umum upaya
SITUASI UPAYA KESEHATAN
kesehatan
terdiri dari
dua unsur utama yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Berikut ini diuraikan beberapa upaya kesehatan yang dilakukan beberapa tahun
terakhir khususnya tahun 2015.
Dewasa ini masalah kesehatan di Indonesia masih merupakan tantangan besar, dan
banyak diantaranya yang menjadi masalah kesehatan prioritas. Salah satu dari berbagai
masalah kesehatan tersebut adalah masalah kesehatan keluarga. Oleh karena itu pelaksanaan
program kesehatan keluarga yang meliputi program-program yang mengelola upaya kesehatan
masyarakat sepanjang siklus kehidupan manusia, yaitu sejak janin di dalam kandungan, masa
balita, usia sekolah, usia subur dan usia lanjut harus terus dilaksanakan. Di kabupaten Nagekeo
pelaksanaan pelayanan kesehatan selama tahun 2015 meliputi :
90 K1 83.6
80 73.2 72.7 72.9
69
70
60
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Nagekeo Tahun 2015
Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu
hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali
pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.
K4
50
43 42.6
45
40
35 32.7 32.2
30 27.4
25
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015
Ibu hamil risti/komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya.
Terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh tenaga
bidan di desa dan puskesmas kepada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti), hal ini
memberikan tindakan lebih lanjut yaitu perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan
kesehatan yang lebih memadai. Salah satu faktor yang turut menyebabkan kematian ibu dan
Bayi adalah keterlambatan mengambil keputusan di tingkat keluarga untuk merujuk ibu hamil
risti/ komplikasi dan terlambat mendapat pertolongan dengan baik dan tepat waktu di fasilitas
kesehatan .
Pada tahun 2015 di Nagekeo terdapat 421 ibu hamil komplikasi dari perkirakan 842
orang (50%) dengan cakupan tertinggi di Wolowae (125%) dan terendah di Nangaroro (22,9%).
Untuk proses rujukan telah ada 4 Puskesmas PONED di Nagekeo yang siap untuk menangani
ibu hamil komplikasi, sementara bila membutuhkan penanganan lanjut akan dirujuk ke Rumah
sakit. Gambaran cakupan pelayanan ibu hamil komplikasi menurut Kecamatan dapat dilihat
pada lampiran tabel 33.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo Tahun 29
2015
c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional dengan
kompetensi kebidanan dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya
placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi di
masa persalinan. Lebih dari 80% kematian ibu terjadi pada saat atau masa di sekitar
persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan (profesional)
Gambar 13 : Trend Cakupan Persalinan Nakes Kabupaten Nagekeo Tahun 2011 – 2015
Persalinan Nakes
102
99.3
100 97.5
98 95.7
96
94 92.5
92
89.2
90
88
86
84
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kabupaten Nagekeo selama lima tahun
terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni, pada tahun 2011 persentase
cakupan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan sebesar 89,2%, pada tahun 2012
persentase persalinan oleh nakes terus meningkat menjadi 92,5%, pada tahun 2013
persalinan oleh Nakes maningkat menjadi 95,7%, pada tahun 2014 pesentasenya terus
meningkat yaitu mencapai 97.5%, dan pada tahun 2015 persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terus meningkat mencapai 99,3% dari total 2.739 ibu bersalin dan sebanyak 2.720
ibu yang proses persalinannya di tolong oleh Nakes.
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi
mengalami pemulihan untuk kembali normal. Akan tetapi, pada umumnya, organ-organ
reproduksi akan kembali normal dalam waktu tiga bulan pasca persalinan. Kunjungan nifas
bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal sebanyak 3 kali
dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama pada 6 jam setelah persalinan sampai 3
Pelayanan Nifas
DINKES 99.7
KABUREA 100.0
NANGARORO 98.6
MAUNORI 100.0
MAUPONGGO 99.5
BOAWAE 99.9
JAWAKISA 100.0
DANGA 99.9
97.5 98.0 98.5 99.0 99.5 100.0 100.5
Sumber : Bidang Yankes Dinkes Kab. Nagekeo Tahun 2015
Pada tahun 2015 cakupan pelayanan nifas sebesar 99,7%, angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 78,3%, dan telah mencapai
target 90%. Gambaran perkembangan pelayanan nifas dapat dilihat padalampiran tabel 29.
e. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan umur yang
paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi
juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Secara keseluruhan cakupan KN3 di
Kabupaten Nagekeo pada tahun 2015 adalah 94,4% atau sebanyak 2.573 dari seluruh
neonatus yang ada sebanyak 2.727. Angka ini mengalami penuingkatan dari tahun 2014 yakni
sebesar 46.1% atau sebanyak 2.362 orang dari seluruh neonatus yang berjumlah 5.129 orang.
