Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh ganguan
peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
otak yang terganggu. Menurut WHO stroke didefenisikan sebagai penurunan fungsi fokal
neurologist (kehilangan fungsi afectif sesuai dengan daerah otak) yang disebabkan karena
gangguan suplai darah akibat terjadinya sumbatan pada pembuluh darah atau karena adanya
ruftur pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya perdarahan yang ber efek terhadap
gangguan suplai oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan otak (national
clinical guideline Scotish, 2008).

Stroke dibedakan atas stroke iskemik (pemyakit sumbatan pembuluh darah otak) dan stroke
hemoragik (ruftur pembuluh darah otak). Stroke iskemik merupakan kejadian stroke tertinggi
yakni sekitar 85 % sedangkan stroke hemoragik sekitar 15 % dari seluruh kasus stroke yang
terjadi. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya atherosclerosis pembuluh darah serebral (20
%), cardiogenic embolic (20%), penyakit sumbatan arteri kecil (25%), Cryptogenic stroke
(30%) dan penyebab yang tidak diketahui (5%). Sementara itu, penyebab stroke hemoragik
terdiri atas perdarahan intraparenkim (akibat hipertensi yang tidak terkontrol) dan perdarahan
subarachnoid (akibat ruftur aneurisma), (Moser & Riegel, 2013)

Proses terjadinya stroke karena adanya gangguan suplai darah ke otak yang disebabkan oleh
adanya sumbatan atau perdarahan pada pembuluh darah diotak, hal ini menyebabkan suplai
oksigen terhambat sehingga terjadi kekurangan oksigen di jaringan otak. Seperti kita bahwa
sel saraf otak hanya mampu bertahan 3-4 menit ketika terjadi gangguam aliran darah dan
oksigen. Ketika aliran darah keotak menurun (CBP) menjadi 25 ml/100/g/min (normal CBF 50
ml/ 100 gram/min), maka aktivitas listrik diotak akan terhenti namun masih memiliki potensi
untuk baik dalam beberapa jam yang dikenal
1 dengan iskemik penumbra. Namun ketika CBF
berada pada level critis yakni kurang dari 10 ml/100 gram/min maka akan terjadi kerusakan
yang ireversibel. Hal ini ini akan menyebakan gangguan metabolic diotak mencakup produksi
asam laktat, yang akan memicuh asam glutamate sehingga menggangu produksi ATP

1
mengakibatkan natrium dan calcium ke dalam sel sehingga terjadi edema sitotoksik dan
kerusakan mitokondrial yang memicu kematian jaringan saraf otak (Moser & Riegel, 2013)

Stroke dapat menimbulkan gangguan neurologic yang bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori), manifestasi klinis dari stroke diantaranya adalah
kehilangan motoric, kehilangan komunikasi (afasia, disatria), gangguan persepsi yaitu
ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi, gangguan fungsi kognitif dan efek psikologi
dimana pasien menunjukkan gejala lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
pelupa dan kurang motivasi sehingga pasien mengalami frustasi dalam perawatan
penyembuhan (Smeltzer & Bare, 2008).

Kecacatan pada orang dewasa akibat stroke iskemik dapat berupa pembatasan fisik, disfungsi
social, psikologi, yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi banyak
asfek kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan atau kualitas hidup (Johnson et
al, 2004). Menurut Harger et al (2000) kecacatan yang ditimbulkan akibat stroke akan
menimbulkan perubahan kehidupan individu karena penurunan fungsi sehingga menimbulkan
ketergantungan. Kualitas hidup dapat didefenisikan sebagai nilai yang diberikan selama hidup
dan dapat karena adanya penurunan nilai fungsional, persepsi, social yang dipengaruhi oleh
cedera, penyakit dan pengobatan (Carod et al, 2009). Pasien setelah mengalami stroke
cenderung akan hidup lama dalam keadaan penurunan fungsi , biasanya mereka menderita
dari perubahan peran fisik, gangguan mood, penurunan fungsi kognitif dan penurunan
interaksi social (Carod et al, 2009). Jaracz & Kozubki (2003) mengatakan dari hasil
penelitiannya bahwa perubahan kualitas hidup sangat jelas terlihat pada pasien setelah
mengalami stroke. Hal ini dipertegas oleh Caroll et al (2000) yang mengatakan bahwa pasien
setelah stroke akan terjadi perubahan fisik, gangguan mental, gangguan kognitif dan penurunan
interaksi social. Penilaian kualitas hidup pada penderita stroke harus multidimensi, terdiri dari
beberapa domain: fisik (perubahan motoric yaitu spastisitas, ataksia, dysatria, disfagia, nyeri,
gangguan tidur dan kelelahan,), fungsional (mobilitas), perawatan mental (suasana hati,
kognisi, kepuasan, dan persepsi diri) dan social (kerja, jaringan social, dan peran social) dan
memerlukan penilaian subyektif klien.

