Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan pada Gangguan Sistem Pencernaan ( Thypus Abdominalis )

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah KMB I

Disusun oleh :
Sania nur saadah ( E.0105.18.034 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’spatch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015)
Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran.(Nursalam, 2005)
Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas diberbagai negara
berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis.
(Simanjuntak,2009)
2. Etiologi
Salmonellatyphi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram
negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari ologoskarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonellatyphi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipleantibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015)
3. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui
pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati
dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)
4. Tanda dan gejala
a. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
e. Nyeri kepala, nyeri perut
f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot
h. Batuk
i. Epiktaksis
j. Lidah yang berselaput
k. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
l. Gangguan mental berupa somnolen
m. Delirium atau psikosis
n. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus
c. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonellatyphi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh
salmonellatyphi maka penderita membuat antibody (agglutinin)
d. Kultur
1) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
2) Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
3) Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e. Anti salmonella typhiig M
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonellatyphi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
demam (Nurarif & Kusuma, 2015)
6. Komplikasi
a. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan
d. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)
7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologis
1) Bedrest
2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah
serat
b. Farmakologis
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
oral atau IV selama 14 hari
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat
minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral selama 14 hari
3) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena,
selama 5-7 hari
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon
8. Konsep Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang saling
berkesinambungan. Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran berbagai
organ disebabkan karena peningkatan ukuran dari masing – masing sel dalam
kesatuan sel pembentuk organ tubuh sedangkan perkembangan adalah suatu proses
pematangan majemuk yang berhubungan dengan aspek diferensiasi bentuk atau
fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.Pertumbuhan dan perkembangan anak
dibagi beberapa kelompok usia yaitu:
a. Usia Infant
Masa infant terdiri dari masa neonatus (lahir sampai 4 minggu) dan masa
bayi (4 minggu sampai 1 tahun). Pertumbuhan fisik yang terjadi adalah saat
lahir berat badannya 2500 - 3500 gram, panjang badan 47 -52 cm, lingkar
kepala 33 - 35 cm, lingkar dada 30 - 38 cm. Pada akhir tahun pertama terjadi
kenaikan panjang badan 25 cm dan berat badan 1,5 - 2 kg setiap tahun, eontanel
sudah menutup pada usia 2 bulan dan mulai tumbuh gigi pada usia 6 - 7 bulan.
Pada masa ini merupakan periode vital untuk mempertahankan hidup dan
agar dapat melaksanakan perkembangan selanjutnya. Karena pada saat ini
terjadi apa yang disebut sebagai belajar untuk belajar secara maksimal. Oleh
para ahli dikatakan bahwa semakin banyak rangsangan yang tepat diberikan
pada bayi disaat yang tepat pula, akan makin besar pula kemungkinan bayi
untuk lebih cerdas.
Perkembangan psikoseksual anak berada pada tahap fase oral.Daerah pokok
kegiatan dinamakan adalah mulut karena dipandang sebagai sumber
kenikmatan yang dapat berasal dari makanan atau minuman pada saat disusui
atau disuapi. Pada masa ini anak anak berada pada tahap kepercayaan versus
ketidakpercayaan.Timbulnya kepercayaan dasar diawali dari tahap sensorik oral
yang ditandai dengan bayi tidur tenang dan nyenyak, menyantap makanan atau
minuman dengan nikmat dan defekasi dengan mudah dan lancar.
Untuk perkembangan motorik, bayi sudah dapat telungkup dan kembali pada
posisi semula, dapat duduk dengan kepala dan punggung tegak, mampu
memegang tangan dan memandangnya, bayi sudah dapat mencoba meraih
objek dengan tangan dan menggenggam objek.Untuk perkembangan sensori
secara visual dapat mengikuti objek yang dijatuhkan, dapat melokalisasi bunyi
yang dibuat diatas telinga dan mempunyai kesukaan rasa.Untuk perkembangan
bahasa, bayi dapat tertawa keras dan menjerit, mulai mengikuti bunyi –
bunyian, dan berespon terhadap perintah verbal.Untuk perkembangan
sosialisasi dan kognitif bayi mulai mengenal wajah / objek dan menunjukkan
kewaspadaan terhadap situasi asing.Untuk perkembangan moral, pada masa ini
tingkah laku didominasi oleh dorongan naluriah dan tidak bisa dinilai sebagai
tingkah laku bermoral atau tidak.

