Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT, pedoman pelayanan PONEK (Pelayanan Obstetri


Neonatal Emergensi Komprehensif) 24 jam di Rumah Sakit dr. Lapalaoi Kabupaten
Maros, dapat diselesaikan. Pedoman pelayanan PONEK ini diharapkan menjadi acuan
bagi segenap karyawan RSUD dr.Lapalaloi dalam menyelenggarakan pelayanan
PONEK 24 jam sesuai dengan standar, karena memuat beberapa hal yang seharusnya
ada dan dilaksanakan sehingga penanganan kasus emergensi maternal dan neonatal
dapat terlaksana secara maksimal.
Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak terlepas
dari penanganan kasus emergensi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,
sehingga Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit
sebagai suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting.
Upaya peningkatan PONEK di Rumah Sakit dilakukan melalui berbagai upaya
antara lain peningkatan pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan
PONEK, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan
bahan habis pakai, terlaksananya manajemen pelayanan keperawatan dan pelayanan
darah yang aman, serta bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh multidisipliner dalam
penyelenggaraan RS PONEK.
Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi
hingga selesainya pedoman ini. Kami menyadari pedoman ini belum sepenuhnya
sempurna sehingga masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Tim Penyusun
SAMBUTAN
DIREKTUR RSUD dr. Lapalaloi

Pelayanan kasus emergensi maternal dan neonatal komprehensif (PONEK) di


RSUD dr.Lapaloi diharus dilaksanakan secara optimal dan melibatkan semua pihak
terkait agar hasilnya maksimal. Penanganan yang cepat dan tepat, tidak saja
menyelamatkan nyawa ibu dan neonatal namun juga menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan.
Sebagai Rumah Sakit penyedia layanan kesehatan PONEK 24 jam, rumah sakit
PONEK juga harus mampu memberikan intervensi promotif dan preventif bagi ibu dan
bayinya. Berikut adalah kebijakan PONEK di RSUD dr. Lapaloi yakni;
1. Memaksimalkan pelayanan PONEK RSUD dr.Lapaloi dengan cakupan area
pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu singkat, agar
dapat memberikan tindakan darurat emergensi standar
2. RSUD dr. Lapalaloi siap menjadi Rumah Sakit pelayanan PONEK 24 jam di
wilayah kabupaten Maros
3. RSUD dr. Lapaloi siap dan selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten Maros untuk membina PUSKESMAS PONED di wilayah kerjanya.
Agar layanan PONEK sesuai Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit PONEK
maka strategi yang ditempuh adalah optimalisasi di bidang manajemen maupun bidang
pelayanan dan strategi tersebut berkaitan dengan beberapa hal yaitu:
1. Pembentukan tim PONEK di RSUD dr.Lapaloi Kabupaten Maros melalui SK
Direktur Rumah Sakit.
2. Pemenuhan kecukupan sarana, prasarana, alat, obat-obatan, dan sumber
daya manusia
3. Ketersediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu.
Semoga pedoman ini menjadi acuan semua pihak untuk pelaksanaan Program
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) 24 jam di Rumah
Sakit Umum dr.Lapaloi Kabupaten Maros sesuai dengan standar.

