
putting.
2. Pijat lembut payudara seolah menguleni, menggunakan gerakan mengangkat dan
menekan.
3. Gunakan tangan secara lembut dan hati-hati untuk memutir payudara searah dan
berlawanan arah jarum jam
4. Gunakan kedua tangan untuk menekan secara perlahan daerah sekitar areola payudara
untuk mengeluarkan cairan susu.
5. Kemudian oleskan sebagian cairan susu ke putting payudara.

G. Cara merawat payudara


1. Latihan gerak otot badan
Ukuran payudara yang semakin membesar memaksa ibu hamil untuk segera
mengganti ukuran BH, lakukan latihan gerakan otot badan yang berfungsi untuk
mengencangkan otot penopang payudara agar tidak mengendur setelah masa
menyusui selesai.
a) Gerakan yang dapat anda lakukan adalah dengan duduk sila di lantai
b) Tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku), tangan kiri
memegang lengan bawah kanan
c) Angkat kedua siku hingga sejajar pundak
d) Tekan pegangan tangan kuat-kuat kea rah siku sehingga terasa adanya tarikan
pada otot dasar payudara.
Perawatan payudara juga dapat dilakukan untuk selalu menjaga kebersihan
terutama pada bagian payudara khususnya pada bagian putting dan areola. Ketika,
mandi usahan juga untuk tidak diberi sabun mandi pada areola dan putting agar
kelembapan pada area itu tetap terjaga dan tidak kering. Usahan putting agar
lentur ketika tiba waktu menyusui dan upayakan agar tidak ada sumbatan dengan
cara mengkompres dengan mintak atau ai selama 2-4 menit.
Tarik dan putar putting kea rah luar 20 kali, kearah dalam 20 kali untuk masig-
masing putting. Pijat daerah areolah untuk membuka saluran susu. Bila keluar
cairan, oleskan ke putting dan sekitarnya. Bersihkan payudara dengan handuk
lembut. Mengoreksi puting yang datar atau terbenam agar menyembul keluar
dengan bantuan pompa putting pada pecan terakhir kehamilan sehingga siap untuk
disusukan pada bayi atau bias juga seara manual (menarik putting keluar
menggunakan tangan).
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga Pengeluran ASI lancer, perawatan
payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan
perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh
putting susu, lalu pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum
menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam
sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak,alcohol ataupun sabun
pada putting susunya.

Unit Kompetensi : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal


Sub Kompetensi : Membimbing Ibu Senam Nifas
A. Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu postpartum setelah keadaan tubuhnya
pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan waktu yang
berbeda-beda.
B. Tujuan Senam Nifas
Senam nifas ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan mencegah timbulnya
komplikasi serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul,
dan otot perut sekitar rahim. Ditambah otot vagina saat hamilorgan-organ tubuh tersebut
meregang dan lemah. Banyak diantara senam postpartum sebenarnya adalah sama dengan
senam antenatal.
C. Faktor menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas
Hal yang penting bagi ibu adalah agar senam tersebut hendaknya dilakukan secara
perlahan, kemudian semakin lama semakin sering atau kuat.
1. Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi
2. Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit atau tidak
3. Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta asuhan
4. Penyesuaian postpartum yang sulit oleh karena suatu sebab.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam senam nifas
1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit pinggang
2. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap. Misalnya,
latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
3. Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu
4. Ibu tidak perlu takut untuk bergerak, karena dengan ambulasi dini dapat membantu
rahim untuk kembali kebentuk semula
E. Tahap-tahap gerakan senam nifas
Berikut ini adalah gerakan senam nifas dimana ibu nifas dapat mengulang setiap 5
gerakan dan kemudian meningkatkan setiap hari hingga 10 kali.
1. Latihan tahap pertama ( 24 jam setelah persalinan)
a. Latihan kegel (latihan perineal)
Keterangan : Latihan kegel dapat dilakukan dimana saja bahkan saat ibu
berbaring setelah melahirkan di kamar pemulihan. Ibu
dapat mulai berlatih walaupun belum bisa merasakan apapun di
daerah perineal. Ibu juga perlu untuk melakukan
senam kegel ini saat berkemih, menyusui atau di saat berada pada posisi yang
nyaman.
Cara : 1. Lakukan gerakan seperti menahan buang air kecil
2. Tahan kontraksi 8-10 detik lalu lepaskan
3. Ulangi beberapa kali
4. Jangan lakukan senam kegel dengan kandung kemih penuh
atau saat menahan buang air kecil. Keadaan tersebut justru
dapat melemahkan otot serta meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih.
b. Latihan pernapasan diafragma yang dalam
Cara : 1. Posisi dasar : berbaring telentang, lutut ditekuk dan saling
terpisah dengan jarah 30 cm
2. Telapak kaki menjejak lantai, kepala dan bahu didukung
bantal
3. Letakkan tangan diperut sehingga ibu bias merasakan
tangan terangkat saat menarik napas perlahan melalui
hidung
2. Latihan tahap kedua (Tiga hari pasca persalinan)
a. Latihan mengangkat pinggul
Keterangan : Pada tahap kedua ini ibu sudah bias latihan lebih serius
asalkan tidak mengalami kasus diastasis atau
pemisahan sepasang otot vertical di dinding perut (otot recti abdominis).
Cara :
1. Ambil posisi dasar telentang dan taruh tangan di lantai serta tekuk
lutut
2. Menghirup nafas sementara
3. Tekan pinggul ke lantai
4. Hembuskan napas dan lemaskan
5. Sebagai permulaan ulangi 3-4 kali
6. Secara bertahap, latihan dapat ditambah hingga 1-2 kali,lalu 24
kali

b. Latihan mengangkat kepala


Cara :
1. Ambil posisi dasar telentang dan taruh tangan di atas perut serta
tekuk lutut
2. Tarik napas dalam-dalam
3. Angkat kepala lebih hingga sedikit setiap hari dan secara bertahap
mengangkat pundak
c. Latihan meluncurkan kaki
Cara :
1. Ambil posisi dasar telentang dan letakkan tangan diatas lantai
2. Lulurkan kedua tungkai kaki hingga rata dengan lantai
3. Latihan tahap ketiga (Setelah pemeriksaan pasca persalinan)
Senam tahap ketiga ini hamper sama dengan senam tahap kedua,akan
tetapi dilakukan dengan jadwal latihan yang lebih aktif. Latihan ini dapat
dilakukan setiap hari selama tiga bulan. Ulangi setiap gerakan minimal lima
hitungan.
a. Latihan mengencangkan otot perut
Cara :
1) Posisi dasar letakkan tangan diperut
2) Kencangkan otot dan kendurkan lagi
3) Gerakan kea rah dalam, dada tidak boleh ikut bergerak
b. Latihan untuk merapatkan otot perut
Cara :
1) Posisi dasar
2) Tahan otot perut dengan tangan
3) Angkat kepala dan pundak dari bantal seolah hendak duduk
4) Ulangi lima kali
c. Latihan untuk mengencangkan alas panggul
Cara :
1) Tekan pinggang ke bawah
2) Tarik otot perut ke dalam dan kencangkan seolah-olah menahan
BAK

d. Latihan untuk merampingkan pinggang kembali


Cara :
1) Letakkan tangan di pinggang dan tekan keras-keras seolah sedang
mengencangkan ikat pinggang
2) Kendurkan dan ulangi lima kali
e. Latihan memperbaiki aliran darah dan menguatkan kaki
Cara :
1) Berbaring telentang dengan kaki lurus
2) Gerakkan kaki ke atas dank e bawahgerakkan telapak kaki seolah
membuat lingkaran
3) Gerakkan telapak kaki seolah membuat lingkaran
4) Telapak kaki tegak lurus lipat jari-jarinya
5) Kencangkan tempurung lutut dan tegangkan otot-otot betis
6) Silangkan tumit, satu paha ditekankan pada paha yang lain,
kencangkan otot di dalamnya
7) Berlutu
8) Sikap merangkak bertumpu pada lutut dan telapak tangan.
Gerakkan pinggang ke atas, lalu ke bawah sambil kencangkan otot
perut.
9) Gerakkan pinggul dan kepala ke kiri dan kanan secara bergantian
f. Latihan merenggangkan badan
Cara :
1) Berbaring telentang, kencangkan otot-otot perut, gerakkan
lengan di samping badan seolah hendak menjangkau mata
kaki secara bergantian, luruskan kembali dan lakukan
masing-masing lengan lima kali
2) Berbaring miring, kencangkan otot perut, gerakkan tangan
lurus ke atas kepala dan kaki lururs-lurus ke bawah,
sehingga badan membentuk garis lurus istirhata. Ulangi
lima kali
g. Duduk
Cara :
1) Tangan di atas kepala
2) Otot perut dikencangkan ke dalam
3) Gerakkan tubuh ke depan untuk memegang jari-jari kaki
4) Ulangi lima kali
h. Berdiri (jika diizinkan)
i. Berbaring telungkup
Cara : Berbaring telungkup selama 20 menit dengan bantal di bawah
kepala dan sebuah lagi di bawah perut, kencangkan
otot perut.
4. Latihan lanjutan
Cara :
a. Berbaring telentang di tempat tidur. Kencangkan otot perut.
angkat kepala dan punduk perlahan-lahan. Angkat kaki
lurus-lurus. Letakkan kembali perlahan-lahan
b. Duduk di kursi, kaki lurus ke depan. Otot perut
dikencangkan. Letakkan tangan di bawah lutut dan
tekankan kaki (betis) ke tangan tersebut. Tahan pada posisi
ini dan hitung sampai enam hitungan
c. Duduk di kursi, letakkan tangan dibawah kursi kaki
bertumpu kuat di lantai dan kencangkan semua otot.
Bayangkan seolah-olah hendak mengangkat kursi keatas,
tahan sampai 6 hitungan
d. Duduk di kursi, tekan kaki ke tembok sambil
mengencangkan otot perut ke sancaran kursi.

Kompetensi : Asuhan kebidanan Nifas Normal


Sub kompetensi : Membimbing Ibu Teknik Menyusui Yang Benar
A. Proses Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk embantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Laktasi atau menyusui
mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (refleks prolaktin) dan
pengeluaran ASI oleh oksitosin ( reflek aliran atau letdown reflect)
1. Produksi ASI ( reflek prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu
deipengaruhi oleh hormon pertumbuhan ( growth hormone). Seiring dengan
usia wanita yang memulai memasuki usia pubertas (usia 9-12 tahun), maka
sel-sel payudara akan dipicu untuk berproliferasi lebih pesat ( contohnya:
maturasi alfeolus) oleh hormon estrogen dan progesteron.
2. Pengeluaran ASI ( oksitosin) atau reflek aliran ( letdown reflect)
Pengeluaran ASI (oksitosin) adalah reflek aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan hisapan bayi. Bersamaan dengan
mekanisme pembentukan prolaktin pada hipofisis anterior yang telah
dijelaskan sebelumnya, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi pada puting
susu tersebut dilanjutkan ke hipofisis posterior sehingga keluar hormon
oksitosis. Hal ini menyebabkan sel-sel miyopitel disekitar alfeolus akan
berkontraksi dan mendorong ASI yang telah terbuat masuk keduktus latiferus
kemudian masuk kemulut bayi. Andina Vita Sutanto, (2019).
B. Peran Bidan Dalam Pemberian ASI
1. Penguatan psiklogis pada ibu menyusui dengan meyakinkannya bahwa bayi
akan memperoleh makanan yang bernutrisi dan cukup hanya dari payudara
ibunya.
2. Membantu ibu sehingga mampu menyusui bayinya sendiri dengan mengajari
teknik menyusui yang benar. Andina Vita Sutanto, (2019).
C. Teknik Menyusui Yang Benar
Bayi menghisap secara naluriah akan tetapi pada awalnya mungkin dia
mengalami kesulitan menemukan puting ibunya. Cara menolong yang paling
mudah adalah dengan mnempelkan pipinya kepayudara. Lalu, masukkan puting
kemulut bayi.pastikan bayi menghisap seluruh area gelap dari payudra (areola)
dan bukan hanya putingnya saja. Langkah-langkah menyusui yang benar:
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting
dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disenfektan
dan menjaga kelembapan puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara, Ibu duduk berbaring/ santai,
bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu
menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang
pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu ( kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan). Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan
yang satu didepan. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara ( tidak hnya membelokkan kepala bayi). Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus, ibu menatap bayi dengan kasih
sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menimpang
dibawah, jangan menekan puting susu.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut ( rooting ferleks) dengan cara :
Menyentuh pipi dengan puting susu/menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekat kepayudara ibu
serta areola dimasukkan kemulut bayi
Kompetensi : Asuhan kebidanan Nifas Normal
Sub kompetensi : Melakukan perawatan perineum
A. Perawatan Perinium
Kebersihan diri ( perinium), kebersihan diri ibu membnatu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Ajurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakain,
alass, tempat tidur, serta lingkunagn dimana tempat ibu tinggal.
B. Tujuan Perawatan
Tujuan perawatn luka perinium mrncagah terjadinya infeksi, meningkatkan rasa
nyaman dan mempercwpat penyembuhan. Perawatn kebersihan pada daerah kelamin
bagi ibu bersalin secara normal lebih kompleks daripada ibu bersalin secara operasi
karena akan meburani luka episiotomi pada perinium. Bidan mengajarkan pada ibu
bersalin bagaimana membersihkan daerah kelain dengan sabun dan air. Bidan
mengari untuk membersihkan daerah disekita vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, kemudian baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
C. Anatomi Alat Kelamin Wanita
Kompetensi : Asuhan kebidanan Nifas Normal
Sub kompetensi : Pijat Oksitosin
1. Pengertian Pijat Oksitosin
Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang
hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang
costae kelima atau keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowatii,
2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang
kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan
kelelahan setelah melahirkan akan hilang.
2. Mekanisme Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang (vertebre)
sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui pemijatan pada tulang
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim
pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga
akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa
nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014).Saat ibu merasa nyaman atau rileks,
tubuh akan mudah melepaskan hormon oksitosin.
3. Manfaat Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi ibu setelah
persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh Mulyani(2009, dalam Wulandari, 2014),
pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki mood.
Pijat yang
dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga dapat merileksasikan ketegangan pada
punggung dan menghilangkan stres sehingga dapat
memperlancar pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam
Wijayanti, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan
ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
4. Indikasi Pijat Oksitosin
Indikasi pijat oksitosin adalah ibu post partum dengan gangguan produksi ASI
5. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan
selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak
harus selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh
suami atau keluarga yang sudah dilatih.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu
a. ibu melepas pakian bagian atas dan bra
b. pasang handuk di pangkuan ibu
c. kemudian posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk
memudahakan penolong atau pemijat)
d. kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas
lengannya
e. payudara tergantung lepas tanpa baju
f. melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak atau baby oil
g. selanjutnya penolong atau pemijat,memijat sepanjang tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibujari menunjuk ke depan
dan menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibujari.
h. pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari
leher kearah tulang belikat.
i. evaluasi pada pemijatan oksitosin dilakukan (Depkes RI, 2007 dalam
Trijayati, 2017)
Unit Kompetensi : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
Sub Kompetensi : Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang di alami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif di lakukan
pemeriksaan terhadap pasien.
B. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik ibu nifas adalah :
1. Untuk mengumpulkan data
2. Mengidentifikasi masalah pasien
a. Memastikan involusi urteri berjalan normal, menilai adanya tanda-tanda infeksi,
demam atau pendarahan abnormal.
b. Memastikan ibu menyusui baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat.
3. Menilai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan
C. Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum pemeriksaan fisik ibu nifas :
1. Periksa fisik ibu nifas sesuai dengan tujuan kunjungan program dan kebijaksanaan (6
jam,1-6 hari, 2 minggu,6 minggu,setelah persalinan).
2. Menjelaskan pemeriksaan fisik yang akan di lakukan pada klien ( untuk keperluan
tanggung jawab dan tanggung gugat )
3. Penjagaan kesopanan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6 minggu
setelah persalinan.
4. Gunakan pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh kearah dalam tubuh, posisi pasien
tergantung jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa.
5. Gunakan pendekatan pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik pemeriksaan dari
daerah yang mengalami kelainan ( normal ).
6. Pada saat pemeriksan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien.
7. Perhatikan pencahayaan yang tepat, suhu dan suasana ruangan yang nyaman, bagian
tubuh yang sedang di periksa tidak tertutup baju dan selimut, serta jaga privasi klien.
8. Lakukan dokumentasi yang tepat setelah melakukan pemeriksaan.
D. Teknik Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
Teknik pemeriksaan yang di pergunakan dalam pemeriksaan fisik ibu nifas ini ada 4, yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
E. Persiapan Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas
ini :
1. Persiapan ruangan
Ruangan di siapkan sebaik mungkin misal dengan memasang penyekat, mengatur
pencahayaan.
2. Persiapan peralatan
- Baki 1 buah
- Tensi meter dan stetoskop
- Termometer
- Kapas dan air dll
- Sarung tangan 1 pasang dan pinset
- Tempat sampah
- Cairan klorin 0.5%
- Senter dan bengkok
3. Persiapan pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tentang tindakan yang akan di
lakukan, atur posisi untuk mempermudah pemeriksaan, atur waktu seefisien mungkin
sehingga pasien dan bidan tidak kecapaian.
F. Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
1. Pengkajian status mental dan penampilan
a. Tujuan
Pengkajian status mental dan penampilan klien dapat memberikan petunjuk
tentang tingkat kesehatan dan kesejahteraan individu.Pengkajian ini di lakukan
saat awal anamnesa, adapun pengkajian mental dan sikap meliputi sikap,
kecemasa, air muka (untuk identifikasi post partum blues atau depresi post
partum) di kaji sampai 2 minggu.
b. Cara kerja
Inspeksi raut muka pasien terutama saat berkomunikasi dan menggali data
(sedih, gelisah, murung, takut).
2. Pengukuran tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar memantau
perubahan status kesehatan klien di antaranya tanda adanya infeksi.
3. Pemeriksaan Wajah
a. Tujuan
Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis, eklampsi post partum biasa terjadi
1-2 hari post partum
b. Cara kerja
1. Inspeksi muka: simetris, warna kulit muka, ekspresi wajah, dan pembekakan
daerah wajah dan kelopak mata
2. Inspeksi konjungtiva, dengan cara:
 Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
 Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu
jari
 Amati konjungtiva, untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan/keadaan
vaskularisasinya
4. Pemeriksaan Leher
a. Tujuan
Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan,jika ada panas sebagai
diagnosa banding
b. Cara kerja
1. Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan leher serta
pergerakannya
2. Palpasi dengan nodus limfe dengan cara:
 Duduk di hadapan pasien
 Anjurkan pasien untuk menengadah kesamping menjauhi pemeriksa
sehingga jaringan lemak dan otot-otot akan relaks
 Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi,
batas-batas dan ukuran,bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok
kelenjar limfe:Submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan
unjung mandibular) dan sub mental (pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibular).
5. Pemeriksaan Payudara
a. Tujuan
Sebagai pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaan payudara prenetal dan segera
setelah melahirkan apakah ada komplikasi post partum, misalnya bendungan pada
payudara (3-5 post partum), abses payudara,masitis (3-4 minggu post partum)
b. Cara pemeriksaan
1. Inspeksi payudara
 Cek kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pas dan tepatn
dalam menyangga payudara
 Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada
dengan kedua tangan rileks di sisi tubuh
 Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan edema
 Inspeksi epiliteum puting: karakteristik ukuran (kecil,besar), bentuk
(menonjol,datar,mendelep), pengeluaran cairan dan banyaknya
(kolostrum,ASI, pus, darah) dan luka/lecet pada puting susu
2. Palpasi payudara untuk memastikan
 Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanya
keluaran. Bila adanya keluaran maka identifikasi keluaran tersebut
mengenai sumber, jumlah, warna konsistensi, dan kaji terhadap adanya
nyeri tekan
 Angkat dan lipat tangan pasien palpasi daerah klavikula dan ketiak
terutama pada area limfe nodi
 Lakukan palpasi setiap payudara denganteknis bimanual terutama untuk
payudara yang berukuran besar dengan cara: pertama tekankan telapak
tangan tiga jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping
atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar searah jarum jam
 Lakukan pada payudara selanjutnya
6. Pemeriksaan Abdominal
a. Tujuan
1) Untuk memeriksa kandung kemih (adanya distensi dikarenakan retensi yrine)
biasa terjadi setelah lahir
2) Memeriksa involusi uterus (lokasi fundus,ukur dengan jari tangan dan
konsistensi keras atau lunak)
3) Menentukan ukuran distatis rektus abdominalis (derajat pemisahan otot rektus
abdominis) sebagai evaluasi denyut otot abdominal dengan menentukan
derajat diastatis
4) Memeriksa CVA (crostovertebral angle) rasa sakit pada CVA/letak pertemuan
dari iga 12 yang terbawah oleh otot pravertebral sejajar dengan kedua sisi
tulang punggung dan pravertebral sejajar dengan kedua sisi tulang punggung
dan disana tempat ginjal di posterior dekat dengan permukaan kulit, rasa sakit
di transmisikan melalui saraf ke 10,11 dan 12 dari rongga dada sebagai
identifikasi adanya penyakit ginjal atau ISK
5) Dengan teknik auskultasi untuk mendengarkan bising usus (deteksi dari
mendeteksi adanya perametritis)
6) Dengan palpasi dan tekanan pada perut bagian bawah untuk mendeteksi
adanya abses pelvik dll.
b. Cara pemeriksaan
1) Pemeriksaan kandung kemih
Pemeriksaan di lakukan dengan palpasi menggunakan 1 dan 2 tangan,kan
teraba apabila ada distensi,jika ada distensi maka lakukan perkusi untuk
mengetahui suara/ tingkatan redupnya
2) Pemeriksaan TFU
a. Bidan tidak boleh memiliki kuku yang panjang
b. Lebih baik bidan menghangatkan tangan, jangan sampai dingin
mencegah reflek pasien mengencangkan otot perut sehingga menyulitkan
pemeriksaan
c. Letakkan tangan pada sisi lateral uterus, palpasi fundus uteri dengan
posisi tangan menelungkup, dengan patokan ukuran umbilikus dan
simfisis, nilai juga kontraksi uterus
d. Selama pemeriksaan perhatikan ekspresi wajah pasien
3) Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis
a. Posisikan pasien berbaring tanpa bantal kepala
b. Letakkan tangan kanan merapat dibawah umbilikus tengah abdominal
dengan ujung jari telunjuk di bawah umbilikus dan tangan kiri dengan
jari merapat di atas simfisis
c. Minta pasien mengangkat kepala dan berusaha meletakkan dagunya
didaerah antara payudara fungsinya supaya otot abdominal mengencang.
Pastikan pasien tidak menekan dagu pada klavikula,tangan tidak
menekan dan mencekram tempat tidur.
d. Tangan bidan akan merasakan otot abdominal seperti 2 pita karet,arahkan
kedua tangan kegaris tengah dari dua otot jika ada diastatis maka akan
terasa batas yang tegas
e. Ukur jarak antara dua otot tersebut dengan satuan jari tangan
f. Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan berhadapan untuk
memberi tanda batas diastatis otot, posisi kedua tangan dipertahankan
g. Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali
h. Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang sama
i. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dengan hasil = diastasis 2/5 jari
(artinya 2 jari saat kontraksi dan 5 jari saat rileks)
j. Pemeriksaan kehalusan CVA
7. Pemeriksaan Genetalia
a. Tujuan Pemeriksaan
Untuk memeriksa perinium terhadap penyembuhan luka meliputi edema, inflasi,
hematoma, supurasi, dehiscence echymosis/ memar)
b. Memeriksa pengeluaran lochea meliputi, disesuaikan dengan berjalannya waktu :
 Rubra = hari ke 2 warna merah
 Sanguilenta hari ke 3-7 warna merah kuning
 serosa hari ke 7-14 warna kuning
 Alba setelah 2 minggu warna putih
 Purulenta cairan seperti seperti nanah berbau busuk bila terjadi infeksi
 Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata kira-kira 240-
270ml
 Bau amis atau khas darah, bau busuk tanda infeksi
c. Pemeriksaan Anus
Sebagai tindak lanjut pemeriksaan prenatal,memeriksa keadaan anus setelah
persalinan terutama kondisi hemoroid menilai grade, adanya lesi ataupun
perdarahan.
Cara pemeriksaan
1. Bantu pasien untuk mengatur posisi dorsal rekumben,tutup bagian tubuh
yang tidak diperiksa.
2. Lakukan inspeksi untuk:
 Menilai anus adalah terlihat hemoroid (menilai besar, adanya lesi atau
pendarahan)
 Gunakan sarung tangan yang bersih
 Memeriksa perinium untuk menilai penyembuhan luka, tanda abnormal
 Berikan pelumas pada jari telunjuk dan masukkan telunjuk pelan-pelan
 Lakukan palpasi pada dinding rektum dan rasakan ada tidaknya nodul,
masa serta nyeri tekan,bila ditemukan adanya masa catat lokasi,
misalnya teraba benjolan pada dinding anterior 2 cm preksimal terhadap
spinger ani eksternal
 Dengan telunjuk tangan masih didalam anus anjurkan ibu untuk
mengetatkan otot vagina dan anus (kegel) catat berapa lama
kemampuan mengetatkan minimal 10 detik
8. Pemeriksaan ekstriminitas
a. Tujuan pemeriksaan
Untuk memeriksa adanya tromboplebitis, edema, menilai pembesaran varises,
dan mengukur reflek vatela (jika ada komplikasi menuju ekslampsia menuju post
partum)
b. Cara pemeriksaan
1) bebaskan daerah yang akan di periksa(buka kain kira-kira sampai ke lutut)
2) dengan posisi kaki lurus lakukan inspeksi adakah terlihat edema, varises,
warna kemerahan, tegang
3) palpasi kaki, nilai suku kaki apakah panas, tekan tulang kering adakah edema
dan nilai derajat edema
4) nilai tanda homan dengan cara menekuk kedua kaki jika terasa nyeri pada
betis maka homan positif
Unit Kompetensi : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
Sub Kompetensi : Pengawasan Nifas Involusi Uteri (TFU, Kontraksi, Lochea)

1. Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan sympisis pusat 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas sympisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

2. Kontraksi
Kontraksi atau his adalah peregangan pada dinding rahim. Kontraksi uterus
meningkat setelah bayi lahir menyebabkan iskemia atau berkurangnya suplai darah pada
lokasi perlekatan antara plasenta dan dinding uterus sehingga mengalami nekrosa(mati)
lalu lepas.
3. Lochea
a. Lochea rubra (1-2 hari)
Warnanya merah kehitaman berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua
b. Lochea sanguilenta (3-7 hari)
Warnanya merah kekuningan berisi darah dan lendir
c. Lochea serosa (7-14 hari)
Warnanya kuning dan tidak berdarah lagi
d. Lochea alba (14 hari keatas)
Warnanya putih
e. Lochea parulenta
Terjadi karena infeksi, keluar seperti nanah
f. Lokhiotioisis
Lokhea tidak lancar keluar
4. TTV
Suhu Badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan
suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun
kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain.
Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100
kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika
darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal
manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.
Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre
eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada
ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
Kompetensi : Asuhan kebidanan Nifas Normal
Sub kompetensi : Memerah ASI
A. Pengertian
Memerah ASI adalah aktivitas memompa atau mengeluarkan ASI menggunakan
alat atau tangan
B. Tujuan Memerah ASI
1. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada keadaan
payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi yang tidak dapat
diberikan minum.
2. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.
3. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air hangat
dan dipijat dengan lembut sebelum memerah ASI.
4. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI
5. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong plastik
yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya terdapat perekat
untuk menutupnya. Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke
dalam kantong plastik besar agar terlindung dan terhindar dari robek/ lubang.
Pada setiap kantong plastik harus diberi label tanggal dan waktu memerah.
C. Cara memerah ASI dengan tangan
1. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk menampung
ASI.
2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan badan
ke depan.
3. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
4. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
5. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari
telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
6. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di antara
jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan
mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
7. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada
awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
8. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan berpindah-
pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
9. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
10. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.

D. Cara Menyimpan ASI

1. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable


cooler bag
2. Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas
wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan
mengembang bila dibekukan.
3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8 jam
pada suhu ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin (4ºC atau
kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin selama 3-5
hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu selama 3 bulan
dan di dalam deep freezer (-18ºC atau kurang) selama 6 sampai 12 bulan.
4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
dibekukan.
5. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari
pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka yang
cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI dapat
bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak dapat
dibekukan lagi.
7. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
8. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
9. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai,
kemudian sisanya dibuang.
Kompetensi : Asuhan kebidanan Nifas Normal
Sub kompetensi : Bendungan ASI
A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus


laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari
ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar
bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun
pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang
disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu
menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini
payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty
patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada
saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local
(Wiknjosastro, 2006).
B. Tujuan
a. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI
b. Menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi

c. Menghindari putting susu yang sakit dan infeksi payudara


d. Menjaga keindahan bentuk payudara
e. Memperbanyak produksi ASI
f. Mengetahui adanya kelainan
C. Penatalaksanaan
Persiapan alat :
- Kursi
- Sarung tangan
- Handuk 2 buah
- Baby oil
- Kapas
- Washlap 2 buah
- Kom 2 buah
- Baskom (masing-masing berisi air hangat dan air dingin)
- Bengkok
- Tempat sampah

1. Bantu ibu melepaskan pakaian atas


2. Kompreskan kapas yang diberi baby oil pada putting susu dan areola mammae 2-3
menit lalu bersihkan
3. Kompreskan payudara menggunakan washlap air panas dan dingin secara
bergantian
4. Keluarkan ASI dengan cara meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di daerah luar
areola lalu tekan kea rah dalam/kea rah pangkal payudara, lalu lepaskan hingga
ASI keluar
5. Tamping ASI yang sudah dikeluarkan ke dalam cangkir bersih untuk diberikan
kepada bayi
6. Kerjakan hingga payudara lunak dan pasien merasa nyaman
7. Bersihkan payudara dengan menggunakan washlap
8. Keringkan payudara dengan handuk
9. Membantu ibu memakaikan pakaian atasnya kembali.
D. Pencegahan
Salah satu upaya untuk mencegah bendungan ASI yaitu dengan perawatan
payudara atau breast care. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar
pengeluaran ASI. Rangsangan taktil saat perawatan payudara dapat menstimulasi
hormon prolaktin dan oksitosin yang membantu bayi mendapatkan ASI. (Ria
Gustirini, 2021)

Anda mungkin juga menyukai