Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira –kira 6 minggu. (saifudin Abdul Bari, 2002 : 123)
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa pertahun. Kematian maternal tersebut terjadi terutama
dinegara berkembang sebesar 99 % sedangkan kematian ibu di indonesia
masih berkisar 425/100.000 persalinan hidup. Jika perkiraan persalinan di
indonesia sebanyak 5000.000 orang maka akan terdapat sekitar 15.000
sampai 15.500 kematian ibu setiap tahunnya atau meninggal setiap 30 menit
sampai 40 menit. (Manuaba ida bagus gede ,2010: 4)
Banyak faktor yang menyebabkan kematian ibu antara lain :
perdarahan 30% - 35%,infeksi 20% - 25% gestosis 15% - 17%, anestesia
2,0% dan lain-lain 5%. (Manuaba ida bagus gede,2010:28).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas
merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Oleh karena itu masa
nifas sangat membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius agar masa
nifas dapat berjalan normal tanpa adanya komplikasi-komplikasi nifas.
(Syaifuddin, 2002, hal. : 122)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman yang nyata dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis melalui pendekatan
manajemen kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Diharapkan mahasiswa mampu ;
1) Melakukan pengkajian pada ibu nifas post SC.

1
2) Menentukan diagnosa
3) Menentukan diagnosa atau masalah potensial
4) Menentukan kebutuhan segera ibu nifas post SC.
5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas post
SC.
6) Melaksanakan perencanaan pada ibu nifas post SC.
7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam asuhan kebidanan ini pada Ny “D” P1001 Post SC
hari ke-14 di RSUD RA BASOENI

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, studi buku catatan perkembangan pasien dan
studi kepustakaan.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Tujuan, Ruang
lingkup, Metode penulisan, pelaksanaan, Sistematika penulisan
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
BAB 3 : Tinjauan Askeb teori
BAB 4 : Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar,
identifikasi masalah potensial, identifkasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB 5 : Pembahasan.
BAB 6 : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
2.1.1 Periode pasca partum adalah masa kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita dalam kondisi tidak hamil.(Varney Hellen, 2007 : 958)
2.1.2 Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlanngsung
selama kira – kira 6 minggu (saifudin Abdul Bari, 2002 : 123)
2.1.3 Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah partus dan berakhir setelah
kira – kira 6 minggu (Mansjoer Arif. 2001 :816)

2.2 Periode Masa Nifas


2.2.1 Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan.
2.2.2 Puerperium Intermedial, adalah kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
2.2.3 Remote Puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu –
minggu, bulanan atau tahunan.
(Sofian Amru , 2011 : 87)

2.3 Involusi Alat-Alat Kandungan


2.3.1 Uterus
Secara berangsur – angsur uterus menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusinya :
Involusi Tinggi Undus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

3
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 Gram
(Sofian Amru,2011 : 87)

2.3.2 Bekas Implantasi plasenta


2.3.2.1 Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada
minggu ke 6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
2.3.2.2 Bekas implantasi plasenta segera segera lahir seluas 12 x 15 cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara
2.3.2.3 Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim
(Manuaba ida bagus gede 1998 : 192)

2.3.3 Luka – luka


Pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 – 7 hari
(Sofian Amru 2011 :87).

2.3.4 Rasa sakit


Disebut after pains (merian atau mules-mules) disebabkan karena kontraksi
rahim, biasanya berlangsung sampai 2 – 4 hari pasca persalinan. Apabila
rasa ini terlalu mengganggu bias diberikan obat – obatan anti sakit dan anti
mules.
(Sofian Amru 2011:87)

2.3.5 Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Lochia dibagi menjadi :
1) Lochia Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa – sisa
selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
pasca persalinan

4
2) Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kekuningan berisi
darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada
hari ke 7 – 14 pasca persalinan
4) Lochia alba : Cairan putih selam 2 minggu
5) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau
busuk.
6) Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya
(Sofian Amru,2011: 87)

2.3.6 Vagina dan Perinium


Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami
beberapa derajatedema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu
hingga dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah
vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi
berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar.
Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga
pascapartum. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar daripada sebelum
kelahiran pertama. Akan tetapi latihan pengencangan otot perinium akan
mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan
mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir
puerperium dengan latihan setiap hari. Abrasi dan laserasi vulva mudah
sembuh termasuk yang memerlukan perbaikan.
(Varney Helen, 2007 : 960)

2.3.7 Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang – kadang terdapat
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,

5
setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
(Sofian Amru 2011: 88)

2.3.8 Ligamen – ligamen


Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan
setelah bayi lahir secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakan dan menjadi retrofleksi, karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan
wanita Indonesia melakukan “berkusuk” atau berurut, dimana sewaktu
berkusuk tekanan intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah
melahirkan ligament, fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika
dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh “kandungannya
turun” atau “terbalik”. Untuk memuluhkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan atau gimnastik pasca persalinan.
(Sofian Amru 2011: 88)

2.3.9 Perubahan Gastrointestinal


Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam setelah
melahirkan. Kecuali ada komplikasi pelahiran, tidak ada alasan untuk
menunda pemberian makan pada wanita pascapartum yang sehat lebih lama
dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal. Konstipasi
mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya
makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi.
Wanita mungkin menahan defekasi karena periniumnya mengalami
perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merusak
jahitan jika melakukan defekasi.
(Verney Helen, 2007:961)

2.3.10 Saluran Kencing


Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperemia. Kadang-
kadang oedema dari trigonum menimbulkan obstruksi dari urethra sehingga

6
terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam purperium kurang sensitif dan
kapasitasnya bertambah, sehingga penuh atau sesudah kencing masih
tinggal urine residual. Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing
waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi urether dan
pyelum normal kembali lagi dalam waktu 2 minggu.
(FK UNPAD, 1999:318)

2.3.11 Laktasi
Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang
maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsnag air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banya sesudah 2 – 3 hari pasca persalinan. Bila bayi mulai disusui, isapan
pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris
mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise, produksi ASI akan lebih
banyak sebagai efek positif adalah involusi uterus akan lebih sempurna.
(Sofian Amru,2007:88)

2.3.12 Penurunan Berat Badan


Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada
waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta,
dan cairan amnion. Wanita dapat kembali mengalami penurunan berat badan
sebanyak 5 pon selam minggu pertama, pascapartum karena kehilangan
cairan. Salah satu studi menemukan bahwa berat badan mayoritas wanita
mendekati berat badan prakehamilan dalam 6 bulan pascapartum. Penentu
utama penurunan berat badan pascapartum adalah peningkatan saat hamil,
wanita yang mengalami peningkatan berat badan yang paling banyak akan
mengalami penurunan berat badan yang paling besar pula. Akan tetapi,
menyusui yang banyak dilaporkan mempengaruhi penurunan berat badan
setelah melahirkan tidak memiliki efek yang signifikan pada studi ini. Rata-
rata wanita multipara mengalami penurunan berat badan lebih sedikit.
(Varney Helen, 2007:961)

7
2.3.13 Perubahan TTV
1) TD
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dan diastolik sementara, yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan
bertanggung jawab mengkaji risiko pre-eklampsia pascapartum,
komplikasi yang relative jarang, tetapi serius. Jika peningkatan tekanan
darah signifikan.
2) Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pasca persalinan.
3) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pasca persalina. Hemorargi, demam
selama persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi
proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal
tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi dan
hemorargi pasca persalinan lambat.
4) RR
Fungsi pernapasan kembali dalam rentang normal selama jam pertama
pasca persalinan. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain merupakan
evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi
asma dan embolus paru.
(Varney Helen, 2007:961)

2.4 Kebutuhan Pasca Persalinan


2.4.1 Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan miring kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah

8
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung
pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
(Sofian Amru 2011: 88)
2.4.2 Latihan Pascapartum
Ibu dianjurkan untuk memulai suatu latihan yang sederhana di rumah
sakit, dan melanjutkan dirumah. Latihan menolong dalam meningkatkan
tonus otot, mengurangi berat badan pascapartum dan membantu mencegah
konstipasi. Latihan pascapartum mulai dengan lima pengulangan, 2 atau 3
kali sehari dan secara bertahap meningkat hingga sepuluh pengulangan.
1) Hari Ke-1
a) Pernapasan Abdominal
Berbaring terlentang, tarik napas dalam dengan menggunakan otot
abdomen. Abdomen seharusnya mengembang. Kemudian keluarkan
napas dengan perlahan melalui bibir yang dikerutkan, ketatkan otot
abdomen.
b) Keraskan Pelvik
Berbaring terlentang dengan tangan di samping, kaki ditekuk, dan
telapak kaki datar, secara bersamaan keraskan area abdomen dan
panggul, serta mengusahakan mendatarkan punggung pada lantai.
Tahan posisi ini pada hitungan kesepuluh, kemudian lengkungkan
punggung yang dapat menyebabkan pelvik ”mengeras”. Pada hari
kedua tambahkan gerakan ini.
2) Hari Ke-2 Ditambahkan
(1) Dagu diarahkan kedada.
Dengan cara berbaring terlentang dan kaki diluruskan, angkat kepala
dan berusaha menyentuhkan dagu kearah dada. Dengan perlahan
kepala diturunkan.
(2) Mengangkat Lengan
Berbaring terlentang, lengan diekstensikan pada sudut 90 derajat dari
tubuh, angkat lengan sampai membentuk garis tegak lurus, dan
kedua tangan saling menyentuh. Turunkan dengan perlahan. Pada
hari keempat tambahkan gerakan.

