id
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
Laili Etika Rahmawati
S 840908019
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh:
Laili Etika Rahmawati
S 840908019
Pembimbing I ,
Pembimbing II,
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia
KATA PENGANTAR
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Bapak Jumadi, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA
Negeri 1 Gemolong yang rela melaksanakan perlakuan yang banyak
menyita waktu dan tenaga;
10. Kedua orang tua Bapak Drs. Sucipto dan Ibu Rukini yang telah
memberikan motivasi dan dukungan materi, sehingga tesis ini dapat
terselesaikan;
11. Suamiku tercinta Andra Kurniawan, S.Pd yang senantiasa memberikan
motivasi dan dukungan;
12. Ananda tercinta, Rafiqah Izza Tazkiyah dan calon buah hatiku yang
senantiasa menemani dalam proses pembuatan tesis ini;
13. Bapak dan ibu mertua, Untung Sudrajat, A.Mg dan Agus Nuriyah, A.Mg.
yang senantiasa memberi motivasi dan dukungan.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah
Yang Maha Tinggi.
Walaupun disadari dalam tesis ini masih ada kekurangan, diharapkan tesis
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................................. ii
PENGESAHAN TESIS.................................................................................. iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT.................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...... 10
A. Kajian Teoretis............................................................................... 10
1. Hakikat Kemampuan Membaca Intensif.................................... 10
a. Pengertian Membaca ........................................................... 10
b. Kemampuan Membaca Intensif ........................................... 14
c. Evaluasi Kemampuan Membaca Intensif............................. 20
2. Hakikat Strategi Know Want to Learn (KWL) .......................... 25
a. Prinsip Pengajaran Membaca ............................................... 25
b. Pengertian Strategi Know Want to Learn (KWL)................. 28
c. Langkah-langkah Strategi Know Want to Learn (KWL) ...... 31
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya: (1) perbedaan
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan strategi
DRA; (2) perbedaan kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai
kebiasaan membaca baik dan kebiasaan membaca buruk; dan (3) interaksi antara
strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan membaca terhadap kemampuan
membaca intensif siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMA Negeri Wilayah Sragen Barat. Sampel diambil
dengan teknik Multistage Cluster Random Sampling terdiri dari 70 siswa. Teknik
pengumpulan data variabel kemampuan membaca intensif digunakan tes dan
kebiasaan membaca digunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan
adalah Anava dua jalan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan Scheffe,
dengan desain faktorial 2x2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan strategi
DRA, yaitu kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA (F A >F t = 11,232>3,99
pada taraf signifikansi 0,05); (2) terdapat perbedaan kemampuan membaca
intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik dan kebiasaan membaca
buruk, yaitu kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan
membaca baik lebih baik daripada siswa yang mempunyai kebiasaan membaca
buruk (F B >F t = 22,159>3,99 pada taraf signifikansi 0,05); dan (3) terdapat
interaksi antara strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan membaca
terhadap kemampuan membaca intensif siswa (F AB >F t = 10,323>3,99 pada taraf
signifikansi 0,05).
Berdasarkan hasil analisis uji beda dengan metode Scheffe, dapat
disimpulkan interaksi sebagai berikut: (1) kemampuan membaca intensif siswa
yang mempunyai kebiasaan membaca baik maupun buruk jika sama-sama diajar
dengan menggunakan strategi KWL tidak jauh berbeda (F 1 <F t =1,124<3,99 pada
taraf signifikansi 0,05); (2) kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai
kebiasaan membaca baik jika diajar dengan strategi KWL maupun DRA tidak jauh
berbeda (F 2 <F t =0,0009<3,99 pada taraf signifikansi 0,05); (3) kemampuan
membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai
kebiasaan membaca baik lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi
DRA dan mempunyai kebiasaan membaca buruk (F 3 >F t =36,670>3,99 pada taraf
signifikansi 0,05); (4) kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan
strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk dengan siswa yang
diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca baik tidak jauh
berbeda (F 4 <F t = 0,8255<3,99 pada taraf signifikansi 0,05); (5) kemampuan
membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca buruk jika diajar
dengan strategi KWL lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA
(F 5 >F t =22,197>3,99 pada taraf signifikansi 0,05); dan (6) kemampuan membaca
intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik lebih baik daripada
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang mempunyai kebiasaan membaca buruk jika sama-sama diajar dengan
strategi DRA (F 6 >F t =31,160>3,99 pada taraf signifikansi 0,05).
ABSTRACT
The objectives of the research were to observe whether: (1) there was
difference on students intensive reading ability taught by KWL strategy and DRA
strategy; (2) there was difference on students intensive reading ability which have
good reading habits or bad reading habits; and (3) there was interaction between
reading strategy (KWL and DRA) and reading habits to students intensive reading
ability.
The research used experiment method. The research population were
eleventh class students of West Sragen Region National Highschool. The sample
was taken by Multistage Cluster Random Sampling technique to 70 students. Data
collecting technique for intensive reading ability variable was taken by test and
reading habits variable was taken by questionnaire. Data analysis technique used
was two ways anava followed by further test of Scheffe, 2x2 factorial design.
The conclusion from the research are : (1) there was difference on students
intensive reading ability taught by KWL or DRA strategy, i.e. students intensive
reading ability taught by KWL strategy better than students intensive reading
ability taught by DRA strategy (F A >F t = 11,232>3,99 on 0,05 significance level);
(2) there was difference on students intensive reading ability that have good or
bad reading habits, i.e. students intensive reading ability that have good reading
habits better than bad reading habits (F B >F t = 22,159>3,99 on 0,05 significance
level); (3) there was interaction between reading strategy (KWL and DRA) and
reading habits to students intensive reading ability. ((F AB >F t = 10,323>3,99 on
0,05 significance level).
The interaction conclusion according to Scheffe method are: (1) students
intensive reading ability that have good or bad reading habits taught by KWL was
not quite different (F 1 <F t =1,124<3,99 on 0,05 significance level); (2) students
intensive reading ability that have good reading habits taught by KWL or DRA
was not quite different (F 2 <F t =0,0009<3,99 on 0,05 significance level); (3)
students intensive reading ability taught by KWL and have good reading habits
were better than students who taught by DRA and have bad reading habits
(F 3 >F t =36,670>3,99 on 0,05 significance level) ; (4) students intensive reading
ability taught by KWL and have bad reading habits and students taught by DRA
and have good reading habits was not quite different (F 4 <F t = 0,8255<3,99 on
0,05 significance level); (5) students intensive reading ability that have bad
reading habits taught by KWL were better than taught by DRA
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
berbahasa ada yang bersifat reseptif dan ada pula yang bersifat produktif. Kedua
perseorangan dan sebagai bangsa, seseorang ingin bertahan di muka bumi ini.
Seseorang yang mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat itu harus belajar, baik
belajar demikian itu, seseorang harus banyak membaca. Oleh karena itu, kegiatan
sedini mungkin.
masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mendatang.
usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value)
membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan
sangat maju dan kuat dalam diri masyarakatnya sudah tertanam kebiasaan
rendahnya kemampuan baca serta budaya baca yang belum tertanam dengan baik
pada urutan terakhir dari 27 negara yang diteliti (IEA, 1992; Asia’s Weeks, 1997
dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar: 2008: 245-245). Selain itu, tidak
sangat rendah. Penelitian Gutrie yang dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teks pada anak sekolah merupakan sarana yang sangat mendasar dan penting bagi
informasi guna pengembangan ilmu dan teknologi ketika kelak mereka sudah
suatu keharusan bagi proses pembelajaran di dalam sistem pendidikan. Hal ini
pendidikan seharusnya tidak hanya dominan pada aspek kognitif seperti NEM,
nilai rapor, tetapi harus pula mengembangkan cara berpikir, penalaran, serta
kemampuan membaca dan memahami teks? Kesulitan ini muncul karena pada
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan menyampaikan intisari yang terkandung di dalam teks yang hendak dibaca
serta menjelaskan alasan mengapa siswa harus mampu membaca teks tersebut.
