Anda di halaman 1dari 12

Goa selomagleng

• Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi
Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja
Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan
lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan
tapabrata di Gua Selomangleng.
• Terlepas dari gelap dan pengapnya suasana dalam gua, objek wisata Gua
Selomangleng patut dikunjungi saat anda berada di Kediri. Tak jauh dari lokasi gua ini
juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum purbakala yang bisa
dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca.
Dan sekarang, Goa Selomangleng diberi fasilitas lain seperti kolam renang dengan
aneka wahananya dan juga arena bermain anak.
• Selain mengunjungi goa pengunjung juga dapat "sedikit" olahraga dengan naik
ke Gunung Maskumambang yang hijau dan asri serta banyak terdapat ayam
hutan yang berada di samping Museum Airlangga. Untuk naik gunung, pengunjung
tidak berlu bersusah - susah karena telah dibangun tangga untuk naik ke atas.
• Atau pengunjung yang ingin mencoba tantangan dapat naik ke atas Gunung
Klothok yang dipuncaknya terdapat sumber mata air yang bernama 'Elo'. Selain
berwisata sejarah, pengunjung dapat berwisata outbound, jadi badan bisa sehat dan
wawasan akan sejarahpun bertambah.
• Ancaman
• Sampai sejauh ini tidak ada upaya terencana dari instansi terkait untuk membuat
situs Selomangleng terpahami secara memadai oleh masyarakat yang berdiam di
sekitarnya (untuk kemudian memampukan mereka untuk melakukan
pemeliharaan secara signifikan). Perhatian yang ada hanya ala kadarnya saja.
Dalam banyak hal yang terjadi malah sebaliknya. Kawasan Selomangleng
sekarang ini justru lebih diriuhkan oleh berbagai macam kegiatan yang tidak
hanya akan mengurangi respek masyarakat terhadap keberadaan si situs, namun
juga mengancam keaslian dan keutuhannya. Keberadaan tempat hiburan (kolam
renang, panggung hiburan dan sejenisnya) yang dibangun secara permanen
hanya beberapa belas meter dari situs, beberapa patung yang lenyap dan
ditambal secara serampangan dengan menggunakan semen merupakan bukti
nyata ancaman tersebut. Walaupun tidak jauh dari lokasi tersebut berdiri
museum, namun keberadaannya praktis tidak menggetarkan siapapun. Praktis
tidak ada aksi-aksi 'spektakuler' pihak penanggung-jawab temuan arkeologis
tersebut untuk membuat situs Selomangleng lebih bermakna bagi masyarakat
dan bangsa ini.
Setono gedong

• Setono Gedong adalah sebuah komplek bangunan seluas 3 hektar yang berlokasi
di antara pusat perbelanjaan, berada di area Masjid Aulia yang beralamat di Jl
Doho Kota Kediri, tepatnya di seberang Stasiun KA Kediri.. Terdiri dari sebuah
masjid, pendopo, serta areal pemakaman dimana bersemayam beberapa tokoh
penting seperti Sunan Amangkurat Mas III. Diantara makam para tokoh itu, yang
menjadi maskot utama adalah makam Mbah Wasil.
• Berbicara tenang Situs Setono Gedong tidak akan terlepas dari legenda Sulaiman
Al-Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil. Ada beberapa teori mengenai latar belakang
pendirian Situs Setono Gedong jika ditinjau dari legenda Mbah Wasil.
• Versi I
• Mbah Wasil dipercaya adalah seorang arab dari Mekah. Alkisah beliau akan
dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih
cinta pada Allah SWT. Kemudian beliau mengasingkan diri atau hijrah ke Indonesia,
tepatnya di Desa Setono Gedong. Dalam kisahnya, Mbah Wasil hendak
membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar
suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Rencana Mbah Wasil pun
urung terselesaikan, dan hasilnya hanyalah pondasi yang sampai saat ini masih
ada.
Maling gentiri
• Dahulu kala, d ijaman penjajahan Belanda. Masyarakat Kediri hidup dalam
kemiskinan dan ketertindasan. Perkonomian dikuasai oleh Belanda dan
diperlakukan pajak yang tidak masuk akal. Hasil buminya selalu dirampas jika tidak
mau bayar pajak . Untuk makan saja mereka harus membeli kepada Belanda.
Padahal itu hasil jerih payah mereka sendiri. Hal ini menggugah hati Ki Boncolono.
Dia marah melihat kelakuan para meneer, ketidak adilan telah mengusik hati Ki
Boncolono. Dengan kesaktiannya dibantu oleh Tumenggung
Mojoroto dan Tumenggung Poncolono beserta murid-muridnya yang tentu saja
sakti-sakti, dia merampok harta para pejabat Belanda. Hasilnya dia bagikan kepada
rakyat jelata, Sungguh mulia...... Kontan namanya menjadi harum di kalangan
masyarakat....dia ditakuti tapi juga dikagumi dan senantiasa ditunggu tunggu
kedatangannya.