9
3) Hari Ke-4 Ditambahkan :
(1) Menggulingkan Lutut.
Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk, telapak kaki datar, dan
lengan direntangkan lurus ke samping, gulingkan lutut dengan
gerakan lambat ke satu arah, posisikan bahu datar. Memutar
kembali ke posisi awal dan kemudian gulingkan ke arah sisi
sebaliknya.
(2) Mengangkat Pinggul
Berbaring terlentang dengan lengan disamping, lutut ditekuk dan
telapak kaki datar, angkat pinggul dengan perlahan dan lengkungkan
punggung. Kembali ke posisi awal dengan perlahan. Pada hari
keenam tambahkan gerakan.
4) Hari ke-6 Ditambahkan :
(1) Mengetatkan Abdomen
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, telapak kaki didatarkan, angkat
kepala meuju lutut secara perlahan. Lengan harus direntangkan lurus
sepanjang kedua kaki. Kembali ke posisi awal secara perlahan.
(2) Lutut ke Abdomen
Berbaring terlentang, lengan disamping, tekuk satu lutut dan
rapatkan hingga kaki menyentuh pantat. Regangkan kaki dan
turunkan dengan perlahan. Ulangi pada kaki yang lain. Setelah 2
hingga 3 minggu, latihan yang lebih keras seperti sit up dan
menaikkan kaki kesamping dapat ditambahkan, jika ibu masih dapat
menolerirnya.
(Ladewig Patricia W, 2006:247)

2.4.3 Diet
1) Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan
buah-buahan.
(Sofian Amru,2011:88)

10
2) Untuk ibu mnyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori
setiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus
diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
(Saifudin Abdul Bari, 2006:N26)

2.4.4 Miksi
Trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Penurunan berkemih, seiring diuresis pasca partum
bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi yang muncul segera
setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan
karena ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada wanita
post partum tahap lanjut, distensi yang berlabihan ini dapat menyebabkan
kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses
berkemih normal. Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya
apabila wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
(Bobak,2005:498)

2.4.5 Defeksi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apabila berak keras dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bias
dilakukan klisma.
(Sofian Amru,2011:88)

2.4.6 Kebersihan Diri


Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah

11
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah sinar matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka (Saifudin
Abdul Bari, 2006:N24)

2.4.7 Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan
memepengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochia tidak memeberikan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa
pembalut sebaiknya dibuang setiap saat tersa penuh dengan lochia.
(Manuaba Ida Bagus Dede, 1999:194)

2.4.8 Perawatan Payudara


Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu. (saifudin
abdul bari.2006:N26)
2.4.9 Menggunakan BH yang menyokong payudara
1) Apabila puting susu lecet, oleskan kolustrum atau
ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
2) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan
selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
3) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum
paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.

12
4) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan
ASI, dilakukan :
(1) Pengompresan payudara dengan
menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
(2) Urut payudara dari arah pangkal ke atau
menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan
arah ”Z” menuju puting.
(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan
payudara sehingga puting susu menjadi lukan.
(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak
dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah
menyusui
(Saifudin abdul bari, 2006:N26)

2.4.10 Laktasi
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah
2) Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolustrum
berwarna kuning – putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, diamana vena-
vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesteron hilang.
Maka timbul pengaruh hormon alktogenik (LH) atau prolaktin yang
akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin
menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila
bayi mulai disusui, hisapan bayi pada puting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai
efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI
merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,

13
menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang
antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah untuk anak ibu. Ibu dan
bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar (rooming in) atau pada
tempat yang terpisah. Keuntungan rooming in adalah mudah
menyusukan bayi. Setiap saat selalu ada ibu kontak antara ibu dan bayi
serta sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
(Sofian Amru , 2011:88)

2.4.11 Senggama
1) Kekeurangan esterogen
menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa
vagina. Kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat coitus (dispareunia)
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai
lagi. Nasehatkan pada ibu untuk tidak mamulai hubungan sampai masa
nifas selesai (sampai lochia tidak keluar lagi).
(Bobak, 2005:495)
2) Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami isteri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
(Saifudin abdul bari ,2006:N27)

2.4.12 Datangnya Haid Kembali


Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haidnya datang lebih cepat dari ibu
yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasanya haid
datang 8 minggu setelah persalinan, pada golongan kedua haid sering kali
tidak datang selama ibu mnyusukan anaknya, tetapi kebanyakan haid lagi
pada bulan ke-4. Amenorrhoe waktu laktasi disebabkan karena
terhalangnya ovulasi, mungkin karena hormon LTH. Tidak adanya ovulasi

14
dalam masa laktasi menimbulkan invfertilitas, maka memang ada
benarnya kalau ibu-ibu dinasehatkan untuk menyusukan anaknya selama
mungkin, supaya tidak lekas hamil lagi walaupun usaha ini tidak memberi
jaminan yang mutlak.
(FK UNPAD,1999:326)

2.4.13 Cuti Hamil dan Bersalin


Menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin
ditambah 2 bulan setelah persalinan.
(Sofian Amru,2011:89)

2.4.14 Pemeriksaan Pasca Persalinan


Di indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru
boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari, bagi wanita dengan
persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6
minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar
biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca
persalinan meliputi : pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan dan
sebagainya), keadaan umum (suhu badan, selera makan dan lain-lain),
payudara (ASI, puting susu), dinding perut, perinium, kandung kemih,
rectum, sekret yang keluar misalnya lochea dan flour albus, keadaan alat-
alat kandungan.
(Sofian Amru,2011:89)

2.4.15 Nasehat Untuk Ibu Pasca Persalinan


Fisioterapi sangat baik jika diberikan, sebaiknya bayi disusui, kerjakan
gimnastik sehabis bersalin. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga
sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak serta bawalah bayi
untuk memperoleh imunisasi.
(Sofian Amru,2011:89)

15
2.4.16 Penyuluhan ( HE ) Pada Ibu
1). Tanda – Tanda Bahaya
(1) Bagi Ibu
a. Lelah dan sulit tidur
b. Adanya tanda – tanda infeksi puerperalis misalnya demam, lochia
bau busuk
c. Nyeri, panas saat BAK menandakan adanya infeksi saluran
kencing
d. Sembelit / hemoroid
e. Sakit kepala terus – menerus menandakan adanya preeklamsia
dan eklamsia post partum
f. Putting susu pecah
g. Sulit menyusui
h. Odem, sakit, panas pada tungkai menandakan adanya flekmansia
albadolens
(2) Bagi Bayi
a. Pernafasan
sulit atau lebih dari 60 x / menit
b. Kehangata
n dengan suhu antara 37,38 ˚C
c. Warna
kulit ( terutama pada 24 jam pertama ) biru atau pucat memar
d. Pemberian
makanan seperti hisapan lemah, mengantuk berlebihan, dan
banyak muntah
e. Tali pusat
seperti merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan pernafasan
sulit
f. Tinja
lembek, sering berwarna hijau tua, dan lendir atau darah pada
tinja

16
g. Tidak
berkemih dalam waktu 24 jam
h. Aktivitas
seperti menggigil atau tangis tidak biasa, lemah, lunglai, kejang,
haus, tidak bisa tenang dan menangis terus menerus.
(Prawiroharjo,2002)

2.4.17 KB
1) Pemasangan harus menunggu sekurang – kurangnya
2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Penggunaan alat kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama bila sudah haid lagi.
3) Berikan konseling tentang metode, kelebihan dan
kekurangan efek smaping, cara penggunaan, kapan metode ini dapat
digunakan.
(Saifudin Abdul Bari, 2006:N28)

2.4.18 Kebiasaan Yang Tidak Bermanfaat


1) Agar menghindari makanan berprotein seperti ikan dan telur,
karena ibu mneyusui perlu tambahan 500 kalori perhari.
2) Penggunaan bebat perut segera pada masa nifas (2-4 jam
pertama), karena selama 1 jam pertama petugas perlu memeriksa fundus
setiap 15 menit dan melakukan masase jika kontraksi tidak kuat.
Penggunaan pembebat perut selama kritis membuat sulit bagi petugas
kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus, untuk melakukan
masase fundus uterus jika diperlukan dan memperkirakan banyaknya
darah yang keluar.
3) Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus
berkontraksi, karena merupakan perawatan yang tidak efektif untuk
atonia uteri.

17
4) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam
pertama setelah kelahiran, karena masa transisi adalah masa kritis untuk
ikatan batin ibu dan bayi dan untuk memulai mnyusu. Bayi baru lahir
pada 2 jam pertama setelah kelahiran merupakan masa paling siaga,
setelah masa ini ia biasanya tidur.
(Saifudin Abdul Bari, 2006:N29)

2.4.19 Kunjungan Masa Nifas.


Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Frekuensi kunjungan masa nifas :
Kunjunga Waktu Tujuan
n ke
I 6-8 jam PP 1. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan : rujuk jika perdalahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal bersama ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.