b. Usia Toddler
Masa toddler merupakan masa umur antara 1 – 3 tahun. Pada pertumbuhan
fisik dapat dinilai penambahan berat badan sebanyak 2,2 kg pertahun dan tinggi
badan akan bertambah 7,5 cm pertahun. Proporsi tubuh berubah yaitu lengan
dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan. Lingkar kepala
meningkat 2,5 cm pertahun dan fontanel anterior menutup pada usia 15 bulan.
Perkembangan psikoseksual anak berada pada tahap fase anal yang ditandai
dengan perkembangan kepuasan dan tidakkepuasan disekitar eliminasi, tugas
perkembangan yang paling penting adalah latihan kebersihan atau toilet
training. Anak juga berada pada fase kemandirian versus perasaan malu dan
keragu raguan yaitu anak secara bertahap berusaha belajar mengendalikan diri.
Apabila ia tidak diberikan kesempatan dan terlalu banyak dikendalikan dari luar
akan timbul bibit rasa malu dan ragu yang berlebihan.
Untuk perkembangan motorik anak dapat berjalan sendiri dengan jarak kaki
lebar, merayap pada tangga, membangun menara dari dua balok, membuka
kotak, dan membalik halaman buku.Pada perkembangan moral anak berada
pada tahap prakonvensional yaitu anak mempunyai konsep tentang benar dan
salah terbatas dan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan kesadaran anak.
c. Usia Pra Sekolah
Masa pra sekolah dimulai pada usia 3 - 5 tahun. Berat badan bertambah 1,5
- 2,5 kg pertahun, tinggi badan bertambah 7,5 cm pertahun, pada masa ini mulai
terjadi pergantian gigi susu ke gigi permanan. Masa pra sekolah disebut juga
”usia bermain” dimana permainan memegang peran penting dalam kehidupan
anak.
Perkembangan psikoseksual anak berada pada tahap fase falik yaitu anak
menganggap kelamin sebagai daerah organ terpenting.Sebagai pusat dinamika
perkembangan adalah perasaan seksual dan agresif karena mulai berfungsinya
alat kelamin.Anak juga berada pada fase kanak - kanak yang ditandai dengan
anak mulai mengucapkan kata - kata hingga timbulnya kebutuhan terhadap
kawan bermain.
Anak berada pada tahap inisiatif versus rasa bersalah pada tahap ini dimana
anak sangat aktif dan banyak bergerak serta mulai mengembangkan
kemampuan untuk hidup bermasyarakat dan ditandai dengan adanya
keseimbangan adanya perkembangan fisik dan psikologis.
Untuk perkembangan motorik anak sudah dapat melompat, mengendarai
sepeda roda tiga, membangun menara dari sepuluh kubus, menggambar,
menggunting dan mengikat tali sepatu. Dalam hubungannya dengan keluarga
anak berusaha menyesuaikan diri dengan permintaan mereka dan berusaha
menyenangkan orang tua.
d. Usia Sekolah
Masa ini dimulai pada anak usia 6 – 12 tahun. Pada usia inin penambahan
berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Tinggi badan bertambah
sedikitnya 5 cm pertahun.Pada anak laki – laki penambahan tinggi badan
lambat dan berat badan cepat, sedangkan pada anak perempuan mulai tampak
perubahan pada daerah pubis.
Perkembangan psikoseksual anak berada pada tahap fase laten yaitu anak
harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial, misal pelajaran sekolah,
hubungan kelompok sebaya. Pada fase ini anak lebih mudah dididik dari pada
fase sebelumnya ataupun sesudahnya. Menurut Sullivan, anak pada fase
juvenile yaitu anak mulai tunduk pada otoritas diluar keluarga dan mulai belajar
bersaing serta bekerja sama dengan teman sebaya.
Pada masa ini anak anak berada pada tahap berkarya versus rasa rendah
diri.Anak berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas
karyanya.Timbulnya rasa rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding
temannya. Untuk perkembangan mental, anak sudah mampu menggambarkan