Direktur RSUD dr. Lapalaloi

Dr. Sri Syamsinar Rachmah, S.Ked


NIP : 198011152010012022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN dan penurunannya sangat
lambat. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (BPS, 2013), angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359/100 ribu kelahiran hidup.
Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI (Survey Demografi
Kependudukan Indonesia) tahun 1991 yaitu sebesar 390/100 ribu kelahiran hidup.
Sedangkan untuk angka kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 4.912 kasus. Hal ini
mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 4.999 kasus.
Disamping itu Index Pembangunan Manusia di Indonesia berada pada urutan ke
107 dibandingkan dengan bangsa lain dan selama 5 tahun terakhir ini mengalami
perbaikan namun sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun 2000
disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development
Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator
yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga
dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun
1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi
berbagai kendala yang timbul selama ini.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya
disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-eklampsia / eklampsia (15%),
persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat
dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus
dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan
memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman Manajemen
Penyelenggaraan PONEk 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang melibatkan
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan sektor terkait lainnya. Telah pula
dilakukan bimbingan teknis tentang manajemen PONEK 24 jam di RS Kabupaten/Kota
pada RSUD di 4 Propinsi (Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Timur) untuk mempersiapkan penyelenggaraan PONEK 24 jam.
Pada tahun 2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya
Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Strategi Making Pregnancy Safer
(MPS) yang melibatkan 12 Propinsi meliputi 6 propinsi Wilayah Timur dengan AKI dan
AKB tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku
dan Papua) dan 6 propinsi yang telah dibina melalui program bantuan HSP (NAD, Jawa
Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur).
Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan ketrampilan bagi tim PONEK di
Rumah Sakit Kabupaten/Kota (dokter spesialis Anak, dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, Bidan dan Perawat) di 6 propinsi di Wilayah Timur dengan AKI tertinggi
(NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua)
dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI, dalam rangka mendukung pelaksanaan
program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP Departemen
Kesehatan RI. yaitu 75% RS Kabupaten dapat menyelenggarakan PONEK pada tahun
2009.
Pelatihan yang sangat bermanfaat tersebut mendapatkan respon sangat besar
terutama dari wilayah Indonesia Timur karena hampir selama 15 tahun bidan dan
perawat tidak pernah mendapatkan pelatihan kedaruratan maternal dan neonatal.
Pelatihan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan On the Job Training (OJT) di
masing- masing Rumah Sakit yang dilatih yang semula direncanakan 3 (tiga) tahap
menjadi 1 (satu) tahap akibat keterbatasan dana.
Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pelatihan serupa pada tahap berikutnya di
propinsi lainnya hingga tahun 2009 untuk meningkatkan keterampilan bagi tim PONEK
di RS Kab/Kota (Dokter spesialis Anak, Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan,
Bidan dan Perawat) dalam rangka mendukung pelaksanaan program PONEK di RSU
Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP Departemen Kesehatan sebesar 75%
pada tahun 2009 dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI.
Diharapkan dari ke dua tahap Pelatihan PONEK tersebut dihasilkan para pelatih
regional yang mampu menjadi pelatih bagi Tim PONEK Rumah Sakit yang belum dilatih
di wilayah masing-masing. Dengan demikian jumlah Tim PONEK Rumah Sakit yang
dilatih dapat cepat bertambah dengan dukungan dana dekonsentrasi pemerintah daerah
untuk akselerasi pencapaian target tahun 2009 tersebut.
Selain dari itu, saat ini Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam
COVID-19. Pedoman ini merupakan salah satu panduan bagi pemberi layanan dalam
penatalaksanaan kasus emerging ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam
memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa social distancing di fasilitas PONEK
Rumah Sakit.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit ini
dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam pelaksanaan program
PONEK di RS Kabupaten / Kota serta bagi Dinas Kesehatan Propinsi / Kabupaten / Kota
dapat dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di wilayah kerjanya.serta sebagai pedoman pemberi layanan bagi ibu hamil,
ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam menjalankan pelayanan sesuai dengan prinsip-
prinsip pencegahan penularan COVID-19.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Terpenuhinya standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
(PONEK) dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan
kesehatan ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Terstandarnya pedoman ketenagaan di PONEK.
b. Terstandarnya pedoman sarana prasarana di PONEK.
c. Tersusunnya panduan 10 penyakit terbesar di setiap instalasi
pelayanan PONEK.
d. Tersusunnya panduan PONEK pada kasus emergyn

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis depan/IGD dilanjutkan ke


kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
4. Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
6. Pelayanan Asuhan pada kasus emergyn
D. BATASAN OPERASIONAL

1. PONEK adalah pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif.


2. IGD adalah instalasi gawat darurat yang dapat melayani penanganan kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta pelayanan ginekologis.
3. HCU adalah High care unit. Dapat melayani pengawasan gawat nafas,
perawatan ibu hamil/nifas dengan PEB atau eklampsia Iminens dan pemantauan
terapi cairan.
4. Instalasi rawat inap mencakup ruang perinatology dan ruang nifas (post natal).
5. Pelayanan penunjang medik meliputi instalasi laboratorium yang mencakup
pelayanan darah (bekerja sama dengan Bank Darah PMI ) dan Instalasi
Radiologi.
6. Pelayanan dalam penatalaksanaan kasus emergency ibu hamil, ibu bersalin dan
bayi baru lahir dalam memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa social
distancing di fasilitas PONEK Rumah Sakit dengan prinsip- prinsip pencegahan
penularan COVID-19.

E. LANDASAN HUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar
Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
2. Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi.
3. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran.
4. KEPMENKES RI no 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar pelayanan
Rumah Sakit.
5. DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman, penyelenggaraan
PONEK di rumah Sakit,
6. DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna menuju Rumah Sakit
Sayang Ibu dan bayi.
7. Kepmenkes RI No. 1457/menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota sehat.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 tentang Pedoman Bagi
Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan bayi Baru Lahir Selama Social Distancing.
10. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
11. Standar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tentang
Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada Maternal.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi sumber daya manusia di Tim PONEK adalah :
1. Ketua Tim PONEK
a. Pendidikan minimal dokter spesialis obgyn
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki kemampuan manajerial
d. Masa kerja minimal 2 tahun
e. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
2. Dokter Spesialis Obgyn
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Dr.Lapalaloi
3. Dokter Spesialis Anak
a. Pendidikan dokter spesialis anak
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Nuraida
4. Dokter Umum
a. Pendidikan dokter
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki Surat ijin Praktik
d. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
e. Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat ACLS atau ATLS
5. Koordinator Ruangan
a. Pendidikan minimal D III Kebidanan
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki sertifikat pelatihan PONEK
d. Memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan tindakan pelayanan
e. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 1 tahun
6. Pelaksana
a. Pendidikan minimal S1 kedokteran (bagi dokter)
b. Pendidikan minimal D III Kebidanan (bagi bidan)
c. Pendidikan minimal DIII Keperawatan (bagi perawat)
d. Memiliki Surat tanda Registrasi
e. Bersedia bekerja dengan sistem shift
f. Dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
g. Dapat melakukan pelayanan PONEK sesuai dengan kompetensi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

