DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ................................................................................ 3
C. Ruang Lingkup Pelayann .................................................................. 3
D. Batasan Operasional ......................................................................... 3
E. Landasan Hukum................................................................................ 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN ............................................................ 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan........................................................................ 5
C. Pengaturan Jaga ................................................................................ 6
BAB III STANDAR FASILITAS.................................................................. 7
A. Denah Ruangan .................................................................................. 7
B. Standar Fasilitas................................................................................. 7
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN .................................................... 15
A. Tatalaksana Pelayanan Kehamilan ................................................. 15
B. Tatalaksana Pelayanan Persalinan ................................................. 16
C. Tatalaksana Pelayanan Nifas........................................................... 17
D. Tatalaksana Rawat Gabung ............................................................. 18
E. Tatalaksana Pelayanan Bayi Baru Lahir ........................................ 18
F. Tatalaksana Pelayanan Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi,......... 19
G. Tatalaksana Pelayanan High Care Unit.......................................... 19
H. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan Neonatal ................................ 20
I. Tatalaksana Pelayanan Ginekologi ................................................. 20
J. Tatalaksana Pelayanan Kamar Operasi......................................... 20
K. Tatalaksana Pelayanan Penunjang Medik..................................... 21
BAB V LOGISTIK ......................................................................................... 22
A. Kriteria Umum Ruangan .................................................................... 22
B. Kriteria Khusus Ruangan................................................................... 22
C. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum.................................. 25
D. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus ................................ 26
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................ 28
A. Fisik ...................................................................................................... 28
B. Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................................... 28
BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................. 29
A. Fisik ...................................................................................................... 29
B. Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................................... 29
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................ 30
BAB IX PENUTUP....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tertinggi di negara ASEAN danpenurunannya sangat lambat. Berdasarkan survei demografi
dan kesehatanIndonesia (BPS, 2013), angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar
359/100 ribu kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991
yaitu sebesar 390/100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan untuk angka kematian bayi pada tahun 2016
sebanyak 4.912 kasus. Hal ini mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 4.999 kasus.
Disamping itu Index Pembangunan Manusia di Indonesia berada padaurutan ke 107 dibandingkan
dengan bangsa lain dan selama 5 tahun terakhir ini mengalami perbaikan namun sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua
diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi
dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari AKB pada tahun 1990
menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun 1990 dari 307
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan
upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung
kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah
(40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya
disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-eklampsia / eklampsia (15%), persalinan macet dan
abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka
proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan
regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi
baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit danPelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukandalam pelayanan kedaruratan
dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai
kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam
bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman Manajemen Penyelenggaraan PONEk
24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang melibatkan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
Propinsi dan sektor terkait lainnya. Telah pula dilakukan bimbingan teknis tentang manajemen
PONEK 24 jam di RS Kabupaten/Kota pada RSUD di 4 Propinsi (Riau, Sumatera Barat, Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Timur) untuk mempersiapkan penyelenggaraan PONEK 24 jam.
Pada tahun 2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu,
Bayi dan Anak melalui Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang melibatkan 12 Propinsi meliputi
6 propinsi Wilayah Timur dengan AKI dan AKB tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua) dan 6 propinsi yang telah dibina melalui program bantuan
HSP (NAD,Jawa Barat,DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur).
Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan ketrampilan bagi tim PONEK di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota (dokter spesialis Anak, dokter spesialiskebidanan dan kandungan, Bidan dan
Perawat) di 6 propinsi di Wilayah Timur dengan AKI tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua) dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI, dalam
rangka mendukung pelaksanaan program PONEK di RSUKabupaten/Kota yang merupakan target UKP
Departemen Kesehatan RI. Yaitu 75% RS Kabupaten dapat menyelenggarakan PONEK pada tahun
2009.
Pelatihan yang sangat bermanfaat tersebut mendapatkan respon sangat besar terutama dari wilayah
Indonesia Timur karena hampir selama 15 tahun bidan dan perawat tidak pernah mendapatkan
pelatihan kedaruratan maternal dan neonatal. Pelatihan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan
On the Job Training (OJT) di masing- masing Rumah Sakit yang dilatih yang semula direncanakan 3
(tiga) tahap menjadi 1 (satu) tahap akibat keterbatasan dana.
Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pelatihan serupa pada tahap berikutnya di propinsi lainnya
hingga tahun 2009 untuk meningkatkan keterampilan bagi tim PONEK di RS Kab/Kota (Dsp. Anak,
Dsp. Kebidanan dan Kandungan, Bidan dan Perawat) dalam rangka mendukung pelaksanaan
program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP Departemen Kesehatan
sebesar 75% pada tahun 2009 dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI.
Diharapkan dari ke dua tahap Pelatihan PONEK tersebut dihasilkan para pelatih regional yang
mampu menjadi pelatih bagi Tim PONEK Rumah Sakit yang belum dilatih di wilayah masing-masing.
Dengan demikian jumlah Tim PONEK Rumah Sakit yang dilatih dapat cepat bertambah dengan
dukungan dana dekonsentrasi pemerintah daerah untuk akselerasi pencapaian target
tahun 2009 tersebut.
Selain dari itu, saat ini Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam COVID-19. Pedoman
ini merupakan salah satu panduan bagi pemberi layanan dalam penatalaksanaan kasus emerging ibu
hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa
social distancing di fasilitas PONEK Rumah Sakit. Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan
PONEK di Rumah Sakit ini dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam pelaksanaan
program PONEK di RS Kabupaten / Kota serta bagi Dinas Kesehatan Propinsi / Kabupaten / Kota
dapat dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
wilayah kerjanya.serta sebagai pedoman pemberi layanan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru
lahir dalam menjalankan pelayanan sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan penularan COVID-19.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terpenuhinya standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) dalam
rangka menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Terstandarnya pedoman ketenagaan di PONEK.
b. Terstandarnya pedoman sarana prasarana di PONEK.
c. Tersusunnya panduan 10 penyakit terbesar di setiap instalasi pelayanan PONEK.
d. Tersusunnya panduan PONEK pada kasus emergency.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. PONEK adalah pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif.
2. IGD adalah instalasi gawat darurat yang dapat melayani penanganan kasus kegawatdaruratan
maternal dan neonatal serta pelayanan ginekologis.
3. ICU adalah Intensuve Care Unit. Dapat melayani pengawasan gawat nafas, perawatan ibu
hamil/nifas dengan PEB atau eklampsia Iminens dan pemantauan terapi cairan .
4. Instalasi rawat inap mencakup ruang perinatology dan ruang nifas (post natal)
5. Pelayanan penunjang medik meliputi instalasi laboratorium yang mencakup pelayanan darah
(bekerja sama dengan Bank Darah PMI ) dan Instalasi Radiologi.
6. Pelayanan dalam penatalaksanaan kasus emergency ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir
dalam memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa social distancing di fasilitas PONEK
Rumah Sakit dengan prinsipprinsip pencegahan penularan COVID-19.
E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar Akreditasi Rumah
Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumash Sakit;
2. Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang Panduan Penyusunan Dokumen
Akreditasi
3. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
4. KEPMENKES RI no 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar pelayanan Rumah Sakit.
5. DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman penyelenggaraan PONEK di rumah Sakit
6. DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Ibu dan Bayi
secara Terpadu dan Paripurna menuju Rumah Sakit Sayang Ibu dan bayi
7. Kepmenkes RI No. 1457/menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Di Kabupaten/Kota
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota sehat.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 tentang Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu
Nifas, dan bayi Baru Lahir Selama Social Distancing.
10.Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
11.Standar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tentang Rekomendasi
Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada Maternal.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Terdapat dokter spesialis yang telah melakukan pelatihan PONEK yaitu dokter spesialis:
a. Dokter spesialis obstetric ginekologi
b. Dokter spesialis anak
c. Dokter spesialis anestesi
2. Terdapat dokter umum yang telah melakukan pelatihan PONEK
3. Terdapat bidan dan perawat yang telah melakukan pelatihan PONEK
C. PENGATURAN JAGA
1. Ketua tim PONEK, berjaga sesuai dengan shift nya kemudian bila terjadi kasus gawat darurat
dikonsulkan kepada dokter spesialis lain yang berjaga.
