LIFE
Disusunoleh:
1. KhoerurRosid Al Islam ( A 11501138 )
2. MauizatulHasanah ( A 11501150 )
3. Meiga Indah Dwi C ( A 11501151 )
4. M. Chabibi ( A 11501154 )
5. M. WildanWisesa ( A 11501155 )
6. M. HadiMaslabib ( A 11501157 )
7. MuchtarFauzi ( A 11501158 )
8. Muji Lestari ( A 11501160 )
9. Mutriasih ( A 11501161 )
10. Nanik Kusumawati ( A 11501162 )
11. Novi Isnaeni ( A 11501166 )
12. NurAzizah ( A 11501169 )
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Perawatan end of life adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
kenyamanan terhadap pasien yang hampir/ menjelang akhir hidup (ichikoyo, 2016).
Perawatan end of life adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasein baik dewasa maupun anak-anak dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam nyawa, dengan cara meringankan pasien dari rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang lengkap, dan penatalaksanaan nyeri dan
masalah lainnya baik fisik, psikologis, social, maupun spiritual (WHO, 2016)
Menurut WHO (2016) penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif misalnya
seperti penyakit kardiovaskuler (38,5%), kanker (34%), penyakit pernafasan kronik
(10,3%), HIV/AIDS (5,7%) dan diabetes ( 4,6%). Pada tahun 2011, sebanyak 29 juta
jiwa meninggal karena penyakit penyakit yang membutuhkan perawatan end of life
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2013) pravalensi tumor/ kanker
di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000, diabetes mellitus 2,1%,
jantung coroner dengan bertambahnya usi yang tertinggi pada kelompok umur 65-74
tahun yaitu 6,4%.
Peran perawat sangat konprehesif dalam menangani pasien dengan end of life karena
peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan bio, psiko, sosio, dan spiritual. Karena
peran perawat yang menyeluruh tersebut, pasien perawat dapat menghntarkan pasien
diakhir hayatnya dan perawat juga bertindak sebagai fasilitator agar pasien tetap
melakukan hal yang terbaik yang sesuai dengan kamampuannya. Namun sayangnya,
peran perawat sebagai pemenuh kebutuhan spiritual sering diabaikan oleh perawat,
padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama dengan pasien terminal.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui perawatan terhadap pasien dengan kondisi “End Of Life”
b. Untuk mengetahui bagan / alur perawatan pasien dengan kondisi “End Of Life”
1.3 Manfaat
a. Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang perawatan “End Of Life”
b. Sebagai referensi untuk melakukan perawatan terhadap pasien“End Of Life”
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life care
adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka (NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien
meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
tersebut. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang
End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya
dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life care adalah salah satu
Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care merupaka salah satu tindakan
keperawatanyang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan
ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-baiknya selama sisa hidupnya
pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama perawatan
untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan
keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat
didokumentasikan.
bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis, nilai-
memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan
h. Perbaikan terus-menerus
intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life baik kepada pasien
Teori Peacefull EOL ini berfokus kepada 5 Kriteria utama dalam perawatan end of
life pasien yaitu :1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3) merasa berwibawa dan
lainnya.
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan
pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan
aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan,
damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan ” (Ruland and
Moore, 1998).
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai
manusia” (Ruland & Moore, 1998). Di konsep ini memasukkan ide personal
tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk
orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang yang
menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk
4. Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas)
dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998).
orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998). Ini melibatkan
kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan
Mati klinis ditandai dengan henti nafas dan jantung (sirkulasi) serta berhentinya
aktivitas otak tetapi tidak irreversibel dalam arti masih dapat dilakukan resusitasi
jantung paru dan kemudian dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi. (Soenarjo
et al, 2013)
Mati biologis merupakan kelanjutan mati klinis apabila pada saat mati klinis
tidak dilakukan resusitasi jantung paru. Mati biologis berarti tiap organ tubuh secara
biologis akan mati dengan urutan : otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan hati. Hal ini
disebabkan karena daya tahan hidup tiap organ berbeda-beda, sehingga kematian
seluler pada tiap organ terjadi secara tidak bersamaan. (Soenarjo et al, 2013)
organ lainnya.
Fungsi Organ Beberapa organ seperti mata dan Beberapa organ akan mati (tidak
ginjal akan tetap hidup saat terjadi dapat berfungsi kembali) setelah
Organ dalam Organ dalam tubuh dapat digunakan Organ dalam tubuh tidak dapat
Pemeriksaan Neurologis
Suhu Tubuh Hipertermia (> 36oC) dan terkadang Hipotermia (< 36oC)
ditemui Hipotermia
bantuan
4) Berhentinya aktivitas
cardiaovaskuler
datar
concent yang telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di dalam rekam
medis pasien, yang berfungsi untuk menginformasikan staf medis lain untuk tidak
(CPR) pada pasien. Pesan ini berguna untuk mencegah tindakan yang tidak perlu
tingkat keberhasilan CPR yang rendah (Sabatino, 2015). DNR diindikasikan jika
seorang dengan penyakit terminal atau kondisi medis serius tidak akan menerima
DNR ditulis oleh dokter setelah membahas akibat dan manfaat dari CPR dengan
pasien atau pembuat keputusan dalam keluarga pasien (Cleveland Clinic, 2010).