1. Terdapat dokter spesialis yang telah melakukan pelatihan PONEK yaitu


dokter spesialis:
a. Dokter spesialis obstetric ginekologi
b. Dokter spesialis anak
c. Dokter spesialis anestesi
2. Terdapat dokter umum yang telah melakukan pelatihan PONEK
3. Terdapat bidan dan perawat yang telah melakukan pelatihan PONEK

C. PENGATURAN JAGA

1. Ketua tim PONEK, berjaga sesuai dengan shift nya kemudian bila terjadi
kasus gawat darurat dikonsulkan kepada dokter spesialis lain yang berjaga.
2. Koordinator ruangan, jaga pagi yaitu jam 07.00-15.00
3. Dalam pengaturan jaga dokter pelayanan PONEK 24 jam terbagi 2 shift
yaitu:
a. Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b. Shift Siang : 14.00 - 21.00 WIB
c. Shift Malam : 21.00 – 07.00 WIB
4. Dalam pengaturan jaga pelaksana (bidan/perawat) pelayanan PONEK 24
jam terbagi 3 shift yaitu :
a. Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b. Shift Sore : 14.00 – 21.00 WIB
c. Shift Malam : 21.00 – 07.00 WIB
5. Dokter Obgyn, Dokter Anak, dan Dokter Anastesi sesuai dengan jadwal
konsulen yang terdapat pada jadwal hari tersebut.
a. Untuk dokter obgyn, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 2x15
menit, maka dialihkan ke konsulen ke-2.
b. Untuk dokter anak, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x10
menit, maka dialihkan ke konsulen ke-2.
c. Untuk dokter anastesi, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x15
menit, maka dialihkan ke konsulen ke-2.

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH RUANGAN

3.2. STANDAR FASILITAS


Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), dalam rangka Program Menjaga
Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
internal Standar fasilitas berdasarkan kriteria ruangan dan peralatan
pelayanan PONEK adalah sbb :

3.2.1. Kriteria Umum Ruangan:


1. Struktur Fisik
a. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
b. Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik c) Dinding harus
ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapisi keramik.
2. Kebersihan
a. Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat
dengan mudah
b. Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah
sakit
c. Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen,
pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan harus terang dari cahaya alami atau listrik
b. Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk.
c. Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik dan kokoh
d. Tersedia lampu emergensi
e. Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
4. Ventilasi
a. Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan
ukuran ruang
b. Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c. Suhu ruangan harus dijaga pada 24-26ºC
d. Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
5. Pencucian tangan
a. Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
b. Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang
sesuai (dari lantai dan dinding)
c. Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
d. Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat
terbuka
e. Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah westafel.

3.2.2. Kriteria Khusus Ruangan:


1. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6
meter dengan wastafel.
2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/
IGD
a. Paling kecil ruangannya berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit
Perawatan Khusus.
b. Kamar PONEK di instalasi Gawat Darurat harus terpisah dari kamar
gawat darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan ibu bersalin
dan bayi.
c. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan
apabila perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
d. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan
resusitasi lengkap.
e. Kamar PONEK membutuhkan:
 Ruang berukuran 15 m2
 Berisi: lemari dan troli darurat
 Tempat tidur bersalin serta tiang infus
 Inkubator transport
 Meja dan kursi
 Aliran udara yang bersih dan sejuk
 Pencahayaan
 Lampu sorot
 Suction
 Defibrilator
 Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding
(outlet)
 Lemari yang berisi: perlengkapan persalinan, vakum, forsep,
kuret, obat/cairan infus
 Alat resusitasi dewasa dan bayi
 Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
 Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
 Nurse station dan lemari rekam medik
 USG mobile.

f. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar


persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar jaga, ruang sterilisator
dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan dan merupakan
bagian dari instalasi gawat darurat.
g. Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal
paling kecil berukuran 6 m2.
3. Ruang Maternal Instalasi persalinan.
a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b. Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1 penunggu
dan 2 penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing
pasien)
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
f. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak
ada petugas melintas pada ruang bersalin.
g. Minimal 2 bed bersalin.
h. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
i. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala
2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4
bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan,
maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
j. Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station)
agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum
dibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan
operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan
kamar bersalin.
k. Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan dengan kamar bersalin.
l. Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat
tidur (bed) dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal :
10m2.
m.Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
n. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur
minimum 1m s/d 2 m dan antara dinding 1 m.
o. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4.
p. Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan udara
cukup.
q. Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
r. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa kekoridor).
s. Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG
mobile dan troli emergensi.
t. Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2. Bila
ada beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2. Perlu
disediakan toilet yang dekat dengan ruang periksa.
u. Ruang perawat (nurse station) berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/ obat.
v. Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar
bersalin.
w. Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care: untuk kuret,
penjahitan dan sebagainya berisi: meja operasi lengkap, lampu sorot,
lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator, mesin
anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb.
x. Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja, kursi
serta telepon.

