Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Isu Dan End Of Life Di Keperawatan Kritis

Disusun oleh:

Kelompok 2

Sri Wahyuni Basri (01901004)

Matilda Deraukin (01901001)

Antonia Elpupin (01901003)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang MahaEsa yang
telah memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami jugaingin mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan
berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “Isu End Of Life Keperawatan Kritis” untuk memenuhi
tugas Mata kuliah Keperawatan Kritis. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami
selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam makalah ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga
memiliki keterbatasan kemampuan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2

A. Pengertian End of life ................................................................................................. 2


B. Prinsip-Prinsip End Of Life Menurut NSW Health (2005)......................................... 2
C. Teori The Peaceful End of Life (EOL) ....................................................................... 3
D. Isu Yang Melibatkan Tindakan Bantuan Hidup.......................................................... 4

BAB III

PENUTUP .............................................................................................................................. 7

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

End of Life Care diberikan pada pasien yang menjelang meninggal atau fasekritis dengan
menerapkan Teori Peaceful End of Life. (Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & Tomey,
2014). Teori ini terdiri dari konsep persiapan yang baikdalam menghadapi kematian. Intervensi
dalam konsep teori ini dilakukan yang bertujuan pasien merasa bebas dari rasa nyeri, merasa
nyaman, merasa dihargai,dihormati dan berada dalam kedamaian dan ketenangan juga merasa
dekat dengan orang dirawatnya.

Beberapa kesulitan perawat dalam pendampingan pasien terlantar yang menjelang ajal
yaitu banyaknya pasien yang dalam kondisi emergency yang dilakukan tindakan terlebih dahulu.
Perawatan pasien dalam tahap End of Life,yang membutuhkan penanganan yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman, ketenangan, kedekatan suport sosial (Beckstrand et.al, 2012, Decker,
et.al,2015).

Perawatan pasien yang menjelang fase End of Life melibatkan berbagai displin yang meliputi
pekerja sosial, ahli agama, perawat, dokter (dokter ahli atau dokter umum yang berfokus pada
perawatan yang holistic meliputi fisik,emosional, sosial, dan spiritual. (Hockenberry &Wilson,
2005).

Perawat harus tetap bersikap profesional menghormati harkat dan martabat pasien dalam
memberikan perawatan. Konflik batin, emosi, perasaan hatitersentuh muncul dengan melihat
kondisi pasien terlantar menjelang ajal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian end of life ?
2. Apa saja prinsip-prinsip end of life ?
3. Apa Teori The Peaceful End of Life ?
4. Apa saja Isu Yang Melibatkan Tindakan Bantuan Hidup ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian end of life


2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip end of life
3. Untuk mengetahui Teori The Peaceful End of Life
4. Untuk mengetahui Isu Yang Melibatkan Tindakan Bantuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian End of life

End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan kenyamanan
seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo,2016). End of life care adalah perawatan yang
diberikan kepada orang-orangyang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka (NHS
Choice,2015). End of life akan membantu pasien meninggal dengan bermartabat. Pasien yang
berada dalam fase tersebut biasanya menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat
meningkatkan kenyamanan pasien tersebut. End of life merupakan bagian penting dari
keperawatan paliatif yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan. End of
life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan meninggal dengan
bermartabat (Curie, 2014).

End of life care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial
dan spiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care merupakan salah
satu tindakan keperawatan yang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya,
tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-baiknya selama sisa hidupnya
dan meninggal dengan bermartabat.

B. Prinsip-Prinsip End Of Life Menurut NSW Health (2005)

Prinsip End Of Life antara lain :

1. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian


Tujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan, namun ketika hidup
tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan
martabat kepada pasien yang sekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam
melakukannya.
2. Hak untuk mengetahui dan memilih
Semua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu tentang
kondisi mereka dan pilihan pengobatan mereka. Mereka memiliki hak untuk menerima
atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup. Pemberi perawatan memiliki
kewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai
dengan pedoman.
3. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup
Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang
terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk mengakomodasi
kenyamanan dan martabat, maka menahan atau menarik intervensi untuk
mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien
yang sekarat.
4. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan
Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat
keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan keputusan, dengan
mempertimbangkan keinginan pasien.
5. Transparansi dan akuntabilitas
Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan untuk memastikan
bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya
harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat didokumentasikan
6. Perawatan non diskriminatif
Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan harus bergantung
hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis,nilai-nilai dan keinginan
pasien.
7. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional,
khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien. Pasien memiliki hak untuk
menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pengobatan yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar
hukum
8. Perbaikan terus-menerus
Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam memperbaiki intervensi
yang diberikan pada standar perawatan end of life baik kepada pasien maupun kepada
keluarga.