Meskipun terdapat petunjuk bagi guru tentang cara-cara mengetahui apa yang
telah diketahui siswa berkaitan dengan suatu topik, tetapi seringkali guru kurang
menghiraukannya.
menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan awal atau bekal awal ini untuk
terjadi proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Dalam konteks ini, seringkali
Kebiasaan pengajar meminta para peserta didik untuk membaca teks selama
teks yang dibaca, siapa pengarangnya, kapan dibuatnya, mengapa, bagaimana, dan
15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sayangnya, tidak semua orang dapat membaca dengan benar. Hal itu
tercermin antara lain dari kenyataan bahwa setelah membaca mereka tidak mampu
utama dan gagasan pendukung dalam suatu teks. Akibatnya, mereka gagal
satu hal yang perlu diusahakan adalah kemampuan membaca yang semakin cepat
tetapi juga semakin intensif dan efektif. Semakin intensif yang dimaksudkan
adalah cermat dalam menyerap dan menilai pesan-pesan atau informasi yang
terkandung dalam bahan bacaan dalam waktu sesingkat mungkin. Semakin efektif
berarti semakin cepat dan tepat mencari informasi yang benar-benar diperlukan
saja.
Selama ini cara membaca yang biasa dilakukan oleh siswa adalah
membaca dari halaman awal sampai pada halaman akhir. Apabila mereka belum
melakukannya sampai beberapa kali. Cara membaca dengan strategi seperti ini
tidak tepat guna dan membuat siswa tidak maju dalam belajarnya. Membaca
dengan strategi ini, mereka dapat lulus ujian, tetapi mempunyai kecenderungan
hanya dengan prestasi yang cukup. Untuk itu, perlu digunakan strategi membaca
yang lain, yang lebih efektif, yaitu strategi Know Want to Learn yang selanjutnya
disebut dengan KWL atau Directed Reading Activity yang selanjutnya disebut
DRA.
16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
apa yang diketahui (K), apa yang ingin diketahui (W), dan yang telah dipelajari
(L). Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan
suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini
persiapan, membaca dalam hati, dan tindak lanjut. Pada fase persiapan mencakup
Selain dipengaruhi oleh strategi membaca yaitu, strategi KWL dan DRA,
Salah satu unsur penting dalam membaca adalah membangun kebiasaan untuk
terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus
17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
3. Apakah ada interaksi antara strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan
C. Tujuan Penelitian
pengaruh strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan membaca terhadap
mendeskripsikan:
3. interaksi antara strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan membaca
18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
berikut:
pendidikan;
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang tepat;
meningkat.
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
A. Kajian Teoretis
a. Pengertian Membaca
”penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis”. Tidak jauh berbeda dengan
membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain
bersifat reseptif kedua setelah menyimak. Hubungan antara penulis dan pembaca
sebagai kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks.
seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem
kognisinya.
seperti apa yang diperkirakan banyak pihak sekarang ini. Kegiatan membaca
bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata; dalam hal ini siswa melihat
21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebuah teks, membacanya dan setelah itu diukur dengan kemampuan menjawab
sederet pertanyaan yang disusun mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi,
melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca.
pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca
ini yang disebut membaca (Anderson, 2003:68). Pemahaman dalam hal ini
informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, artikel,
modul, surat kabar, atau media tulis lainnya. Disebut aktif karena membaca bukan
22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menjadi amat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh
symbol and translating it into an idea or image. Images are processed into
aktivitas ini secara umum merujuk pada membaca strategi atau keterampilan
L12.ht).
gambaran umum; (4) memperoleh informasi secara rinci; (5) menggali fungsi dan
pola wacana; dan (6) menarik makna dari konteks. Enam keterampilan tersebut
memperkirakan apa yang akan ditemuinya dalam suatu teks. Proses memahami
teks adalah proses melihat apakah isi teks sesuai dengan prediksinya.
23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teks, karena ingin menemukan informasi tertentu darinya, menemukan satu atau
dua fakta.
suatu teks karena ingin memperoleh gambaran umum. Pembaca ingin mengetahui
Informasi yang diperoleh ada berbagai macam. Informasi yang ingin diraih sering
bukan berupa fakta, melainkan berupa sikap atau pendapat penulis tentang
penanda dalam wacana, karena hal ini penting dalam memahami konstruksi teks.
Keenam, menarik makna dari teks. Salah satu subketerampilan yang tidak
kalah penting dalam proses membaca, dibandingkan yang lain, adalah menarik
makna yang belum dikenal melalui konteks. Keterampilan ini penting tidak saja
24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca. Pembaca tidak harus berhenti dari waktu ke waktu hanya untuk
cermat, membaca intensif acap disebut membaca cermat. Selain itu, membaca
http://sunarno5.wordpress.com/).
adalah membangun jembatan antara yang baru dengan yang sudah diketahui. Di
bawah metafor yang sederhana ini terdapat suatu perangkat implikasi yang kaya
dan rumit tentang proses itu sendiri dan tentang proses mengajar pemahaman.
1) Pemahaman adalah aktif, bukan pasif; artinya, pembaca tidak bisa lain
sekadar masalah merekam dan melaporkan secara harfiah apa yang telah
dibaca.
25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Pemahaman merupakan dialog antara penulis dan pembaca. Oleh karena itu,
diusahakan oleh penulis untuk memberi tahu kita, mengajak kita, atau
mengarahkan kita.
memahami makna atau pesan penulis melalui teks yang ditulis. Membaca
model proses pemahaman adalah: (1) pemahaman arti kata (pemahaman harfiah);
26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kata penghubung, dan lainnya merekam ide utama yang dinyatakan secara
eksplisit, dan pengetahuan tentang urutan informasi yang disajikan dalam wacana.
mengandung empat kategori pemahaman, yaitu: (1) pemahaman arti kata (literer
apa yang dikatakan oleh penulis melalui kata-kata yang secara eksplisit
tentang bahasa, antara lain mengkonstruksi kata, konstruksi kalimat, kosakata, dan
makna kata, untuk dapat mengawakode (to decode) teks secara tepat.
dimaksudkan penulis di balik apa yang dikatakannya. Untuk itu, pembaca perlu
27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk memahami apa yang ditemuinya dalam teks. Dengan demikian, pemahaman
dinyatakan secara langsung dan jelas di dalam teks. Tipe kedua adalah pertanyaan
kembali dengan cara lain. Tipe ketiga adalah pertanyaan inferensi. Tipe
tipe kedua, pertanyaan tipe ketiga ini juga menuntut pembaca mengorganisasikan
tingkat evaluasitif. Tipe pertanyaan ini menghendaki pembaca menilai teks dalam
kaitannya dengan tujuan penulis dan cara penulis mencapai tujuan itu. Tipe
28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pembaca merespons kualitas teks berdasarkan kriteria atau alasan tertentu yang
dapat dirujuk dalam teks. Tipe keenam adalah pertanyaan yang berkaitan dengan
dari tiga tingkatan, yaitu kemampuan membaca literal, kritis, dan kreatif.
pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas)
dalam bacaan. Informasi itu ada dalam baris-baris bacaan (Reading the Lines).
Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi, yaitu makna di balik
baris-baris.
membaca yang paling rendah; (2) ketika proses membaca berlangsung, pembaca
tidak melibatkan aspek berpikir kritis; (3) pembaca hanya menerima apa adanya
membaca, pembaca hanya mengingat kembali apa yang dikatakan pengarang; (5)
pembaca bersikap pasif; (6) pemahaman membaca literal hanya terbatas pada
aspek wacana yang tersurat; (7) keberhasilan membaca diukur dari kemampuan
29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berapa banyak mengingat kembali apa yang dikatakan pengarang, yaitu menjawab
petanyaan: apa, siapa, kapan, di mana, persis seperti apa kata pengarang.
membaca literal, antara lain: (1) mengenal kata, kalimat, paragraf, unsur detail,
unsur urutan, unsur perbandingan, dan hubungan sebab akibat; (2) menjawab
pertanyaan apa, siapa, kapan, dan di mana; (3) menyatakan kembali unsur urutan,
bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan,
artinya, dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna
sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis; (2) tidak begitu saja menerima
apa yang dikatakan pengarang; (3) membaca kritis adalah usaha mencari
kebenaran yang hakiki; (4) membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan
mengenai gagasan dalam bacaan; (5) membaca kritis adalah mengolah bahan
bacaan, bukan mengingat (menghafal); dan (6) hasil membaca untuk diingat dan
30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menemukan informasi faktual; (2) menemukan ide pokok yang tersirat; (3)
membuat kesimpulan; (4) membedakan fakta dan opini; (5) menilai kesesuaian
antargagasan; dan (6) menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan.
hanya sekadar menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di balik
kepentingan sehari-hari.