4. Ruang Neonatal (Bayi)


4.1. Unit Perawatan Bayi Sehat
a. Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu
bayi harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau
ruang bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
b. Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
c. Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
4.2. Unit Perawatan Bayi Sakit
a. Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak
memungkinkan kedua ruangan harus berada di gedung yang sama
danharus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang.
b. Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
c. Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
 Area terpisah
 Area terpisah dalam 1 unit
 Inkubator di area khusus
d. Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasokbeban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
e. Minimal harus ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidur bayi.
5. Area Laktasi, minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi,
wastafel dan tempat sampah.
6. Ruang Operasi
a. Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomi.
b. Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar
minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-
kurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
c. Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam
kamar operasi harus tersedia: inkubator dan perlengkapan resusitasi
dewasa dan bayi.
d. Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standarluas:
8 m2 per bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi
ruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau (tensi,
nadi, oksigen), tempat rekam medik, inkubator bayi, dan troli darurat.
f. Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
g. Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi,
serta telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik per bed.
h. Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
 Nurse station
 Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih, ruang
ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu
disediakan tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan
fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja, kursi, dan troli.
 pembuangan kotoran/cairan.
 Kamar pengawas OK : 10 m2
 Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi, meja dan toilet.
 Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Ada autoklaf besar berguna bila darurat.
 Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
i. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di
depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar
tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang
mengalir.
j. Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
k. Ruang gas/ tabung gas.
l. Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan,
meja dan kursi.
 Gudang 12 m2: tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi.
 Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi
loker, meja, kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
 Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
 Kamar jaga dokter: 15 m2.
 Kamar paramedik: 15 m2.
 Kamar rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja,
kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan
kebersihan, dsb.
 Ruang tempat brankar dan kursi dorong.

7. Ruang Penunjang harus disediakan seperti :


a. Ruang perawat/bidan
b. Kantor perawat
c. Ruang rekam medik
d. Toilet staff
e. Ruang staff medik
f. Ruang loker staf/perawat
g. Ruang rapat/konferensi
h. Ruang keluarga pasien
i. Ruang cuci
j. Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k. Gudang peralatan
l. Ruang kotor (peralatan) harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
m.Ruang obat: wastafel, meja kerja dsb.
n. Ruang linen bersih.
o. Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.

3.2.3. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:


1. Area Cuci tangan
a. Wastafel. Wastafel cuci tangan ukurannya cukup besar sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
b. Wadah gaun bekas
c. Rak/gantungan pakaian
d. Rak sepatu
e. Lemari untuk barang pribadi
f. Wadah tertutup dengan kantung plastik. Harus disediakan wadah terpisah
untuk limbah organik dan non organik
g. Sabun. Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair anti
bakteri dalam dispenser dengan pompa.
h. Handuk. Ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain bersih
atau tisu.
2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD
a. Steker listrik
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik
 Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman
dan berfungsi baik.
b. Meja periksa untuk neonatus
 Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh
dan seprai bersih.
 Bagian logam harus bebas karat.
c. Jam dinding Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
d. Meja Perlengkapan
e. Selimut Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan persalinan.
f. Perlengkapan
g. Pasokan oksigen

3.2.4. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:


1. Unit Perawatan Khusus
a. Steker listrik. Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok
beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
b. Mebel Lemari instrument
 Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan
umum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan
untuk ruang isolasi.
 Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
c. Lemari es
d. Meja
 Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
 Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
e. Kursi Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi
baik.
f. Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
g. Jam dinding Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
h. Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
i. Lampu darurat
j. Inkubator, asuhan normal
 Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
 Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau tempat
tidur bayi
k. Penghangat (Radiant warmer) Paling sedikit harus ada satu penghangat yang
berfungsi baik.
l. Timbangan bayi Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi
baik disetiap ruangan.
m. Alat / Instrumen
 Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
 Ada forceps naegle
 Ada Aspirasi Vakum Manual (AVM)
 Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan pengatur
 Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai
cadangan.
n. Pulse Oximeter
o. Generator listrik darurat Harus ada generator listrik cadangan yang
dioperasikan jika pasokan listrik utama tidak ada.
2. Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik
sebanyak 4 pada titik yang berbeda.