C. Teori The Peaceful End of Life (EOL)


Teori Peacefull EOL ini berfokus kepada 5 Kriteria utama dalam perawatan end of life
pasien yaitu :
1) Bebas nyeri
2) Merasa nyaman
3) Merasa berwibawa dan dihormati
4) Damai
5) Kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.

1. Terbebas dari Nyeri


Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien
dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan
ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual
atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe,Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain
terms, 1979).
2. Pengalaman Menyenangkan
Nyaman atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba
(1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai, dan
apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan ”(Ruland and Moore, 1998).
3. Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia”
(Ruland & Moore, 1998). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai,
sebagai ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana
pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan
mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
4. Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari
kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998). Tenang
meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
5. Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang
yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998). Ini melibatkan kedekatan fisik
dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).

D. Isu Yang Melibatkan Tindakan Bantuan Hidup


1. Hak untuk Menolak Perawatan Medis
Menurut Urden (2010), hak untuk menyetujui dan informed consent
didalamnya mencakup penolakan treatement . Pada banyak kasus, keputusan
seseorang yang dianggap kompetern untuk menolak perawatan sekalipun
perawatan ini ditujukan untuk penyelamatan jiwa, namun hal ini tetap dihargai.
Hak untuk menolak perawatan tidak diterima pada beberapa situasi, mencakup di
dalamnya adalah :
a. Perawatan berhubungan dengan penyakit menular yang dapat mengancam
kesehatan publik
b. Penolakan untuk melanggar standar etik
c. Treatement harus diberikan, untuk mencegah pasien bunuh diri dan
mempertahankan kehidupan.
Pada saat pasien menolak suatu perawatan, masalah etik, legal, dan praktik menjadi
meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki kebijakan spesifik terkait
permasalahan tersebut.

2. Penahanan atau Pengakhiran Terapi (Withholding and With drawing Treatement)


Seperti penjelasan sebelumnya, telah disampaikan bahwa orang dewasa
memiliki hak untuk menolak perawatan, meskipun tujuan dari perawatan tersebut
untuk mempertahankan kehidupan. Namun, hal ini akan menjadi masalah jika
pasien tersebut kehilangan kompetensi/kemampuan untuk mengambil keputusan
yang bisa disebabkan karena semakin memburuknya keadaan pasien.
Namun, dewasa ini rekomendasi penghentian terapi dapat diberikan
oleh petugas kesehatan pada kasus-kasus tertentu, yang menjadi permasalahan
adalah ketika keluarga tidak menyetujui dan tetap ingin melanjutkan terapi.
Pemberi perawatan kesehatan juga tidak mempunyai jalan legal untuk melawan
keluarga yang menolak mencabut bantuan hidup kecuali sebelumnya pasien sudah
meninggalkan petunjuk tertulis pada saat pasien masih kompeten (Morton &
Fontaine, 2009).

3. Advance Directives : Living Will and Power of Attorney


Menurut (Richard, 2011)advances directive merupakan instruksi spesifik
yang dipersiapkan pada penyakit serius yang sudah lanjut. Dimaksudkan untuk
menuntun pelayan kesehatan berdasarkan keinginan pasien jika suatu saat pasien
tidak kompeten/mampu lagi untuk menyatakan pilihan atau mengambil keputusan
terkait perawatan kesehatannya.
Adapun keputusan tersebut seperti hal nya sebagai berikut :
- Penggunaan cairan intravena dan pemberian nutrisi secara parenteral
- Resusitasi kardiopulmonal
- Penggunaan untuk upaya penyelamatan hidup ketika kemampuan
pasien mengalami gangguan. Misal : kerusakan otak, demensia,
ataupun stroked.
- Prosedur spesifik, contoh : transfusi darah