Ciri-ciri pembaca kreatif, antara lain: (1) kegiatan membaca tidak berhenti
sampai pada saat menutup buku; (2) mampu menerapkan hasilnya untuk
kepentingan hidup sehari-hari; (3) munculnya perubahan sikap dan tingkah laku
setelah proses membaca selesai; (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa; dan
(5) mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan bacaan (buku) dan memberikan
umpan balik yang berupa kritik balikan, penilaian langsung, atau mengubahnya
buku; dan (3) memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam
buku.
bisa dilakukan dalam pengajaran bahasa, baik dalam pengajaran bahasa pertama,
31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
maupun bahasa kedua (asing). Kemampuan membaca merupakan salah satu dari
pembuatan ringkasan atau rangkuman, cloze test, C-test, dan lain-lain. Teknik
yang paling umum dipakai adalah format bentuk tes pilihan ganda.
yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang diujikan
suatu aktivitas kognitif yang dapat dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat
2001:253-267).
1) Tingkat Ingatan
untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam
wacana yang diujikan. Oleh karena fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di
32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam wacana itu dapat ditemukan dan dibaca berkali-kali, pada hakikatnya tes
2) Tingkat Pemahaman
tergolong sulit, masih dalam aktivitas kognitif tingkat sederhana, walau sudah
3) Tingkat Penerapan
pemahamannya pada situasi atau hal lain yang ada kaitannya. Demikian pula
tersebut merupakan bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang
bersangkutan.
4) Tingkat Analisis
membedakan pesan dan atau informasi, dan sebagainya yang sejenis. Aktivitas
33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari sekadar memahami isi wacana.
Pemahaman yang dituntut adalah pemahaman secara lebih kritis dan terinci
dan sebagainya.
5) Tingkat Sintesis
atau pendapat yang terdapat dalam wacana. Aktivitas kognitif tingkat sintesis ini
tingkat tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif yang
tidak sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan tugas-
Hasil kerja kognitif tingkat sintesis menunjukkan cara dan proses berpikir
siswa. Oleh karena itu, berbeda halnya dengan tes-tes kognitif tingkat
jawaban siswa yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6) Tingkat Evaluasi
baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara
penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya penilaian
terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah, dan bahkan menemukan dan
penilaian terhadap efektivitas cara penyajian masalah dan hal-hal yang berkaitan
memahami gagasan yang dituangkan secara utuh yang dapat diukur dengan tes
melalui: (1) kemampuan memahami informasi berupa fakta, definisi, atau konsep;
(2) kemampuan memahami makna kata, istilah, dan ungkapan; (3) kemampuan
memahami dan menilai organisasi wacana tentang ide pokok, ide penjelas,
kalimat topik, kalimat penjelas, dan jenis alinea; (5) kemampuan untuk
35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pertama atau kedua itu bekerja, serta latar belakang budaya. Pemahaman
melalui tujuan, pertanyaan, prediksi, struktur teks, dan sebagainya. Jika siswa
membaca sebuah topik yang tidak familiar, maka guru perlu memulai proses
membaca. Kosakata menjadi penting untuk diajarkan baik bagi siswa yang belajar
bahasa pertama maupun siswa yang belajar bahasa kedua dan penggunaannya
dalam konteks agar mereka dapat menebak makna suatu kosakata yang jarang
muncul.
36
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Ajari pemahaman
membaca. Salah satu hal yang terkait dalam proses monitoring ini ialah
memeriksa prediksi yang dihasilkan itu sudah benar dan mengecek apakah siswa
telah menyesuaikan apa yang diperlukan ketika makna dalam bacaan itu belum
diperoleh.
Salah satu kendala bagi siswa yang belajar bahasa kedua dalam hal
membaca adalah meski mereka bisa baca tetapi bacaannya kurang lancar. Dalam
hal ini, prinsipnya ialah bahwa guru harus seimbang baik posisinya sebagai
bacaan. Yang paling penting untuk dicatat bahwa fokusnya itu bukan pada
Seseorang dikatakan lancar membaca jika ia mampu membaca 200 kata per menit
akan hal ini dapat menjadi pertimbangan utama dalam kelas membaca.
37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada tindak kesadaran untuk meraih tujuan atau sasaran. Yang kedua adalah
strategi yang telah menjadi otomatis. Hal ini menekankan peran aktif yang
dimainkan oleh siswa dalam strategi membaca. Sebagai pelajar yang secara sadar
belajar dan mempraktikkan strategi membaca secara khusus, strategi itu berpindah
dari ujian pemahaman baca dan juga data kelancaran membaca. Informasi
kualitatif diperoleh dari respon bacaan jurnal, survei, dan respon terhadap daftar
ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang
pencapaian tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks.
38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(eclectic), strategi interaktif, strategi KWL, strategi DRA, dan strategi DRTA.
Strategi KWL dan DRA akan dijelaskan lebih rinci pada pembahasan selanjutnya.
Strategi ini dikembangkan oleh Ogle pada tahun 1986 untuk membantu
guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik.
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu
peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu
mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya. Strategi ini juga bisa
topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri (Farida Rahim,
2007:41).
39
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Informasi ini terekam dalam kolom K dari sebuah grafik KWL. Para siswa
mereka ketahui dalam sebuah topik. Daftar pertanyaan ini ditulis dalam kolom W
dari grafik. Selama atau sesudah membaca, para siswa menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam kolom W. Informasi baru ini yang telah mereka pelajari terekam
http://literacylog.blogspot.com/2009/02/kwl-know-want-learn.html menjelas-
KWL adalah sebuah strategi sederhana dalam membaca yang dengan cepat
menjadi sebuah piranti yang penting bagi ahli membaca. Kepanjangan dari
“Mengetahui, Ingin, Belajar” dan dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca, atau saat merefleksi sebuah bacaan, para siswa membuat daftar sesuatu
ketahui, menentukan apa yang ingin Anda pelajari dan memahami apa yang Anda
Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carr dan
strategy, equally helpful to remedial and nonremedial high school students for
41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang bermanfaat untuk perbaikan ataupun bukan bagi siswa sekolah menengah
kognitif dasar:(1) penilaian tentang ”apa yang saya ketahui”(What I Know (K)) ;
(2) menentukan tentang ”apa yang saya ingin pelajari” (What I Want to Learn
(W)) ; dan (3) memanggil kembali :apa yang telah saya pelajari” (What I did
Learn (L) sebagai hasil dari suatu bacaan (Mohammad Asrori, 2007: 229-234,
langkah ini, ada dua tahapan untuk melakukan penilaian terhadap pengetahuan
apa yang telah diketahui oleh para siswa berkenaan dengan topik atau teks yang
akan dibacanya. Selama proses pada langkah ini, peranan guru adalah mencatat di
papan tulis mengenai apa saja pendapat atau pikiran-pikiran yang secara suka rela
diajukan oleh para siswa berkenaan dengan topik atau teks yang mereka baca.
Kegiatan penting yang harus dilakukan guru di sini adalah mencari dan memilih
konsep-konsep kunci dari proses curah pendapat tadi yang secara spesifik
dipandang dapat mengantarkan pengetahuan siswa kepada topik atau teks yang
42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengetahuan atau struktur pemikiran yang telah dimiliki siswa yang akan sangat
ketidakpastian kepada siswa merupakan bagian penting atau kunci dari kegiatan
curah pendapat yang sangat berguna untuk mengantarkan pengetahuan awal siswa
kepada teks yang akan mereka baca. Sebab, dengan cara demikian para siswa
bersifat menggali jawaban-jawaban yang diajukan siswa. Cara lain yang dapat
sehingga siswa dapat dibawa ke tingkat berpikir yang lebih tinggi lagi.
pada diri siswa bahwa mereka lebih leluasa dan lebih berani untuk mengajukan
43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam berpikir tentang kategori informasi yang lebih umum sebagaimana yang
berkenaan dengan topik dalam teks serta kategori informasi yang harus mereka
Peranan guru dalam langkah ini sangat sentral, yaitu: (1) harus dapat
memperjelas hal-hal yang tidak disetujui oleh guru maupun antarsiswa mengenai
kesenjangan yang terkandung di dalam informasi, dan (3) membantu siswa agar
kelompok, tetapi sebelum siswa mulai membaca teks, tiap-tiap siswa harus
yang dipandang paling menarik yang akan dicari jawabannya dalam teks atau
Jika tiap-tiap siswa sudah memfokuskan pada topik bacaan dalam teks,
maka kegiatan membaca oleh siswa dapat segera dimulai. Namun, jika teks yang
akan dibaca merupakan suatu artikel panjang atau tidak mengikuti suatu pola
dasar artikel pada umumnya sehingga dapat membingungkan siswa, maka akan
44
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sangat berguna jika guru membahasnya lebih dahulu guna melihat kesesuaian
antara harapan siswa dengan konstruksi artikel yang akan mereka baca.
Selanjutnya, bagian-bagian yang sulit dan tidak jelas dapat dicatat untuk
Setelah selesai membaca suatu artikel, arahkan pada siswa untuk menulis
tentang apa yang telah mereka pelajari dari bacaan tersebut. Guru hendaknya
mengetahui sejauh mana artikel yang dibacanya berkenaan dengan minat mereka.
Dengan cara ini, guru dapat mengetahui dengan jelas tentang prioritas yang ingin
mereka pelajari.
Setiap siswa yang telah membaca teks harus diberikan kesempatan untuk
mereka baca, siswa juga dapat memberikan penilaian secara lebih baik tentang
variasi yang terkandung di dalam artikel yang berbeda-beda yang telah mereka
baca. Selain itu, cara ini sangat baik bagi siswa mengembangkan kesadaran lebih
45
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Apa yang diketahui Apa yang ingin diketahui Apa yang telah dipelajari
adalah strategi membaca dengan tiga langkah pokok, yaitu menggali latar
dengan teks yang akan dibaca, dan yang terakhir menentukan hal-hal yang telah
dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan yang telah mereka rumuskan pada
langkah sebelumnya.
Strategi DRA atau dalam bahasa Indonesia biasa dikenal dengan istilah
strategi Kegiatan Membaca Langsung (KML) dirancang oleh Betts pada tahun
46
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
instruksional sebelum, selama, dan setelah membaca. Guru mengambil peran aktif
membaca, guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam rangka mencapai tujuan
membaca dan menindaklanjuti kegiatan yang terfokus pada isi bacaan dan
pelajaran. Strategi ini telah diadaptasi sejak dikenal pembelajaran membaca isi
suatu mata pelajaran (Content Area Literacy). Strategi DRA didefinisikan sebagai
47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Didukung dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Indah Tri
dasar Linguistik.
48
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengertian strategi DRA, yang menekankan pada pengujian diri untuk melakukan
Strategi Directed Reading Activity (DRA) terdiri dari tiga fase, yaitu fase
persiapan, membaca dalam hati, dan tindak lanjut. Fase persiapan mencakup
49
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dilakukan karena tidak hanya untuk mengaktifkan skemata, tetapi juga membantu
baru cocok dengan konteks. Komponen langkah persiapan penting untuk berbagai
antara 5 sampai 10 kata kunci, khususnya yang berhubungan dengan isi pelajaran
kalimat yang memberikan petunjuk untuk setiap makna kata. Berikutnya, daftar
Fase kedua ialah membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat
untuk memonitor membaca siswa. Dengan cara demikian, guru bisa mendeteksi
50
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masalah siswa dan dengan mudah mengamati siswa, walaupun mereka sedang
membaca.
fase ini, langsung dilakukan setelah membaca untuk menjamin tercapainya tujuan.
Dengan menggunakan komponen ini guru memandu siswa melalui suatu proses
Komponen kedua dari fase tindak lanjut ialah memandu siswa dalam satu
tujuan dan refleksi isi pelajaran. Interpretasi berdasarkan pembaca sangat tepat
hati-hati agar siswa bisa berpikir kritis atas apa yang telah mereka baca. Selama
fase ini, siswa hendaknya didorong mendiskusikan isi bacaan, khususnya reaksi
pribadi siswa.
bacaan.
prabaca, saat baca, dan pascabaca. Sebelum membaca, ditentukan terlebih dahulu
51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada kegiatan saat baca, guru mendorong keaktifan siswa menanggapi isi materi
(strategi kegiatan membaca langsung) adalah membaca dengan tiga fase utama,
yaitu fase persiapan, membaca dalam hati, dan tindak lanjut. Pada fase persiapan
makna kosakata baru, serta menentukan tujuan membaca. Pada fase membaca
dalam hati, siswa membaca bahan bacaan dengan cara membaca dalam hati,
sementara itu guru melakukan monitoring. Pada fase tindak lanjut terdapat tiga
a. Pengertian Kebiasaan
Chaplin (2001:219) menjelaskan arti kebiasaan sebagai berikut: (1) suatu reaksi
yang diperoleh atau dipelajari; (2) suatu kegiatan yang menjadi relatif otomatis
setelah melewati praktik yang panjang; (3) pola pikiran atau sikap yang relatif
tetap terus menerus, (4) suatu bentuk karakteristik dari tingkah laku, ciri, sifat; (5)
suatu dorongan yang diperoleh atau dipelajari, seperti kecanduan obat bius.
52
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(reduksi) dalam memberikan respons terhadap suatu stimulus sebagai suatu hasil
Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah
hukuman dan ganjaran. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif. Artinya selaras
dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
suatu kebiasaan dapat berkembang secara tepat, yakni: (1) suatu kebutuhan; (2)
53
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berupa keinginan untuk memiliki jaminan rasa aman diri atau satu pelarian
seseorang untuk melakukan kebiasaan itu setiap kali kebiasaan itu dilaksanakan.
sudah terbentuk, sangatlah sulit bagi orang tersebut melepaskan diri dari
kebiasaan itu.
atau sikap, baik fisik maupun mental yang telah membudaya dalam suatu
Dalam bagian lain, ia menyatakan bahwa kebiasaan berkaitan erat dengan minat,
dan merupakan perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang
telah mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang. Minat dan motivasi
Dalam hal kebiasaan membaca, tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat
dan dapat diwujudkan secara terus menerus. Dengan kata lain, kebiasaan
merupakan tindakan yang diperoleh melalui belajar dan menjadi mapan serta
54
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
relatif otomatis melalui pengulangan terus menerus. Hal ini senada dengan yang
dikatakan Fuad Hassan, dkk (1981:38-39) bahwa kebiasaan adalah reaksi yang
otomatis terhadap situasi tertentu sebagai hasil proses belajar yang berulang-
ulang.
perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh spontanitas,
b. Kebiasaan Membaca
apakah terkaannya terhadap makna kata yang dibaca akurat atau apakah hipotesis
yang dinyatakan mengenai tujuan penulis itu logis dan benar. Membaca ulang itu
sangat berguna jika pembaca menemukan kontradiksi, hal yang tidak relevan atau
Kegiatan membaca jika dilakukan dalam waktu yang cukup, baik lamanya
penting dalam diri seseorang. Hal ini didukung oleh Trollope (2003) yang
(dalam www.absolufacts.com.quotesreading.htmcached )
untuk memupuk kebiasaan membaca. Pertama, membaca serius selama lima belas
menit setiap hari. Kedua, membuat jadwal harian. Artinya, bila pembaca mampu
55
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca lebih banyak dan lebih lama. Ketiga, menggunakan waktu luang dalam
belas aspek itu dipergunakan untuk memperoleh data deskriptif dalam penelitian
yang dia lakukan, yakni mencakup (1) kesenangan membaca; (2) frekuensi
membaca; (3) jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu; (4) asal buku
bacaan yang diperoleh; (5) frekuensi mengunjungi perpustakaan; (6) macam buku
yang disenangi; (7) frekuensi membaca surat kabar; (8) hal berlangganan surat
kabar; (9) bagian surat kabar yang senang dibaca; (10) hal berlangganan majalah;
(11) jenis majalah yang dilanggani; (12) majalah yang paling senang dibaca.
atas komponen minat (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi) dan
terbentuk.
ciri-ciri sebagai berikut: (1) terdapat suatu perilaku dari anggota masyarakat
terhadap kegiatan membaca; (2) perilaku itu mmbentuk pola yang tersusun/
tertata, didukung, dan diteruskan dari waktu ke waktu; (3) perilaku yang
56
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membentuk pola dan sifatnya tersusun, didukung, dan diteruskan dari waktu ke
waktu itu dapat diidentifikasikan dari segi fisik, mental, dan tindakan motoris
segala sesuatu yang menunjukkan sifat material baik iu mencakup dana biaya,
tempat, waktu, objek bacaan, maupun hal-hal yang menyangkut fisik pembaca
kebiasaan membaca yang dilakukan. Lebih jelasnya adalah semakin besar aspek
fisik itu didayagunakan, maka relatif makin baik/ tinggi kualitas kebiasaan
motivasi. Kuat lemahnya aspek psikologis pada diri seseorang berkenaan dengan
kegiatan membaca dapat dijadikan sebagai petunjuk ada tidaknya perilaku yang
memola, konsisten, dan terus menerus, yang selanjutnya dipakai sebagai ukuran
telah sesuai dengan deskripsi cara membaca yang efisien atau tidak. Manakala
kebiasaan membaca itu sendiri. Adapaun deskripsi perilaku membaca yang tidak
57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
efisien itu adalah sebagai berikut (1) membaca dengan suara terdengar; (2)
membaca dengan suara seperti berbisik; (3) membaca dengan bibir bergerak; (4)
membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan; (5) membaca dengan
menunjuk baris bacaan (secara kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lain;
(6) membaca kata demi kata; (7) sukar berkonsentrasi saat membaca; (8) cepat
lupa terhadap isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca; (9) tidak dapat dengan
cepat menemukan pokok pikiran dalam bacaan; dan (10) tidak dapat dengan
(Tampubolon, 1993:11).
