Anda di halaman 1dari 14

Secara BAB IV

umum upaya
SITUASI UPAYA KESEHATAN
kesehatan
terdiri dari
dua unsur utama yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

Berikut ini diuraikan beberapa upaya kesehatan yang dilakukan beberapa tahun
terakhir khususnya tahun 2015.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Dewasa ini masalah kesehatan di Indonesia masih merupakan tantangan besar, dan
banyak diantaranya yang menjadi masalah kesehatan prioritas. Salah satu dari berbagai
masalah kesehatan tersebut adalah masalah kesehatan keluarga. Oleh karena itu pelaksanaan
program kesehatan keluarga yang meliputi program-program yang mengelola upaya kesehatan
masyarakat sepanjang siklus kehidupan manusia, yaitu sejak janin di dalam kandungan, masa
balita, usia sekolah, usia subur dan usia lanjut harus terus dilaksanakan. Di kabupaten Nagekeo
pelaksanaan pelayanan kesehatan selama tahun 2015 meliputi :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi


Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa berpengaruh pada kesehatan
janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Beberapa
indikator SPM untuk penilaian keberhasilan/kemampuan Program KIA melalui penyediaan
pelayanan kesehatan adalah :

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan


profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 27


2015
seperti mengukur berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya
sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan kesehatan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke sarana kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran
ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga.
Cakupan K1 di Nagekeo tahun 2015 sebanyak 2.903 ibu hamil atau 69% dari 4.208
sasaran ibu hamil. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 83,6% dan belum
mencapai target nasional 95%. Adapun gambaran trend cakupan K1 Kabupaten Nagekeo
selama 5 tahun terakhir dapat diamati pada gambar 11 yang menunjukan cakupan K1
dibawah target Nasional 95%.
Gambar 11 : Trend Cakupan Kunjungan K1 Kabupaten Nagekeo Tahun 2011– 2015

90 K1 83.6
80 73.2 72.7 72.9
69
70
60
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Nagekeo Tahun 2015

Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu
hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali
pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 28


2015
Gambar 12 : Trend Cakupan Kunjungan K4 Kabupaten Nagekeo Tahun 2011-2015

K4
50
43 42.6
45
40
35 32.7 32.2
30 27.4
25
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Naagekeo Tahun 2015


Cakupan K4 di Nagekeo tahun 2015 hanya mencapai 1.794 ibu hamil atau 42,6%.
Angka ini menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 43%, dan belum dapat mencapai target
nasional 90%. Cakupan K4 selama 5 tahun terakhir yang tertinggi adalah tahun 2014 (43,0%)
dan terendah adalah tahun 2011 (27,4%). Sementara gambaran menyeluruh cakupan K4
menurut Kecamatan dapat diamati pada lampiran tabel 29.

b . Ibu Hamil Risiko Tinggi/Komplikasi dan Yang Ditangani

Ibu hamil risti/komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya.
Terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh tenaga
bidan di desa dan puskesmas kepada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti), hal ini
memberikan tindakan lebih lanjut yaitu perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan
kesehatan yang lebih memadai. Salah satu faktor yang turut menyebabkan kematian ibu dan
Bayi adalah keterlambatan mengambil keputusan di tingkat keluarga untuk merujuk ibu hamil
risti/ komplikasi dan terlambat mendapat pertolongan dengan baik dan tepat waktu di fasilitas
kesehatan .
Pada tahun 2015 di Nagekeo terdapat 421 ibu hamil komplikasi dari perkirakan 842
orang (50%) dengan cakupan tertinggi di Wolowae (125%) dan terendah di Nangaroro (22,9%).
Untuk proses rujukan telah ada 4 Puskesmas PONED di Nagekeo yang siap untuk menangani
ibu hamil komplikasi, sementara bila membutuhkan penanganan lanjut akan dirujuk ke Rumah
sakit. Gambaran cakupan pelayanan ibu hamil komplikasi menurut Kecamatan dapat dilihat
pada lampiran tabel 33.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 29
2015
c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)

Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional dengan
kompetensi kebidanan dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya
placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi di
masa persalinan. Lebih dari 80% kematian ibu terjadi pada saat atau masa di sekitar
persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan (profesional)
Gambar 13 : Trend Cakupan Persalinan Nakes Kabupaten Nagekeo Tahun 2011 – 2015