3.2.5. Jenis Peralatan Neonatal


1. Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balonresusitasi yang
dilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP, selang oksigen/connector,
masker, T-Piece resusitator, pipa ET, penghisap.
2. Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00). Batere AA
(cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu laryngoskop cadangan.
3. Minimal 5 inkubator termasuk inkubator neonatal sakit dengan asumsi 1
ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 3 inkubator, tersedia:
a. unit terapi sinar
b. pulse oksimeter
c. syringe pump d) steker 8 buah untuk setiap inkubator
4. Untuk setiap setiap inkubator harus tersedia:
a. 1 outlet oksigen pada neonatal sakit
b. 1 outlet udara bertekanan pada neonatal sakit
c. 1 penghisap pada neonatal sakit
5. 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
6. 1 alat pengukur ikterus
7. Alat pemeriksa glukosa
8. Complete set Nasal CPAP
9. Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
10.Tabung medical air cadangan

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan dalam PONEK diantaranya pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal adalah sbb:

4.1. Tata Laksana Pelayanan Kehamilan


Menurut Departemen Kesehatan RI (2018), petugas kesehatan melakukan pelayanan
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal, diantaranya:
a. Melakukan anamnesis secara lengkap, yaitu :
1. Riwayat kehamilan sekarang
2. Riwayat obstetri masa lalu
3. Riwayat penyakit
4. Riwayat sosial ekonomi
b. Melakukan pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan luar (abdomen)
3. Pemeriksaan dalam, bila diperlukan
4. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
c. Melakukan assessment/diagnosa
d. Mengupayakan kehamilan yang sehat, yaitu
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan.
3. Ibu mengikuti kelas ibu
4. Memberikan nutrisi yang adekuat
e. Melakukan deteksi dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan serta melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
f. Memberikan pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “10T” yaitu :
1. Timbang berat badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid )TT lengkap
5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tetapkan status gizi (Lila)
7. Test terhadap Penyakit Menular Seksual
8. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
9. Tatalaksana kasus
10.Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk
g. Ibu hamil, suami dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan
mengetahui apa yang harus dilakukan.
h. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
1. Selalu melakukan personal hygiene
2. Pakaian dalam diganti minimal 2x sehari
3. Merencanakan pertolongan persalinan ke sarana kesehatan
i. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi
j. Pelayanan antenatal dapat melakukan penanganan pasien dengan :
1. Penanganan pasien dengan abortus
2. Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik (KE)
3. Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
4. Penanganan pasien dengan hipertensi
5. Penanganan pasien dengan preeklamsia/eklamsia
6. Penanganan pasien dengan placenta previa
7. Penanganan pasien dengansolutio placenta
8. Penanganan pasien dengan rupture uteri
9. Penanganan pasien dengan kehamilan metabolic
10. Penanganan pasien dengan kelainan vascular/jantung
11. Penanganan pasien dengan kasus emerging

4.2. Tata Laksana Pelayanan Persalinan


Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pengkajian awal pada pelayanan persalinan adalah :
1. Melakukan anamnesis: identitas pasien, keluhan utama, riwayat persalinan,
riwayat kebidanan, riwayat medik, riwayat sosial, riwayat kehamilan terdahulu,
terakhir kali makan atau minum, lama istirahat/tidur, melakukan screening covid- 19
(riwayat demam, batuk, pilek dan riwayat kontak dengan kasus emergin dalam 2
minggu terakhir))
2. Melakukan pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital, konjungtiva dan sklera,
pemeriksaan abdomen: tinggi fundus, kontraksi uterus, denyut jantung janin,
pemeriksaan CTG sesuai indikasi, pemeriksaan dalam, pemeriksaan edema dan
varises pada tangan dan kaki.
3. Membuat diagnosis: diambil kesimpulan dari hasil anamnesa pasien dan hasil
pemeriksaan fisik, gravida berapa, pernah partus berapa kali dan pernah abortus
berapa kali, parturien berapa minggu dan dalam kala berapa serta dalam fase apa,
misalnya G5P3A1 H 39 minggu kala 1 fase laten atau G3P1A1 H 38 minggu kala II.

4. Membuat planning dan implementasi :


a) memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b) pemantauan/observasi tanda vital, His, DJJ dan kemajuan persalinan yaitu:
KALA I
1. Berikan nutrisi dan hidrasi pada ibu, atau bisa dibantu oleh keluarga
2. Berikan dukungan pada keluarga
3. Memastikan kembali partus set, hecting set dan alat perlindungan diri serta obat
essensial siap pakai dan lengkap
4. Memberikan informasi tentang inisiasi nenyusui dini dan kontrasepsi
5. Kolaborasi dengan dokter obgyn apabila tidak ada kemajuan persalinan dan
partograf telah berada dalam garis bertindak.

