Anda di halaman 1dari 23

Analisi Kesehatan

ibu
KELOMPOK :2
Oleh :
1. Az syifa diaulhaq
2. Ibad badriyah nurhayati
3. fitri gea
4. Ade fitria
Identifikasi Masalah Kesehatan Ibu

Angka kematian Ibu(AKI) 4 Persalinan Tempat dan


1 penolong persalinan
● tingkat kepatuhan ibu hamil
2 dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga 5 Pemakaian kontrasepsi/KB.
kesehatan

3 pelayanan imunisasi Tetanus bagi


wanita usia subur dan ibu hamil
1. Angka kematian Ibu(AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian
ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.000 kelahiran hidup.
Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga
mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya
terhadap perbaikan pelayanNan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas
Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991-2015 dari
390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun terjadi kecenderungan
penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus
dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil
supas tahun 2015 memperlihatkan angka
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan
target MDGs. Gambaran AKI di Indonesia
dari tahun 1991 hingga tahun 2015 dapat
dilihat pada Gambar 5.1 di samping
Target penurunan AKI ditentukan
melalui tiga model Average Reduction Rate
(ARR) atau angka penurunan rata-rata kematian
ibu seperti Gambar 5.2 berikut ini. Dari
ketiga model tersebut, Kementerian Kesehatan
menggunakan model kedua dengan rata-rata
penurunan 5,5% pertahun sebagai target kinerja.
Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada
tahun 2030 AKI di Indonesia turun menjadi 131
per 100.000 kelahiran hidup.
2. tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan

Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap


trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang
persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh
tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap
trimester, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Capaian K4
tahun 2006 sampai dengan tahun 2018 disajikan pada gambar berikut ini.
Selama tahun 2006 sampai
tahun 2018 cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K4
cenderung meningkat. Jika
dibandingkan dengan target
Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan tahun
2018 yang sebesar 78%,
capaian tahun 2018 telah
mencapai target yaitu sebesar
88,03%. Gambaran capaian
kunjungan ibu hamil K4 pada
tahun 2018 menurut provinsi
disajikan pada gambar berikut
ini.
Selain akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil adalah kualitas pelayanan yang harus
ditingkatkan, di antaranya pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil
harus diberikan saat kunjungan. Dalam hal ketersediaan sarana kesehatan, hingga bulan
Desember 2018, terdapat 9.993 puskesmas. Keberadaan puskesmas secara ideal harus
didukung dengan aksesibilitas yang baik. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan
aspek geografis dan kemudahan sarana dan prasarana transportasi.

Dalam mendukung penjangkauan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya,


Puskesmas juga memiliki jaringan dengan menyediakan Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, dan Bidan di Desa
3. Pelayanan imunisasi tetanus toksid difteri bagi wanita
usia subur dan ibu hamil

Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan


kematian bayi. Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan akibat dari
proses persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang
diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Sebagai upaya mengendalikan
infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan
kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid
Difteri (Td) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Wanita usia
subur yang menjadi sasaran imunisasi Td berada pada kelompok usia 15-39
tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi
lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal.
Pada gambar di atas diketahui
cakupan imunisasi Td pada status Td1
sampai Td5 pada wanita usia subur
tahun 2018 masih sangat rendah yaitu
kurang dari 5% jumlah seluruh WUS.
Cakupan Td5 sebesar 4,37% dengan
cakupan tertinggi di Provinsi Jawa
Timur sebesar 23,26% dan terendah di
Maluku Utara sebesar 0,0003%.
Cakupan imunisasi Td2+ pada ibu hamil tahun
2018 sebesar 51,76%, relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar
65,3%, juga lebih rendah sekitar 30%
dibandingkan dengan cakupan pelayanan Kesehatan
ibu hamil K4 yang sebesar 88,03%, sementara
Td2+ merupakan syarat pelayanan kesehatan ibu
hamil K4. Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan,
dan DI Yogyakarta memiliki capaian imunisasi
Td2+ pada ibu hamil tertinggi di Indonesia.
Sedangkan provinsi dengan capaian terendah
yaitu Sumatera Utara (1,20%), Papua Barat
(11,52%), dan Lampung (12,60%).
 