18
II 6 hari PP 1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-sehari
III 2 Minggu PP 1) Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-sehari
IV 6 Minggu PP 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang dialami ibu dan dialami
bayi.

19
2. memberikan konseling untuk KB secara
dini.
(Saifudin Abdul bari, 2006:N23)
2.5 Konsep Dasar Sectio Caesarea
2.5.1 Pengertian
Section Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melaului suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
(Wiknyosastro, 2000:133)
2.5.2 Indikasi
1) Plasenta previa, terutama plasenta totalis dan subtotalis
2) Panggul sempit
3) Dispoporsi sefalo – pelvik :yaitu ketidakseimbanga antara
ukuran kepala dan panggul Kelainan letak
4) Ruptura uteri yang mengancam
5) Partus lama
6) Partus tak maju
7) Distosia serviks
8) Pre eklamsi dan hipertensi
9) Malpresentrasi janin
10) Gemeli
11) Tumor yang menghalangi jalan lahir
12) Gawat janin.
(Mochtar Rustam 1998:118)

2.5.3 Kontraindikasi
1) Janin mati
2) Syok, anemia berat, sebelum diatasi
3) Kelainan congenital berat (monster)
(Mochtar Rustam, 1998:118)

2.5.4 Komplikasi Sectio Caesarea


Adapun komplikasi section caesarea adalah :

20
1) Infeksi puerperal
2) Perdarahan disebabkan banyak pembuluh darah terputus dan terbuka
serta atonia uteri
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
4) Kemungkinan rupture uteri spontanea pada kehamilan mendatang
(Mochtar Rustam 1998 : 121)

2.5.5 Prinsip perawatan pasca operasi


1) perawatan awal
 letakkan pasien dalam posisi umtuk pemulihan
- tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan
nafas
- letakkan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan
pemeriksaan tekanan darah
- tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk dari pada
bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.
 Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien
- Cek tanda tanda vital dan suhu setiap 15 menit selam jam pertama,
kemudian tiap 30 menit pada jam seterusnya.
- Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar
- Cek kontraksi uterus jangan sampai lembek
(Saifudin Abdul Bari 2009 :444)
2) Analgesia
- Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
- Pemberian sedasi yang berlebihan akan menghambat mobilitas yang
diperlukan pasca bedah
- Analgesia yang diberikan : supositoria ketoprofen 2 kali/12 jam atau
tramadol: oral tramadol tiap 6 jam atau parasetamol: injeksi petidin
50-75mg diberikan tiap 6 jam bila perlu.
- Bila pasien sudah sadar , perdarahan minimal , tekanan darah baik
stabil , urin > 30 cc/ jam , pasien bisa kembali ke ruangan
(Saifudin Abdul Bari 2009 :444)

21
3) Perawatan lanjutan
Lakukan pemeriksaan tanda tanda vital tiap 4 jam , kontraksi uterus dan
perdarahan .
(Saifudin Abdul Bari 2009 :444)
4) Mobilisasi
Pasien dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit,
kemudian dapat duduk pada jam 8 -12 (bila tidak ada kontraindikasi
dari anestesia) ia dapat berjalan bila mampu pada 24 jam pasca bedah
bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
(Saifudin Abdul Bari 2009 :444)
5) Fungsi Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetri yang tindakannya tidak
terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
- Jika tindakan bedah tidak berat , berikan pasien diet cair. Misalnya
6-8 jam pasca bedah dengan dengan anestesi spinal, infus dan kateter
dapat dilepas.
- Jika ada tanda infeksi , atau jika seksio sesarea karena ada partus
macet atau ruptura uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
- Jika peristaltik baik dan pasien bisa flatus mulai berikan makanan
padat.
- Pemberian infus diteruskan sampai sampai pasien bisa minum
dengan baik.
- Berikan pada 24 jam 1 sekitar 2 liter cairan dengan monitor produksi
urin tidak kurang dari 30 ml/jam. Bila kurang, kemungkinan ada
kehilangan darah yang tidak kelihatan atau efek antidiuretik dari
oksitosin.
- Jika pemberian infus melebihi 48 jam ,berikan cairan elektrolit untuk
balans (misalnya kalsium klorida 40mEq dalam 1/cairan infus).
- Sebelumkeluar dari rumah sakit, pasien sudah harus bisa makan
makanan biasa
(Saifudin Abdul Bari 2009 :445)

22
6) Pembalutan dan perawatan luka
 Jika pada pembalut terdapat luka terdapat perdarahan sedikit atau
keluar cairan tidak terlalu banyak, jangan menggati pembalut
- Perkuat pembalutnya
- Pantau keluarnya cairan dan darah
- Jika perdarahan tetap bertambah aatau sudah membasahi setengah
atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut, inspeksi luka atasi
penyebabnya , dan ganti dengan pembalut yang baru
 Jika Pembalutnya agak kendor, jangan ganti pembalut, tetapi
diplester umtuk mengecangkan .ganti pembalut dengan cara yang
steril.
 Luka harus dijaga tetap kering dan bersih tidak boleh terdapat bukti
infeksi atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang dari rumah
sakit.
(Saifudin Abdul Bari 2009 :445)
7) Perawatan fungsi kandung kemih
Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah . semakin cepat
melepas katetr akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan
membuat perempuan lebih cepat mobilisasi
 Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau sesudah
semalam
 Jika urin tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urin jernih.
 Kateter dipasang 48 jam pada kasus
- Bedah karena ruptura uteri
- Partus lams atau partus macet
- Edema perineum yang luas
- Sepsis puerperalis/pelvio peritonitis
Pastikan urin jernih pada saat melepas kateter
 Jika terjadi perlukaan pada kandumg kemih pasang kateter sampai
minimum 7 hari atau urin jernih

23
 Jika sudah tidak memakai antibiotika,berikan nitrofurantoin 100 mg
per oral per hari sampai kateter dilepas untuk mencegah sistisis.
(Saifudin Abdul Bari 2009 :446)
8) Antibiotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai
bebas demam selama 48 jam.
(Saifudin Abdul Bari 2009 :446)
9) Demam
Suhu yang melebihi 38 C pasca bedah hari ke 2 harus dicari
penyebabnya. Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum
keluar dari rumah sakit .
(Saifudin Abdul Bari 2009 :446)
10) Ambulasi / mobilisasi
Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi , membuat nafas dalam ,
dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal
Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.
(Saifudin Abdul Bari 2009 :446)
11) Memulangkan pasien
 2hari pascaseksio sesarea berencana tanpa komplikasi
 perawatan 3-4 hari cukup untuk pasien .berikan instruksi mengenai
perawatan luka (mengganti kasa) dan keterangan tertulis mengenai
teknik pembedahan
 pasien diminta datang untuk kontrol setelah 7 hari pasien pulang
 pasien perlu segera datang bila terdapat bila terdapat perdarahan,
demam, dan nyeri perut berlebihan
(Saifudin Abdul Bari 2009 :447)

2.6 Askep Teori


2.6.1 Pengkajian
A. Data Subyektif (Anamnesa)
1. Identitas, data demografi

24
Nama : Ditanyakan dengan jelas, bila perlu nama
panggilan sehari-hari.
Umur : Dicatat dalam hitungan tahun
Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah
hubungan bila diperlukan. Bila keadaan mendesak,
dengan diketahuinya alamat tersebut bidan dapat
mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan
lingkungannya.
Pekerjaan : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan pasien.
Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien.
Pendidikan :Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status perkawinan :Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila
diperlukan ditanyakan tentang keberapa kalinya.
(Varney,Helen,2007:691)
2. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien
datang kepada bidan. Apakah pasien datang untuk melahirkan dengan
keluhan kenceng-kenceng atau karena alasan lain, misalnya karena sakit.
(Varney,Helen,2007 : 32)

3. Riwayat Keluhan Utama


Ditanyakan kapan mulai timbul keluhan utama dan apa yang dirasakan
oleh ibu sewaktu keluhan itu muncul. Bentuk awitan.

25
1) Faktor pencetus atau latar belakang,
yang berhubungan dengan awitan. (P = Provokasi/ Penyebab).
2) Perjalanan penyakit sejak awitan,
termasuk durasi dan kekambuhan.
(Q= Quality)
3) Lokasi spesifik. (R = Region)
Jenis nyeri atau ketidaknyamanan dan keparahan atau intensitas.
(S = Sever).
4) Tanggal dan waktu. (T = Time)
Gejala lain yang berkaitan.
5) Hubungan dengan fungsi dan aktivitas
tubuh.
6) Faktor yang mempengaruhi masalah,
baik yang memperparah atau yang meredakan.
7) Penanganan sebelumnya.
(Varney,Helen,2007 : 32)

4. Riwayat Menstruasi
a. Umur menarche
b. Siklus menstruasi
c. Banyaknya darah yang keluar
d. Aliran darah yang keluar
e. Menstruasi yang terakhir (HPHT) untuk meramal perkiraan
persalinan
f. Dismenorrhoe
g. Gangguan sewaktu menstruasi
h. Gejala premenstrual
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat
kandungan haid terakhir, teratur tidaknya haid dan siklusnya,
dipergunakan untuk memperhitungkan tanggal persalinan.
(Varney,Helen,2007 : 32)
5. Riwayat Kehamilan dan persalinan dan nifas yang lalu

26
Mengenai riwayat kehamilan dan persalinan yang perlu ditanyakan
adalah sebagai berikut :
1) Jumlah kehamilan dan kelahiran dan usia gestasi
2) Riwayat persalinan yaitu : jarak antara 2 kelahiran,
tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan (spontan
dengan vacuum ekstrasi, forcep atau operasi)
3) Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu
hamil dan melahirkan : perdarahan, ditolong dokter/ bidan / dukun
4) Nifas
Mengalami panas, perdarahan dan bagaimana laktasinya. Anak :
jenis kelamin, hidup/mati, bila meninggal umur berapa, sebab
meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
5) Anak
Jenis kelamin , hidup atau tidak, kalau meninggal umur berapa dan
sebabna meninggal , berat badan waktu lahir
(FK UNPAD,1998 : 155).
6. Riwayat persalinan
Meliputi : tanggal persalinan, tempat, penolong, jenis persalinan, penyulit
persalinan dan lama persalinan.
(Hellen Varney,2007:33)
7. Riwayat Ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup :
infertilitas, penyakit kelamin,tumor atau kanker , sistem reproduksi,
operasi ginekologis.
(Estiwidani,Dwana,2008 : 142 )
8. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui adanya
(1) Penyakit keturunan : Hipertensi, DM, jantung, Asthma.
(2) Penyakit menular : TBC, Hepatitis.
(3) Keturunan kembar
(Varney,Helen,2007 : 34-35)
9. Riwayat penyakit keluarga

27
10. Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien,riwyat penyakit keluarga yang
perlu dipertanyakan misalnya : jantung, diabetes, ginjal, kelainan
bawaan, kehamilan kembar dll.
11. Kebutuhan sehari-hari (ADL)
a) Ambulasi / Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan
miring kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3
jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka
b) Pola nutrisi
c) Pola Istirahat dan Tidur
d) Pola Aktivitas
e) Pola Eliminasi
f) Pola Personal Hygiene
g) Pola Seksualitas
(Saifudin Abdul Bari, 2006:N25)
a. Psikososial
Kemiskinan, permukiman yang tidak adekuat, masalah yang
berhubungan dengan depresi, harga diri rendah, tingkat pendidikan
yang rendah, stres, dan system pendukung yang kurang akan
membuatwanita sangat beresiko. Kunjungan konseling prakonsepsi
dapat membantu para ibu mengkaji kesiapan psikososialnya untuk
menjadi orang tua. Salah satu topik yang harus dibicarakan adalah
penganiayaan
(Linda Wheler ,2004:17)
a) Komunikasi non verbal
b) Komunikasi verbal
(a) Anak yang dilahirkan direncanakan atau tidak

28
(b) Penerimaan anggota keluarga
(c) Peran sebagai orang tua
(d) Rencana yang akan merawat bayi
(e) Ibu tinggal dengan siapa
(f) Rencana pemberian ASI
Pemberian ASI selama mungkin dilaksanakan karena
pemberian ASI mempunyai keuntungan yang sangat penting
bagi bayi, yaitu bahwa ASI setiap saat diberikan, mudah
dicerna dan pertumbuhan bayi, serta ASI mempunyai antibodi
khusus yang dibutuhkan untuk tumbuh dan kembang bayi
yang sempurna.
(g) Alasan pemberian PASI
(h) Masalah yang dihadapi sekarang
(Linda Wheler,2004 : 17)
b. Latar belakang sosial budaya
Untuk mengetahui tentang adat istiadat dan kepercayaan, tahayul
yang dapat mempengaruhi masa nifas.dan untuk mengetahui keadaan
psikososial perlu dipertanyakan antara lain : jumlah anggota
keluarga,dukunagnmoril dan materill dari keluarga,pandangan dan
penerimaan serta kebiasaan kebiasaan yang menguntungkan dan
merugikan.
(Estiwidani Dwana,2008:143)
c. Pengetahuan dan kemampuan ibu
Ditanyakan sejauh mana ibu dapat mengerti dan memahami tentang
pola kebiasaan fungsional sehari-hari (nutrisi, eliminasi, istirahat,
aktivitas, personal hygiene, seksual) yang dilakukan selama masa
nifas, perawatan-perawatan serta teknik ataupun terapi (seperti
perawatan payudara, perawatan luka perineum, teknik-teknik untuk
mengurangi ketidaknyamanan) serta tanda-tanda bahaya masa nifas
(Estiwidani Dwana,2008:120)

B. Data obyektif

29
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien, dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital. Selama
pemeriksaan lihat cara berbaring dan mobilitas pasien, apakah aktif
atau pasif, sikap terpaksa karena nyeri, apati atau gelisah.
(Priharjo, 2006 : 22)
b. Kesadaran :
- Komposmentis : Mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan.
- Apatis : Mengalami acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya.
- Somnolen : Memiliki kesadaran yang lebih rendah ditandai
dengan tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan
masih memberikan respons terhadap
rangsangan yang kuat.
- Sopor : Tidak memberikan respons ringan maupun
sedang tetapi masih memberikan respons
sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan
adanya refleks pupil terhadap cahaya yang
masih positif.
- Koma : Tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun sehingga refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada.
- Delinum : Tingkat kesadaran yang paling bawah ditandai
dengan disorientasi yang sangat iritatif, kacau
dan salah presepsi terhadap rangsangan
sensorik.
(Hidayat, 2006)

c. TTV
a) TD

30
Segara setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
Bidan bertnggung jawab mengkaji resiko pre-eklamsi pascapartum.
Komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius jika peningkatan
tekanan darah segifikan.
b) Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum.
c) RR
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi sepeti kekebalan
cairan, eksaserban asma dan embolus paru.
d) Nadi
Penyulit nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut atau perssisten
dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diastol 100
selama puerperium, hal tersebut abnormal mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
(Varney, Hellen,2007:961)
2) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
a. Inspeksi dengan mengamati
bentuk kepala,kesimertisan dan keadaan kulit kepala.
Penyebaran, ketebalan, kebersihan dan tekstur, warna rambut.
b. Palpasi dengan gerakan
mfemutar yang lembut mmenggunakan ujung jari, lakukan
mulai dari depan turun ke bawah, mulai garis tengah kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala.Rasakan apakah terdapat

31
benjolan/masa, tanda bekas luka di kepala, pembengkakan,
nyeri tekan, jika hal itu terjadi perhatikan berapa besar/luasnya,
bagaimana konsistensi dan dimana kedudukannya, apakah di
kulit, pada tukang/di bawah kulit terlepas dari tulang.
(2) Muka
Inspeksi kulit muka, apakah ada bekas luka, odema, bentuk
muka. Tes N V & VII, dengan minta klien mengikuti gerakan
pemeriksa, palpasi otot maseter apakah ada pegeseran rahang.
(3) Mata
a. Kelopak mata/palpebra : klien melihat lurus ke depan,
bandingkan mata kanan & kiri, Inspeksi posisi dan warna
palpebra, kemudian klien memejamkan mata, amati bentuk
dan keadaan kulit pada palpebra, kkemudian inspeksi bagian
bawah minta klien untuk membuka mata. Perhatikan
frekuensi reflek berkedip mata.
b. Konjungtiva dan sklera : klien melihat lurus ke depan, arik
kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan
ibu jari, amati keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva
bagian bawah, catat jika terdapat infeksi, push, warna tidak
normal/anemis. Kemudian konjungtiva bagian atas, dengan
membuka/memalik kelopak mata atas, amati warna sklera
ketika memeriksa konjungtiva.
c. Kornea : sinari mata dengan cahaya tak langsung, inspeksi
kejernihan dan tekstur kornea. Uji sensitifitas kornea dengan
menyentuhkan gulungan kapas steril untuk mjelihat reaksi
berkedip.
d. Pupil dan Iris : pencahayaan kamar sedikit diredupkan,
pegang kepala dan dagu agar klien tidak bergerak-gerak,
inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi
terhadap cahaya. Uji reflek pupil dengan menyinari dengan
senter klien dari samping, amati pengecilan pupil yang
sedang di sinari, kemudian lakukan pada pupil yang lain.

32
Reflek akomodasi, anjurkan klien untuk menatap objek yang
jauh, minta klien untuk menatap objek pemeriksa(jari/pensil)
yang dipegang 10 cm dari batang hidung klien, amati
perubahan pupil dan akomodasi melalui konstruksi saat
melihat objek yang dekat.
e. Pergarakan bola mata : minta klien untuk melihat lurus ke
depan, amati kedua bola mata apakah diam/nistagmus
(pergerakan secara spontan), bentuk, frekuensi
(cepat/lambat), amplitudo (luas/sempit). Jika ditemukan
nistagmus, lihat apakah kedua mata memandang lurus ke
depan atau salah satu deviasi. Luruskan jari telunjuk dan
dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm.
f. Medan penglihatan : berdiri di depan klien kira-kira 60
cm,tutup mata yang tidak diperiksa, instruksikan klien untuk
melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang. Gerakan jari pada jarak yang sebanding dengan
panjang lengan di luar lapang penglihatan. Minta klien untuk
memberitahu pemerika, jika ia melihat jari pemeriksa
perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu
tetap di tengah antara pemeriksa dan klien, kaji mata
sebelahnya.
(4) Hidung
a. Inspeksi dan palpasi hidung
bagian luar; amati bentuk dan tulang hidung bagian luar dari
sisi depan, samping, atas. Amati keadaan kulit hidung
terhadap warna, adanya pembengkakan, kesimetrisan lubang
hidung. Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang
hidung), jika terdapat terdapat pengeluaran(sekret, darah dll)
berapa jumlahnya, dan apa warnanya. Palpasi lembut pada
batang dan jaringan lunak hidung terhadap nyeri dan masa.
b. Inspeksi hidung bagian dalam;
tekan hidung secara lembut untuk mengelvasikan ujung

33
hidung dan lakukan pengamatan lubang hidung bagian
anterior, posisi septum hidung. Pasang spekulum, amati
kortilago dan dinding rongga mulut dan selaput lendir,
adakah sekret,bengkak, dan warnanya.
(5) Telinga
a Inspeksi dan palpasi telinga luar; atir pencahayaan dengan
auroskop/lampu kepala. Inspeksi telinga luar terhadap
posisi,warna, ukuran, hygiene, adanya lesi/masa,
kesimetrisan. Palpasi dengan memegang telinga
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, paipasi kortilago
telinga
b luar secara sistemis. Lakukan penekanan pada area tragus ke
dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga,
inspeksilubang pendengaran eksterna. Pegang daun telinga
dan perlahan tarik ke atas dan ke belakang sehingga
lurus(dewasa), dan tarik daun telinga ke bawah(anak-anak)
c Pemeriksaan pendengaran; atur posisi klien berdiri
membelakangi pemeriksa 4-6 cm. Minta klien menutup salah
satu telinga, bisikan suatu bilangan dan minta klien untuk
mengulangi bilangan yang di dengar.
(6) Mulut dan Faring
a Inspeksi mulut dan faring; amati bibir klien observasi warna,
kesimetrisan, kelembaban apakah ada kelainan kongenital,
bibir sumbing, pembengkakan, lesi dan ulkus. Minta klien
untuk membuka mulut, amati keadaan gigi, jumlah, ukuran,
warna, kebersihan, caries, gusi apakah ada lesi, tumor,
pembengkakan, observasi kebersihan dan bau mulut. Minta
klien untuk menjulurkan lidah, amati warna, simetris, adanya
kelainan. Amati selaput lendir mulut dengan memeriksa
warna, sekresi, peradangan, lesi dan ulkus. Tarik bibir ke
bawah, amati mukosa terhadap warna, tekstur, hidasi dan lesi.
Minta klien untuk hiperekstensikan kepala dan inbspeksi

34
faring, kemudian tekan lidah ke bawah ketika klien
berkata”ah” amati faring terhadap kesimetrisan. Uvula, tonil
apakah ada peradangan.
b Palpasi mulut; pegang pipi di antara ibu jari dan tangan(jari
telunjuk di dalam) palpasi secara sistemasi, kaji adanya
tumor, pembengkakan, nyeri. Minta klien untuk berkata”el”
palpasi dasar mulut sedangkan ibu jari menekan bawah dagu,
minta klien untuk menjulurkan lidah palpasi lidah dengan di
pegang menggunakan kasa steril, palpasi bagian belakang
dan batas-batas lidah dengan jari telunjuk kanan.
(7) Leher
a. Inspeksi: Amati bentuk leher, warna kulit, jaringan parut,
pembengkakan, masa mulai dari, garis tengah sisi depan,
samping, dan belakang.
b. Palpasi: Minta klien untuk menelan sedangkan tangan
pemeriksa di leher untuk memeriksa kelenjar tiroid, jika
teraba kelenjar tiroid pastikan bentuk, ukuran, konsistensi dan
permukaannya. Minta klien untuk memfleksikan leher
dengan dagu ke dada, hiperekstensikan leher, gerakan
menyamping ke masing-masing sisi, kemudian ke samping
sehingga telinga bergerak ke arah bahu. JVP di ukur pada
seseorang dengan posisi setengah duduk 45 dalam keadaan
rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian
vena jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum pada
orang sehat. JVP maksimal 3-4 cm di atas sudut sternum. Jika
terdapat pembesaran JVP kemungkinan terdapat kelainan
jantung.
(8) Dada dan Paru
a. Inspeksi; amati bentuk dada dari 4 sisi, depan(klavikula,
sternum, dan tulang rusuk), belakang(bentuk tulang belakang,
kesimetrisan skapula), sisi kanan dan sisi kiri. Inspeksi
bentuk dada untuk mengetahui kelainan dad, tentukan

35
frekuensi respirasi, keadaan kulit dada apakah terdapat
retraksi interkostalis selama bernafas, jaringan parut, atau
kelainan lainnya.
b. Palpasi ekspansi dada; minta klien menarik napas, kedua
telapak tangan pemeriksa dari dinding dada klien. Rasakan
gerakannya bandingkan sisi kanan dan kiri. Letakkan tangan
di belakang pada sisi dada lateral klien, amati getaran ke
samping waktu klien bernapas. Taktil fremitus; telapak
tangan pada dinding dada dekat apeks paru pada bagian
belakang. Minta klien untuk mengucapkan”77”. Ulangi
langkah tersebut dengan telapak tangan bergerak ke bagian
dasar paru, bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan di
antara apeks dasar paru
c. Perkusi; posisi klien terlentang perkusi bagian anterior dan
mulai dari atas klavikula ke bawah pada spasium interkostalis
dengan interval 4-5 cm mengikuti pola sistemik. Bandingkan
sisi kanan dan kiri, posisi klien duduk perkusi paru posterior
mulai dari puncak paru ke bawah.
d. Auskultasi; stetoskop dengan kuat pada kulit di atas
interkostal. Minta klien bernapas perlahan dengan mulut
sedikit tertutup, dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap
tempat.
(9) Jantung
a Inspeksi dan palpasi; klien
terlentang, palpasi louis/sudut sternal yang teraba seperti
tonjolan datar memanjang pada sternum kurang lebih 5 cm di
bawah takik sternal. Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada
masing-masing sisi sternum untuk meraba iga kedua yang
berdekatan, palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk
menrntukan area aorta dan spasium interkostalis ke-2 kiri
untuk aorta pulmonal. Inspeksi kemudian palpasi aorta dan
area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi.

36
Palpasi spasium interkostalia ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/vertikular, amati adanya pulsasi, pindahkan
tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri untuk
menentukan area apikal/titik denyut maksimum.
b Perkusi; perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui
batas kiri jantung, perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk
mengetahui batas kanan jantung, dari atas ke bawah untuk
menentukan batas atas jantung.
c Auskultasi; klien bernapas secara normal dan kemudian tahan
napas saat ekspirasi, dengarkan suara jantng I/S1 sambil
palpasi nadi karotis, amati adanya splitting S1(bunyi S1
ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan.
Pada awal sistol, dengarkan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan/murmur S1. Pada
periode diastol juga sama, kemudian dengarkan S2. Periksa
frekuensi jantung kedua bunyi terdengar jelas seperti”dub
lub” hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut
jantung, hitung banyaknya denyut selama 1 menit.
(10) Payudara dan Ketiak
a Inspeksi; posisi klien duduk kedua tangan rileks, inspeksi
ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan, masa. Inspeksi puting susu dan areola
terhadap ukuran, warna, bentuk arah titik puting, keluaran.
Inspeksi 3 posisi (lengan ke atas, ke pinggang, tangan
ekstensi lurus ke depan). Inspeksi ketiak dan klavikula
terhadap kemerahan, pembengkakan, infeksi, pigmentasi.
b Palpasi; disekitar puting susu terhadap adanya keluaran pada
daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfenodi,
dengan cara menekan telapak tangan atau tiga jari tengah ke
permukaan payudara pada kuadran samping atas. Palpasi
dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi
menuju areola dan memtar searah jarum jam.

37
(11) Abdomen(GI Treck)
a Inspeksi; posisi klien terlentang dengan tangan di kedua sisi
dan sedikit menekuk, bantal kecil di bawah lutut untuk
menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen. Buka
abdomen mulai dari prosesus xifoideus sampai pubis, amati
bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan
perut, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan,
jaringan parut striae. Perhatikan posisi bentuk, warna,
inflamasi, umbilikus, amati gerakan kulit parut saat inspirasi
dan ekspirasi.
b Palpasi ringan abdomen setiap kuadran; letakkan tangan
secara ringan di atas abdomen dengan jari-jari ekstrasi dan
berhimpitan untuk mendeteksi area nyeri, penegangan
abnormal, atau adanya masa. Palpasi dalam/bimanual, tekan
dinding abdomen sekitar 4-5 cm catat adanya masa, struktur
organ di bawahnya, pembesaran hepar, pembesaran limpa.
Kaji gelombang acites dengan menekan area tepat sepanjang
garis tengah ventrikel dari abdomen dengan tepi tangan dan
lengan atas. Letakkan tangan pemeriksa pada setip sisi
abdomen dan ketuk tajam dengan ujung jari, rasakan impuls
gelombang cairan. Palpasi ginjal tekankan tangan secara
langsung ke atas sambil klien menarik napas panjang, pada
orang dewasa normal ginjal tidak teraba tapi pada orang yang
sangat kurus ginjal akan dapat dirasakan.
c Perkusi; dari kuadran kiri bawah kemudian bergerak kearah
jam. Perhatikan reaksi klien catat jika terdapat keluhan dan
lakukan pada area timpani dan redup, pada lambung di iga
bawah anerior dan bagian epigastrik.
d Auskultasi; letakkan diafragma di atas kuadran kanan bawah
pada area sekum. Minta klien untuk tidak berbicara sekitar 5
menit tentukan adanya bising usus.
(12) Genetalia

38
a. Inspeksi kuantitas dan penyebaran pertumbuhan bulu pubis
dan bandingkan masa perkembangan klien, kulit dan area
pubis, lesi, eritema, fisura, leukoplakia dan ekskoriasi,
keadaan klitoris, labia minora, uretra, orifisium vagina dan
perinium. Perhatikan pembengkakan, ulkus, keluaran dan
nodul.
b. Palpasi kelenjar skene untuk mengetahui adanya rabas atau
kekakuan dan kelenjar bartholin.
(13) Anus
Inspeksi adanya haemorroid.
(14) Ekstremitas
a. Ekstremitas atas; perhatikan warna dasar kuku, ketebalan
bentuk kuku, tekstur dan kondisi jaringan sekitarnya.
b. Ekstremitas bawah; palpasi adanya virices dan odema,
reflek patella dengan minta klien duduk dengan tungkai
bergantung, raba daerah tendon petella, satu tangan meraba
paha penderita bagian distal, tangan yang lain memukul
reflek hammer pada tendon patela.
3) Pemeriksaan Penunjang
(1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb
< 10 g% dibutuhkan suplemen Fe)
(2) Air Kencing
a. Terutama diperiksa glukosa, protein urine dan
sedimen. Adanya glukosa dalam urine dianggap sebagai gejala
penyakit diabetes kecuali kalu kita dapat membuktikan bahwa hal-
hal lain yang menyebabkan.
b. Pada akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi
dapat menjadi positif oleh adanya laktase dalam air kencing.
Protein positif dalam air kencing pada nefritis, toxaemia
gravidarum radang dari saluran kencing.
c. Protein urine.
Tujuan : untuk mengetahui adanya pre-eklampsia ringan.

39
(a) Normal : Urine tidak keruh (jernih)
(b) +1 : Terjadi kekeruhan
(c) +2 : Kekeruhan mudah dilihat dan ada
endapan yang
lebih jelas terlihat
(d) +3 : Urine lebih keruh ada endapan yang
lebih jelas
terlihat.
(e) +4 : Urine sangat keruh dan disertai
endapan
menggumpal
d. Glukosa Urine
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada penyakit DM
(a) Normal : Berwarna biru
(b) +1 : Warna hijau kekuningan agak keruh.
(c) +2 : Wrna kuning kehijauan dan keruh
(d) +3 : Warna jingga dan keruh.
(e) + 4 : Wna merah bata.
(3) Feces
Feces diperiksa atas telur-telur cacing.

2.6.2 Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data data yang telah dikumpulkan.data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.Diagnosa Kebidanan : Pxxxx Post
partum fisiologis hari ke-1 dengan masalah yang dialami
xxxx : A(aterm/hamil cukup bulan), P(prematur; usia kehamilan 28-36
minggu, A(abortus/kaguguran; usia kehamilan kurang dari 28
minggu).
(Estiwidani Dwana,2008:134)
2.6.3 Identifikasi Diagnosa Potensial dan Potensia Masalah

40
Merupakan langkah bidan melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah potensial & mengantisipasi penenganannya. Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi akar masalah atau diagnosis
potensial tidak terjadi, sehingga rasa ini behar-benar merupakan langkah
yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
(Hellen Varney,2007: 35)
2.6.4 Kebutuhan Segera
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini mengidentifikasi perlu
tindakan segera oleh bidan atau dokter & untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggotan team kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan
(Varney, Hellen,2007:35)

2.6.5 Intervensi / Rencana Asuhan Komprehensif


Diagnosa :
Tujuan : (Tujuan dilakukannya asuhan kebidanan)
Kriteria : (Kriteria yang ingin dicapai setelah dilakukan asuhan
kebidanan)

Ditulis dengan SMART


a. Spesifik : tidak boleh menimbulkan
arti ganda.
b. Measurable : dapat diukur.
c. Achiveble : tujuan harus dapat dicapai.
d. Reasonable : dapat dipertanggung jawabkan.

41
e. Time : ada batas waktunya.
Manifestasi terhadap respon pasien:
1. Kognitif : pengetahuan.
2. Affektif : emosinya.
3. Psikomotor : tingkah laku.
4. Perubahan fungsi tubuh.
Intervensi
(rencana-rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien sesuai
kasusnya disertai rasional/alasan dilakukannya tindakan tersebut).
Karakteristik rencana tindakan:
a. Konsisten dengan rencana tindakan.
b. Berdasarkan prinsip ilmiah.
c. Berdasarkan situasi individu klien.
d. Menciptakan situasi yang aman dari terapeutik.
e. Menciptakan situasi pengajaran.
f. Menggunakan sarana yang sesuai.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi jugadari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,apakah dibutuhkan
penyuluhan ,konseling danapakah perlu merujuk klien bila ada masalah
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah
psikologis .
(Estiwidani Dwana,2008:137)
2.6.6 Implementasi / Pelaksanaan
Pada langkah ini, bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara
mandiri, tetapi dalam pelaksanaan penyelesaian kasus pasien waktu-
waktu, bidan juga harus melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan

42
tenaga kesehatan lainnya. Seperti: dokter umum, dokter ahli obgien,
perawat, ahli gizi dan sebagainya.penatalaksanaan asuhan kebidanan
selalu diupayakan dalam waktu singkat dan seefektivitas mungkin, hemat
dan berkualitas. Implementasi meliputi: menginformasikan kepada pasien
bahwa pasien dan janin dalam keadaan baik, menjelaskan kepada pasien
bahwa hal yang dikeluhkan adalah merupakan hal yang fisiologis,
menjelaskan kepada klien cara mengatasi keluhannya, menjelaskan
kepada pasien tentang kebutuhan-kebutuhan yang belum dimengerti oleh
pasien dan merencanakan waktu kunjungan berikutnya.
(Varney, Hellen, 2007 : 36)
Tabel Implementasi :

Tanggal Implementasi Paraf

2.6.7 Evaluasi
Tanggal :- Jam :
S (subyaktif) : Mengganbarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai
langkah I Varney.
O (obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji
diaknosik lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A (assessment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi data subyektif dan obyektifdalam
suatu identifikasi:
a. Diagnosis/masalah
b. Antisipasi diagnosis/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter, konsultasi/kolaborasi dan/atau rujukan
sebagai langkah

43
P (plan) : Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan (1)
dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment sebagai
langkah 5, 6, dan 7 Varney.
(Varney hellen, 2007 : 36 )

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tgl Pengkajian : 4 Maret 2013 Jam : 10.00 WIB
Oleh : Khoirun Nissa’
No. Register : 069503

3.1.1 Data Subyektif


1) Biodata
Nama : Ny “D” Nama Suami : Tn “ R ”
Umur : 21 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa :Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

44
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat :Ds.Wuluh–
Kesamben

Status Prkwn : Sah


Usia Kawin : 20 Tahun
Lama Kawin : 1 Tahun
Kawin Ke : 1 (satu)
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan luka bekas operasinya terasa merembes
3) Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama dengan operasi pada
tanggal 18 – 2- 2014 jam 08.00 WIB. Keluhan sekarang : ibu
mengatakan luka bekas operasinya pada perut bagian bawah terasa
merembes sejak kemaren, ibu juga mengatakan bekas operasinya
terasa merembes ketika dibuat menggendong keponakannya, kemudian
ibu datang ke RS untuk kontrol ulang dan memeriksakan luka bekas
operasinnya.

4) Riwayat menstruasi :
 Menarche : 12 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lama : 6-7 hari
 Teratur / tidak : teratur
 Jumlah : 1-3 hari , ganti pembalut 4x/hari,4-5 hari ganti
pembalut 2x/ hari,6-7 ganti 1x/hari
 Disminore : tidak ada
 Flour albus : tidak ada
 HPHT : 10- 05 -2013
 HPL : 17 - 2 - 2014

5) Riwayat Kehamilan , Persalinan , Nifas dan Bayi yang lalu


No Kehamilan Persalinan Anak Nifas ASI KB

45
UK Peny Jenis Pnlg Peny Sex BB/PB Keadaan

1.

6) Riwayat Persalinan Sekarang dan Keadaan Bayi


(1) Tgl / Jam Persalinan : 18 - 02-2014 / 07.00 WIB
(2) Tempat dan penolong :RSUD RA basoeni/ Dr.Heru,S.spOg
(3) Kelainan / penyakit persalinan: Tidak ada
(4) Tipe persalinan : Sungsang
(5) Lama persalinan : 1 jam
(6) Keadaan Ketuban
 Pecah tanggal / jam : 18 – 02 - 2014 / 07.15 WIB
 Warna air ketuban : Jernih
 Bau air ketuban : Anyir
 Banyaknya : ± 350 cc
(7) Keadaan Bayi
 Jenis kelamin : Perempuan
 BB/PB : 3100 gr / 50 cm
 Hidup / mati : Hidup
 Apgarscore (A-S) : 8-9
 Menangis langsung / tidak : Menangis spontan kuat
 Ada kelainan / tidak : Tidak ada
7) Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita infeksi pada daerah
kemaluannya dan tidak pernah menderita tumor pada alat
kemaluannya maupun pada alat kandungannya.
8) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
DM dan jantung tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC dan hepatitis , dan tidak pernah menderita penyakit menahun
seperti hipertensi
9) Riwayat kesehatan keluarganya

46
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak pernah menderita penyakit
menuar seperti TBC dan hepatitis , tidak mempuyai penyakit menahun
seperti Hipertensi dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
DM dan Jantung.
10) Riwayat psikososial
a) Ibu mengatakan anak yang dilahirkan saat ini direncanakan
b) Penerimaan anggota keluarga baik.
c) Peran sebagai orang tua baik
d) Ibu mengatakan rencana yang akan merawat bayi , dirawat ibunya
sendiri dan dibantu oleh suaminya dan mertua.
e) Ibu mengatakan rencana pemeberian ASI selama 2 tahun
f) Ibu mengatakan alasan memberikan ASI karena ASI praktiks dan
ekonomis
g) Ibu mengatakan tinggal bersama suaminya dan mertua.
11) Kebutuhan Sehari-hari
(1) Ambulasi/ Mobilisasi dini
Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas sehari hari.
(2) Pola Kebutuhan Nutrisi dan cairan
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3×/hr dengan porsi 1
piring ukuran sedang dengan komposisi (nasi ,
lauk , sayur)
Ibu minum air putih 7-8 gls/hr dan minum susu 2
gelas/ hr
Selama Nifas : Ibu makan 3×/hr dengan porsi 1 piring sedang
dengan komposisi (nasi , lauk , sayur)
Ibu minum air putih 7-8 gls /hr dan minum susu 2
gelas/ hr

(3) Pola Eliminasi


Selama hamil : BAB 1×/hr dengan konsistensi lunak, tidak ada
lendir/ darah, bau khas dan tidak nyeri.

47
BAK 5-6×/hr, warna kuning jernih, bau khas,
tidak nyeri
Selama Nifas : BAB 1×/hr dengan konsistensi lunak, tidak ada
lendir/ darah, bau khas dan tidak nyeri.
BAK 5-6×/hr, warna kuning jernih, bau khas,
tidak nyeri
(4) Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Selama hamil : Ibu tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 7jam.
Selama Nifas : Ibu tidur ± 3 jam dan tidur malam + 8 jam
(5)Pola Aktivitas
Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan ibu rumah tangga
seperti memasak, mencuci, mengepel, menyapu
dan mengajar
Selama Nifas : Ibu ibu mengatakan melakukan aktivitas seperti
biasanya , memasak, mencuci , menyapu.
(6) Pola Personal Hygiene
Selama hamil :Ibu Mandi 3×/hr, sikat gigi 3×/hr, keramas 3x/
minggu, ganti baju 3×/hr, ganti celana dalam
3×/hr.
Selama Nifas :Ibu Mandi 3×/hr, sikat gigi 3×/hr, keramas 3x/
minggu, ganti baju 3×/hr, ganti celana dalam
3×/hr.
(7) Pola hubungan seksual
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan
seksual selama hamil
Selama Nifas : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan
suami istri

12) Pengetahuan dan kemampuan ibu tentang :


(1) Kebutuhan nutrisi seimbang
Ibu mengatakan masih tarak makan
(2) Perawatan luka SC

48
Ibu mengatakan belum bisa cara perawatan luka operasi.
(3) Tanda bahaya nifas
Ibu belum mengerti tentang tanda bahaya ibu nifas
(4) Rencana pemakaian KB
Ibu mengatakan akan menggunakan KB suntik 3 bulan setelah
nifasnya berakhir

3.1.2 Data Obyektif


1) Pemeriksaan Umum
Keadaan ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis.
BB sebelum bersalin : 56 kg
BB saat nifas : 50 kg
TB : 155 cm

TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84×/mnt
S : 36,7 ºc
RR : 20×/mnt
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam lurus, distribusi merata, tidak ada
ketombe, tidak berbau, tidak rontok, tidak ada nyeri
tekan.
Muka : Bentuk bulat, tidak ada kloama, tidak odeme, tidak
ada fingerprint, tidak ada hoperpigmentikus dan tidak
ada acne
Mata : Simetris, sklera putih terdapat gambaran tipis
pembuluh darah, konjungtiva merah muda, tidak ada
nyeri tekan palpebra,reflek kornea (positif), reflek
cahay (isokor).

49
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip,tidak ada
nyeri tekan sinus.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, membran timpani utuh
warna putih mengkilat.
Mulut : Bibir kering,warna merah muda, tidak ada stomatitis,
tidak ada caries gigi, tidak ada bercak koplik, tidak
ada epulis, ovula T1, tonsil simetris, lidah tidak kotor
dan tidak berslag
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, Tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk.
Dada : Bentuk bulat datar, gerakan dada simetris, tidak ada
suara nafas tambahan (seperti ronchi, whesing, rales,
stridor), tidak ada krepitasi suara nafas vesikuler,
terdengar BJ1 dan BJ2
Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi pada areola dan
puting susu, puting susu menonjol keluar,tidak ada
benjolan yang abnormal, kolostrum sudah keluar dari
kedua payudara.
Abdomen : Terlihat strie lividae dan linea nigra, terdapat luka
bekas operasi SC secara melintang (±8cm) tidak ada
tanda-tanda infeksi, luka bekas sc terlihat basah dan
merembes, bising usus 5x/mnt,tidak ada pembesaran
hepar, tidak ada nyeri tekan epigastrium, tidak ada
pembesaran lien, tidak ada pembesaran ginjal, tidak
ada appendicitis, tidak ada scibala, tidak ada nyeri
tekan dan perut tidak kembung.
Genetalia : Tidak odeme, tidak ada varises pada vulva, terdapat
lokhea serosa.
Anus : Tidak ada hemorroid

50
Ekstremitas : Atas : Pergerakan bebas, tidak oedem, turgor kulit
kembali< 1 detik, tidak ada sindactil dan
polidactil.
Bawah : Pergerakan bebas, tidak oedem, tidak ada
varises, turgor kulit kembali< 1 detik, reflek
patela kanan (positif), kiri (positif)., tidak
sindactil dan polidactil.

3) Pemeriksaan penunjang
-
4) Terapi yang diberikan
Asam Mefenamat :3 x 1
Clindamycin :
Dexamethasone :3 x 1

3.2 Interpretasi Data Dasar


Dx : P1001 Post SC Hari Ke 14 dengan luka jahitan basah dan
merembes
Masalah :-
Keluhan : Terasa mermbes pada bekas luka SC
Kebutuhan yang belum terpenuhi:
a. Kebutuhan nutrisi yang seimbang
b. Cara perawatan luka SC
c. Tanda-tanda bahaya nifas
d. Kunjungan ulang
Ds : - Ibu mengatakan anak pertama lahir dengan operasi dan jenis
kelaminnya perempuan dengan berat badan 3100 gram/50 cm
- Ibu mengatakan luka jahitan terasa basah dan merembes
Do: Keadaan ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis.

51
BB sebelum bersalin : 56 kg
BB saat nifas : 50 kg
TB : 155 cm
TTV TD : 120/80 mmHg
N : 84×/mnt
S : 36,7 ºc
RR : 20×/mnt
Muka : tidak ada kloasma, tidak odeme
Mata : konjungtiva merah muda
Payudara : terdapat hiperpigmentasi pada areola dan papilla mamae,
papila mamae, menonjol keluar, colustrum sudah keluar
dari kedua payudara.
Abdomen :Terdapat linea nigra, dan strie lividae, terdapat luka bekas
operasi SC secara melintang (±8 cm) tidak ada tanda-
tanda infeksi, luka bekas sc terlihat merembes dan basah,
tidak ada nyeri tekan pada vesika urinaria,
Genetalia : tidak oedem dan tidak ada varises pada vulava, lochea
serosa,
Ekstremitas : Atas : Pergerakan bebas, tidak oedem, turgor kulit
kembali< 1 detik, tidak ada sindactil dan
polidactil.
Bawah : Pergerakan bebas, tidak oedem, tidak ada
varises, turgor kulit kembali< 1 detik, reflek
patela kanan (positif), kiri (positif)., tidak
sindactil dan polidactil.