KALA II :
Kala II adalah kala persalinan dimana pembukaan sudah lengkap, yang
dilakukan bidan adalah :

1. Pada kala II di pimpin mengedan apabila : kepala janin sudah tampak di .ulva
dengan diameter 5-6 cm, apabila kepala belum tampak di vulva maka ibu boleh
mengedan dalam posisi miring kiri.
2. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
3. Menjaga personal hygiene
4. Menyiapkan posisi ibu saat bersalin
5. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
mengedan dengan posisi setengah duduk
6. Menolong kelahiran dengan persalinan yang bersih dan aman
7. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar
benar dibutuhkan.Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau
penyulit
8. Melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam bila apgar score bayi bagus.
KALA III
1. Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua: jika ada, tunggu
sampai bayi kedua lahir.
2. Memberikan oksitosin 10 iu im dalam waktu 1 menit. Apabila placenta belum lahir
setelah 15 menit maka dapat diulangi oksitocin 10 iu im kedua.
3. Menjepit dan menggunting tali pusat
4. Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, lakukan resusitasi
segera dan apabila bayi langsung menangis maka lakukan inisiasi menyusui dini
selama 1 jam.
5. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
6. Masase fundus 15 detik

KALA IV
1. Periksa fundus, plasenta, selaput ketuban, perineum, perdarahan, lokhea,
kandung kemih, kondisi ibu, kondisi bayi baru lahir.
2. Berikan nutrisi dan hidrasi
3. Melanjutkan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
4. Melakukan personal hygiene
5. Dokumentasi dan dekontaminasi alat.

4.3. Tata Laksana Pelayanan Nifas


Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3. Laktasi/pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan system tubuh lainnya
5. Perubahan psikis

Pemeriksaan pada ibu nifas :


6. Pelayanan masa post natal dapat melakukan pasien dengan :
a. Masa nifas
b. Demam pasca persalinan
c. Perdarahan pasca persalinan
d. Nyeri perut pasca persalinan
e. Keluarga berencana

4.4. Tata Laksana Rawat Gabung


Adalah suatu kegiatan yang membiarkan ibu dan bayi bersama terus menerus
selama di rumah sakit. Rawat Gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi
dan ibu yang sehat karena dapat meningkatkan pemberian Asi, mengurangi resiko
infeksi, meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi, dan memgurangi biaya yang
harus di keluarkan.
Rawat Gabung di bedakan menjadi dua jenis :
1. Rawat gabung penuh : suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama secara
terus menerus selama 24 jam.
2. Rawat gabung parsial : suatu sistem perawatan ibu dan bayi hanya beberapa jam
seharinya.

4.5. Tata Laksana Pelayanan Bayi Baru Lahir


Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah :
1. Membersihkan jalan napas
2. Memotong dan merawat tali pusat
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Identifikasi
5. Pencegahan infeksi

6. Pemantauan bayi baru lahir :


a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
d. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
e. Gangguan pernafasan
f. Hipotermia
g. Infeksi
h. Cacat bawaan dan trauma lahir
7. Pemeriksaan pada bayi baru lahir :
a. Pernafasan (normal,mendengkur,cuping hidung mengembang, penarikan
kembali tersengal-sengal?)
b. Berat badan dan panjang badan
c. Suhu badan
d. Refleks (menghisap, rooting, menggenggam)
e. Warna kulit (kemerahan,biru,pucat,kuning)
f. Keadaan mata (jernih, berair, kuning)
g. Keadaan tali pusat (kering, mengeluarkan darah, dempet/tidak)
h. Fontanel
i. Kelainan (misalnya bibir/langit-langit sumbing, anus tidak berlubang
8. Pelayanan kesehatan neonatal dapat melakukan pasien dengan :
a. Hiperbilirubin
b. Asfixia
c. Trauma kelahiran
d. Hipoglikemi
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Gangguan pernafasan
g. Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
h. Pemberian cairan parenteral
i. Aspirasi mekonial
j. Inisiasi dini ASI (Breast Feeding)
k. Kangaroo Mother Care
l. Ibu dengan kasus emerging

4.6. Tata Laksana Pelayanan High Care Unit


1. Penanganan pada pasien Eklampsi
2. Penanganan pada pasien Perdarahan ante partum
3. Penanganan pada pasien Perdarahan post partum
4. Penanganan pada pasien Pre eklampsi berat
5. Penanganan pada pasien Syok
6. Penanganan pada pasien emergency
4.7. Tata Laksana Pelayanan kesehatan Neonatal
1. Hiperbilirubinemi
2. Asfiksia
3. Trauma kelahiran
4. Hipoglikemi
5. Kejang sepsis neonatal
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan pernapasan
8. Gangguan pendarahan
9. Renjatan (shock)
10. Aspirasi mekonium
11. Inisiasi dini ASI(BreastFeeding)
12. Kangaroo Mother Care
13. Resusitasi Neonatus
14. Pemberian minum pada bayi risiko tinggi
15. Ibu dengan kasus emergency

4.8. Tata Laksana Pelayanan Ginekologi


1. penanganan pasien dengan kehamilan ektopik
2. penanganan pasien dengan kista ovarium akut
3. penanganan pasien dengan infeksi saluran genitalia
4. penanganan pasien dengan radang pelvic akut
5. penanganan pasien dengan abses pelvik
6. penanganan pasien dengan infertilitas primer
7. penanganan pasien dengan endometriosis
8. penanganan pasien dengan perdarahan uterus disfungsi
9. penanganan pasien dengan perdarahan menoragi
10. Penanganan pasien dengan kasus emerging