pendayagunaan aspek fisik, menyatu dengan deskripsi baik aspek mental maupun
tindakan.
disertai dengan dorongan atau minat. Indikator kebiasaan membaca mencakup: (1)
kesenangan membaca; (2) frekuensi membaca; (3) jumlah buku yang dibaca; (4)
asal buku bacaan yang diperoleh; (5) frekuensi mengunjungi perpustakaan; (6)
macam buku yang disenangi; (7) frekuensi membaca surat kabar; (8) hal
berlangganan surat kabar; (9) bagian surat kabar yang senag dibaca; (10) hal
berlangganan majalah; (11) jenis majalah yang dilanggani; dan (12) majalah yang
58
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terhadap apa yang dibaca. Dari 41 negara yang disurvei, siswa Indonesia
dipengaruhi oleh kebiasaan membaca dan bahan bacaan. Strategi membaca juga
59
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sesuai dengan hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan prediksi
C. Kerangka Berpikir
Intensif Siswa
yang dimiliki dan/ atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Dalam
60
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan cara mengaitkan antara teks yang akan dibaca dengan sesuatu yang telah
asumsi yang berbeda dengan yang dimiliki orang lain akan mengadakan
tersebut, dan informasi yang diterima akan menjadi bagian dari skemata yang
sudah ada. Dengan membentuk hubungan antara pengetahuan awal dengan teks,
kosakata yang dianggap sulit tidak menggali skemata siswa tentang bahan bacaan
bacaan. Selain itu, strategi DRA terlampau banyak melibatkan arahan guru dalam
61
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca.
intensifnya lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA.
berkaitan erat dengan minat dan merupakan perpaduan antara keinginan dan
perilaku yang telah mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang.
suatu kebiasaan. Dalam hal kebiasaan membaca tempat yang paling baik
membacanya tinggi dan memahami bacaan dengan baik pula, karena pembaca
kecepatan membacanya rendah dan sulit memahami bacaan, karena pembaca yang
jelas, percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan pengarang, membaca jika
62
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca buruk.
terkait dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Beberapa faktor tersebut
seperti sikap, minat, motivasi dan kebiasaan, di samping tentu saja kesempatan
untuk terus menerus menggunakan strategi membaca yang tepat merupakan faktor
Pemahaman terhadap salah satu elemen dasar dalam belajar membaca, khususnya
bahwa sebuah program pengajaran bahasa akan berhasil dengan baik. Tetapi
dengan sedikit memahami aspek-aspek teknis semacam itu, para siswa dan
efektif siswa diharapkan mampu membaca dengan cepat dan efektif. Tetapi dalam
suatu kegiatan membaca dengan strategi yang efektif tanpa adanya kebiasaan
membaca yang baik, siswa dalam memahami bacaan akan terhambat. Siswa akan
yang buruk.
63
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masih menggunakan strategi membaca yang tidak efektif, sehingga siswa masih
D. Hipotesis Penelitian
berikut:
buruk;
64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Negeri 1 Gemolong selama sembilan bulan, yaitu bulan April sampai dengan
Desember, sebanyak 12 jam pelajaran. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan
65
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca dibedakan atas kelompok siswa yang kebiasaan membacanya baik dan
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, metode yang diterapkan dalam
Kebiasaan Membaca
B B1 B2
A (Baik) (Buruk)
Strategi Membaca
A1 A1B1 A1B2
(KWL)
A2
(DRA) A2B1 A2B2
1. Populasi
66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri
Wilayah Sragen Barat, yang terdiri dari SMA Negeri 1 Sukodono, SMA Negeri 1
2. Sampling
a. Secara acak ditentukan sekolah mana dari keempat sekolah tersebut yang
Gemolong;
b. dari kedua sekolah tersebut diacak lagi kelas mana yang dijadikan sampel,
terpilih kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Gemolong dan kelas XI IPA 1 SMA
Negeri 1 Sumberlawang;
c. dari kedua kelas tersebut diacak lagi kelas mana yang tertunjuk untuk diberi
perlakuan strategi KWL dan kelas mana yang tertunjuk untuk diberi perlakuan
strategi DRA dan terpilih kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Gemolong sebagai
kelompok yang diajar dengan strategi DRA dan kelas XI IPA1 SMA Negeri 1
3. Sampel
Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas, satu kelas diajar dengan
strategi DRA, yaitu kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Gemolong yang terdiri dari 37
siswa dan satu kelas diajar dengan strategi KWL, yaitu kelas XI IPA1 SMA
67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Variabel Penelitian
a. Penerapan strategi membaca yang dibagi menjadi dua, yaitu strategi KWL dan
DRA.
Selain dua variabel bebas tersebut, pada penelitian ini variabel terikatnya
2. Definisi Operasional
berbagai aktivitas untuk memahami gagasan yang dituangkan secara utuh yang
dapat diukur dengan tes melalui: (1) kemampuan memahami informasi berupa
fakta, definisi, atau konsep; (2) kemampuan memahami makna kata, istilah, dan
ungkapan; (3) kemampuan memahami dan menilai organisasi wacana tentang ide
pokok, ide penjelas, kalimat topik, kalimat penjelas, dan jenis alinea; (5)
68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Strategi KWL
Strategi KWL adalah strategi membaca dengan tiga langkah pokok, yaitu
berkaitan dengan teks yang akan dibaca, dan yang terakhir menentukan hal-hal
yang telah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan yang telah mereka
c. Strategi DRA
dengan tiga fase utama, yaitu fase persiapan, membaca dalam hati, dan tindak
lanjut. Pada fase persiapan terdapat empat komponen, yaitu memberikan tugas
tujuan membaca. Pada fase membaca dalam hati, siswa membaca bahan bacaan
dengan cara membaca dalam hati, sementara itu guru melakukan monitoring. Pada
fase tindak lanjut terdapat tiga komponen, yaitu penilaian pemahaman siswa,
d. Kebiasaan Membaca
69
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terhadap simbol tertulis yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh
membaca; (3) jumlah buku yang dibaca; (4) asal buku bacaan yang diperoleh; (5)
frekuensi membaca surat kabar; (8) hal berlangganan surat kabar; (9) bagian surat
kabar yang senang dibaca; (10) hal berlangganan majalah; (11) jenis majalah yang
tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan
siswa yang diajar dengan strategi DRA diberi perlakuan selama 12 jam pelajaran.
70
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Prosedur Penelitian
sampel, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi membaca
kelompok siswa yang diajar dengan strategi KWL dan siswa kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 1 Gemolong sebagai kelompok siswa yang diajar dengan strategi DRA.
Pelaksanaan perlakuan selama 12 jam pelajaran dengan enam materi bacaan yang
sama antara kelompok siswa yang diajar dengan strategi KWL dan kelompok
disampaikan hal-hal yang harus dilakukan oleh pengajar pada kelas sampel, serta
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa pada saat pelaksanaan perlakuan.
Tujuan pengarahan ini ialah agar perlakuan benar-benar sesuai dengan langkah
2. Materi Eksperimen
Strategi KWL
melakukan sumbang saran tentang materi berdasarkan teks yang akan dibaca, hal
71
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berkaitan dengan topik yang akan dibaca dan menulis tanggapan siswa di papan
tulis. Setelah itu, guru menuntun siswa menentukan tujuan khusus membaca
dengan cara siswa menulis pertanyaan yang berkaitan dengan topik bacaan
sebagai tujuan membaca pada kolom ”W”. Setelah itu barulah siswa melakukan
tugas membaca. Kemudian, siswa mencatat informasi yang telah mereka pelajari
dengan diskusi hasil membaca dalam bentuk diskusi kelas, yaitu antara guru
dengan siswa. Kegiatan terakhir adalah guru memberikan tes kepada siswa.
membaca artikel dilanjutkan dengan guru memberi tugas kepada siswa untuk
kosakata tersebut. Guru menentukan tujuan membaca siswa. Siswa diberi tugas
kembali untuk membaca dalam hati, sementara siswa membaca guru berkeliling
kegiatan yang telah dilaksanakan dengan cara diskusi kelas. Sebagai tindak lanjut,
siswa diberi tugas rumah untuk membaca teks dengan topik yang sama.