Belanda merasa geram dan marah. Segala upaya mereka kerahkan untuk
meringkus Boncolono. Tetapi usahanya selalu gagal. Setiap terkepung, Boncolono
hanya merapatkan diri pada salah satu tiang atau tembok atau pohon dan
hilanglah dia. Biarpun ditembak dibunuh diapain juga Ki Boncolono tidak bisa mati,
dia bisa hidup lagi ketika tubuhnya menyentuh tanah. Belanda Jengkel dan
menggunakan kekuatan "uangnya" untuk
• meringkus Boncolono. Belanda mengadakan sayembara dengan hadiah yang
sangat besar untuk menangkap atau membunuh Ki Boncolono.Beberapa orang
yang tahu kelemahan ilmu Boncolono mendatangai Belanda. Mereka memberi
tahu pada para meneer itu kalau Boncolono harus dipenggal, kepala dan tubuhnya
harus terpisah dan dikuburkan pada tempat yang terpisahkan oleh sungai.
Akhirnya setelah membuat rencana dengan bantuan pendekar pribumi, Belanda
melaksanakannya dengan cermat. Dan seperti kisah heroik lainnya, Boncolono
tertangkap. dengan bantuan, pendekar Pribumi..... dan....Boncolono tewas.
Makan Ki Boncolono
Sebelum dia hidup lagi, tubuhnya dipotong jadi dua. Bagian bawahnya di kubur di
bukit Maskumambang. Sedangkan bagian atasnya (kepalanya) di kubur di "Ringin
Sirah", desa Banjaran. Kalau bukit Maskumambang terletak di barat sungai
Brantas, maka Ringin Sirah terletak di timur sungai Brantas. Di puncak bukit
Maskumambang selain makamnya Ki Boncolono terdapat juga dua buah makam
lagi yaitu makamnya Tumenggung Mojoroto dan makamnya Tumenggung
Poncolono, tetapi anehnya ketiga makam tersebut ukurannya sangat panjang
mungkin lebih dari dua meter
Totok kerot
• Pada Sekitar tahun 1981, penduduk sekitar melaporkan ada benda besar dalam sebuah gundukan
di tengah sawah dan berada di bawah pohon besar. Pada tahun itupu gundukan tersebut digali
hingga memperlihatkan sosok Arca sebuah arca. Namun penggalian tersebut hanya menampakkan
setengah badan bagian atas dari arca. Dan tahun 1983 Pemerintah mulai memperbaiki daerah
sekitar Arca dengan membangun jalan menuju arca dan menutup gorong - gorong di depan arca.
Dan Arca Totok Kerot masih tetap dibiarkan terbenam setengah badan di dalam tanah. Lokasi dari
arca ini berada di Desa Bulupasar, Kecamapatan Pagu, Kabupaten Kediri, atau sekitar 11 kilometer
sebelah selatan Petilasan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang. Wujud Dari Arca Totok Kerot ini berupa
seorang buto atau raksasa perempuan dengan rambut terurai, duduk jongkok satu kaki tegak, mata
melotot, mengenakan mahkota dan kalung berbandul terkorak dan satu lengan sebelah kiri putus.

• Ada sebuah legenda yang melekat di Arca Totok Kerot ini. Dikisahkan dalam sebuah cerita rakyat
yang terkenal di Kediri bahwa sebenarnya Totok Kerot tersebut adalah penjelmaan puteri cantik
dari seorang demang di Lodaya (Lodoyo) Blitar. Yang ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya. Karena tak
mendapatkan restu orang tua, sang puteri nekat datang ke Kediri dan terlibat peperangan dengan
pasukan dari Kerajaan Kediri, dimana diceritakan kemenangan akhirnya berpihak kepada sang putri
tersebut dan sebagai tuntutan atas kemenangannya, sang puteri berkeras ingin ditemui oleh Prabu
Sri Aji Jayabaya, dan apabila keinginan tersebut tak dikabulkan putri tersebut akan berbuat onar.