Hasil penelitian Exel et al (2004) mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara status
fungsional dengan kualitas hidup pada fase akut setelah stroke, pasien dengan status fungsional
yang jelek cenderung mempunyai kualitas hidup yang kurang baik. Hal ini dipertegas oleh

2
Adam et all bahwa pengkajian dan pengobatan pasien stroke harus dimulai di ruangan
emergency, dengam pengobatan optimal yang diberikan sedini mungkin (Early Mangement)
pada fase akut stroke akan meningkatkan hasil yang lebih baik dan akan mengurangi kematian
dan kecacatan. Hal ini didukung oleh Al Rasyid, dkk. (2006)di RSCM, didapatkan bahwa
dengan penangan sejek dini secara komprehensif terhadap pasien stroke akan mengurangi
resiko morbiditas dan mortalitas selain itu juga dapat meningkatkan status fungsional pasien
dan kemampuan bertahan hidup pasien. sehingga dari penelitiannya tersebut mereka
menyaranka perlu adanya unit stroke ditiap Rumah Sakit agar penanganan pasien stroke lebih
cepat dan komprehensif. Serta berdasarkan Penelitian sebelumnya (1990) yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan penenganan sejak dini yang dilakukan di Unit Stroke
memperlihatkan peningkatan rata-rata kehidupan dan perbaikan status fungsional penderita
dan menurunkan hari perawatan pasien

Pemulihan fungsi neuron pada stroke iskemik bisa terjadi setelah 2 minggu serangan infark
dan mencapai pemulihan sempurna pada minggu ke delapan (Harsono, 1999). Faktor yang
mempengaruhi reversibiltas fungsi sel otak ini adalah waktu reperfusinya semakin cepat makin
baik dan bahkan bila tidak terjadi reperfusi daerah ini akan mengalami kematian, berbeda
dengan stroke hemoragik yang menimbulkan gejala neurologic dengan cepat dan akan
mengalami resolusi serta meninggalkan jaringan otak dalam kondisi utuh.

Pemulihan reperfusi yang baik hanya bisa dicapai jika dilakukan sedini mungkin diruangan
emergency. Early management dengan prinsip time is brain sangat direkomendasikan dalam
tata laksana pasien stroke. Hal ini terkait dengan masa golden period pasien stroke yakni 3-6
jam. Terkait golden period ini, Ginsberg (2008) dan Sutrisno (2007) pernah menjelaskan
bahwa ketika arteri tersumbat secara akut oleh thrombus atau embolus pada saat terjadi
serangan stroke, maka area sistem saraf pusat yang diperdarahi akan mengalami infark jika
tidak perdarahan kolateral yang adekuat. Disekitar zona nekrotik ini terdapat “penumbra
iskemik” yang tetap viable untuk waktu 3-6 jam artinya dapat pulih jika aliran darah kembali ,
sehingga penangan awal yang tepat dengan memanfaatkan golden period.

Early management terdiri atas initial assessment dan treatment yang sudah harus selesai
dilakukan diruangan emergency dengan menerapkan prinsip time is brain
Initial Assesment mencakup pemeriksaan neurologi (terdiri atas pemeriksaan status mental,
fungsi saraf kranial, kekuatan motoric, fungsi sensoris, fungsi bahasa, tes koordinasi dan deep
tendon refleks), pemeriksaan EKG, CT-Scan, Chest X-Ray, pemeriksaan NIHSS ( National

3
Institute of Health Stroke Scale), pemeriksaan laboratorium lengkap ( terdiri atas Tes darah
lengkap, pemeriksaan pmasa pembekuan darah, elektrolit serum, Troponin atau CKCMB,
Urinalisis. Sementara itu untuk treatment terdiri dari Trombolisis dengan catatan bahwa pasien
datang kurang dari 3 jam sejak serangan. Prinsip Time is brain didasarkan bahwa early
management harus selesai dilaksanakan sesuai standar waktu yang telah ditentukan diruangan
emergency. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh National Istitutes of Neurological
Disorder merekomendasikan target waktu untuk evaluasi stroke yakni door to doctor 10
minutes, door to CT completion 25 minute, door to CT read 45 minutes, door to treatment 60
minutes, acces to neurological expertise 15 minutes, accest to neurosurgical 2 jam, admit to
monitored bed 3 hours. (Moser & Riegel, 2013).