4.9. Tata Laksana Pelayanan Kamar Operasi


1. Seksio sesarea
2. Perbaikan robekan dinding uterus
3. Reposisi inversio uteri
4. Histerektomi
5. Ligase arteri uteri
6. Anestesi umum dan spinal untuk seksio sesaria
7. Pasien dengan kasus emerging

4.10. Tata Laksana Pelayanan Penunjang Medik


1. Pelayanan Darah
a. Jenis Pelayanan
1. Pemantauan terapi cairan
b. Tempat Pelayanan
Bank Darah PMI
2. Perawatan Intensif
a. Jenis Pelayanan
1. Pemantauan terapi cairan
2. Pengawasan gawat nafas
b. Tempat Pelayanan HCU Rumah Sakit Ibu dan Anak Nuraida
c. Kompetensi Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat,
mencegah penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko serta
pemantauan kardiovaskuler sederhana.
d. Sumber Daya Manusia
1. Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung
paru.
2. Dokter Spesialis Anestesiologi e. Ruang Pelayanan Ruang Pelayanan
High Care Unit 3m x 4m
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
4. Laboratorium
a. Pemeriksaan rutin darah, urine
b. Kimia
c. Rapid test

BAB V
LOGISTIK

5.1. KRITERIA UMUM RUANGAN


1. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
2. Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
3. Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci
atau dilapis keramik

5.2. KRITERIA KHUSUS RUANGAN


1. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur dengan wastafel
paling jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter

2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/IGD


a. Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan
Khusus.
b. Kamar di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain.
Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
c. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi.
d. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan
resusitasi lengkap.
e. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan
peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang
sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan dan
merupakan bagian dari unit gawat darurat.
f. Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling
kecil berukuran 6 m2

3. Ruang Maternal Instalasi persalinan


a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b. Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1 penunggu dan 2
penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing pasien)
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
g. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin.
h. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
i. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat. Idealnya
sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2 dan kala 3
yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama
bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar
kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
k. Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan
dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
l. Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
m.Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat tidur (bed)
dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal : 10m2.
n. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
o. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum 1m
s/d 2 m dan antara dinding 1 m. p) Jumlah tempat tidur per-ruangan
maksimum 4.
q. Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
r. Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
s. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa kekoridor).
t. Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi pemeriksa,
meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli
emergensi.
u. Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2. Bila ada
beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2. Perludisediakan
toilet yang dekat dengan ruang periksa.
v. Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/ obat.
w. Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
x. Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk kuret, penjahitan
dan sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu sorot,lemari
perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator, mesin anestesi, inkubator,
perlengkapan kuret (MVA) dsb.
y. Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja, kursi serta
telpon.

4. Ruang Perinatologi
Unit Perinatogi level I (Neonatus Normal)
a. Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu bayi
harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atauruang
bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
b. Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
c. Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
Unit Perinatologi level II (Neonatus dengan Resiko Tinggi)
a. Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak
memungkinkan kedua ruangan harus berada di gedung yang sama dan
harus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang.
b. Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
c. Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
1. Area terpisah
2. Area terpisah dalam 1 unit
3. Inkubator di area khusus
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban
listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
5. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan tempat
sampah.
6. Area Pencucian incubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2, dilengkapi dengan pasokan air pembuangan.
7. Ruang Operasi
a. Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomia.
b. Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar
minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang- kurangnya
ada sebuah bagi bagian kebidanan.
c. Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator danperlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
d. Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standarluas: 8
m2 per bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isiruangan
ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen
dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
f. Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melaluikaca.
g. Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi,
serta telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
h. Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang.
2. Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat
cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas airpanas/dingin. Ada
meja kerja dan kursi-kursi, troli-troli.
3. pembuangan kotoran/cairan.
i. Kamar pengawas OK : 10 m2
j. Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
k. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat.
l. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
m.Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril dan
mengalir. n)Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi
linen,baju dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
o. Ruang gas/ tabung gas.
p. Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan,meja
dan kursi.
q. Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi
r. Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker,meja, kursi
dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
s. Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
t. Kamar jaga dokter: 15 m2. u) Kamar paramedik: 15 m2.
v. Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari,meja, kursi,
peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
w.Ruang tempat brankar dan kursi dorong.

8. Ruang Penunjang, harus disediakan seperti :


a. Ruang perawat/bidan
b. Kantor perawat
c. Ruang rekam medik
d. Toilet staf
e. Ruang staf medik
f. Ruang loker staf/perawat
g. Ruang rapat/konferensi
h. Ruang keluarga pasien
i. Ruang cuci
j. Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k. Gudang peralatan
l. Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja untukkerja.
m.Ruang obat : wastafel, meja kerja dsb.
n. Ruang linen bersih.
o. Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.