G. Instrumen Penelitian
72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca intensif siswa adalah tes pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban yaitu
A, B, C, dan D yang terdiri dari 36 soal dengan norma penilaian sebagai berikut:
N
Skor: x100
X
Keterangan:
X: Jumlah soal
(1) kemampuan memahami informasi dalam wacana berupa fakta, definisi, atau
konsep; (2) kemampuan memahami makna kata istilah dan ungkapan yang
wacana tentang ide pokok, ide penjelas, kalimat topik, kalimat penjelas, dan jenis
alinea atau wacana; (5) kemampuan mengidentifikasi tema, topik, atau judul
wacana; dan (6) kemampuan menarik kesimpulan tentang hal, konsep, masalah,
uji validitas item yaitu menggunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai
berikut:
73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
X i - Xt pi
r pbi (i ) =
St qi
Xi : rerata skor subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
(Djali, 2000:77-78)
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 40 soal
yang diujikan ada 4 soal yang drop, yaitu nomor 8, 9, 10, dan 28 dengan demikian
dari 36 soal.
k Sp q
rii = (1 - i2 i )
k -1 S t
74
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
k : banyaknya item
S 2t : varians
Kriteria:
2. Kebiasaan Membaca
untuk mengukur kebiasaan adalah angket dalam bentuk pilihan ganda dengan 5
alternatif jawaban, yaitu A, B, C, D, dan E yang terdiri dari 45 butir soal dan skor
maksimal yang dapat dicapai siswa adalah 225 dengan keterangan skor jawaban
sebagai berikut.
Skor Jawaban A B C D E
Pernyataan positif 5 4 3 2 1
Pernyataan negatif 1 2 3 4 5
75
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Aspek yang dinilai untuk mengetahui kebiasaan membaca siswa yaitu: (1)
kesenangan membaca; (2) jumlah buku yang dibaca; (3) asal buku bacaan yang
diperoleh; (4) macam buku yang disenangi; (5) hal berlangganan surat kabar; (6)
bagian surat kabar yang senang dibaca; (7) hal berlangganan majalah; (8) jenis
majalah yang dilanggani; (9) majalah yang paling senang dibaca; (frekuensi
surat kabar.
soal yang diujikan ada 5 soal yang drop, yaitu nomor 14, 16, 18, 30, dan 33
k æç å si ö÷
2
rii = 1-
k - 1 çè st ÷ø
2
sangat tinggi.
76
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Analisis data dibagi dua yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
adalah teknik ANAVA dua jalan. Prinsip dan prosedur penggunaan teknik
(å X t ) 2
å Xt = å Xt -
2
(å X 1 ) 2 (å X 2 ) 2 (å X t )
å Xb = + + .... -
2
n1 n2 N
antara mean-mean kolom dengan mean keseluruhan. Nilai ini dapat ditemukan
rumus:
(å X c1 ) 2 (å X c 2 ) 2 (å X t ) 2
åX 2
bc = + + .... -
nc1 nc 2 N
77
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(å X r1 ) 2 (å X r 2 ) 2 (å X t ) 2
åX 2
br = + + .... -
n r1 nr 2 N
kelompok dan mean keseluruhan yang tidak disebabkan oleh perbedaan baris atau
perbedaan kolom. Dengan kata lain, ada perbedaan antara seluruh jumlah kuadrat
å X 2 int = å X b - (å X 2 bc + å X 2 br )
3. Tentukan jumlah derajat bebas yang dikaitkan dengan tiap-tiap sumber variasi.
Keterangan:
C: Jumlah Kolom
R: Jumlah Baris
G: Jumlah Kelompok
78
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Carilah nilai kuadrat: mean dengan membagi setiap jumlah derajat bebas
masing-masing.
6. Mencari angka rasio-F. untuk mengetahui signifikansi tiap-tiap nilai itu kita
lihat tabel nilai-F seperti sebelumnya. Untuk menggunakan tabel ini kita pakai
jumlah derajat bebas yang dihubungkan dengan tiap-tiap nilai rasio-F (df bagi
pembilang) dan jumlah derajat bebas yang dikaitkan dengan kuadrat mean di
ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik sampel atau populasi yang akan
menentukan rumus yang digunakan. Pemeriksaan data atau sering disebut uji
1. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji normalitasnya yaitu: (1) data
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL; (2)
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA; (3)
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan
79
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk; (5)
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA yang
siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca
buruk. Uji normalitas yang digunakan untuk menguji data tersebut adalah uji
Lilliefors.
Xi - X
Z 1 , Z 2 , Z 3 ,.........., Z n dengan rumus: Z i = ( X dan s masing-masing
s
(Sudjana, 2002:466)
b. Data sampel tersebut diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.
c. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal
80
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hipotesis:
Kriteria: Lobs < Lt maka hipotesis Ho diterima atau sampel berasal dari
2. Uji Homogenitas
a. Hipotesis Pengujian
1) Ho: s 2 A1 = s 2 A2
2) Ho: s 2 B1 = s 2 B2
3) Ho: s 2 A1 B1 = s 2 A2 B1 = s 2 A1 B2 = s 2 A2 B2
b. Tolak Ho Bila X 2 hitung ≥ X 2 tabel pada taraf nyata α: 0,05 dan dk=(k-1)
c. Prosedur pengujian
dengan nol.
81
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ìï å(ni - 2) S i 2 üï
S =í
2
ý
ïî å(ni - 1) ïþ
B = (log S 2 ) - å(ni - 1)
8) membandingkan harga X 2 hitung dengan X 2 tabel yang terdapat pada tabel Chi-
I. Hipotesis Statistik
Keterangan:
82
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
(1) apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca intensif siswa yang diajar
dengan strategi KWL dan DRA; (2) apakah terdapat perbedaan kemampuan
membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik dan buruk; (3)
apakah terdapat interaksi antara strategi membaca (KWL dan DRA) dan kebiasaan
telah diajukan pada Bab II, namun sebelum pengujian hipotesis tersebut
dilakukan, pada Bab IV ini akan diketengahkan hasil deskripsi data dari tiap-tiap
variabel yang diteliti baik yang masuk pada setiap kolom, baris, maupun sel dalam
desain faktorial.
KWL
tendensi sentral dan tendensi penyebaran data kemampuan membaca intensif kelas
84
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Tendensi Sentral
siswa yang diajar dengan strategi KWL ini meliputi ukuran besaran nilai rerata
hitung (mean); nilai tengah (median); dan nilai yang banyak muncul (modus).
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama dengan
62,2571; median atau nilai tengah sama dengan 61; dan modus atau nilai yang
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL ini meliputi ukuran atau nilai
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai maksimum 75, nilai minimum 47,
varians 32,9613, dan simpangan baku sebesar 5,7412 (lihat lampiran ? hal. ?).
85
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
14
12
10
Frekuensi
Frekuensi abs
0
1 46,5 2 51,5 3 56,5 4 61,5 5 66,5 6 71,5 7 76,5
Batas atas dan baw ah
86
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DRA
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang diajar dengan strategi DRA ini meliputi ukuran besaran nilai
rerata hitung (mean); nilai tengah (median); dan nilai yang banyak muncul
(modus). Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama
dengan 57,3143; median atau nilai tengah sama dengan 58; dan modus atau nilai
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA ini meliputi ukuran atau nilai
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai maksimum 72, nilai minimum 44,
varians 43,9277, dan simpangan baku 6,6278 (lihat lampiran ?, hal ?).
87
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
10
8
Frekuensi
abs
6
Frekuensi
0
1 43,5 2 48,5 3 53,5 4 58,5 5 63,5 6 68,5 7 73,5
Batas atas dan baw ah
88
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Membaca Baik
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik ini meliputi ukuran
besaran nilai rerata hitung (mean); nilai tengah (median); dan nilai yang banyak
muncul (modus). Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata
sama dengan 63,0294; median atau nilai tengah sama dengan 62,5; dan modus
atau nilai yang banyak muncul sama dengan 61 (lihat lampiran ?, hal. ?).
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik ini meliputi ukuran atau
nilai maksimum, nilai minimum, varians, dan simpangan baku (standar deviasi).
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai maksimum 77, nilai minimum 47,
varians 29,6658, dan simpangan baku 5,4466 (lihat lampiran ?, hal. ?).
89
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
14
12
10
Frekuensi
Frekuensi abs
0
1 46,5 2 51,5 3 56,5 4 61,5 5 66,5 6 71,5 7 76,5
Batas atas dan baw ah
90
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Membaca Buruk
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang mempunyai kebiasaan membaca buruk ini meliputi ukuran
besaran nilai rerata hitung (mean); nilai tengah (median); dan nilai yang banyak
muncul (modus). Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata
sama dengan 56,7222; median atau nilai tengah sama dengan 57; dan modus atau
nilai yang banyak muncul sama dengan 53 (lihat lampiran ?, hal ?).
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca buruk ini meliputi ukuran
atau nilai maksimum, nilai minimum, varians, dan simpangan baku (standar
minimum 44, varians 39,0635, dan simpangan baku 6,2501 (lihat lampiran ?, hal.
?).
91
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
12
10
Frekuensi
8
Frekuensi abs
0
1 43,5 2 48,5 3 53,5 4 58,5 5 63,5 6 68,5 7 73,5
Batas atas dan baw ah
92
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca baik
sebagai berikut:
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan
membaca baik ini meliputi ukuran besaran nilai rerata hitung (mean); nilai tengah
penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama dengan 63,1053; median atau
nilai tengah sama dengan 64; dan modus atau nilai yang banyak muncul sama
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan
membaca baik ini meliputi ukuran atau nilai maksimum, nilai minimum, varians,
dan simpangan baku (standar deviasi). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai
maksimum 75, nilai minimum 47, varians 39,3216, dan simpangan baku 6,2707
93
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
9
8
7
Frekuensi abs
Frekuensi
6
5
4
3
2
1
0
1 46,5 2 52,5 3 58,5 4 64,5 5 70,5 6 76,5
Batas atas dan baw ah
94
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan
membaca buruk ini meliputi ukuran besaran nilai rerata hitung (mean); nilai
tengah (median); dan nilai yang banyak muncul (modus). Berdasarkan hasil
penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama dengan 61,25; median atau
nilai tengah sama dengan 61; dan modus atau nilai yang banyak muncul sama
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan
membaca buruk ini meliputi ukuran atau nilai maksimum, nilai minimum, varians,
dan simpangan baku (standar deviasi). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai
maksimum 72, nilai minimum 53, varians 25,5333, dan simpangan baku 5,0531
95
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Frekuensi
Frekuensi abs
0
1 52,5 2 56,5 3 60,5 4 64,5 5 68,5 6 72,5
Batas atas dan baw ah
96
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca baik
sebagai berikut:
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan
membaca baik ini meliputi ukuran besaran nilai rerata hitung (mean); nilai tengah
penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama dengan 62,9333; median atau
nilai tengah sama dengan 61; dan modus atau nilai yang banyak muncul sama
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan
membaca baik ini meliputi ukuran atau nilai maksimum, nilai minimum, varians,
dan simpangan baku (standar deviasi). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai
maksimum 72, nilai minimum 56, varians 19,3524, dan simpangan baku 4,3991
97
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagaimana tampak pada tabel 10, sedangkan histogram frekuensi dapat dilihat
5
Frekuensi abs
4
Frekeunsi
0
1 55,5 2 59,5 3 63,5 4 67,5 5 71,5 6 75,5
Batas atas dan baw ah
98
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca buruk
sebagai berikut:
a. Tendensi Sentral
kelompok siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan
membaca buruk ini meliputi ukuran besaran nilai rerata hitung (mean); nilai
tengah (median); dan nilai yang banyak muncul (modus). Berdasarkan hasil
penghitungan diperoleh mean atau nilai rerata sama dengan 53,1; median atau
nilai tengah sama dengan 53; dan modus atau nilai yang banyak muncul sama
b. Tendensi Penyebaran
intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan
membaca buruk ini meliputi ukuran atau nilai maksimum, nilai minimum, varians,
dan simpangan baku (standar deviasi). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai
maksimum 61, nilai minimum 44, varians 20,7263, dan simpangan baku 4,5526
99
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagaimana tampak pada tabel 11, sedangkan histogram frekuensi dapat dilihat
5
Frekuensi abs
Frekuensi
0
1 43,5 2 47,5 3 51,5 4 55,5 5 59,5 6 63,5
Batas atas dan baw ah
100
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memenuhi persyaratan statistik atau teknik analisis yang digunakan sehingga pada
kesimpulan penelitian ini. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis atau
daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 35 dan taraf nyata a = 0,05
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL berdistribusi normal (lihat
101
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1136. Dari daftar nilai kritis L uji Liliefors
disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan
0,1443. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 34 dan taraf nyata
102
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0,1424. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 36 dan taraf nyata
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1285. Dari daftar nilai kritis L untuk uji
yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca baik
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1449. Dari daftar nilai kritis L untuk uji
103
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,2033. Dari daftar nilai kritis L untuk uji
yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca baik
menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1580. Dari daftar nilai kritis L untuk uji
104
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca buruk
(A 1 A 2 )
kebebasan)= 1 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh c 1 sebesar 3,841 yang jauh
2
lebih besar daripada c 0 . Ini berarti bahwa kedua sampel berasal dari populasi
2
(B 1 B 2 )
kebebasan)= 1 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh c 1 sebesar 3,841 yang jauh
2
lebih besar daripada c 0 . Ini berarti bahwa kedua sampel berasal dari populasi
2
105
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A 1 B 2 , A 2 B 1 , dan A 2 B 2 )
kebebasan)= 3 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh c 1 sebesar 7,815 yang jauh
2
lebih besar daripada c 0 . Ini berarti bahwa kedua sampel berasal dari populasi
2
C. Pengujian Hipotesis
dan pengujian homogenitas varians dilakukan dan hasilnya telah sesuai dengan
yang dituntut dalam persyaratan statistik yang dipakai, maka pengujian hipotesis
dapat dilakukan.
perbedaan antara kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi
KWL dan siswa yang diajar dengan strategi DRA; melawan H 1 yang menyatakan
bahwa ada perbedaan antara kemampuan membaca intensif siswa yang diajar
dengan strategi KWL dan siswa yang diajar dengan strategi DRA sebagaimana
dikemukakan di muka (pada Bab III) bahwa pengujian hipotesis dilakukan dengan
106
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang lebih kecil dari F A (lihat lampiran ?, hal. ?). Ini berarti bahwa hipotesis nol
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan siswa yang diajar dengan
eksperimen berbeda satu sama lain secara berarti (signifikan). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara penggunaan strategi KWL dan
membaca baik dan siswa yang memiliki kebiasaan membaca buruk; sebagaimana
yang lebih kecil dari F B (lihat lampiran ?, hal ?). Ini berarti bahwa hipotesis nol
intensif siswa yang memiliki kebiasaan membaca baik dan yang memiliki
107
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa dalam eksperimen berbeda satu sama lain secara berarti (signifikan).
intensif siswa.
dan kedua, pengujian hipotesis ini pun dilakukan dengan menggunakan teknik
yang lebih besar dari F AB (lihat lampiran ?, hal. ?). Ini berarti bahwa hipotesis nol
yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara penerapan strategi membaca
108
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini
mengandung makna bahwa secara umum, bagi para siswa kelas XI SMA Negeri
intensif bila dilihat dari (1) perbedaan penerapan strategi membaca; (2) perbedaan
kemampuan memembaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan
siswa yang diajar dengan strategi DRA. Terdapatnya perbedaan secara signifikan
antara kedua kelompok siswa yang diajar dengan strategi KWL berbeda hasil
berbeda. Apakah penerapan strategi KWL atau yang menggunakan strategi DRA?
Untuk kepentingan ini perlu dilakukan uji signifikansi perbedaan diantara rerata
kedua kelompok itu. Uji signifikansi ini dilakukan dengan metode Scheffe.
yaitu yang diajar dengan strategi KWL dan strategi DRA dengan metode Scheffe
diperolehnya nilai Scheffe F A12 sebesar 16,074 yang lebih besar daripada F t untuk
109
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lampiran ?, hal. ?). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
kemampuan membaca intensif siswa yang memiliki kebiasaan membaca baik dan
mengandung arti bahwa kelompok siswa yang memiliki kebiasaan membaca baik
memiliki kebiasaan membaca buruk. Untuk kepentingan ini perlu dilakukan uji
signifikansi perbedaan di antara rerata kedua kelompok itu. Uji signifikansi ini
yaitu kelompok yang memiliki kebiasaan membaca baik dan yang memiliki
kebiasaan membaca buruk dengan metode Scheffe ternyata diperoleh hasil yang
signifikan. Hal ini diperlihatkan dengan diperolehnya nilai Scheffe F B12 sebesar
dan a = 0,05 sebesar 3,99 (lihat lampiran ?, hal ?). Dengan demikian dapat
110
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penentu varians skor kemampuan membaca intensif siswa tidak perlu diragukan
siswa. Lalu efek gabung yang bagaimanakah yang sebenarnya bisa menciptakan
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL pada siswa yang kebiasaan
membacanya baik dan siswa yang diajar dengan strategi KWL pada siswa
intensif siswa yang kebiasaan membacanya baik dan siswa yang kebiasaan
membacanya buruk yang diajar dengan strategi KWL tidak berbeda. Hal ini
diperlihatkan nilai perolehan nilai Scheffe F 1 sebesar 1,124 yang lebih kecil
111
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan memiliki kebiasaan
membaca baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA dan memiliki
yang kebiasaan membacanya baik yang diajar dengan strategi KWL maupun
strategi DRA tidak berbeda. Hal ini diperlihatkan nilai perolehan Scheffe F
2 sebesar 0,009 yang lebih kecil daripada F t sebesar 3,99 pada dk pembilang
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL pada siswa yang memiliki
kebiasaan membaca baik dan siswa yang diajar dengan strategi DRA pada
membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan kebiasaan
membacanya baik lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA
dan kebiasaan membacanya buruk. Hal ini diperlihatkan nilai perolehan nilai
Scheffe F 3 sebesar 36,670 yang lebih besar daripada F t sebesar 3,99 pada dk
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL pada siswa yang memiliki
kebiasaan membaca buruk dan siswa yang diajar dengan strategi DRA pada
membaca intensif siswa yang kebiasaan membacanya buruk dan diajar dengan
strategi KWL dengan siswa yang kebiasaan membacanya baik dan diajar
112
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan strategi DRA tidak berbeda. Hal ini diperlihatkan nilai perolehan
Scheffe F 4 sebesar 0,8255 yang lebih kecil daripada F t sebesar 3,99 pada dk
intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL pada siswa yang memiliki
kebiasaan membaca buruk dan siswa yang diajar dengan strategi DRA pada
membaca intensif siswa yang kebiasaan membacanya buruk dan diajar dengan
strategi KWL lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA. Hal
ini diperlihatkan nilai perolehan nilai Scheffe F 5 sebesar 22,197 yang lebih
intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA pada siswa yang memiliki
kebiasaan membaca baik dan siswa yang diajar dengan strategi DRA pada
membaca intensif siswa yang kebiasaan membacanya baik lebih baik daripada
strategi DRA. Hal ini diperlihatkan nilai perolehan nilai Scheffe F 6 sebesar
113
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diajukan diterima, yaitu (1) kemampuan membaca intensif siswa yang diajar
dengan strategi KWL lebih baik daripada yang diajar dengan strategi DRA; (2)
kemampuan membaca intensif siswa yang memiliki kebiasaan baik lebih baik
daripada siswa yang kebiasaan membacanya buruk; (3) terdapat interaksi antara
maupun buruk apabila diajar dengan KWL tidak berbeda. Hal ini berarti bahwa
hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa strategi KWL cocok
maupun buruk;
apabila diajar dengan strategi KWL maupun strategi DRA tidak berbeda. Hal
114
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. siswa yang diajar dengan strategi KWL dan kebiasaan membacanya baik lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA dan kebiasaan
siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca
baik lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA dan
diajar dengan strategi KWL dengan siswa yang kebiasaan membacanya baik
dan diajar dengan strategi DRA tidak berbeda. Hal ini berarti bahwa tidak ada
KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk dan siswa yang diajar
yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa strategi KWL cocok untuk
dapat memberikan hasil yang baik pada siswa yang mempunyai kebiasaan
membaca buruk;
diajar dengan strategi KWL lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
strategi DRA. Hal ini berarti bahwa kemampuan membaca intensif siswa yang
diajar dengan strategi KWL lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
115
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lebih baik daripada siswa yang kebiasaan membacanya buruk jika sama-sama
diajar dengan strategi DRA. Hal ini berarti bahwa kemampuan membaca
intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik lebih baik daripada
E. Keterbatasan Penelitian
karena keterbatasan dalam penelitian ini, maka masih terdapat beberapa faktor
yang sulit dikendalikan. Tidak adanya perbedaan rerata yang signifikan antara
siswa yang diajar dengan strategi KWL yang kebiasaan membacanya baik maupun
buruk, siswa yang diajar dengan strategi KWL maupun DRA yang kebiasaan
membacanya baik, dan siswa yang diajar dengan strategi KWL dengan kebiasaan
membaca buruk dan siswa yang diajar dengan strategi DRA dengan kebiasaan
antara lain:
2. Jarak tempat tinggal sampel yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini
116
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berlangsung, sehingga peneliti tidak secara leluasa untuk mengontrol efek dan
variabel lainnya.
5. Kemampuan guru yang satu dengan yang lain walau diasumsikan sama,
namun kenyataannya tidak selamanya dapat sama benar. Hal ini akan
117
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
A. Simpulan
Barat yang diajar dengan strategi KWL lebih baik daripada siswa yang diajar
Barat yang mempunyai kebiasaan membaca baik lebih baik daripada siswa
berikut:
membaca baik maupun buruk apabila diajar dengan strategi KWL tidak
berbeda;
118
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membaca baik apabila diajar dengan strategi KWL maupun strategi DRA
tidak berbeda;
membaca baik lebih baik daripada siswa yang diajar dengan strategi DRA
membaca buruk dan diajar dengan strategi KWL dengan siswa yang
mempunyai kebiasaan membaca baik dan diajar dengan strategi DRA tidak
berbeda;
membaca buruk dan diajar dengan strategi KWL lebih baik daripada siswa
diajukan dapat diterima. Pertama, penerapan strategi KWL lebih baik daripada
semakin baik. Ketiga, terdapat interaksi antara strategi membaca dan kebiasaan
119
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Implikasi
Strategi KWL
kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL lebih baik
Strategi KWL adalah strategi membaca dengan tiga langkah pokok, yaitu
berkaitan dengan teks yang akan dibaca, dan yang terakhir menentukan hal-hal
yang telah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan yang telah mereka
membaca dengan tiga fase utama, yaitu fase persiapan, membaca dalam hati, dan
tindak lanjut. Pada fase persiapan terdapat empat komponen, yaitu memberikan
tujuan membaca. Pada fase membaca dalam hati, siswa membaca bahan bacaan
dengan cara membaca dalam hati, sementara itu guru melakukan monitoring. Pada
fase tindak lanjut terdapat tiga komponen, yaitu penilaian pemahaman siswa,
120
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) terdapat suatu perilaku dari anggota
masyarakat terhadap kegiatan membaca; (2) perilaku itu membentuk pola yang
tersusun/ tertata, didukung, dan diteruskan dari waktu ke waktu; (3) perilaku yang
membentuk pola dan sifatnya tersusun, didukung, dan diteruskan dari waktu ke
waktu itu dapat diidentifikasikan dari segi fisik, mental, dan tindakan motoris
segala sesuatu yang menunjukkan sifat material baik iu mencakup dana biaya,
tempat, waktu, objek bacaan, maupun hal-hal yang menyangkut fisik pembaca
kebiasaan membaca yang dilakukan. Lebih jelasnya adalah semakin besar aspek
121
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
fisik itu didayagunakan, maka relatif makin baik/ tinggi kualitas kebiasaan
motivasi. Kuat lemahnya aspek psikologis pada diri seseorang berkenaan dengan
kegiatan membaca dapat dijadikan sebagai petunjuk ada tidaknya perilaku yang
memola, konsisten, dan terus menerus, yang selanjutnya dipakai sebagai ukuran
telah sesuai dengan deskripsi cara membaca yang efisien atau tidak. Manakala
siswa.
C. Saran
122
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran membaca intensif. Selain itu, guru bidang studi bahasa
kemampuan membacanya.
123
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124