Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CARA MEMODIFIKASI PERILAKU NEGATIF DALAM


PENGELOLAAN KELAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pembelajaran Pada Mata Kuliah
Pengelolaan Kelas

Dosen Pengampu :
Siska Yulia Rahmi, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 9 PTIK D
Ridho Hidayat (2519099)
Alhuda Mukhtar (2521123)
Suci Rahmawati (2521131)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SJECH DJAMIL DJAMBEK BUKITTING
2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, berkat hidayah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Cara Memodifikasi
Perilaku Negatif Dalam Pengelolaan Kelas”. Pada dasarnya makalah ini dibuat
untuk memenuhi persyaratan pembelajaran pada mata kuliah Pengelolaan Kelas.
Penulis berharap semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi titik tolak penulis untuk menjadi lebih maju dan bersungguh-sungguh.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
menuju perubahan, Aamiin.
Karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari setiap pembaca
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 13 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulis ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
A. Defenisi Perilaku Negarif dalam Pengelolaan Kelas ................. 2
B. Macam-macam Perilaku Negatif dalam Pengelolaan Kelas ...... 5
C. Memodifikasi Perilaku Negatif dalam Pengelolaan Kelas ........ 10
BAB III PENUTUP .............................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku negatif atau perilaku menganggu di kelas jarang dibicarakan,
padahal frekuensi dan intensitasnya sebenarnya cukup tinggi tetapi jarang
dilaporkan karena ketidaktahuan guru (Wicaksono, 2013). Perilaku
menganggu di kelas atau Disruptive Classroom Behaviors (DCB) dapat
didefinisikan sebagai perilaku yang tampak terjadi di dalam kelas yang
menganggu guru dan siswa yang lain, contohnya yaitu menolak berpartisipasi
atau bekerjasama dalam kegiatan kelas, mengabaikan hak orang lain, tidak
memperhatikan pembelajaran, membuat keributan dan meninggalkan tempat
duduk tanpa ijin (Bidell & Deacon, 2010: 3).
Kaplan, Gheen, dan Migley (dalam Pia Todras, 2007: 4)
menggambarkan disruptive behavior (perilaku mengganggu) meliputi
berbicara di luar gilirannya, menggoda, bersikap tidak sopan pada orang lain,
dan meninggalkan tempat duduk tanpa ijin dari guru yang mengajar. Selain
itu, tindakan yang lebih serius seperti kekerasan dan perusakan juga termasuk
di dalam ruang lingkup perilaku mengganggu atau perilaku negatif.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan defenisi perilaku negatif dalam pengelolaan kelas ?
2. Apa saja macam-macam perilaku negatif dalam pengelolaan kelas ?
3. Bagaimana cara memodifikasi perilaku negatif dalam pengelolaan kelas ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami defenisi perilaku negatif
dalam pengelolaan kelas ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami macam-macam perilaku
negatif dalam pengelolaan kelas ?
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara memodifikasi perilaku
negatif dalam pengelolaan kelas ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Perilaku Negatif dalam Pengelolaan Kelas


Perilaku menganggu di kelas atau Disruptive Classroom Behaviors
(DCB) dapat didefinisikan sebagai perilaku tampak yang terjadi di dalam
kelas yang menganggu guru dan atau siswa yang lain, contohnya yaitu
menolak berpartisipasi atau bekerjasama dalam kegiatan kelas, mengabaikan
hak orang lain, tidak memperhatikan pelajaran, membuat keributan dan
meninggalkan tempat duduk tanpa ijin (Bidell & Deacon, 2010: 3). Kaplan,
Gheen, dan Migley (dalam Pia Todras, 2007: 4) menggambarkan disruptive
behavior (perilaku mengganggu) meliputi berbicara di luar gilirannya,
menggoda, bersikap tidak sopan pada orang lain, dan meninggalkan tempat
duduk tanpa ijin dari guru yang mengajar. Selain itu, tindakan yang lebih
serius seperti kekerasan dan perusakan juga termasuk di dalam ruang lingkup
perilaku mengganggu.
Ada beberapa sebutan berbeda tapi merujuk hal yang sama dengan
disruptive behavior yaitu troublesome behavior (perilaku yang merepotkan)
dan disturbing behavior (perilaku yang menganggu atau meresahkan).
Disruptive behavior antara siswa biasa berbeda dengan yang terjadi pada
siswa berkebutuhan khusus yang mengalami ADHD (Attention Deficit
Hiperactivity Disorder), ODD (Oppositional Defiant Disorder) dan CD
(Conduct Disorder).
Distruptive Behavior Disorder (DBD) merupakan gejala
penyimpangan perilaku yang umum pada anak yang mengalami ADHD, OD
dan ODD, dimulai dari mereka kecil dan akan meningkat pada masa remaja
dan dewasa (Zimmerman, 1995: 145). Disruptive behavior yang dimaksud
juga berbeda dengan indikator yang terjadi pada siswa yang mempunyai
gangguan perilaku (behavior problems) yang berifat patologis seperti
externalizing behavior (perilaku berlebihan), antisosial maupun deliquency
(menyimpang). Siswa ini sering disebut sebagai siswa ”nakal” dan kategori