2. Koordinator ruangan, jaga pagi yaitu jam 07.30-14.30
3. Dalam pengaturan jaga dokter pelayanan PONEK 24 jam terbagi 3 shift yaitu
a. Shift Pagi : 07.30 – 14.30 WITA
b. Shift Siang : 14.30 - 21.30 WITA
c. Shift Malam : 21.30 – 07.30 WITA
4. Dalam pengaturan jaga pelaksana (bidan/perawat) pelayanan PONEK 24 jam terbagi 3 shift
yaitu :
a. Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WITA
b. Shift Sore : 14.00 – 21.00 WITA
c. Shift Malam : 21.00 – 07.00 WITA
5. Dokter Obgyn, Dokter Anak, dan Dokter Anastesi sesuai dengan jadwal konsulen yang terdapat
pada jadwal hari tersebut.
a. Untuk dokter obgyn, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 2x15 menit, maka
dialihkan ke konsulen ke-2.
b. Untuk dokter anak, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x10 menit, maka dialihkan
ke konsulen ke-2.
c. Untuk dokter anastesi, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x15 menit, maka
dialihkan ke konsulen ke-2
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), dalam rangka Program Menjaga Mutu pada
penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal Standar fasilitas
berdasarkan kriteria ruangan dan peralatan pelayanan PONEK adalah sbb :
a. Kriteria Umum Ruangan:
1) Struktur Fisik
a) Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
b) Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
c) Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapisi keramik.
2) Kebersihan
a) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah
b) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
c) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,instrumen, pintu, jendela,
dinding, steker listrik dan langit-langit.
3) Pencahayaan
a) Pencahayaan harus terang dari cahaya alami atau listrik
b) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk
c) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh
d) Tersedia lampu emergensi
e) Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
4) Ventilasi
a) Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang
b) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c) Suhu ruangan harus dijaga pada 24-26ºC
d) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
5) Pencucian tangan
a) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang dikendalikan
dengan siku atau kaki
b) Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari lantai
dan dinding)
c) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
d) Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang dipasang kokoh di
dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka
e) Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di
sebelah westafel.
5) Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan tempat sampah.
6) Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparotomi.
b) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar minimum 4 m, di luar
fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-kurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
c) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi harus
tersedia: inkubator dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
d) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standarluas: 8 m2 per bed,
sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
lemari obat, mesin pemantau (tensi, nadi, oksigen), tempat rekam medik, inkubator bayi,
dan troli darurat.
f) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat pasien. Demikian
pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
g) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta telepon.
Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik per bed.
h) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
Nurse station
Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih, ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar untuk
cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja, kursi, dan troli.
pembuangan kotoran/cairan.
Kamar pengawas OK : 10 m2
Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi, meja dan toilet.
Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar berguna
bila darurat.
Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
i) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan kamar
operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak membuat basah lantai. Air
cuci tangan dianjurkan air yang mengalir.
j) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan perlengkapan
operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
k) Ruang gas/ tabung gas.
l) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan, meja dan kursi.
Gudang 12 m2: tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker, meja, kursi dan
sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
Kamar jaga dokter: 15 m2.
Kamar paramedik: 15 m2.
Kamar rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja, kursi, peralatan mesin isap,
sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
7) Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
a) Ruang perawat/bidan
b) Kantor perawat
c) Ruang rekam medik
d) Toilet staff
e) Ruang staff medik
f) Ruang loker staf/perawat
g) Ruang rapat/konferensi
h) Ruang keluarga pasien
i) Ruang cuci
j) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k) Gudang peralatan
l) Ruang kotor (peralatan) harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini mempunyai tempat
cuci dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
m) Ruang obat: wastafel, meja kerja dsb.
n) Ruang linen bersih.
o) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
c. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:
1) Area Cuci tangan
a) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak terciprat dan dirancang agar
air tidak tergenang atau tertahan.
b) Wadah gaun bekas
c) Rak/gantungan pakaian
d) Rak sepatu
e) Lemari untuk barang pribadi
f) Wadah tertutup dengan kantung plastik. Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah
organik dan non organik
g) Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair antibakteri dalam dispenser
dengan pompa.
h) Handuk
Ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain bersih atau tisu.
2) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD
a) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik
Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
b) Meja periksa untuk neonatus
Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh dan seprai bersih.
Bagian logam harus bebas karat.
c) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
d) Meja Perlengkapan
e) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang sesuai dengan perkiraan
persalinan.
f) Perlengkapan
g) Pasokan oksigen
d. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:
1) Unit Perawatan Khusus
a) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan
berfungsi baik.
b) Mebel Lemari instrument
Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan umum, selain dari
lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan untuk ruang isolasi.
Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
c) Lemari es
d) Meja
Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
e) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi baik.
f) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
g) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
h) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
i) Lampu darurat
j) Inkubator, asuhan normal
Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau tempat tidur bayi
k) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
l) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
disetiap ruangan.
m) Alat / Instrumen
Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
Ada forceps naegle
Ada Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan pengatur
Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai cadangan
n) Pulse Oximeter
o) Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika pasokan listrik utama tidak ada.
2) Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik sebanyak 4 pada titik
yang berbeda.
Tata laksana pelayanan dalam PONEK diantaranya pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
adalah sbb:
A. Tata Laksana Pelayanan Kehamilan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2018), petugas kesehatan melakukan pelayanan kehamilan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal, diantaranya:
a. Melakukan anamnesis secara lengkap, yaitu :
1) Riwayat kehamilan sekarang
2) Riwayat obstetri masa lalu
3) Riwayat penyakit
4) Riwayat sosial ekonomi
b. Melakukan pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan luar (abdomen)
3) Pemeriksaan dalam, bila diperlukan
4) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
c. Melakukan assessment/diagnosa
d. Mengupayakan kehamilan yang sehat, yaitu :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.
3) Ibu mengikuti kelas ibu
4) Memberikan nutrisi yang adekuat
e. Melakukan deteksi dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan serta melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
f. Memberikan pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “10T” yaitu :
1) Timbang berat badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid )TT lengkap
5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6) Tetapkan status gizi (Lila)
7) Test terhadap Penyakit Menular Seksual
8) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk
g. Ibu hamil, suami dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan mengetahui apa yang
harus dilakukan.
h. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
1) Selalu melakukan personal hygiene
2) Pakaian dalam diganti minimal 2x sehari
3) Merencanakan pertolongan persalinan ke sarana kesehatan
i. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi
j. Pelayanan antenatal dapat melakukan penanganan pasien dengan :
1) Penanganan pasien dengan abortus
2) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik (KE)
3) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
4) Penanganan pasien dengan hipertensi
5) Penanganan pasien dengan preeklamsia/eklamsia
6) Penanganan pasien dengan placenta previa
7) Penanganan pasien dengansolutio placenta
8) Penanganan pasien dengan rupture uteri
9) Penanganan pasien dengan kehamilan metabolic
10) Penanganan pasien dengan kelainan vascular/jantung
11) Penanganan pasien dengan kasus emergency
KALA II :
Kala II adalah kala persalinan dimana pembukaan sudah lengkap, yangdilakukan bidan adalah :
KEMAJUAN PERSALINAN KONDISI IBU PASIEN KONDISI JANIN
- Usaha mengedan
- Palpasi kontraksi uterus (kontrol setiap 10 menit):
a. Frekuensi
b. Lamanya
c. Kekuatan
- Periksa nadi dan tekanan darah setiap 30 menit
- Respon keseluruhan pada kala 2:
a. Keadaan dehidrasi
b. Perubahan sikap/perilaku
c. Tingkat tenaga (yang dimiliki)
- Periksa DJJ setiap 15 menit / lebih sering dilakukan dengan semakin dekatnya kelahiran
- Penurunan presentasi dan perubahan posisi
- Warna cairan tertentu
1) Pada kala II di pimpin mengedan apabila : kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter
5-6 cm, apabila kepala belum tampak di vulva maka ibu boleh mengedan dalam posisi miring
kiri.
2) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
3) Menjaga personal hygiene
4) Menyiapkan posisi ibu saat bersalin
5) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran dengan posisi
setengah duduk
6) Menolong kelahiran dengan persalinan yang bersih dan aman
7) Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benarbenar dibutuhkan.Prosedur
ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit
8) Melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam bila apgar score bayi bagus.
Kala III
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua: jika ada, tunggu sampai bayi kedua
lahir.
2) Memberikan oksitosin 10 iu im dalam waktu 1 menit. Apabila placenta belum lahir setelah 15
menit maka dapat diulangi oksitocin 10 iu im kedua.
3) Menjepit dan menggunting tali pusat
4) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, lakukan resusitasi segera dan
apabila bayi langsung menangis maka lakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam.
5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
6) Masase fundus 15 detik
Kala IV
1) Periksa fundus, plasenta, selaput ketuban, perineum, perdarahan, lokhea, kandung kemih, kondisi
ibu, kondisi bayi baru lahir.
2) Berikan nutrisi dan hidrasi
3) Melanjutkan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
4) Melakukan personal hygiene
5) Dokumentasi dan dekontaminasi alat.
5. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan tempat sampah.
6. Area Pencucian incubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2, dilengkapi dengan pasokan air pembuangan.
7. Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparotomi.
b) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar minimum 4 m, di luar
fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurangkurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
c) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi harus
tersedia: pemancar panas, inkubator danperlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
d) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas: 8 m2 per bed,
sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isiruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari
obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli
darurat.
f) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat pasien. Demikian pula
agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
g) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi,serta telepon. Sekurang-
kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
h) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu orang.
2) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersihruang ini berfungsi membereskan
alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan
fasilitas airpanas/dingin. Ada meja kerja dan kursi-kursi, troli-troli.
3) pembuangan kotoran/cairan.
i) Kamar pengawas OK : 10 m2
j) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
k) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Adaautoklaf besar berguna bila
darurat.
l) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
m) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapatdi depan kamar operasi/kamar
bersalin. Wastafel itu harusdirancang agar tidak membuat basah lantai. Air cuci tangandianjurkan
air yang steril dan mengalir.Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi
linen,bajudan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
n) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
o) Ruang gas/ tabung gas.
p) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan,meja dan kursi.
q) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi
r) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker,meja, kursi dan sofa/tempat tidur,
ada toilet 3 m2.
s) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
t) Kamar jaga dokter: 15 m2.
u) Kamar paramedik: 15 m2.
v) Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari,meja, kursi, peralatan mesin isap,
sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
8. Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
a) Ruang perawat/bidan
b) Kantor perawat
c) Ruang rekam medik
d) Toilet staf
e) Ruang staf medik
f) Ruang loker staf/perawat
g) Ruang rapat/konferensi
h) Ruang keluarga pasien
i) Ruang cuci
j) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k) Gudang peralatan
l) Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini mempunyai tempat cuci
dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
m) Ruang obat : wastafel, meja kerja dsb.
n) Ruang linen bersih.
o) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
A. Fisik
1. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang di setiap instalsi
2. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
4. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
5. Tersedianya APAR
6. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
7. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi
8. Pintu toilet dibuka keluar
9. Penyediaan masker untuk pasien rawat inap untuk dipakai selama perawatan.
A. Fisik
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan
2. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai kemiringan
yang cukup dan tidak ada genangan air.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
4. Ventilasi AC terdapat filter bakteri
5. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan sekali
6. Tersedianya APAR
7. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis
8. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
9. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah
10. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat
Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan berkelanjutan untuk
menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan
dan mencapai standar klinis yang bermutu. Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEK meliputi :
1. Pengembangan Mutu Standar Prosedur operasional
Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan dengan mengadakan
rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur Operasional yang telah ada dan
menambahkan Standar Prosedur Operasional yang belum ada / belum lengkap serta merevisi
Standar Prosedur Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan kerja. Seluruh
staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit pelayanan intensif yang lebih baik
dari sebelumnya. Standar Prosedur Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh staf pelayanan
untuk dibahas
dalam rapat bulanan.
2. Pengembangan Mutu Sumber daya Manusia
a. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti pelatihan PONEK,
PPGD, PPGD-on, resusitasi bayi baru lahir
b. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan
c. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi terhadap laporan
bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
d. Adanya materi kasus-kasus secara berkala dari dokter/dokter specialis
e. Adanya role model oleh dokter specialis/dokter/kepala ruangan/katim/CI kepada staf
pelaksana pelayanan.
3. Pengembangan mutu Fasilitas dan perawatan
a. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam
menginterpretasikan informasi yang didapat
b. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui apakah jumlah
dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan permintaan baru atau
perbaikan yang ada
c. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas ruang bersalin dan
penyediaan cuci tangan
d. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Penyelenggaraan pelayanan
obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman pelayanan obstetri neonatal
emergensi komprehensif 24 jam di Tingkat Kabupaten / Kota. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Obstetri dan Ginekologi. (2015). Panduan pelaksanaan PONEK 24
Jam di Rumah Sakit RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou. Sulawesi Utara:
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Pedoman Teknis Audit Maternal. (2007). Perinatal di tingkat Kabupaten/ Kota.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil,
Ibu Nifas, dan bayi Baru Lahir Selama Social Distancing.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
Standar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tahun 2020.
Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada Maternal.