4. Persalinan, Tempat dan penolong
persalinan

Dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai


standar, sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan melakukan persalinan dengan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
sebab itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan
persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebagai salah
satu indikator upaya kesehatan keluarga, menggantikan indikator pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan (PN).
Berikut ini disajikan gambaran
cakupan persalinan ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di 34 provinsi di
Indonesia tahun 2018 (Gambar 5.7).

Secara nasional, indikator PF


telah memenuhi target Renstra yang
sebesar 82%. Terdapat kesenjangan
yang cukup jauh antara provinsi
dengan capaian tertinggi dan
terendah yaitu DKI Jakarta (102%)
dan Maluku (45,18%).
Hasil Riskesdas 2018 memperlihatkan
tempat persalinan paling banyak
digunakan yaitu rumah sakit (baik
pemerintah maupun swasta) dan
praktek tenaga kesehatan (nakes).
Namun penggunaan rumah masih
cukup tinggi sebesar 16,7%, yang
menempati urutan ketiga tertinggi
tempat bersalin
Secara konsisten terlihat bahwa provinsi dengan cakupan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan rendah memiliki akses ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang relatif sulit. Oleh karena itu untuk daerah dengan akses sulit,
Kementerian Kesehatan mengembangkan program Kemitraan Bidan dan
Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra
dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan.
Ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan, menjelang hari taksiran persalinan diupayakan
sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di Rumah Tunggu
Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang
berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat digunakan
sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya
(suami/kader/dukun atau keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu
persalinan tiba dan beberapa hari setelah bersalin.
Proporsi terbesar penolong persalinan
tertinggi yaitu bidan sebesar 62,7% dan
dokter kandungan sebesar 28,9%.
Berdasarkan karakteristik demografi,
semakin tinggi pendidikan ibu bersalin
semakin tinggi persentase pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan.
Sedangkan berdasarkan tempat tinggal,
proporsi persalinan oleh tenaga kesehatan
di perkotaan lebih tinggi (96,7%)
dibandingkan di perdesaan (88,9%).
Provinsi Maluku (33,4%), Maluku Utara
(26,1%) dan, Nusa Tenggara Timur
(16,1%) merupakan provinsi tertinggi
dengan proporsi persalinan oleh dukun.
5. Pemakaian kontrasepsi/KB.
Menurut BKKBN, KB
aktif di antara PUS tahun
2018 sebesar 63,27%,
hampir sama dengan tahun
sebelumnya yang sebesar
63,22%. Sementara target
RPJMN yang ingin dicapai
tahun 2019 sebesar 66%.
Hasil SDKI tahun 2017
juga menunjukan angka
yang sama pada KB aktif
yaitu sebesar 63,6%.
Berdasarkan metode KB, provinsi tertinggi
dengan peserta KB MKJP tertinggi terdapat di Bali
(40,54%), D.I Yogyakarta (37,38%), dan Nusa
Tenggara Timur (31,70). Sedangkan Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan walaupun secara
keseluruhan metode merupakan provinsi dengan
cakupan KB aktif yang relatif tinggi, namun
pengguna MKJP yang sangat rendah.
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan
sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan
reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga berencana.
Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana
dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi
pasangan usia subur untuk membentuk generasi
penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan Usia
Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di
tempat-tempat yang melayani program KB
PERBANDINGAN
DAN POIN

A : B =A
A : C =A
A : D =D A =4
Perioritas masalah A : E =A B =0
B : D =D
menggunakan metode USG B : E= E
C =2
D =3
C : A= A E =1
C : B= C
D : C= D
E : C= C
METODE USG
Masalah Urgency Seriousness Growth Total

Angka kematian Ibu(AKI) 4 4 4 12 perioritas


tingkat kepatuhan ibu hamil
dalam memeriksakan
0 1 0 1
kehamilannya ke tenaga
kesehatan
pelayanan imunisasi Tetanus
bagi wanita usia subur dan
2 2 1 5
ibu hamil
Persalinan Tempat dan
penolong persalinan
3 3 3 9
Pemakaian kontrasepsi/KB. 1 1 0 2
Terimakasih 

S1 kebidanan cantik
2018 

Anda mungkin juga menyukai