2
perilaku mengganggu yang mereka tampakkan bisa digolongkan berat atau
bisa dikategorikan sebagai perilaku misbehavior atau misconduct (Bidell dan
Deacon, 2010: 10).
Oleh karena itu ada beberapa istilah yang terkait dengan indikator yang
sama dan sering dikategorikan sebagai hal yang sama tetapi sesungguhnya
kategorinya lebih berat daripada disruptive behavior adalah
1. Misbehavior
Misbehavior (kelakuan buruk atau perbuatan yang tidak baik)
menurut Charles (dalam Pia Todras, 2007: 4) adalah perilaku yang
dianggap tidak pantas untuk setting atau situasi tertentu. Dalam model
Charles, misbehavior (perbuatan tidak baik) digolongkan menjadi lima
jenis yang meliputi
a. aggression (berperilaku agresif atau menyerang)
Aggression (berperilaku agersif atau menyerang) mengacu pada
serangan fisik dan verbal atau ucapan yang ditunjukkan pada guru atau
siswa yang lain.
b. immorality (berperilaku tidak sopan)
Immorality (berperilaku tidak sopan) mengacu pada tindakan
seperti mencontek, berbohong, dan mencuri.
c. defiance of authority (menentang otoritas)
Defiance of authority (menentang otoritas) diartikan seperti
menolak melakukan perintah dari guru.
d. class disruptions (gangguan kelas)
Class disruptions (gangguan kelas) mengacu pada tindakan-
tindakan seperti berbicara terlalu keras, berjalan berkeliling ruangan
yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, dan berulang kali
meminta ijin meninggalkan kelas.
e. clowning around (berperilaku yang mengundang tawa disekitarnya).
clowning around (berperilaku yang mengundang tawa
disekitarnya) terdiri dari bermain- main, melamun, tidak mengerjakan
PR (pekerjaan rumah), dan membuang- buang waktu.

3
2. Misconduct
Misconduct (kelakuan jahat) biasanya dikaitkan dengan
penyimpangan perilaku pada remaja yang mengalami gangguan
delinquency atau antisosial. Bentuk perilakunya adalah melakukan
kekerasan, penodongan, pelecehan seksual, melakukan tindakan yang
melanggar hukum dan sebagainya (Cooperkline, 2009: 60).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa disruptive behavior in the classroom merupakan perilaku yang
mengganggu tindakan pengajaran, mengganggu siswa lain dalam proses
belajar mengajar baik secara psikologis maupun secara fisiologis, yang
terjadi pada siswa biasa dan disebabkan oleh banyak faktor yang tidak
hanya berasal dari diri mereka tapi juga bisa disebabkan orang lain, situasi
atau waktu yang ada.
Menurut Hidayat (2019), perilaku merupakan suatu tindakan yang
diperolah dari lingkungannya. Apabila suatu lingkungan tersebut baik maka
menghasilkan perilaku yang baik dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu
suatu lingkungan bisa mempengaruhi perilaku baik buruknya seseorang.
Perilaku negatif merupakan suatu perilaku menyimpang Iqbal (2014), perilaku
menyimpang secara sosial tidak mampu menyesuaiakan diri sendiri serta
tingkah lakunya tidak dapat diterima umum atau sekelompok orang. Oleh
karena itu guru mempunyai peran penting dalam mengatasi terjadinya perilaku
negatif yang dilakukan oleh siswa.
Perilaku negatif siswa bisa dikatakan sebagai kenakalan siswa. Bentuk
perilaku negatif yang dilakukan siswa memang terlihat kecil namun apabila
guru tidak tanggap dalam menyikapi hal tersebut akan menjadi permasalahan
yang besar. Faktor penyebab perilaku negatif siswa bisa disebabkan antara
lain, lingkungan keluarga, teman sebaya di sekolah maupun di luar sekolah.
Tidak hanya itu, dalam mengatasi perilaku negatif siswa guru mempunyai cara
tersendiri untuk mengatasinya.

4
B. Macam-macam Perilaku Negatif dalam Pengelolaan Kelas
Macam-macam perilaku negatif atau mengganggu di kelas dapat
dipandang dari beberapa teori diantaranya teori Behavioristik, Kognitif, dan
Humanistik
1. Teori Behavioristik
Zimmerman (1995: 9-10) menjelaskan bahwa konsep utama dalam
teori pendekatan behavioristik didasarkan pada paradigma stimulus,
respon, dan reinforcement (penguatan) dimana perilaku manusia dianggap
berada di bawah kendali dari lingkungan eksternal. Studi pembelajaran
pendekatan behavioristik menekankan pada perilaku terbuka yang dapat
diamati dan diukur. Dalam teori behavioristik tidak ada proses berpikir
atau mekanisme internal. Stimulus adalah kondisi, peristiwa atau
perubahan lingkungan dari individu yang menghasilkan perubahan
perilaku.
Teori Behavioristik memandang perilaku mengganggu di kelas
ditentukan oleh guru berdasarkan perilaku yang ditunjukkan siswa. Guru
memegang peran penting dalam menguatkan dan meredakan perilaku
mengganggu di kelas. Teori Behavioristik memandang perilaku
mengganggu sebagai perilaku yang tampak dan mudah dinilai orang lain,
misalnya berbicara di luar gilirannya, membuat kebisingan yang tidak
perlu, yang keluar dari kursi tanpa izin, berkelahi, memaki dan berdebat
dengan guru Dengan kata lain teori Behavioristik memandang dari sudut
pandang eksternal siswa.
Tujuan guru adalah menciptakan lingkungan kelas yang positif.
Perilaku yang ditargetkan untuk dimodifikasi perilaku adalah perilaku
yang mengganggu seluruh kelas yang meliputi perilaku berbicara di luar
gilirannya, membuat kebisingan yang tidak perlu, yang keluar dari kursi
tanpa izin, berkelahi, memaki dan berdebat dengan guru (Poteet, 1984: 8).
Setelah itu, guru akan menargetkan memodifikasi perilaku yang
diinginkan. Berbagai metode dapat digunakan untuk menghilangkan
perilaku disruptive (mengganggu) dan memperkuat perilaku produktif.

5
2. Teori Kognitif
Bruner dan Gagne (dalam Zimmerman, 1995 : 19) menjelaskan
bahwa teori kognitif melihat pembelajaran sebagai perolehan atau
reorganisasi struktur kognitif melalui proses dan menyimpan informasi.
Siswa tidak secara pasif bereaksi terhadap stimulus, tetapi merupakan
peserta aktif dalam proses pembelajaran. Ini adalah kemampuan
pemrosesan informasi pelajar dalam menentukan cara belajar mereka
sendiri dan itu adalah tugas guru untuk mengembangkan cara-cara yang
merangsang peserta didik menggunakan kemampuan untuk memproses
informasi yang dipelajari.
Perhatian utama dalam teori kognitif adalah proses pembelajaran
dan penerimaan informasi. Karena siswa harus menjadi peserta aktif dalam
proses ini, seorang siswa yang hanya menolak untuk berpartisipasi akan
dianggap mengganggu. Siswa juga dapat dianggap mengganggu apabila
memproses informasi tetapi memilih untuk tidak menggunakan informasi
tersebut. Perilaku mengganggu akan dianggap sebagai tindakan yang
impulsif atau tindakan yang diambil tanpa berpikir (Zimmerman, 1995:
19).
3. Teori Humanistik
Dalam kaitannya dengan perilaku mengganggu, Zimmerman
(1995: 30) menjelaskan bahwa teori humanistik menganggap disruptive
(yang mengganggu) satu orang belum tentu mengganggu orang lain.
Karena perspektif humanistik memperhitungkan individu serta kelompok,
maka keputusan mengenai apa yang dianggap disruptive (mengganggu)
ditentukan oleh kelompok. Dengan kata lain disruptive (yang
mengganggu) adalah individu yang tidak mematuhi aturan kelas. Tidak
menghormati orang lain baik secara perasaan ataupun dengan
menggunakan properti juga akan dianggap disruptive (mengganggu).
Pelanggaran terhadap hak setiap individu biasanya akan dipandang sebagai
perilaku mengganggu. Neil (dalam Zimmerman, 1995, 30) mengatakan,

6
“Adalah bebas bagi individu untuk melakukan apa yang dia suka selama
tidak melanggar pada kebebasan orang lain”.
Apapun yang terjadi di kelas yang akan membuat individu merasa
tidak aman atau terancam juga akan dianggap disruptive (mengganggu).
Situasi ini juga dapat terjadi dalam bentuk perilaku fisik, misalnya
individu yang menyerang individu lain, atau dalam bentuk emosional,
misalnya individu yang menggoda atau mempermalukan individu lain
(Zimmerman, 1995: 31).
Macam-macam perilaku negatif yang dapat dilihat berdasarkan bentuk-
bentuk perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut.
1. Mengganggu
Bentuk perilaku negatif ini sering sekali ditemukan pada waktu
pembelajaran berlangsung maupun pada waktu istirahat. Perilaku yang
dilakukan siswa ini sangat mengganggu kegiatan proses belajar. Terdapat
beberapa siswa yang suka mengganggu teman, misalnya seorang siswa
yang duduk paling belakang sedang asik bermain penggaris. Siswa
tersebut menggunakan penggaris untuk mengambil tempat pensil
temannya sehingga teman yang lain merasa terganggu oleh perlakuan
siswa tersebut. Tidak hanya itu, siswa tersebut mengganggu temannya
dengan cara menyembunyikan penghapus, mencoret-coret buku, bahkan
siswa tersebut berjalan-jalan untuk mengambil barang temannya.
2. Membully
Perilaku membully yang sering sekali dilakukan siswa yaitu
memangil nama teman dengan sebutan yang tidak pantas, contohnya
menghina nama orang tua bahkan saling mengejek. Terkadang siswa juga
melakukan pengancaman terhadap temannya dikarenakan tidak mau
meminjamkan pensil maupun penghapus. Terdapat beberapa siswa yang
melakukan pembullyan terhadap temannya, misalnya pada saat di dalam
kelas seorang siswa memanggil nama teman dengan sebutan nama hewan,
tidak hanya itu siswa tersebut juga menghina nama orang tua temannya
dan mengejek. Siswa tersebut terkadang juga melakukan pengancaman

7
terhadap temannya dan kejadian tersebut dilakukan oleh siswa tersebut
pada saat jam istirahat.
3. Emosional
Siswa yang mempunyai perilaku emosional sering kali bermain
tangan terhadap temannya, entah memukul atau mencubit. Apabila siswa
tersebut merasa terganggu dan tidak bisa menahan dirinya maka ia berbuat
hal negatif terhadap temannya. Sikap emosional yang terjadi dilakukan
oleh siswa menjadi hal yang biasa, misalnya pada saat jam pembelajaran
berlangsung seorang siswa memukul teman sebangkunya menggunakan
buku tulis. Teman sebangkunya tidak sengaja menyenggol tangan siswa
tersebut sehingga siswa tersebut marah dan meluapkan emosinya kepada
temannya.
4. Provokator
Siswa yang melakukan perbuatan tersebut sering mengajak atau
menghasut teman yang lain agar melakukan tindakan yang mengarah ke
hal negatif. Contohnya, apabila siswa tersebut tidak menyukai hal seperti
tidak mau mengerjakan tugas dari guru maka siswa tersebut menyuruh
teman yang lain agar tidak mengerjakannya juga. Terdapat salah satu
siswa yang mempunyai perilaku negatif tersebut.
5. Berkelahi
Perilaku negatif seperti ini harus diperhatikan oleh guru, kejadian
yang dialami siswa awalnya mereka saling bercanda. Tetapi pada saat
bercanda ada siswa yang tersinggung maupun di tertawakan siswa lain
sehingga mengakibatkan cekcok dan terjadilah perkelahian. Sering sekali
kejadian ini dialami oleh siswa laki-laki yang emosinya tidak stabil.
Misalnya pada saat jam istrahat seorang siswa bermain petak umpet di
depan kelas dengan teman-temannya, karena salah satu seorang teman
tidak mau bergantian berjaga siswa tersebut langsung menyekik leher
teman tersebut dari belakang sehingga terjadilah pekelahian.

8
6. Membolos
Membolos merupakan suatu kesengajaan yang dilakukan siswa
untuk tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran. Membolos juga
merupakan suatu tindakan yang melanggar tata tertib di sekolah. Terdapat
beberapa siswa yang membolos sekolah tanpa surat keterangan, dan ada
juga siswa yang membolos dikarenakan orang tua yang bekerja dari pagi
sehingga siswa tersebut kurang pengawasan dari orang tua. Terdapat
seorang siswa yang sering membolos. Siswa tersebut dalam seminggu
masuk sekolah 2 atau 3 hari saja, siswa tersebut sering membolos
dikarenakan faktor ekonomi keluarganya.
7. Berbicara Kotor
Bebicara kotor menjadi hal yang biasa dilakukan siswa baik itu
disengaja maupun tidak. Seorang siswa yang berbicara kotor didepan
teman atau pada saat jam pembelajaran berlangsung sangat banyak.
Banyak sekali siswa yang mudah berbicara kotor. Siswa berbicara kotor
dikarenakan dari faktor keluarga, lingkungan pergaulan dan kurangnya
pengawasan dari orang tua.
8. Ramai pada saat jam pelajaran
Perilaku semacam ini sering sekali terjadi pada waktu guru
menjelaskan pembelajaraan pada hari itu. Hampir setiap kelas ada siswa
yang asik mengobrol, bermain dan bercanda dengan teman sebangku.
Perilaku seperti ini muncul dikarenakan siswa sudah mulai bosan atau
malas sehingga mereka asik ramai dan ingin mencari perhatian dari guru.
9. Tidak Mematuhi Tata Tertib
Tata tertib dianggap sepele dari beberapa siswa, mulai dari tidak
memakai ikat pinggang, dasi dan bahkan kaos kaki yang tidak sesuai. Ada
juga siswa yang melanggar aturan pada saat jam pembelajaran contohnya
siswa tersebut makan di kelas. Guru sudah melarang untuk siswa makan
pada saat jam pelajaran tetapi masih banyak siswa yang melanggarnya.

9
10. Sering Keluar Masuk Kelas
Kejadian ini sering sekali terjadi pada saat guru menjelaskan, siswa
sering meminta izin untuk ke toilet. Guru sudah melarang siswa untuk
keluar kelas pada saat jam pelajaran dan hanya memperbolehkan 1 orang
siswa. Akan tetapi masih banyak siswa yang keluar dengan temannya pada
saat jam pembelajaran berlangsung dikarenakan siswa tersebut tidak
berani untuk ke toilet sendiri. Namun ada juga siswa yang meminta izin ke
toilet tetapi pergi ke kantin untuk membeli jajanan /makanan.

C. Memodifikasi Perilaku Negatif dalam Pengelolaan Kelas


Solusi Guru dalam Mengatasi Perilaku Negatif Siswa
1. Guru melakukan pendekatan khusus terhadap siswa yang mempunyai
perilaku negatif.
2. Guru tidak akan pernah bosan memberikan nasihat dan motivasi sebagai
dorongan siswa agar mempunyai perilaku yang baik.
3. Guru memberikan teguran dan peringatan secara langsung maupun
tertulis.
4. Guru memberikan sanksi atau hukuman yang mendidik.
5. Guru melakukan kerja sama atau pendekatan terhadap orang tua siswa.
Perilaku negatif atau perilaku mengganggu di kelas dapat diatasi
dengan beberapa cara. Zimmerman (1995) mengemukakan 3 pendekatan
dalam mengatasi perilaku negatif atau mengganggu di kelas, yaitu melalui
pendekatan behavioristik, kognitif, dan humanistik.
1. Pendekatan Behavioristik
a. Penguatan (Reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah prosedur untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku. Penguatan positif adalah
pemberian stimulus respon yang berfungsi untuk meningkatkan atau
mempertahankan respon yang diharapkan. Seorang guru akan
memberikan penghargaan pada siswa yang menunjukkan perilaku yang
diharapkan agar kemudian siswa lain mengulangi perilaku tersebut

10
atau melakukan perilaku yang serupa dengan perilaku yang
diharapkan. Uang, kasih sayang, restu, senyuman, dan perhatian adalah
contoh yang umum dari penguatan positif (Joyce and Weil, 1986 :
114). Sedangkan Penguatan negatif adalah stimulus yang diberikan
untuk menghilangkan suatu respon (Zimmerman, 1995: 11).
b. Hukuman (Punishment)
Pemberian hukuman bertujuan untuk menurunkan
kemungkinan terulangnya perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman
dari sekolah, skorsing, dan dimarahi guru adalah contoh dari hukuman
di sekolah (Zimmerman, 1995: 13).
c. Kontrak Perilaku (Behavior contract)
Kontrak perilaku didefinisikan sebagai persetujuan resmi antara
klien dengan individu yang mempengaruhi perilaku klien tersebut.
Individu yang dimaksud meliputi guru, konselor, orangtua, pekerja
sosial, dan teman sebaya klien. Hackney (Zimmerman, 1995: 13)
menyebutkan beberapa tujuan dari kontrak perilaku, yaitu untuk
mendapatkan komitmen, untuk mengubah perilaku dan untuk
mendapatkan persetujuan mengenai perubahan perilaku yang
dihasilkan.
d. Peragaan (Modeling)
Penanganan lain yang dapat digunakan untuk meredakan
perilaku mengganggu di kelas adalah dengan menggunakan peragaan
(modeling). Peragaan perilaku didasarkan pada konsep bahwa banyak
perilaku dapat dipelajari dengan efektif peragaan (modeling) atau
meniru. Bandura (Zimmerman, 1995: 14) mengemukakan agar
peragaan (modeling) dapat berhasil, maka model yang digunakan
sebaiknya teman sebaya atau orang dewasa yang mendatangkan
perilaku yang diinginkan.
2. Pendekatan Kognitif
Banyak aplikasi dari pendekatan kognitif yang berhubungan
dengan perilaku mengganggu. Misalnya saja seseorang guru menceritakan

11
pengalamannya tentang perilaku mengganggu pada siswa. dengan
bercerita pada siswa, secara tidak langsung alam pikiran siswa akan
memproses, menggambarkan dan belajar apa yang telah diceritakan.
tujuan dari pendekatan kognitif sendiri adalah membantu siswa belajar
membangun sebuah cara-cara belajar, melatih siswa untuk mengenal apa
yang harus mereka pelajari, serta meningkatkan frekuensi dan kualitas
pembelajaran (Zimmerman, 1995: 14).
3. Pendekatan Humanistik
Bagi pendidik yang menerapkan pendekatan humanistik, seorang
siswa mengganggu adalah sebuah indikasi bahwa siswa tersebut tidak
senang atau mengalami pertentangan. Guru seharusnya memperlakukan
siswa tersebut dengan empati. Cara ini dapat mendorong siswa agar mau
berbicara dan berbagi tentang perasaannya. Dengan ditemukannya
pemecahan masalah siswa, perilaku mengganggu tidak akan ditunjukkan
lagi (Zimmerman, 1995: 14).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku menganggu adalah permasalahan siswa di kelas yang tidak
bisa dianggap enteng. Banyak guru yang mengajar di kelas cenderung
mengabaikan atau menganggap bahwa hal itu merupakan perilaku anak yang
biasa atau guru sebenarnya belum mengetahui cara untuk mengatasi perilaku
menganggu tersebut. Untuk itu guru BK atau konselor sekolah bisa membantu
guru kelas untuk melakukan berbagai tindakan guna mengurangi perilaku
menganggu di kelas melalui berbagai pendekatan yaitu behavioristik, kognitif
dan humanistik.
Solusi guru dalam mengatasi perilaku negatif siswa di SDN
Keboansikep 01 Gedangan Sidoarjo antara lain: melakukan pendekatan
khusus terhadap siswa yang mempunyai perilaku negatif, tidak pernah bosan
memberikan nasihat dan motivasi sebagai dorongan siswa agar mempunyai
perilaku yang baik, memberikan teguran dan peringatan secara langsung
maupun tertulis, memberikan sanksi atau hukuman yang mendidik, dan
melakukan kerja sama atau pendekatan terhadap orang tua siswa.

B. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hendra Wicaksono, T., & FIPUniversitas Negeri Yogyakarta, A. B. (n.d.).


PERILAKU MENGGANGGU DI KELAS.
Handayani, Hawa Laily & dkk. (2020). PERILAKU NEGATIF SISWA:
BENTUK, FAKTOR PENYEBAB, DAN SOLUSI GURU
DALAM MENGATASINYA. Elementary School, 7, 215-224

14

Anda mungkin juga menyukai