• Tuntutan sang puteri tersebut akhirnya di kabulkan oleh Prabu Jayabaya, dimana saat berhasil
bertemu dengan Sri Aji Jayabaya dia kembali menyampaikan keinginannya untuk dipersunting. Akan
tetapi Prabu Sri Aji Jayabaya Tetap menolak keinginan sang puteri dan terjadi perang tanding
diantara keduanya. Setelah sang puteri terdesak, Prabu Sri Aji Jayabaya mengeluarkan sabda
dengan menyebut sang puteri memiliki kelakuan seperti buto (raksasa), Dan hingga akhirnya
terwujudlah sebuah arca raksasa.

• Selain itu ada legenda lain juga yang yang menceritakan tentang Arca Totok Kerot. Legenda ini
masih berkesinambungan dengan legenda diatas, bahkan lebih heboh daripada legenda
berpindahnya Arca Ganesha Boro. Diceritakan bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindah dari
tempat asalnya dan diletakkan di Alun – Alun Kota Kediri. Namun dalam waktu satu malam, Arca
Totok Kerot tidak betah akan tempat barunya. Arca Totok Kerot mulai menyusun rencana melarikan
diri. Dan pada tengah malam tiba- tiba saja berkumpul dua ekor gajah dan tujuh ekor sapi di alun-
alun. Kesembilan hewan itupun menarik Arca Totok Kerot menuju Dusun Bulupasar, tempat asal
sang arca. Karena Arca Totok Kerot teramat sangat berat, hanya beberapa meter saja, kesembilan
hewan tersebut tidak kuat menarik arca dan meninggal karena kecapaian
Gunung kelud