objek umum dengan mendetail, tidak semata mata pengguaannya dan mampu
mengenal waktu, tanggal, hari dan bulan.Untuk personal sosial anak lebih dapat
bersosialisasi dan tertarik pada hubungan laki - laki perempuan tetapi tidak
terikat.
e. Usia Remaja
Masa ini dimulai pada usia 12 – 18 tahun. Menurut Sullivan, masa remaja
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu masa praremaja (12 – 14 tahun), remaja awal
(14 – 17 tahun) dan remaja akhir (17 – 20).
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang cepat dimana tinggi badan
anak bertambah 10 cm pertahun.Dan terjadi penumpukan jaringan lemak
dibawah kulit sehingga berat badan bertambah.Pada wanita, lemak banyak
terdapat pada daerah panggul, buah dada dan anggota gerak.Sedangkan pada
anak laki - laki terjadi pembesaran penis, testis dan skrotum.Kemudian tumbuh
rambut pada pubis, disusul dengan perubahan suara.
Perkembangan psikis pada usia praremaja adalah minat bermain menghilang,
menunjukkan rasa malu, dan sulit diberi tanggung jawab serta
membentukkelompok dan sangat setia dengan kelompoknya. Pada usia renaja
awal, dorongan nafsu seksual semakin besar dan emosi lebih dominan dari pada
rasio. Untuk usia remaja akhir mulai muncul sikap pertimbangan dan
pengambilan keputusan berdasarkan kekuatan diri sendiri, mudah tersinggung,
mudah kasihan, mudah bertindak kejam, mudah terharu dan mudah marah.
Perkembangan psikoseksual anak berada pada tahap fase pubertas dan
menurut Erikson anak berada pada tahap identitas versus kekacauan identitas
atau difusi peran. Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari
figur lain.
9. Konsep Hospitalisasi
a. Masa Infant (0 sampai 1 tahun)
Dampak dari perpisahan dengan orang tua dapat menimbulkan adanya
gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih
dari enam bulan terjadi kecemasan apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak ini
adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap
kecemasannya.
b. Masa Toddler (1 sampai 3 tahun)
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber
stresnya. Stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku
anak sesuai denagn tahapannya yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran
(denial). Pada tahap protes perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat,
menjerit memanggil orang tua atau menolak rnbvs ede2bf5ditunjukan
adalahmenangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk
bermain dan makan, sedih dan apatis.Pada tahap pengingkaran yang ditunjukan
adalah mulai menerima perpisahan membina hubungan secara dangkal, dan
anak mulai terlihat menyukai lingkunganya.
c. Masa Pra Sekolah (3 sampai 5 tahun)
Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah
dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara berlahan
dan tidak kooperatif terhadap tenaga kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga
membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya.Perawatan di rumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa
kehilangan kekuatan dirinya.Ketakutan terhadap perlukaan muncul karena anak
mengganggu tindakan dan prosedur yang dapat mengancam integritas
tubuhnya.
d. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dari lingkungan yang
dicintainya yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan
kecemasan dan kehilangan kontrol.Kehilangan kontrol tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga dan anak juga dapat kehilangan
kelompok sosialnya. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan
ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupaun non verbal. Karena
anak sudah mampu mengkomunikasikanya.

e. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)


Anak mulai mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Saat
Masuk Rumah Sakit cemas karena perpisahan tersebut pembatasan aktivtas
kehilangan control reaksi yang muncul: Menolak perawatan/ tindakan yang
dilakukan, Tindak kooperatif dengan petugas. Perasaan sakit akibat perlukaan
menimbulkan respon: Bertanya-tanya, menarik diri, menolak kehadiran orang
lain.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
kurang bersemangat, dan nafsu makan kurang. Pada kasus yang khas demam
berlangsung tiga minggu, bersifat febrisremiten, dan suhu tidak tinggi sekali.
Umunya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
atau somnolen. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola.
Kadang ditemukan pula bradikardi dan epistaksis pada anak besar
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
e. Riwayat penyakit keluarg
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
2) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya
warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham paad
klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C,
muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.

d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
3. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
4. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermia Setelah dilakukan Observasi :
b.d proses tindakan keperawatan  Identifikasi kesiapan dan
penyakit diharapkan anak kemampuan menerima
(infeksi) menunjukkan informasi
temperature tubuh Terapeutik :
dalam batas normal,  Sediakan materi dan media
dengan kriteria hasil: pendidikan kesehatan
 Suhu badan kembali  Jadwalkan pendidikan
normal 36,5C kesehatan sesuai kesepakatan
 Klien tidak  Berikan kesempatan untuk
berkeringat bertanya
 Klien tidak gelisah  Dokumentasikan hasil
 Klien tidak pengukuran suhu
mengeluh sakit perut Edukasi :
 Jelaskan prosedur pengukuran
suhu
 Anjurkan terus memegang
bahu dan menahan dada saat
pengukuran aksila
 Ajarkan lokasi pengukuran
suhu oral atau aksila
 Ajarkan cara meletakan ujung
termometer dibawah lidah
atau diabgian tengah aksila
 Ajarkan cara membaca
termometer raksa dan atau
elektronik
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
b.d agen tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi,
cedera diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
biologis berkurang pada klien frekuensi, kualitas, intensitas
(infeksi) dengan kriteria hasil: nyeri.
 Selera makan klien  Identifikasi skala nyeri
kembali makan  Klasifikasi respon nyeri non
 Klien tidak merasa verbal
gelisah  Identifikasi faktor yang
 Klien dapat memperberat dan
beraktivitas kembali meperingan nyeri
seperti biasanya  Identifikasi pengetahuan dan
 Skala nyeri klien 2 keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi budaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgenik
Teraupetik :
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, Hipnosis, akupersur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat / dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis. Sushu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Pasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandi
 Anjurkan menggunakan
analgenik secara tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
menghilangankan rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
anlgetik, jika perlu
3 Defisit Setelah dilakukan Observasi :
nutrisi b.d tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
intake yang diharapkan kebutuhan  Identifikasi alergi dan
tidak adekuat nutrisi terpenuhi dengan intoleransi makanan
kriteria hasil:  Identifikasi makanan yang
 Nafsu makan disukai
kembali normal  Identifikasi kebutuhan kalori
 Asupan makan dan jenis nutrien
terkontrol  Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor BB
 Monitor hasil pemeriksaan
labolatorium
Teraupetik :
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
 Pasilitasi menentukan
pedoman diit ( mis. Piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk jika
mampu
 Ajarkan diit yang
diprogramkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli giji
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
4 Konstipasi Setelah dilakukan Observasi :
b.d tindakan keperawatan  Periksa tandan dan gejala
penurunan diharapkan klien konstipasi
motilitas mencapai bowel  Periksa pergerakan usus,
traktus elimination dengan karakteristik peses
gastrointestin kriteria hasil: (konsistensi, bentuk, volume,
al  Pola eliminasi dan warna)
mencapai skala 4  Identifikasi faktor risiko
dalam 3 hari konstipasi (mis. Obat-obatan,
 Bentuk feses yang tirah baring, dan diit rendah
berat mencapai skala serat
3 dalam 3 hari  Monitor tanda dan gejala
 Bising usus ruptur usus dan atau
mencapai skala 3 peritonitis
dalam 3 hari Teraupetik :
 Anjurkan diit tinggi serat
 Lakukan mesase abdomen,
jika perlu
 Lakukan epakuasi peses
secara manual, jika perlu
 Berikan enema / irigasi, jika
perlu
Edukasi :
 Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
 Ajurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
 Latih buang air besar secara
teratur
 Ajarkan cara mengatasi
konstipasi / impaksi
Kolaborasi :
 Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan /
peningkatan prekuensi suara
usus
 Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

Daftar Pustaka

Desmawati, AMK.,SKp., Mkep., SpMat. (2013). Sistem Pencernaan. Jakarta: In Media.

Nursalam, Rekawati, Sri Utami. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.Salemba
Medikal: Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1.


Jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperwatan Indonesia, Edisi 1.
Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai