Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE

SUB KEGIATAN PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL


TAHUN ANGGARAN 2023

UNIT KERJA : Dinas Kesehatan Kabupaten OKU


BIDANG/SEKRETARIS : Kesehatan Masyarakat
SUBAG/SEKSI/UPTD : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
Program : Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya
Kesehatan Masyarakat
Hasil (outcome) : Menurunnya angka kematian ibu hamil
Kegiatan : Penyediaan Layanan Kesehatan Untuk UKM & UKP
Rujukan Tingkat Daerah Kab/Kota
Sub Kegiatan : Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Indikator Kinerja Sub : 1. Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang dilatih
Kegiatan penyeliaan dan penguatan puskesmas
2. Meningkatnya jumlah Kader posyandu yang mampu
mengenali Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan,
dan Nifas bagi Kader
3. Meningkatnya persentase ibu hamil beresiko yang
ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan ibu
hamil sesuai standar
5. Meningkatnya jumlah RS, Klinik Bersalin dan BPS
mampu melaksanakan Kelas Ibu Hamil
6. Tersedianya Kartu Ibu, dan buku KIA

Jenis Keluaran (Output) : 1. Jumlah nakes yg dilatih penyeliaan dan penguatan


(IKSK) puskesmas
2. Jumlah kader posyandu yg dilatih
3. Jumlah ibu hamil beresiko yang terdeteksi
4. Jumlah puskesmas dan poskesdes dibina
5. Jumlah RS, Klinik Bersalin dan PMB di sosialiasi dan
di bina Pelaksanaan Kelas Ibu
6. Jumlah Kartu Ibu, dan buku KIA dicetak

Volume keluaran (Output) : 36


(IKSK)
Satuan Ukur keluaran : Orang
(Output) (IKSK)
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Permenkes RI no 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan,
Melahirkan, Kontrasepsi dan Seksual
b. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan tahun 2019
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 04 Thn 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2. Pendahuluan
Indonesia masih memiliki beban masalah kesehatan dalam hal tingginya angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Penurunan angka Kematian Ibu dari 390 per 100.000
Kelahiran Hidup pada tahun 1990 (SDKI, 1990) menjadi 305 per 100.000 per Kelahiran
Hidup (SUPAS, 2015) masih belum mencapai pada kondisi yang diinginkan. Begitu juga
dengan angka kematian bayi baru lahir dari 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 1990),
menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2017). Untuk penyebab kematian ibu
berdasarkan data SRS tahun 2016, peyebab terbanyak adalah Gangguan hipertensi dan
Perdarahan obstetrik. Penyebab kematian neonatal adalah komplikasi saat
intrapartum dan gangguan kardiovaskular (asfiksia). Penyebab kematian ini erat
kaitannya dengan penatalaksanaannya saat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk
ditangani adalah tingginya kematian ibu dan bayi, masalah ini perlu segera diatasi
karena derajat kesehatan ibu dan perinatal sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia pada masa yang akan datang. Strategi untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi agar mampu menjamin tersedianya kegiatan prioritas yang cost
efektif menekankan pada : 1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, 2. Setiap komplikasi obstertri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat, 3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Analisis data kematian ibu menunjukkan bahwa proporsi terbesar kematian ibu
terjadi seputar persalinan, termasuk dalam 48 jam pertama setelah persalinan (28%).
Sebagian besar kasus kematian ibu terjadi di fasilitas kesehatan (63%), yang mencakup
RS pemerintah dan swasta, RSIA dan RSB, puskesmas, polindes, poskesdes, bidan
praktek swasta dan dokter praktek swasta. Dari berbagai fasilitas kesehatan tersebut,
RS Pemerintah menempati proporsi tertinggi, yaitu sekitar 42%. Kasus kematian yang
terjadi di luar fasilitas kesehatan 37%, yang meliputi rumah sendiri, rumah dukun dan
lainnya. Lebih lanjut, data Litbangkes (2012) menunjukkan bahwa sekitar 13%
kematian terjadi pada saat persalinan dan sekitar 25% terjadi pada masa kehamilan,
yang terdiri dari 7% pada kehamilan di bawah 20 minggu (abortus) dan 18% pada
kehamilan lebih dari 20 minggu.
Dari data SRS 2016 didapatkan bahwa kematian maternal dan neonatal
terbanyak terjadi di Rumah Sakit. Sehingga peran rumah sakit dalam penurunan
kematian Ibu dan bayi baru lahir sangatlah besar. Kesiapan Sarana dan prasarana serta
kompetensi tenaga kesehatan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Rumah Sakit. Tingginya Angka Kematian Ibu dan
bayi baru lahir disebabkan beberapa hal diantaranya: Akses dan mutu fasilitas
kesehatan kurang optimal, Deteksi awal pencegahan komplikasi kehamilan kurang
optimal, Respon time pada kondisi gawat darurat masih lama, dan regulasi yang masih
kurang mendukung.
Gambaran dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) saat ini adalah akses terhadap kesehatan ibu, berdasarkan data
Sirkesnas tahun 2016 memperlihatkan masih adanya kesenjangan antara cakupan
pelayanan antenatal K1 96,5%, tetapi K4 hanya 72,5%, sehingga perlindungan terhadap
ibu selama masa kehamilan kurang optimal. Sedangkan untuk neonatal antara lain
kunjungan Neonatal pertama (KN1) 71,3% (Riskesdas 2013). Dari data tersebut terlihat
bahwa cakupan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal sudah baik, tetapi Angka
Kematian Ibu masih belum turun sesuai dengan target yang diharapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu dan neonatal yang diberikan
belum berjalan dengan baik, sehingga diperlukan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan neonatal di pelayanan kesehatan primer/dasar maupun rujukan.
Dari hasil Audit Maternal Neonatal (AMP) yang dilakukan oleh POGI di 6 provinsi,
dari 112 rekam medis setelah dilakukan kajian dengan hasil hanya 9% yang melakukan
stabilisasi rujukan, 53% salah mengambil keputusan klinik di rumah sakit, dan 47%
diakibatkan karena terlambat ekseskusi/operasi. Dari data tersebut juga menunjukkan
bahwa sekitar 70% kematian ibu dapat dicegah, sehingga setiap kematian ibu harus
dihitung dan dikaji melalui program Audit Maternal dan Perinatal (AMP) agar dapat
mengeluarkan rekomedasi untuk mencegah kematian ibu di masa yang akan datang.
Berdasarkan data-data di atas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu
di fasilitas pelayanan kesehatan ibu masih belum baik. Salah satu faktor utama yang
akan menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan tersebut adalah terkait kualitas
sumber daya manusia yang melaksanakannya. Salah satu strategi intervensi yang
diterapkan dalam penguatan sistem kesehatan dalam upaya penurunan AKI dan AKN
antara lain melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan semesta, peningkatan
kualitas pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan penguatan tatakelola.