4. Do Not Resusitation (DNR)


Menurut Morton & Fontaine (2009), angka keberhasilan RJP pada pasien
rawat inap sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh lingkungan pasien dan faktor
resusitatif. Akan tetapi, RJP tidak selalu tepat untuk dilakukan kesemua pasien,
karena sifatnya yang invasif dan dapat bermakna sebagai suatu pelanggaran hak
individu untuk meninggal secara bermartabat. Oleh karenaitu, RJP bisa tidak di
indikasikan pada pasien-pasien yang mengalami kasus ireversibel, penyakit yang
terminal, dan saat pasien tidak mendapat manfaat apapun dari tindakan ini.
Oleh karena itu, setiap rumah sakit perlu memiliki aturan yang jelas
mengenai tindakan DNR tersebut. Menurut Urden (2011), aturan mengenai DNR
tersebut, harus diatur dalam suatu kebijakan tertulis yang mencakup hal-hal
dibawah ini :
a. Perintah DNR harus terdokumentasi dengan baik oleh dokter yang
bertanggung jawab
b. Perintah DNR harus dilengkapi dengan second opinion dari dokter yang lain
c. Kebijakan DNR harus ditinjau ulang secara berkala
d. Pasien yang masih memiliki kemampuan harus memberikan informed consent
e. Pada pasien yang tidak memiliki kemampuan, dapat diwakilkan oleh
keluarganya

5. Kematian Otak

Menurut Morton & Fontaine (2012), pasien yang mengalami kematian


otak secara legal telah meninggal, dan tidak ada kewajiban legal untuk
memberikan terapi pada pasien tersebut. Tidak diperlukan persetujuan hukum
untuk menghentikan bantuan hidup pada seorang pasien yang mengalami
kematian otak. Selanjutnya, meskipun lebih diharapkan mendapatkan izin
keluarga untuk menghentikan terapi pada pasien yang mengalami kematian otak,
namun tidak ada keharusan.
Di Indonesia sendiri kematian otak diatur dalam UU Kesehatan No 36
Tahun 2009 yang berbunyi “Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem
jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen,
atau apabila kematian batang otak telah dibuktikan.

6. Donasi Organ
Menurut Dewi (2008), hukum memandang transplantasi adalah suatu
usaha yang baik dan mulia di dalam upaya menyehatkan dan menyejahterakan
manusia, walaupun jika dilihat dari tindakannya adalah tindakan melawan hukum
berupa penganiayaan.
Donasi organ di Indonesia diatur dalam UU Kesehatan No .36 Tahun
2009. Dalam UU ini dijelaskan bahwa tubuh yang telah mengalami mati batang
otak dapat dilakukan tindakan pemanfaatan organ untuk kepentingan transplantasi
organ. Tindakan transplantasi organ dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan
dan dilarang untuk dikomersialkan.
Ketentuan UU ini juga diperkuat oleh PP No.18 Tahun 1981 tentang
bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis, dan transplantasi alat dan jaringan
tubuh manusia. Didalam PP tersebut dijelaskan bahwa untuk melakukan
transplantasi organ sebelumnya harus ada informed consent, baik pendonor dan
penerima telah diberitahukan resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa
terjadi, selain itu donasi organ dilakukan tidak dengan tujuan komersil serta tidak
boleh menerima atau mengirim organ tubuh dari dan ke luar negeri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan


kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo,2016). End of lifecare adalah
perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir
kehidupan mereka (NHS Choice,2015). End of life akan membantu pasien meninggal dengan
bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya menginginkan perawatan yang
maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien tersebut.

End of life care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan
psikososial dan spiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End oflife care
merupakan salah satu tindakan keperawatan yang difokuskan pada orang yang telah berada di
akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-baiknya
selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiyono. 2018. Perawatan End of Life Instalasi Gawat Darurat. UniversitasMuhammadiyah


Yogyakarta https://www.academia.edu/39516723/Isu_End_of_life_di_Keperawatan_kritis
diakses pada tanggal 14 september 2019

Anda mungkin juga menyukai