5.3. KRITERIA PERALATAN DAN PERLENGKAPAN UMUM

1. Area Cuci tangan


a. Wastafel Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak
tercipratdan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
b. Wadah gaun bekas
c. Rak/gantungan pakaian Rak sepatu
d. Lemari untuk barang pribadi Wadah tertutup dengan kantung plastik
e. Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non-organik
f. Sabun, tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair
antibakteridalam dispenser dengan pompa.
g. Handuk Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain
bersih atau tisu.
2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/ UGD
a. Steker listrik
1. Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik
2. Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,aman dan
berfungsi baik.
b. Meja periksa untuk neonatus. Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa,
lembar plastik utuh dan seprai bersih.
c. Bagian logam harus bebas karat.
d. Jam dinding Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
e. Meja Perlengkapan
f. Selimut, Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan persalinan.
g. Perlengkapan
h. Pasokan oksigen
3. Level SCN
a. Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran
(jika ada oksigen dengan sistem pipa di dinding)
b. Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh. c) Harus ada pengatur
kadar oksigen.

5.4. KRITERIA PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KHUSUS

1. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:


a. Unit Perawatan Khusus
1. Steker listrik Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok
beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
2. Mebel Lemari instrument Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan
bahan pasokan umum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-
bahan untuk ruang isolasi.
3. Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
4. Lemari es
5. Meja Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan. Harus dicat dengan
bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
6. Kursi Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi
baik.
7. Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
8. Jam dinding Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
9. Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan. Harus ada dua tabung oksigen
dan empat tabung medical air, masing- masing satu regulator dan pengatur
aliran. Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa didinding,
lihat standar untuk tingkat III / NICU) Tabung oksigen dan medical air
cadangan harus selalu terisi penuh. Harus ada pengatur kadar oksigen dan
medical air.
10. Lampu darurat
11. Inkubator, asuhan normal
Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik. Paling sedikit harus
ada jarak 1 m2 antara inkubator atau tempat tidur bayi
12. Penghangat (Radiant warmer) Paling sedikit harus ada satu penghangat yang
berfungsi baik.
13. Timbangan bayi Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi
baik disetiap ruangan.
14. Alat / Instrumen Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi. Ada forceps
naegle Ada Aspirasi Vakum Manual Harus ada pompa vakum listrik yang
dapat dibawa dengan pengatur Hisapan, selang dan reservoar bersih atau
kanister sebagai cadangan.
15. Pulse Oximeter
16. Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika pasokanlistrik
utama tidak ada.
2. Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik sebanyak 4
pada titik yang berbeda.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. FISIK
1. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang di setiap
instalasi
2. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
4. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
5. Tersedianya APAR
6. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
7. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi
8. Pintu toilet dibuka keluar
9. Penyediaan masker untuk pasien rawat inap untuk dipakai selama perawatan.

B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Komunikasi yang efektif dengan pasien
3. Keamanan pemberian cairan konsentrat
4. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasie
5. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan
6. Keselamatan pasien pada kasus emergyn
7. Penggunaan Apd pada kasus emergyn

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. FISIK
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan
2. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan
mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
4. Ventilasi AC terdapat filter bakteri
5. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan sekali
6. Tersedianya APAR
7. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis
8. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
9. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah
10. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat

B. SUMBER DAYA MANUSIA


1. Tersedianya Alat pelindung diri secara lengkap
2. Terdapatnya baju ganti khusus petugas kamar bersalin
3. Dilakukannya pemeriksaan dan vaksinasi berkala untuk petugas pelayanan di
semua instalasi.
4. Tersedianya APD pada kasus emergyn.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan


berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEK meliputi :

1. Pengembangan Mutu Standar Prosedur operasional


Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan
dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur
Operasional yang telah ada dan menambahkan Standar Prosedur Operasional yang
belum ada / belum lengkap serta merevisi Standar Prosedur Operasional yang telah
ada sesuai dengan keadaan dilingkungan kerja.
Seluruh staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit pelayanan
intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur Operasional yang kurang
dicatat oleh seluruh staf pelayanan untuk dibahas dalam rapat bulanan.

2. Pengembangan Mutu Sumber daya Manusia


a. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti
pelatihan PONEK, PPGD, PPGD-on, resusitasi bayi baru lahir
b. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan
c. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
d. Adanya materi kasus-kasus secara berkala dari dokter/dokter specialis
e. Adanya role model oleh dokter specialis/dokter/kepala ruangan/katim/CI kepada
staf pelaksana pelayanan.

3. Pengembangan mutu Fasilitas dan perawatan


a. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam
menginterpretasikan informasi yang didapat
b. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui
apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan
permintaan baru atau perbaikan yang ada
c. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas ruang bersalin
dan penyediaan cuci tangan
d. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional

BAB IX
PENUTUP

Angka kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami perubahan berarti pada 5 tahun terakhir. Keadaan ini akan cenderung
meningkat bila tidak segera di antisipasi dengan berbagai terobosan yang optimal.
Karakteristik kasus kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan kondisi
kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan mempengaruhi prestasi dan
kinerja generasi mendatang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dijadikan prioritas. RSUD dr.
Lapalaloi Kabupaten Maros sebagai penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat
siap menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan terbaik untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak bagi kemajuan bangsa melalui pelayanan PONEK yang
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai