TUGAS TERSTRUKTUR
Disusun Oleh:
G1B014068
Kelas A
PURWOKERTO
2015
1. Pengertian
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi AKI dan AKB.
Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di Indonesia dituangkan dalam bentuk
program Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan
sehat dan aman, serta pelayanan obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat.
(Zahtamal, 2011)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. (Depkes, 2009)
Fasilitas pelayanan kesehatan KIBBL adalah sarana (alat dan sumber daya) untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah/masyarakat)
2. Landasan Hukum
Kepmenkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Aborsi
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar kandungan. Abortus
merupakan gejala yang sejak zaman dahulu kala dikenal pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh
dunia. Bila seorang wanita menjadi hamil tidak diinginkannya maka ia akan melakukan segala macam
usaha untuk menggugurkan kandungannya. Tindakan aborsi dapat menyebabkan seorang wanita
merasa bersalah, depresi, rasa kehilangan, pendarahan, rusaknya rahim, kanker, dan kematian.
(Asmarawati, 2010)
b. Anemia
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan
besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah lahir (Sinsin, 2008). Pada ibu hamil
dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin,
yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005).
c. Tertular IMS
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang
yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
terdapat sekitar 20 juta kasus baru IMS dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan
anatomi, penurunan reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan fisiologis
pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi
menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial,
trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. (Agustini, dkk, 2013)
d. Komplikasi Obstetri
Komplikasi persalinan merupakan komplikasi yang terjadi pada saat persalinan, dapat berupa
perdarahan postpartum, retensio plasenta, dan ruptura uteri. Setiap ibu hamil menghadapi risiko
beban fisik, mental, dan bahaya komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas dengan risiko kematian,
kecacatan, ketidakpuasan, dan ketidaknyamanan. Berbagai omplikasi obstetric tersebut terjadi
mendadak dan tidak terduga sebelumnya dan tida dapat dihindari. (Huda, 2007)
a. Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2pada udara respirasi, yang ditandai
dengan:
b. Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu temuan tersering pada bayi baru lahir,
umumnya merupakan transisi fisiologis yang lazim pada 60%-70% bayi aterm dan hampir semua bayi
preterm. Pada kadar bilirubin >5 mg/dL, secara klinis tampak pewarnaan kuning pada kulit dan
membran mukosa yang disebut ikterus. Pada sebagian besar kasus, kadar bilirubin yang
menyebabkan ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun pada beberapa
kasus hiperbilirubinemia berhubungan dengan beberapa penyakit, seperti penyakit hemolitik,
kelainan hati, infeksi, kelainan metabolik, dan endokrin. (Rahardjani, 2008)
c. Infeksi Neonatal
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi
dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000
kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram.
Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi premature (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup
bulan) dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat
rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan.
(Pusponegoro, 2000)
d. Kesulitan Menyusu
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering
menjadi bingung puting atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga
bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya. (Suradi, 2004).
e. Hipotermi
Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi,
maupun pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Hipotermia pada
bayi baru lahir mempengaruhi metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan komplikasi
hipoglikemia, asidosis metabolik, distres pernapasan, dan infeksi. Hipotermia terjadi apabila suhu
tubuh di bawah36,50C. Hipotermia terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Kesalahan penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. (Puspita, 2007)
f. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6
mmol/L). Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia
pasca lahir. Bayi atterm dengan memiliki BB 2500 gr gula darah <30 mg/dl, 72 jam, selanjutnya
40mg/dl. Sedangkan BBLR memiliki gula darah <25 mg/dl. Hipoglikemi adalah masalah serius pada
bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian.
g. Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Kejang demam yang berlangsung singkat,
kurang dari 1 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. (ILAE, 1983)
h. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction). (Pudjiadi, dkk., 2010)
5. Program KIA
a. Sebelum Kehamilan
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum kehamilan, antara lain:
Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster, virus hepatitis dan virus HIV
untuk menghindari diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut kepada janin.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi antibodi yang
terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk mengantisipasi
perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya.
Inti dari pemeriksaan genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang
mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau kedua orangtuanya.
4. Persiapan Keuangan
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di
diskusikan antara suami dan isteri.
5. Persiapan Mental
Kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh karena itu orang tua harus
mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan masa
kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga pada
ayah calon bayi. (Depkes, 2009)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal dalam penerapannya
terdiri atas:
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan. (Depkes, 2009)
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai
dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 48 Jam setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7
setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28
setelah lahir.
Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai
berikut :
7. Merintih
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
Setiap perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk mencapai hidup sehat
dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu
Pelayanan kesehatan ibu dilaksanakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
7. Kesehatan Ibu
menolak pelayanan kesehatan yang diberikan kepadanya dan anaknya oleh tenaga dan fasilitas
yang tidak memiliki sertifikasi.
Perilaku buruk ibu hamil yang menyebabkan bayi lahir prematur karena istirahat yang tidak cukup,
bekerja terlalu keras, mengkonsumsi alkohol, jamu-jamu, minum obat secara sembarangan,
merokok dan asupan gizi tidak cukup. Perilaku ibu hamil yang sehat adalah istirahat cukup,
memeriksakan kehamilan secara teratur, mendapat asupan gizi seimbang yang cukup, minum
vitamin secara teratur, kalau sakit berobat ke petugas kesehatan. (Depkes, 2008)
Ada beberapa tanda pada bayi yang mengindikasikan bahwa bayi yang dilahirkan sehat,
antara lain:
Bergerak aktif,
kulit kemerahan,
Mengisap
Ada beberapa tanda bahaya yang sering terjadi pada bayi baru lahir, antara lain; tidak mau menyusu
atau memuntahkan semuanya, kejang, bergerak hanya jika dirangsang, sesak napas, merintih,
demam (suhu 37,5C) teraba dingin (<36C), mata bernanah, diare, badan kuning dan buang air
besar berwarna pucat. Pengertian dan kesadaran dari orangtua bayi sangat dibutuhkan untuk segera
merujuk bayi ke petugas kesehatan, poskesdes, puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lain.
Usahakan bayi tetap hangat selama perjalanan ke fasilitas kesehatan dengan cara menyelimuti bayi
atau metode kanguru, jangan meletakkan bayi dekat jendela atau pintu kendaraan, bayi terus
disusui selama dalam perjalanan. (Depkes, 2008)
Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta
menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal
a. terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak
balita;
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada usia
kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003). Setiap bayi dan anak berhak mendapatkan:
lingkungan yang bersih dari bahan-bahan yang merugikan kesehatan dan keselamatan bayi dan
anak balita;
makanan dan minuman yang bergizi serta bersih dari pencemaran biologis dan kimia.
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya
dalam ruangan yang sama.
Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di
ruangan khusus.
Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/
poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat
diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan. (Depkes, 2010)
Kebijakan KIA
1. Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir sehat
Strategi KIA
2. Pemberdayaan masyarakat
4. Peningkatan cakupan dan kualitas kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan komponen
KR lainnya
5. Pemerintah perlu meningkatkan anggaran program pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan
reproduksi dan program pembinaan pelayanan kesehatan anak sebesar 6% dari total anggaran
sektor kesehatan dalam APBN 2014.
8. Pemerintah pusat perlu mendorong setiap pemerintah daerah untuk membuat Rencana Aksi
Daerah (RAD) Penurunan AKI, AKB dan AKABA
(Saputra, 2013)
Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan
Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan
masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari
masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting. (Depkes, 2012)
Cakupan kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, penanganan komplikasi
obstetrik, pelayanan neonatal
Daftar Pustaka
Agustini, Dkk. 2013. Infeksi Menular Seksual Dan Kehamilan. Seminar Nasional Fmipa Undiksha III
Tahun 2013
Asmarawati, Tina. 2010. Abortus Dan Permasalahannya Di Indonesia. Jurnal Pelita Edisi Vii Volume
2 Juli -Desember 2010
Departemen Kesehatan RI. 2008. Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak
(Pws-Kia). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir di Indonesia. http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-
kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/ (Diakses pada 14 Desember 2015)
Huda, L. N. 2007. Hubungan Status Reprodusi, Status Kesehatan, Akses Pelayanan Kesehatan
dengan Komplikasi Obstetri di Banda Sakti, Lhokseumawe Tahun 2005. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 1, No.6.
Prambudi, R. 2013. Penyakit pada Neonatus. Dalam; Neonatologi Praktis. Anugrah Utama Raharja.
Cetakan Pertama. Bandar Lampung, hal. 57 - 62
Pudjiadi, Antonius, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI.
Puspita, I. R., dkk. 2007. Insidens dan Faktor Risiko Hipotermia Akibat Memandikan pada Bayi Baru
Lahir Cukup Bulan. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4: 258 - 264
Pusponegoro, T. S. 2000. Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2.
Rahardjani, K. B. 2008. Kadar Bilirubin Neonatus dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose 6 Phosphate
Dehydrogenase yang Mengalami atau Tidak Mengalami Infeksi. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 2
Saputra, Wiko. 2013. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. Jakarta: Prakarsa Welfare
Initiatives for Better Societies.
Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak, Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT.Gramedia.
Suradi & Kristina (Ed). 2004. Manajemen Laktasi Cetakan ke 2. Jakarta: Program Manajemen Laktasi
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Zahtamal, dkk. 2011. Determinant Factor Analysis on Mother and Child Health Service Problem.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1.