Persalinan Nakes
102
99.3
100 97.5
98 95.7
96
94 92.5
92
89.2
90
88
86
84
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Bidang Yankes Dinkes Kabupaten Nagekeo Tahun 2015

Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kabupaten Nagekeo selama lima tahun
terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni, pada tahun 2011 persentase
cakupan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan sebesar 89,2%, pada tahun 2012
persentase persalinan oleh nakes terus meningkat menjadi 92,5%, pada tahun 2013
persalinan oleh Nakes maningkat menjadi 95,7%, pada tahun 2014 pesentasenya terus
meningkat yaitu mencapai 97.5%, dan pada tahun 2015 persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terus meningkat mencapai 99,3% dari total 2.739 ibu bersalin dan sebanyak 2.720
ibu yang proses persalinannya di tolong oleh Nakes.

d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi
mengalami pemulihan untuk kembali normal. Akan tetapi, pada umumnya, organ-organ
reproduksi akan kembali normal dalam waktu tiga bulan pasca persalinan. Kunjungan nifas
bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal sebanyak 3 kali
dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama pada 6 jam setelah persalinan sampai 3

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 30


2015
hari; 2) kunjungan nifas kedua dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; 3) kunjungan
nifas ketiga dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini
dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus di Posyandu (Kemkes RI, 2009).
Dalam masa nifas, ibu akan memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi
pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu), pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan,
pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2x24 jam), dan pelayanan KB pasca
persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil risiko kelainan atau bahkan
kematian pada ibu nifas.
Gambar 14 : Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Kab. Nagekeo Tahun 2015

Pelayanan Nifas
DINKES 99.7
KABUREA 100.0
NANGARORO 98.6
MAUNORI 100.0
MAUPONGGO 99.5
BOAWAE 99.9
JAWAKISA 100.0
DANGA 99.9
97.5 98.0 98.5 99.0 99.5 100.0 100.5
Sumber : Bidang Yankes Dinkes Kab. Nagekeo Tahun 2015

Pada tahun 2015 cakupan pelayanan nifas sebesar 99,7%, angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 78,3%, dan telah mencapai
target 90%. Gambaran perkembangan pelayanan nifas dapat dilihat padalampiran tabel 29.

e. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan umur yang
paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi
juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Secara keseluruhan cakupan KN3 di
Kabupaten Nagekeo pada tahun 2015 adalah 94,4% atau sebanyak 2.573 dari seluruh
neonatus yang ada sebanyak 2.727. Angka ini mengalami penuingkatan dari tahun 2014 yakni
sebesar 46.1% atau sebanyak 2.362 orang dari seluruh neonatus yang berjumlah 5.129 orang.
Artinya, masih terdapat 5,6 % neonatus yang tidak melakukan kunjungan kedua ke sarana

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 31


2015
pelayanan kesehatan setempat. (Tabel 38 Lampiran Profil Kesehatan Kab.Nagekeo Tahun
2015) .

f. Neonatal dengan Risti/Komplikasi yang Ditangani


Neonatal risti/komplikasi adalah keadaan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang
dapat menyebabkan kesakitan dan kematian serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan,
kelainan kongenital termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Dalam pelayanan neonatus, sekitar
15% di antara neonatus yang dilayani bidan di Puskesmas tergolong dalam kasus
risti/komplikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Pada tahun 2015 di Nagekeo ditemukan 111 neonatus risti/komplikasi dari perkirakan
sasaran 409 orang (27,1%). Cakupan tertinggi adalah Kecamatan Wolowae (90,3%) dan
terendah Kecamatan Nangaroro (7,7%). Cakupan tersebut masih dibawah target nasional 80%.
Untuk proses rujukan di Nagekeo sudah terbentuk 4 Puskesmas PONED yang siap melayani ibu
hamil komplikasi dan untuk kasus komplikasi dengan penanganan lanjut dirujuk ke Rumah
sakit.

g. Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari-11 bulan)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat di sarana kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar lengkap, stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Gambaran
perkembangan pelayanan kesehatan bayi di Nagekeo dapat diamati pada gambar dibawah ini:
Gambar 15 : Trend Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Nagekeo Tahun 2015