Artinya, masih terdapat 5,6 % neonatus yang tidak melakukan kunjungan kedua ke sarana
g. Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari-11 bulan)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat di sarana kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar lengkap, stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Gambaran
perkembangan pelayanan kesehatan bayi di Nagekeo dapat diamati pada gambar dibawah ini:
Gambar 15 : Trend Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Nagekeo Tahun 2015
120
Kunjungan Bayi
96.3 91.8
100 89.6
80 70.3
60
40 32.6
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga
peluang wanita untuk melahirkan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang
wanita antara 15–49 tahun. Oleh karena itu, untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjarangkan kelahiran, wanita Usia Subur (PUS) dan pasangannya diprioritaskan untuk ikut
program KB. Proporsi metode kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif terlihat pada
gambar 16.
Gambar 16 : Prosentase Penggunaan Alat Kontrasepsi Kab. Nagekeo Tahun 2015
KB AKTIF
PIL; 9.8
IUD; 16.5 MOP; 0.3
IMPLAN; 21.1
KONDOM; 6.5
Jumlah PUS di Nagekeo tahun 2015 yang tercatat 18.863 orang. Dari jumlah PUS
tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak 1.413 orang (7.5%) dan peserta KB aktif
sebanyak 7.538 (40%). Cakupan KB aktif ini tersebut masih jauh dari target yaitu 70%.
Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan dari 7.538 peserta KB aktif, sebanyak 4.105
(54.5%) akseptor memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan dan
MOW/MOP, sedangkan 3.433 (45.5%) akseptor memilih metode kontrasepsi jangka pendek
seperti pil, suntik, maupun kondom.
DESA/KEL UCI
DINKES 70.8
KABUREA 40.0
NANGARORO 89.5
MAUNORI 62.5
MAUPONGGO 76.2
BOAWAE 85.2
JAWAKISA 57.1
DANGA 44.4
- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0
Cakupan desa UCI Kab. nagekeo Tahun 2015 sebesar 70,8%. Hampir semua wilayah
kecamatan belum memenuhi standar minimum desa UCI, Kecamatan dengan standar
minimum UCI tertinggi adalah Kecamatan Nangaroro (89.5%), dan Kecamatan dengan standar
minimum UCI terendah adalah Kecamatan Wolowae (40%).
Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan
skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran.
Jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Di lain sisi, peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan
meningkatnya penyakit degenerative di masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif
dan preventif, maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan dikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan akan cukup besar. Salah satu sarana pelayanan promotif dan preventif
bagi warga usia lanjut dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Jumlah warga usila di Nagekeo tahun 2015 sebanyak 21.892 orang dan 9.665 orang
diantaranya (44,15%) telah mendapat pelayanan kesehatan.
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia
sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut,
karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan
merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi. Oleh karena itu kegiatan
pelayanan kesehatan gigi-mulut dilakukan melalui upaya promotif dan preventif di sekolah
dengan kegiatan sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif
(pencabutan, pengobatan dan penambalan gigi) dilaksanakan di poli gigi puskesmas.
Pada tahun 2015, pemeriksaan gigi mulut dilakukan pada 13.817 murid dari 21.001
murid SD/MI (66%) dan sebanyak 3.295 anak membutuhkan perawatan,namun hanya 48,0%
murid yang mau dirawat. Hal ini mungkin disebabkan karena tempat tinggal anak-anak yang
jauh dari Puskesmas sehingga mereka menolak dirawat di Puskesmas. Sementara untuk
pelayanan di poli gigi puskesmas tercatat 844 tindakan pencabutan gigi tetap dan 17 tindakan
tumpatan gigi tetap dengan rasio tumpatan / cabut sebesar 0,0, rendahnya tindakan
penambalan gigi karena dari 7 puskesmas yang ada, belum ada peralatan tambalnya.
Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Hal
itu dapat diketahui dari hasil survey Xerophthalmia tahun 1992 yang menunjukkan bahwa
50,2% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A di bawah standar kecukupan yang
ditentukan WHO. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan
angka kematian balita. Upaya pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan
melalui suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi untuk sasaran prioritas Bayi (umur 6 – 11
bulan), anak balita (umur 1 – 4 tahun), dan ibu nifas. Munculnya kasus balita gizi buruk di
beberapa daerah di Nagekeo memberikan isyarat bahwa masalah Kurang Vitamin A juga perlu
terus mendapatkan penanganan. Hal tersebut karena balita yang menderita gizi buruk
biasanya juga disertai dengan defisiensi mineral dan vitamin termasuk vitamin A.
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin dilaksanakan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi A(100.000 UI) yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan)
sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari atau Agustus) dan kapsul vitamin A merah
untuk anak balita (1- 4 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap bulan Februari dan Agustus serta.
Rata-rata cakupan pemberian kapsul vitamin A di Nagekeo tahun 2015 pada bayi sebesar 92%
dari total bayi dan balita sebanyak 11. 773.
VIT A BAYI/BALITA
120.00
100.0099.38 93.9093.78 100.00
100.00 93.6297.39
100.00 90.6286.40 89.9388.57 85.4978.54
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
GA ISA AE GO RI O A
N K W G NO OR URE
A A A N R
D W BO PO AU GA KA
B
JA A U M
A N
M N
Bayi Balita
Dari gambar di atas nampak beberapa kecamatan yang mana masih rendahnya
cakupan pemberian Vitamin A pada bayi karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
mengantar bayinya ke posyandu untuk diberikan vitamin A.
Pada tahun 2015 dari 4.208 ibu hamil yang mendapatkan Fe3 sebanyak 2.836 atau
67,40%. Masih rendahnya cakupan ini disebabkan oleh karena tidak semua ibu hamil
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, sebagian dari mereka memeriksakan
kesehatannya di sarana kesehatan swasta sehingga pendistribusian tablet besi tidak dapat
terpantau. Namun demikian petugas kesehatan tetap memberikan motivasi tentang
pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar
diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil.
1. Rumah Sehat
Salah satu indikator untuk mengukur kondisi lingkungan sehat adalah perumahan
sehat. Pada tahun 2015 dari 24.531 buah rumah, sebanyak 15.668 buah rumah atau 63.9%
dalam kategori rumah sehat. Persentase rumah sehat terbesar ditemukan di kecamatan
Boawae sebesar 76,4 % dan persentase rumah sehat terendah ada di kecamatan Aesesa
Wolowae yaitu sebesar 51,7 %. Persentase rumah sehat tahun 2015 dapat dilihat pada grafik
berikut dibawah ini :
Rumah Sehat
51.7 57.6
DANGA
63.9 57.7 JAWAKISA
BOAWAE
MAUPONGGO
MAUNORI
60.1 NANGARORO
76.4
KABUREA
61.8
Sumber : Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Dinkes Kab. Nagekeo Tahun 2015
Dari hasil laporan Seksi Penyehatan Lingkungan bahwa cakupan air bersih tahun 2015
diketahui dari seluruh jumlah Penduduk yang ada atau memiliki sarana 145.351 Penduduk,
diperiksa sebanyak 78.350 penduduk. Sesuai dengan hasil pemeriksaan jenis sarana air bersih
yang digunakan masyarakat yaitu menggunakan jaringan perpipaan sebanyak 69.694 jiwa, SPT
(Sumur Pompa tangan) tidak ada, Sumur Gali (SG) 1.343 jiwa, PAH (penampungan air hujan)
3.503 jiwa dan lainnya 3.810 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran profil tabel
60.
1. Pengembangan UKBM
Partisipasi aktif masyarakat di bidang kesehatan ditandai dengan makin
berkembangnya dalam jumlah dan mutu Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat atau
dikenal dengan istilah UKBM. Ada 2 jenis UKBM, pertama yang berfungsi utama sebagai
pelayanan kesehatan masyarakat dan yang kedua UKBM yang berfungsi utama sebagai
kelompok potensial bergerak di bidang kesehatan. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo
sudah tumbuh beberapa UKBM yang berfungsi utama sebagai pelayanan kesehatan antara lain
Posyandu Balita, Pondok Bersalin Desa, dan Usaha Kesehatan Sekolah yang tersebar di
desa/kelurahan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM), yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu
strata Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Posyandu purnama yaitu posyandu dengan
cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih dalam setahun.
Target Posyandu Purnama dan Mandiri Nasional adalah 20%, sementara itu pencapaian rata-
rata Kabupaten Nagekeo Tahun 2014 jumlah total Posyandu sebanyak 261 buah dengan
prosentase menurut tingkat strata sebagai berikut strata Pratama 2,30%, strata Madya 71,65 %
strata Purnama 25,29% dan Mandiri 0,77%. Prosentase posyandu selengkapnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
STRATA POSYANDU
0.77 2.30
25.29
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
71.65