Resuscitate) dengan istilah DNAR (Do Not Attempt Resuscitate) yang artinya
adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap pasien dengan
kondisi tertentu, atau tidak mencoba usaha resusitasi jika memang tidak perlu
dilakukan, sehingga pasien dapat menghadapi kematian secara alamiah,
melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh perawat, yaitu autonomy,
yang menuntut perawat berpikir kritis, karena terdapat dua perbedaan nilai
profesional perawat ingin memberikan pelayanan secara optimal, tetapi disatu sisi
2. Tahapan DNR
pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga
pasien. Semua hal yang didiskusikan harus didokumentasikan dalam rekam medis,
siapa saja yang mengikuti diskusi, dan yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan, isi diskusi serta rincian perselisihan apapun dalam diskusi tersebut.
Dokter merupakan orang yang paling efektif dalam membimbing diskusi dengan
konteks harapan keseluruhan dan tujuan bagi pasien. Formulir DNR harus
ditandatangani oleh pasien atau oleh pembuatan keputusahan yang diakui atau
dipercaya oleh pasien jika pasien tidak dapat membuat atau berkomunikasi kepada
petugas kesahatan. Pembuat keputusan yang dipercaya oleh pasien dan diakui
secara hukum mewakili pasien seperti agen perawat kesehatan yang ditetapkan
EMSA).
informasi mengenai kondisi pasien dan rencana diagnosa DNR. Perawat juga
Amestiasih, 2015). Perawat sebagai care giver dituntut untuk tetap memberikan
perawatan pada pasien DNR tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya,
perawat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan advice dan kebutuhan
pasien tanpa mengurangi kualitasnya. End of life care yang perawat lakukan
dengan baik diharapkan dapat memberikan peacefull end of life bagi pasien,
seperti yang digambarkan dalam teori keperawatan peacefull end of life oleh
Rulland and Moore yang meliputi terhindar dari rasa sakit, merasakan
2010). Pemahaman tentang peran perawat sebagai pendukung dan advokasi pasien
dapat bertindak sebagai penghubung dan juru bicara atas nama pasien/keluarganya
dan diharapkan dapat berkerja sama dengan dokter selaku penanggung jawab
masalah DNAR. Perawat berperan sebagai pemberi edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang keputusan yang mereka ambil dan memberikan informasi yang
relevan terkait perannya sebagai advokat bagi pasien dalam memutuskan cara
penyakit kronis adalah merupakan keputusan yang dipandang sulit bagi dokter dan
untuk tidak lagi dipasang alat pendukung kehidupan. Keputusan sulit tersebut
melakukan tindakan atau bantuan pada saat kondisi kritis, meskipun dukungan
perawat terhadap keluarga pada proses menjelang kematian adalah sangat penting
Pasien DNAR pada kondisi penyakit kronis atau terminal dari sisi
tindakan keperawatan tidak akan berbeda dengan pasien pada umumnya, hanya
memiliki makna bahwa jika pasien berhenti bernapas atau henti jantung, tim
medis tidak akan melakukan resusitasi/Resusitasi Jantung Paru (RJP), hal ini
sesuai dengan definisi yang dikemukakan AHA, bahwa jika RJP yang dilakukan
tidak memberikan hasil signifikan pada situasi tertentu, dan lebih membawa
pelaksanaan RJP tidak perlu dilakukan (Ardagh, 2000 dalam Basbeth dan
Sampurna, 2009).
mengandung arti bahwa pasien memilih apa yang menurut mereka terbaik
2009).
Kutner J, Parsons dan Murphy (1997) dalam Basbeth dan Sampurna (2009)
disabilitas berat yang diikuti dengan kerusakan otak pasca RJP, menyebabkan
dengan tindakan RJP bervariasi antara 10-83%. Tindakan RJP dikatakan tidak
merusak jika keuntungan yang didapatkan lebih besar.Pada etik ini, perawat
tidak terutama pada pasien dengan angka harapan hidup relatif kecil dan
menjadi dilema bagi tenaga medis termasuk perawat. Sesuai dengan Peraturan
bantuan hidup ditetapkan berdasarkan klasifikasi setiap pasien di ICU dan HCU
dilakukan pada pasien-pasien dengan fungsi otak yang tetap ada atau dengan
harapan pemulihan otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ
lain, atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tidak
hidup.Sedangkan pasien yang masih sadar dan tanpa harapan, hanya dilakukan
tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri (Depkes,
2011).
dikarenakan timbulnya penolakan dari hati nurani perawat terhadap label DNR
dan kondisi dilema itu sendiri. Timbulnya dilema psikis ini juga dapat dipengaruhi
oleh masih belum adekuatnya sumber informasi tentang DNR yang dimiliki oleh
setiap hari, melihat perkembangan kondisi pasien, membuat rencana DNR seperti
dua sisi mata uang bagi perawat, disatu sisi harus menerima bahwa pemberian
tindakan CPR sudah tidak lagi efektif untuk pasien namun di sisi lain muncul
perasaan iba dan melihat pasien seolah-olah keluarganya. Dua hal tersebut dapat
dapat dirasakan oleh perawat karena DNR.Perasan empati ini dapat disebabkan
pula oleh keputusan DNR yang ada dan tidak adekuatnya sumber informasi DNR
yang dimiliki perawat. Perasaan empati yang muncul juga dapat menjadi dampak
dari tingginya intensitas pertemuan antara perawat dengan pasien (Elpern, et al.