3. Gambaran Umum
Jumlah Kematian Ibu di kabupaten OKU pada tahun 2021 adalah 11 orang. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai faktor baik faktor yaitu penyebab langsung dan tidak
langsung. Salah satu upaya mencegah kematian Ibu adalah dengan meningkatkan
persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan sesuai standar menjadi 100%. Saat
ini masih ada ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil sesuai
standar dimana capaian K4 : 90,32%. Hal ini karena terlambatnya kontak pertama ibu
hamil dengan tenaga kesehatan (kontak dilakukan setelah kehamilan di atas trimester
I) atau ibu hamil tersebut tidak melanjutkan pemeriksaannya sampai minimal 4 kali.
Kematian ibu juga dapat dicegah dengan penanganan komplikasi pada ibu haml
yang memadai untuk itu tenaga kesehatan (bidan) harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang memiliki faktor resiko.
Disamping itu peran kader posyandu juga sangat penting dalam mendukung
kepatuhan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Masih rendahnya kepedulian
kader posyandu untuk menggerakkan ibu hamil agar memeriksakan kehamilan sesuai
standar minimal 4X dan masih kurangnya kontrol dari perangkat desa, TP PKK desa
terhadap ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan mengikuti kelas ibu hamil
sesuai standar, menyebabkan tidak semua ibu hamil di kabupaten OKU mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar.
Selain itu ibu hamil yang tinggal di talang juga sulit menjangkau
posyandu/poskesdes untuk memeriksakan kehamilan dan mengikuti kelas ibu hamil
karena sulitnya transportasi.
Karena keterbatasan buku KIA, sehingga jumlah buku KIA tidak mencukupi untuk
semua ibu hamil serta tidak semua poskesdes memilik sarana kesehatan yang lengkap
untuk pelayanan kesehatan ibu hamil dan Bidan di poskesdes yang sudah dilatih
penyelenggaraan kelas ibu hamil sering pindah tugas, menyebabkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil kurang optimal.

4. Tujuan
Meningkatnya Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil yang mendapat
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

B. Penerima Manfaat
1. Dinas Kesehatan Kab. OKU
2. Pengelola Program Kesehatan Maternal dan Neonatal
3. Pengeloa Aplikasi e-Kohort KIA
4. Bidan Desa
5. Kader Posyandu
6. Ibu Hamil Resiko Tinggi
C. Strategi pencapaian keluaran (Out came)
1. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara edukasi, skrining faktor risiko,
mapping ibu hamil, penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah dan pertemuan, melalui
metode :
 Presentasi
 Diskusi dan Tanya Jawab
 Kunjungan Lapangan
 Kartu Ibu
 Kartu Catin
 Pemanfaatan Buku KIA
2. Tahap dan jadwal Pelaksanaan
RENCANA KEGIATAN
PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL

Tahapan Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bulan ke-


Hamil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pertemuan Pemantapan Pelayanan Maternal


Dan Neonatal
Orientasi pengenalan tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas bagi Kader
Mapping Ibu hamil dengan Faktor Resiko dan
Resiko Tinggi
Monev Pelayanan ANC Terintegrasi
Cetak form Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

3. Tujuan dan sasaran


a) Tujuan:
1. Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang dilatih penyeliaan dan
penguatan puskesmas
2. Meningkatnya jumlah Kader posyandu yang mampu mengenali Tanda Bahaya
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas bagi Kader
3. Meningkatnya persentase ibu hamil beresiko yang ditangani di fasilitas
pelayanan kesehatan
4. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
5. Meningkatnya jumlah RS, Klinik Bersalin dan BPS mampu melaksanakan Kelas
Ibu Hamil
6. Tersedianya Kartu Ibu, dan buku KIA
b) Sasaran:
1. Dinas Kesehatan Kab. OKU
2. Pengelola Program Kesehatan Maternal dan Neonatal
3. Pengeloa Aplikasi e-Kohort KIA
4. Bidan Desa
5. Kader Posyandu
6. Ibu Hamil Resiko Tinggi

D. Biaya yang diperlukan


Pelaksanaan kegiatan Program Pengelolaan Pelayanan Ibu Hamil Tahun Anggaran
2023 sebesar Rp 270.000.000,- ( Dua Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah) sebagaimana
RAB/RKA terlampir yang bersumber dari dana APBD Dinas Kesehatan Kab. OKU.

Baturaja, September 2022


Kepala Bidang Kesmas

Deddy Wijaya, SKM, M.Kes


NIP 19780206 200604 1 004

Anda mungkin juga menyukai