Alkisah - di jawa Timur ada raja yang bernama Raja Brawijaya, yang bertahta dikerajaan maja pahit. ia memiliki
putri yang sangat cantik jelita bernama Ayu Pusparani, sang putri memiliki keindahan tubuh yang sangat
mempesona, kulitnya lembut bagai sutra dan wajahnya cantik berseri bak bulan purnama, sudah banyak pangeran
melamarnya namun Prabu Brawijaya belum bisa menerima satu pun lamaran. Agar tidak terjadi kecemburuan
kepada pelamar yang lain, disisilain sang prabu juga tidak ingin menolak secara langsung karena takut mereka
akan menyerang kerajaannya.
Seteelah berfikir keras, ahirnya Prabu Brawijaya menemukan sebuah cara. yaitu ia akan mengadakan sebuah
sayembara, bahwa barang siapa yang sangup merentang busur sakti Kyai Garudayeksa dan mengangkat Gong Kyai
Sekardelima maka dialah yang berhak mempersunting putrinya. ia memerintahkan pengawalnya untuk
menyampaikan pengumuman tersebut kepada seluruh rakyatnya dan para raja termasuk para pangeran-pangeran
di sekitar wilayahnya.
Pada saat yang ditentukan, para peserta dari berbagai negeri telah berkumpul di alun-alun (lapangan halaman
istana kerajaan). Prabu Brawijaya pun tampak duduk diatas singgasananya dan di dampingi oleh permaisuri dan
putrinya. setelah busur panah Kyai Garudayeksa dan Gong Kyai Sekadelima di siapkan, Prabu Brawijaya pun mulai
memukul gong tanda acara akan segera di mulai.
Satu persatu peserta sayembara mulai mengeluarkan segala kesaktiannya, untuk merentangkan busur dan
mengangkat gong. namun tidak satupun yang berhasil. bahkan, tidak sedikit dari mereka yang mendapat musibah,
ada yang patah tangannya karena memaksakan diri merentangkan busur panah ada pula yang patah pinggulnya
karena tidak kuat mengangkat gong besar dan berat itu.
• Melihat kemenangan Lembu Sura, Putri Pusparani langsung meninggalkan Sitihinggil. Ia sangat sedih karena harus
menikah dengan pemuda yang bekepala lembu.
Putri itu lari kepada embannya. Dia tidak mau menikah dengan manusia berkepala binatang, betapapun saktinya.
Emban yang setia itu mencari akal bagaimana agar putri itu batal menikah dengan Raden Lembu Sura. Dia
akhirnya menemukan jalan keluar.
Putri Pusparani disarankan mengajukan syarat kepada Lembu Sura. Syaratnya, Raden Lembu Sura harus bisa
membuat sumur di puncak gunung Kelud. Mendengar saran embannya, Dyah Pusparani sangat gembira. Dia
segera menyertai ayahnya untuk menemui Lembu Sura. "Selamat Raden Wimba.
Engkau telah memenangkan sayembara dengan gemilang."
"Terima kasih putri dan kau akan menjadi istriku."
"Saya tahu itu, namun saya masih mengajukan syarat lagi."
"Katakanlah Putri, apa syaratmu itu?"
"Buatkan aku sumur di puncak gunung Kelud. Air sumur itu akan kita pakai mandi berdua setelah selesai upacara
perkawinan."
"Baiklah Putri. Demi cintaku padamu, akan kupenuhi permintaanmu itu."
Raden Wimba putra adipati Blambangan itu segera meninggalkan keraton Majapahit menuju puncak Gunung
Kelud. Dengan kesaktiannya, konon dia mampu mengerahkan makhluk halus untuk membantunya menggali sumur
di puncak Gunung Kelud.
Ternyata benar, tak lama kemudian Lembu Sura telah menggali cukup dalam. Melihat hal itu, Pusparani ketakutan,
bagaimana pun kalau Lembu Sura berhasil menemukan air di sumur itu dia harus menjadi istri Lembu Sura.
Pabu Brawijaya juga kebingungan. Dia bisa memahami perasaan putrinya. Dewi Pusparani menangis di hadapan
ayahnya. Dia memohon ayahandanya bisa menolongnya.
• Akhirnya Prabu Brawijaya menemukan cara. Lembu Sura harus ditimbun hidup-hidup di dalam
sumur itu. Kemudian Prabu Brawijaya menitahkan seluruh prajurit yang menyertainya untuk
menimbun sumur itu dengan batu-batuan besar. Juga gundukan tanah yang ada di sekitar itu.
Sebentar saja sumur tadi telah rata seperti semula. Lembu Sura tertimbun di dasarnya.
Meskipun begitu karena dia sakti, dia masih sempat mengancam kepada Prabu Brawijaya.
"Prabu Brawijaya, engkau raja yang licik, culas. Meskipun aku telah terpendam di sumur ini, aku
masih bisa membalasmu. Yang terpendam ini ragaku bukan nyawaku. Ingat-ingatlah, setiap dua
windu sekali aku akan merusak tanahmu dan seluruh yang hidup di kerajaanmu."
Setelah suara itu hilang. Seluruh prajurit yang melihat kejadian itu ketakutan. Begitu pula Prabu
Brawijaya dan putrinya. Kemudian Prabu Brawijaya memerintahkan untuk membuat tanggul
pengaman. Tanggul itu sekarang disebut Gunung Pegat.
Hingga sekarang ini jika Gunung Kelud meletus dianggap sebagai amukan Lembu Sura untuk
membalas dendam atas kelicikan Prabu Brawijaya.
Cerita rakyat atau legenda ini mirip dengan legenda asal mula Reog Ponorogo. Lembu Sura yang
asalnya seorang putra bangsawan itu memang seorang pemuda sakti, namun sifatnya berandalan
maka ayahnya menyabda hingga ia dianggap pemuda bodoh seperti kerbau.
Demikanlah cerita rakyat ataupun legenda mengenai Gunung Kelud (Lembu Sura)
• Ketika Prabu Brawijaya akan mumukul gong tanda sayembara akan segera di tutup.Tiba-tiba datanglahseorang
pemuda berkepala lembu hendak mengadu keberuntungan.
'' ampun gusti prabu, apak hamba diperkenankan untuk mengikuti sayembara ini? pinta pemuda itu.
''hae pemuda aneh, siapa namamu? tanya Prabu Brawijaya.
nama saya Lembu Sura jawab pemuda itu.
Prabu Brawijaya beranggap pemuda itu tidak akan mampu merentang Busur sakti dan gong besar itu.
lalu ia pun mengizinkan pemuda itu untuk mengikuti sayembara sebagai peserta terahir.
''baiklah, kamu boleh mengikuti sayembara ini. jawab Prabu Brawijaya.
Lembu Sura pun menyangupi persaratan itu. dengan kesaktiannya ia mulai merentangkan busur panah Kyai
Garudayaksa dengan mudah. keberhasilan Lembu Sura itu di iringi tepuk tangan para penonton yang sangat
meriah. sementara itu, Putri Dyah Pusparani mulai cemas, karena ia tidak mau bersuamikan pemuda berkepala
lembu itu.
Ketika Lembu Sura mendekati Gong Sekardelima, semua yang hadir tampak tegang, terutama sang Putri, ia
berharap agar pria berkepala lembu tidak bisa melewati ujian kedua itu. tanpa diduganya, pemuda berkepala
lembu itu sanggup mengangka Gong Kyai Sekardelima dengan mudahnya. tepuk tangan para penonton pun mulai
mengema, sedangkan Putri Dyah Ayu Purpasari hanya terdiam hatinya sangat sedih dan kecewa.

Anda mungkin juga menyukai