Penanganan stroke sedini mungkin terbukti dapat meningkatkan status fungsional pasien. (Al
Rasyid, dkk, 2003). Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Exel et al
(2004) mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara status fungsional dengan kualitas
hiduoo pada fase akut setelah stroke, pasien dengan status fungsional yang jelek cenderung
mempunyai kurang baik. Agar tercapainya kualitas hidup yang baik stelah stroke sangat
bergantung pada kualitas penatalksanaan dan asuhannya sehingga dibutuhkan peran serta
tenaga kesehatan dalam tim stroke. (Almborg et al, 2009). Olehnya itu early management
dengan prinsip time is brain sangat mutlak dilakukan di ruangan emergency (Adam et al,2003).
Angka kejadian stroke sangat tinggi, berdasarkan data WHO pada tahun 2011 diketahu bahwa
jumlah kasus stroke yakni 6,2 juta jiwa dan merupakan penyebab kematian kasus tertinggi
kedua di dunia. Sementara pada tahun yang sama di Asia Tenggara mencapai sekitar 1,4 juta
Jiwa. Di Indonesia berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2014 prevalensi kasus
Stroke yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan mencapai 7 per 1000 penduduk dan
terdiagnosis tenaga kesehatan disertai dengan gejala mencapai angka 12,1 per 1000 penduduk.

Dari data rekam medik RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe kota Gorontalo diperoleh bahwa tahun
2012 jumlah penderita Stroke 522 pasien, tahun 2013 jumlah pasien 590 orang, dan ditahun
2014 jumlah penderita Stroke 613. Dari data rekam medis tersebut kita bisa menyimpulkan
bahwa kasus stroke yang ditangani di RSUD prof Dr. Aloe Saboe tiap tahunnya mengalami
peningkatan. Berdasarkan hasil observasi dan interview dengan Kepala Bidang keperawatang
didapatkan informasi bahwa ternyata standar operasional prosedur (SOP) tata laksana pasien
stroke belum ada sehingga pasien hanya ditangani dengan standar yang umum hal ini terkadang
menimbulkan ketidak puasan pasien dan keluarga padahal rumah sakit ini merupakan pusat

4
rujukan di Provinsi Gorontalo, selain itu juga terjadi pemanjangan hari rawat, dan tingkat
kecacatan pasien setelah stroke cukup tinggi. Tentu hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas
hidup pasien stroke.

Melihat kondisi tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Penerapan
Early Mangement dengan prinsip Time Is Brain terhadap tingkat kualitas hidup pasien stroke
di RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe “.

B. Perumusan Masalah
Penatalksanaan pasien stroke dengan Early Management dengan prinsip Time Is Brain sangat
penting untuk dilakukan mengingat masa golden time pasien stroke 3-6 jam. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya penumbra iskemik yang hanya memiliki masa viable yang terbatas.
Penanganan sedini mungkin terbukti mampu menunukan morbiditas dan mortalitas serta
meningkatkan status fungsional pasien stroke yang mana hal ini berkaitan erat dengan kualitas
hidup pasien stroke. Olehnya itu penanganan secara komprehensif sangat mutlak untuk
diterapkan agar kualitas hidup pasien stoke mengalami peningkatan.

Olehnya itu peneliti merumuskan masalah penelitian ”Adakah pengaruh penerapan Early
Management dengan Prinsip Time iS Brain terhadap tingkat kualitas hidup pasien stroke di
RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe Gorontalo ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Early Mangement dengan
Prinsip Time is Brain terhadap tingkat kualitas hidup Pasien stroke di RSUD Prof Dr. Aloe
Saboe
D. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah

H0 :Tidak ada pengaruh penerapan early management dengan prinsip time is brine terhadap
tingkat kualitas hidup pasien stroke di RSUD Prof Dr Aloe Saboe

Ha :Ada pengaruh penerapan early management dengan prinsip time is brine terhadap
kualitas hidup pasien stroke di RSUD Dr Aloe Saboe

5
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti, untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiono,
2005), populasi pada penelitian ini adalah semua pasien stroke yang dirawat di ruangan
IRD dan pearwatan di RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2005).
Rumus perhitungan sampel :
𝜎2 (𝑍1𝑎 /2+𝑍1_𝛽)2
n= (𝜇0− 𝜇𝑎)

ket : n : Jumlah sampel

σ : standar deviasi

Z1-a : derajat kepercayaan 5% (1,96)

Z1-β : kekuatan uji 80% (0,842)

μ0 : nilai mean 1 dari penelitian sebelumnya

μa : nilai mean 2 dari penelitian sebelumnya.

102 (1,96 +0,842)2


n= (86− 94)

n = 12,26 dibulatkan menjadi 12 orang


F. Rencana Uji Statistik pada penelitian ini adalah Paired T Test.

Anda mungkin juga menyukai