120
Kunjungan Bayi
96.3 91.8
100 89.6

80 70.3

60

40 32.6

20

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 2015


Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 32
2015
Cakupan kunjungan bayi tahun 2015 kembali meningkat sebanyak 91,8% dibandingkan
denngan tahun 2014 yang hanya mencapai 73,3% angka tersebut belum mencapai target
nasional yaitu 85%. Angka tersebut menunjukan bahwa petugas kesehatan harus lebih aktif
melakukan pelayanan kesehatan pada bayi dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga
peluang wanita untuk melahirkan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang
wanita antara 15–49 tahun. Oleh karena itu, untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjarangkan kelahiran, wanita Usia Subur (PUS) dan pasangannya diprioritaskan untuk ikut
program KB. Proporsi metode kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif terlihat pada
gambar 16.
Gambar 16 : Prosentase Penggunaan Alat Kontrasepsi Kab. Nagekeo Tahun 2015

KB AKTIF
PIL; 9.8
IUD; 16.5 MOP; 0.3

SUNTIK; 29.3 MOW; 16.5

IMPLAN; 21.1

KONDOM; 6.5

Sumber : Bidang Yankes Dinkes Kab. Nagekeo Tahun 2015

Jumlah PUS di Nagekeo tahun 2015 yang tercatat 18.863 orang. Dari jumlah PUS
tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak 1.413 orang (7.5%) dan peserta KB aktif
sebanyak 7.538 (40%). Cakupan KB aktif ini tersebut masih jauh dari target yaitu 70%.
Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan dari 7.538 peserta KB aktif, sebanyak 4.105
(54.5%) akseptor memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan dan
MOW/MOP, sedangkan 3.433 (45.5%) akseptor memilih metode kontrasepsi jangka pendek
seperti pil, suntik, maupun kondom.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 33


2015
3. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata
rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang
digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child
Immunization).
Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal
80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan campak. Namun sejak tahun 2003, indikator
perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya
tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Adapun sasaran program imunisasi
adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan murid SD. Cakupan UCI desa di Nagekeo tahun
2015 sebesar 70,8% dan belum mencapai target 80%. Gambaran pencapaian UCI per
kecamatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 17 : Cakupan UCI per Kecamatan Kabupaten Nagekeo Tahun 2015

DESA/KEL UCI
DINKES 70.8
KABUREA 40.0
NANGARORO 89.5
MAUNORI 62.5
MAUPONGGO 76.2
BOAWAE 85.2
JAWAKISA 57.1
DANGA 44.4
- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Sumber : Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Dinkes Nagekeo Tahun 2015

Cakupan desa UCI Kab. nagekeo Tahun 2015 sebesar 70,8%. Hampir semua wilayah
kecamatan belum memenuhi standar minimum desa UCI, Kecamatan dengan standar
minimum UCI tertinggi adalah Kecamatan Nangaroro (89.5%), dan Kecamatan dengan standar
minimum UCI terendah adalah Kecamatan Wolowae (40%).
Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan
skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 34


2015
4. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila (Usia Lanjut)

Jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Di lain sisi, peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan
meningkatnya penyakit degenerative di masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif
dan preventif, maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan dikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan akan cukup besar. Salah satu sarana pelayanan promotif dan preventif
bagi warga usia lanjut dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Jumlah warga usila di Nagekeo tahun 2015 sebanyak 21.892 orang dan 9.665 orang
diantaranya (44,15%) telah mendapat pelayanan kesehatan.

5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia
sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut,
karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan
merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi. Oleh karena itu kegiatan
pelayanan kesehatan gigi-mulut dilakukan melalui upaya promotif dan preventif di sekolah
dengan kegiatan sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif
(pencabutan, pengobatan dan penambalan gigi) dilaksanakan di poli gigi puskesmas.
Pada tahun 2015, pemeriksaan gigi mulut dilakukan pada 13.817 murid dari 21.001
murid SD/MI (66%) dan sebanyak 3.295 anak membutuhkan perawatan,namun hanya 48,0%
murid yang mau dirawat. Hal ini mungkin disebabkan karena tempat tinggal anak-anak yang
jauh dari Puskesmas sehingga mereka menolak dirawat di Puskesmas. Sementara untuk
pelayanan di poli gigi puskesmas tercatat 844 tindakan pencabutan gigi tetap dan 17 tindakan
tumpatan gigi tetap dengan rasio tumpatan / cabut sebesar 0,0, rendahnya tindakan
penambalan gigi karena dari 7 puskesmas yang ada, belum ada peralatan tambalnya.

B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani


permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai
pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan
akibat kekurangan yodium, dan anemia zat besi

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 35


2015
1. Pemantauan Pertumbuhan Baduta/Balita

Pemantauan pertumbuhan balita merupakan salah satu kegiatan program perbaikan


gizi yang berupaya pada pencegahan gangguan gizi dan peningkatan keadaan gizi anak balita.
Upaya pemantauan pertumbuhan balita dilakukan di puskesmas dan posyandu.
Pemantauan terhadap pertumbuhan baduta dilakukan melalui kegiatan penimbangan
yang dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap bulan. Hasil pengumpulan data dari 7
(tujuh) puskesmas di Kabupaten Nagekeo pada tahun 2015 dari jumlah seluruh balita yaitu
sebanyak 5227 orang, yang datang ke posyandu untuk ditimbang sebanyak 4.383 (83,9 %),
Sementara itu baduta dengan status penimbangan di bawah garis merah (BGM) sebanyak 89
(2%), semetara itu untuk pelayanan kesehatan Balita minimal 8 kali dari seluruh jumlah balita
yang ada sebanyak 10.049 orang yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 9.230 orang
atau (91,8%) dan balita gizi buruk sebanyak 9 orang.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Hal
itu dapat diketahui dari hasil survey Xerophthalmia tahun 1992 yang menunjukkan bahwa
50,2% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A di bawah standar kecukupan yang
ditentukan WHO. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan
angka kematian balita. Upaya pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan
melalui suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi untuk sasaran prioritas Bayi (umur 6 – 11
bulan), anak balita (umur 1 – 4 tahun), dan ibu nifas. Munculnya kasus balita gizi buruk di
beberapa daerah di Nagekeo memberikan isyarat bahwa masalah Kurang Vitamin A juga perlu
terus mendapatkan penanganan. Hal tersebut karena balita yang menderita gizi buruk
biasanya juga disertai dengan defisiensi mineral dan vitamin termasuk vitamin A.
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin dilaksanakan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi A(100.000 UI) yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan)
sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari atau Agustus) dan kapsul vitamin A merah
untuk anak balita (1- 4 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap bulan Februari dan Agustus serta.
Rata-rata cakupan pemberian kapsul vitamin A di Nagekeo tahun 2015 pada bayi sebesar 92%
dari total bayi dan balita sebanyak 11. 773.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 36


2015
Gambar 18 : Cakupan Pemberian Vitamin A di Kabupaten Nagekeo Tahun 2015

VIT A BAYI/BALITA
120.00
100.0099.38 93.9093.78 100.00
100.00 93.6297.39
100.00 90.6286.40 89.9388.57 85.4978.54
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
GA ISA AE GO RI O A
N K W G NO OR URE
A A A N R
D W BO PO AU GA KA
B
JA A U M
A N
M N

Bayi Balita

Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Nagekeo Tahun 2015

Dari gambar di atas nampak beberapa kecamatan yang mana masih rendahnya
cakupan pemberian Vitamin A pada bayi karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
mengantar bayinya ke posyandu untuk diberikan vitamin A.

3. Pemberian Tablet Besi

Pada tahun 2015 dari 4.208 ibu hamil yang mendapatkan Fe3 sebanyak 2.836 atau
67,40%. Masih rendahnya cakupan ini disebabkan oleh karena tidak semua ibu hamil
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, sebagian dari mereka memeriksakan
kesehatannya di sarana kesehatan swasta sehingga pendistribusian tablet besi tidak dapat
terpantau. Namun demikian petugas kesehatan tetap memberikan motivasi tentang
pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar
diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil.

C. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai akibat


dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang menggambarkan kondisi lingkungan antara lain
rumah sehat, TUPM, air bersih dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah,
tempat sampah dan kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 37


2015
kesehatan. Perkembangan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Nagekeo akan
diuraikan dibawah ini :

1. Rumah Sehat
Salah satu indikator untuk mengukur kondisi lingkungan sehat adalah perumahan
sehat. Pada tahun 2015 dari 24.531 buah rumah, sebanyak 15.668 buah rumah atau 63.9%
dalam kategori rumah sehat. Persentase rumah sehat terbesar ditemukan di kecamatan
Boawae sebesar 76,4 % dan persentase rumah sehat terendah ada di kecamatan Aesesa
Wolowae yaitu sebesar 51,7 %. Persentase rumah sehat tahun 2015 dapat dilihat pada grafik
berikut dibawah ini :

Gambar 19 : Prosentase Rumah Sehat Kabupaten Nagekeo Tahun 2015

Rumah Sehat

51.7 57.6

DANGA
63.9 57.7 JAWAKISA
BOAWAE
MAUPONGGO
MAUNORI
60.1 NANGARORO
76.4
KABUREA

61.8

Sumber : Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Dinkes Kab. Nagekeo Tahun 2015

2. Tempat-Tempat Umum (TTU)


Selain perumahan, berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan juga dilakukan,
melalui pemantauan dan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi, Tempat-tempat
Pengolahan Makanan (TPM), Tempat-tempat umum (TTU), serta penyediaan fasilitas sanitasi
dasar. Berdasarkan hasil rekapitulasi data dari 7 puskesmas menunjukkan bahwa pada tahun
2015 dari 136 TPM yang ada, sebanyak 107 atau (79%) TPM yang diperiksa dan yang
memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan
dan hotel dapat dilihat pada lampiran tabel 64.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 38


2015
3. Keluarga Memiliki Akses Air Bersih

Dari hasil laporan Seksi Penyehatan Lingkungan bahwa cakupan air bersih tahun 2015
diketahui dari seluruh jumlah Penduduk yang ada atau memiliki sarana 145.351 Penduduk,
diperiksa sebanyak 78.350 penduduk. Sesuai dengan hasil pemeriksaan jenis sarana air bersih
yang digunakan masyarakat yaitu menggunakan jaringan perpipaan sebanyak 69.694 jiwa, SPT
(Sumur Pompa tangan) tidak ada, Sumur Gali (SG) 1.343 jiwa, PAH (penampungan air hujan)
3.503 jiwa dan lainnya 3.810 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran profil tabel
60.

D. PRILAKU HIDUP MASYARAKAT

1. Pengembangan UKBM
Partisipasi aktif masyarakat di bidang kesehatan ditandai dengan makin
berkembangnya dalam jumlah dan mutu Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat atau
dikenal dengan istilah UKBM. Ada 2 jenis UKBM, pertama yang berfungsi utama sebagai
pelayanan kesehatan masyarakat dan yang kedua UKBM yang berfungsi utama sebagai
kelompok potensial bergerak di bidang kesehatan. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo
sudah tumbuh beberapa UKBM yang berfungsi utama sebagai pelayanan kesehatan antara lain
Posyandu Balita, Pondok Bersalin Desa, dan Usaha Kesehatan Sekolah yang tersebar di
desa/kelurahan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM), yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu
strata Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Posyandu purnama yaitu posyandu dengan
cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih dalam setahun.
Target Posyandu Purnama dan Mandiri Nasional adalah 20%, sementara itu pencapaian rata-
rata Kabupaten Nagekeo Tahun 2014 jumlah total Posyandu sebanyak 261 buah dengan
prosentase menurut tingkat strata sebagai berikut strata Pratama 2,30%, strata Madya 71,65 %
strata Purnama 25,29% dan Mandiri 0,77%. Prosentase posyandu selengkapnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 39


2015
Gambar 20 : Prosentase Kemandirian Posyandu Berdasarkan Strata Tahun 2015

STRATA POSYANDU
0.77 2.30
25.29

PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI

71.65

Sumber : Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Tahun 2015

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Rumah tangga sehat adalah Rumah tangga dengan semua anggota keluarganya
berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu komposit 12 dari 16 indikator (Persalinan oleh Nakes,
Balita diberi ASI, Kepadatan rumah, mendapatkan air bersih, mempunyai jamban, lantai rumah
kedap air, mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, olahraga seimbang
dan makanan gizi seimbang.
Berdasarkan data dari hasil survei PHBS Kabupaten Nagekeo Tahun 2015 dari 29.136 KK
yang dipantau 18.750 kk dan yang ber PHBS mencapai 1.751 KK atau sekitar 9,3 %. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 58.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 40


2015

Anda mungkin juga menyukai