3.3 Identifikasi Diagnosa Potensial dan Potensial Masalah


-
3.4 Kebutuhan Segera
-
3.5 Interevensi Asuhan Komprehensif

52
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 30 menit, diharapkan masa nifas
berlangsung normal dan infeksi dapat dicegah dengan kriteria hasil :
K : Ibu mengerti dan dapat menjelaskan anjuran yang diberikan oleh bidan ,
tentang :
a. Cara perawatan luka bekas sc
b. Kebutuhan nutrisi seimbang
c. Tanda-tanda bahaya nifas
d. Kunjungan nifas
A : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
P : Ibu mampu melakukan anjuran dari bidan
P : TTV dalam batas normal
- TD : 110/70 – 120/80 mmHg
- Nadi : 60 – 100x/ menit
- Suhu : 36,5 – 37,5 oC
- RR : 16 – 24x/ menit
- Keadaan umum : Baik
- Tidak ada tanda tanda infeksi
- Perdarahan normal

Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga.
R/ Meningkatkan hubungan saling percaya antara pasien dan petugas
kesehatan
2. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini yaitu masih dalam
keadaan fisiologis.
R/ pengetahuan yang adekuat mempermudah dalam pemberian asuhan
kebidanan.
3. Beritahu kepada ibu bahwa tentang luka bekas operasi yang merembes
R/ pengetahuan yang adekuat mempermudah dalam pemberian asuhan
kebidanan.
4. Beritahu kepada ibu agar tidak mengangkat beban yang berat

53
R/ pengetahuan yang adekuat mempermudah dalam pemberian asuhan
kebidanan dan mencegah komplikasi pada luka bekas sc
5. Beritahukan kepada ibu bahwa tidak boleh berpantang makan
R/ pengetahuan yang adekuat mempermudah dalam pemberian asuhan
kebidanan.
6. Anjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisi yang seimbang
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang pada masa nifas
7. Jelaskan pada ibu cara merawat luka bekas operasi
R/ perawatan luka bekas operasi yang benar dapat mencegah terjadinya
infeksi
8. Kolaborasi dengan dokter spoG dalam pemberian terapi
R/Memulihkan kondisi dan keadaan pasien dan mencegah komplikasi
9. Jelaskan pada ibu tentang tanda tanda bahaya masa nifas pada ibu dan
bayi
R/ deteksi dini komplikasi dan pencegahan yang adekuat
10. Anjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi tanggal 11-04-
2014
R/ Melakukan kunjungan ulang post sc

3.6 Implementasi
Tgl : 04 Maret 2014 Jam : 10.15

Jam Implementasi Paraf


10.16 Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dengan komunikasi
yang baik, ramah, sopan, jelas dan mudah dimengerti ibu dan
keluarga.
10.18 Memberitahukan pada ibu tentang keadaannya sekarang bahwa
ibu dalam kondisi yang baik dan normal dan nyeri yang dirasakan
saat ini karena terputusnya jaringan .
10.20 Memberitahu kepada ibu tentang penyebab luka sc yang
merembes dikarenakan menganggkat beban yang berat dan
berlebihan
10.25 Memberitahu kepada ibu agar tidak mengangkat beban yang berat
dan berlebihan karena dapat menyebabkan luka sc kembali

54
terbuka dan merembes.
10.30 Menjelaskan kepada ibu agar tidak tarak makan atau bepantang
makan kecuali ibu mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Dan anjurkan kepada ibu untuk banyak minum air putih agar luka
bekas sc cepat kering
10.35 Menjelaskan kepada ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan
sayur sayuran, lauk, dan buah , agar nutrisi ibu terpenuhi dan luka
sc cepat kering.
10.38 Menjelaskan kepada ibu tentang cara merawat luka bekas operasi
yaitu menjaga luka operasi agar tetap bersih dan kering.
10.40 Melakukan kolaborasi dengan dokter spoG dalam pemberian
terapi yaitu memberikan terapi
Asam Mefenamat :3 x 1
Clindamycin :
Dexamethasone :3 x 1

10.45 Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya nifas pada ibu dan
bayi
 Demam > 38 ºc → tanda infeksi
 Sakit kepala yang menetap, pandanga kabur, bengkak pada
muka/kaki → tanda preeklamsia
 Perdarahan berkepanjangan dan dapat disertai dengan rasa
sakit → tanda perdarahan
 Nyeri, terjadi pembengkakan pada tungkai → tanda infeksi
pada pembuluh darah tungkai
 Payudara bengkak, keras, panas, nyeri pada payudara
→tanda pendungan ASI/ infeksi payudara (mastitis)
 Pada bayi, demam >38°C, tali pusat bernanah, berbau
busuk dan mulut mecucu → tanda tetanus neonatorum
 Bayi tidak mau menyusu

55
3.7 Evaluasi
Tgl : 4 Maret 2014 Jam : 10.50 WIB
S : Ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh
bidan tentang:
 Kebutuhan nutrisi selama nifas
 Tidak berpantang makan
 Cara perawatan luka bekas operasi yang benar
 Tanda bahaya nifas
 Tidak mengangkat beban yang berat dan berlebihan
O : Ibu mampu menjelaskan kembali penjelasan dari bidan
 Kebutuhan nutrisi selama nifas
 Tidak berpantang makan
 Cara perawatan luka bekas operasi yang benar
 Tanda bahaya nifas
 Tidak mengangkat beban yang berat dan berlebihan
TTV
 TD : 120/80 mmHg
 N : 84×/mnt
 S : 36,7 ºc
 RR : 20×/mnt

56
A : P 1001 post sc hari ke 14 dan ibu sudah memahami penjelasan
dari bidan
P : - Motivasi ibu untuk tidak berpantang makan
- Anjurkan kepada ibu untuk tidak menganggakat beban yang
berat dan berlebihan
- Anjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau
sewaktu waktu ada keluhan dan tanda tanda bahaya nifas
- Anjurkan ibu minum obat secara teratur

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian data subjektif pada Ny ”D” P1001 post partum hari
ke 14 didapatkan luka bekas sc masih basah . hal ini masih dalam keadaan
fisiologis, dikarenakan ibu mengangkat beban yang berlebihan. Dan luka
bekas operasi akan berangsur-angsur sembuh dan kering dengan sendirinya .
Pada pengkajian data objektif pada Ny ”A” P 2002 post partum hari ke 14
didapatkan pada abdomen TFU tidak teraba. Dan pada daerah genetalia
didapatkan lochea serosa. Hal ini sesuai dengan teori. (Varney,2007) tentang
penurunan TFU yaitu:
Waktu Involusi TFU
Bayi lahir Setinggi pusat
Uri lahir 2 Jari bawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat dan simfisis
2 minggu Tidak teraba
6 minggu Bertambah kecil
8 minggu Normal

57
Sedangkan lochea serosa yang ada pada daerah genetalia tersebut juga
sesuai dengan teori (Varney,2007) yang mengatakan bahwa Lochia serosa :
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
Pada kasus Ny. “D” dalam pengkajian data subyektif dan obyektif telah
diketahui bahwa Ny. “D” dalam batas normal sehingga dapat dikatakan dalam
keadaan fisiologis.

4.2 Interpretasi Data Dasar


Dalam kasus Ny. “D” diinterpretasi data dasar terdiri dari diagnosa, data
subyektif dan data obyektif karena masa nifas Ny.“D” dalam keadaan
fisiologis sehingga sesuai dengan teori yang ada.
4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Dalam kasus Ny“D” tidak dijumpai antisipasi masalah potensial dan
dalam teori pada nifas fisiologis tidak terdapat antisipasi masalah potensial,
sehingga kasus Ny. “D” merupakan kasus yang fisiologis.

4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Dalam kasus Ny. “D” tidak dijumpai identifikasi kebutuhan segera dan
dalam teori pada nifas fisiologis tidak terdapat identifikasi kebutuhan segera,
sehingga kasus Ny. . “D” merupakan kasus yang fisiologis.

4.5 Perencanaan
Dalam teori → dalam perencanaan terdapat Diagnose, Tujuan dan Rencana
tindakan.
Dalam kasus Ny “D” juga terdapat Diagnose, Tujuan dan Rencana Tindakan
sesuai dengan kasus
→ sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus

4.6 Implementasi
Dalam teori → pada implementasi terdapat tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan pada langkah sebelumnya.

58
Dalam kasus Ny “D” pada implementasi disebutkan tentang tindakan-tindakan
yang dilakukan selama memberikan asuhan yang disesuaikan dengan kasus Ny
“D”
→ sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus

4.7 Evaluasi
Dalam teori → pada evaluasi disebutkan tentang keseluruhan hasil asuhan
diantaranya tentang SOAP
Dalam kasus Ny “D” pada evaluasi juga didapatkan tentang hasil akhir asuhan
yang diberikan dan sejauh mana pengetahuan pasien tentang asuhan yang
diberikan serta rencana kunjungan ulang yang harus dilakukan oleh pasien.
→ sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “D” didapatkan
kesimpulan bahwa pengkajian dilakukan pengumpulan data yang meliputi
data subyektif dan obyektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa
berdasarkan data yang menunjang untuk diambil suatu diagnosa. Setelah
melakukan pengkajian pada Ny. “D”didapatkan diagnosa bahwa Ny. “D”
P1001 Post SC hari ke- 14
Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada
sedangkan dalam penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada, Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu
pengetahuan, logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan
asuhan kebidanan yang baik dan benar.
5.2.2 Bagi latihan praktek

59
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan
kebidanan pada ibu hamil, dan dapat meningkatkan pelayanan terutama
dalam mencegah kematian pada ibu dan janin.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat
memperbanyak dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

- Sarwono P. 2005. Ilmu Kebidanan. EGC: Jakarta.


- Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta.
- Syaifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBP-SP: Jakarta
- Ladewig, Patricia W dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
- Wheeler, Linda. 2004. Perawatan Pranatal dan Pascanatal. Jakarta : EGC

60
61

Anda mungkin juga menyukai