2005)
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS B
Skenario
Seorang Perempuan usia 66 tahun, merupakan Ibu Rumah Tangga yang
memiliki usaha katering. Pasien tinggal dengan anaknya yang terakhir. 2 anak
yang lain tinggal diluar kota. Suami pasien sudah meninggal 1 tahun yang lalu.
Pasien memiliki penyakit kanker kelenjar getah bening. 2 hari yang lalu
kondisinya semakin memburuk. Akhirnya pasien dibawa ke IGD karena pingsan
ketika sedang membuat kue pesanan untuk desa sebelah. 1 bulan yang lalu, pasien
mengatakan kepada anaknya yang tinggal satu rumah dengannya, bahwa ia ingin
sekali bertemu cucunya (dari anak pertama) yang saat ini tinggal di medan.
Mengingat kesibukan pekerjaan anaknya yang hanya bisa pulang ketika libur
lebaran. Pasien meminta kepada anaknya bahwa ia tidak ingin mendapatkan
perawatan yang berlebihan dan sudah menandatangani form penolakan tindakan.
Petunjuk
1. Bagaimana perawatan terhadap pasien dengan kondisi diatas? (Menggunakan
Prinsip End of Life)
2. Buatlah bagan/alur perawatan pada pasien tersebut!
BAB 1V
PEMBAHASAN
Pasien setelah masuk ke IGD di berikan penangan untuk menghilangkan nyeri dengan
cara non farmakologi dan farmakologi.
1. Pasien di posisikan supinasi supaya pasien merasa nyaman dan mengurangi rasa
nyeri.
2. Dilakukan kompres air hangat dan dilakukakn masase
3. Dilakukan terapi distraksi ,relaksasi.
Perawatan medis
Pasien tidak dilakukan tindakan medis karena pasien menolak dilakukan tindakan
sehingga pasien menandatangi form penolakan tindakan.
2. Merasa nyaman
Perawat memberikan rasa nyaman baik secara fisik maupun psikologi kepada pasien
dengan memberikan fasilitas yang sesuai kebutuhan pasien, dan memberikan informasi
pelayanan yang dapat diberikan kepada pasien selama pasien dirawat.
Keluarga pasien jauh,anak pertama tinggal di luar kota ,suaminya sudah meninggal 1
tahun yang lalu. pasien tinggal bersama anak terakhirnya,sehingga pasien hanya
mengikutsertakan anak terakhir untuk mengambil keputusan perawatannya,hasil dari
keputusan pasien menolak dilakukan tindakan yang berlebihan.Anak terakhirnya
menghargai keputusan yang di minta oleh ibunya.Pasien di bawa ke rumah sakit dengan
perawatan yang dilakukan sesuai permintaan pasien .Anaknya mendengarkan keinginan
ibunya yang ingin bertemu dengan cucunya dari anak pertama yang tinggal di medan.
4.Damai
Pasien di berikan dukungan dan motivasi supaya pasien tidak merasa cemas dan
mempunyai keinginan untuk sembuh .Pasien dan keluarga di berikan penjelasan tentang
tindakan harus dilakukan seperti dilakukan tindakan operasi ,kemoterapi dan pemberian
obat.Perawat melakukan pendekatan kepada pasien untuk meningkatkan nilai spiritual
supaya pasien tidak merasa cemas .Perawat memberikan sikap terbuka terhadap pasien
sehingga pasien merasa nyaman.
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari analisa kasus yang telah kelompok kami buat tentang
pasien yang menolak perawatan secara medis terhadap penyakit yang diderita yaitu
kanker kelenjar getah bening yang dianalisis menggunakan teori end of life. Didapatkan
bahwa perawat harus memenuhi teori end of life antara lai pembebasan nyeri,
pengalaman menyenangkan, pengalaman dihargai dan dihormati, kedamaian, kedekatan
terhadap orang yang berarti atau yang peduli yang bertujuan agar pasien merasakan
dampak yang positif dan mau untuk dilakukan tindakan secara medis maupun non
medis.
5.2 SARAN
Akcley, B.J., & Ladwig, G.B. (2011). Nursing diagnosis handbook: an evidence based guide
to planning care, 9th ed. Missouri: Mosby, Inc
Joaquin, A,. Custodio, S., Oliveira, A., & Pimentel, F.L. (2012). Differences between Cancer
Patients’ Symptoms Reported by Themselves and in Medical Records. Cancer and
Clinical Oncology. Vol. 1, No. 1; 2012. doi:10.5539/cco.v1n1p138