Anda di halaman 1dari 124

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DAN KONFLIK PERAN DENGAN


PERFORMANSI KERJA KARYAWAN DI BALAI BESAR WILAYAH
SUNGAI BENGAWAN SOLO

SKRIPSI
Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Oleh:

Oleh:
Paulina Wijayanti Setiawan
G0108080

Pembimbing:
1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi
2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit2012
to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesunggguhnya bahwa dalam

skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang

tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat

kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Juli 2012

Paulina Wijayanti Setiawan

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu


tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7)

Semua prestasi hebat memerlukan waktu (D. Joseph S)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

Tiap ide yang tercurah, tiap goresan tinta yang tertuang, tiap tetes peluh

yang mengucur, tiap doa yang terkabul adalah perjuangan. Tuhan telah

memberi kesempatan yang besar di tiap proses yang boleh terjadi.

Karya ini ku persembahkan untuk semua yang telah menginspirasi.

Terima kasih. Berkah Dalem

1. Mami dan Papi atas tiap doa,


kasih sayang, dan pengertian
yang telah tercurah.
2. Kakak-kakak terkasih; mas
Verry, mas Hendra, mba Juna,
dan mba Ary atas semangat dan
doanya
3. Seluruh sahabat terkasih di St.
Maria Regina Purbowardayan
Surakarta.
4. Para dosen Psikologi UNS yang
telah membimbing
5. Almamater yang hebat.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera, segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunia yang telah tercurah dalam tiap proses penyusunan

skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi dengan

judul: “Hubungan Antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan Performansi

Kerja Karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo” ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini,

sebagai bentuk penghargaan, dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di

Program Studi Psikologi.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi atas

ijin pelaksanaan penelitian dan masukan bagi penulis.

3. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing I, atas doa

restu dan kesabaran, kesediaan waktu, tenaga, serta pikiran dalam

membimbing selama proses penyusunan penelitian.

4. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing

II, atas motivasi, doa restu, dan bimbingan serta segala kemudahan yang

diberikan kepada penulis.


commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Ibu Dra. Salmah Lilik, M.Si, selaku Penguji I, yang bersedia menjadi

penguji dan telah memberi banyak masukan serta nasihat berharga bagi

penulis dalam proses penyusunan penelitian ini.

6. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi, M.Psi, selaku Penguji II, yang

bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan yang berharga bagi

penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi, M.Psi, selaku Koordinator Skripsi atas ijin

dan kesempatan penyusunan penelitian ini. Terima kasih atas masukan dan

motivasi yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

8. Ibu Dra. Makmuroch, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang dari

semester awal atas bimbingan, arahan, dan masukan-masukan yang

mencerahkan penulis.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Psikologi FK UNS, yang

telah memberikan banyak bekal ilmu, pengetahuan, pengalaman yang

berharga, kemajuan, dan motivasi bagi penulis selama menjalani kuliah

dan menyelesaikan studi. Serta seluruh Staff Prodi Psikologi FK UNS,

yang telah banyak membantu kelancaran baik selama studi maupun proses

penyusunan penelitian.

10. Pak Sunarto selaku Kasubag Kepegawaian BBWS Bengawan Solo atas

ijin pelaksanaan penelitian di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

serta masukan dan arahan yang berharga. Pak Darsono atas bimbingan dan

bantuan dalam kelancaran pelaksanaan penelitian.

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11. Seluruh karyawan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo yang

bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam penelitian.

12. Mami dan Papi atas ijin untuk menimba ilmu di Psikologi FK UNS, segala

dukungan lahir dan batin serta doa dan semangat yang selalu tercurah pada

penulis.

13. Keluarga terkasihku: mas Verry, mbak Juna, Lionel, mas Hendra, mbak

Ary, Papah, Mamah, Vika, Ima dan seluruh keluarga besar atas perhatian

yang memotivasi dan doa-doanya.

14. Seluruh sobat Paguyuban Lektor Purbowardayan Surakarta dalam

kebersamaan, semangat dan dorongan, serta Romo Eka dan Romo Tri atas

doa, motivasi, dan masukan-masukan yang brilian.

15. Sahabatku Reska, Nungky, Sekar, Dipta, Vivin, Mbokdhe, Bibah, Liza dan

seluruh Psikologi Nol Wolu yang Numero Uno, terima kasih atas

keceriaan, semangat, kerja sama, dan bantuan dari semester awal, kini, dan

seterusnya. Seluruh mahasiswa Psikologi, kakak dan adik tingkat, terima

kasih atas semangat berbagi dan doanya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hubungan Antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan Performansi


Kerja Karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Paulina Wijayanti Setiawan


Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Pencapaian tujuan organisasi untuk bertahan dalam era globalisasi akan


terlaksana bila karyawan menunjukkan performansi kerja yang baik. Diperlukan
strategi peningkatan performansi kerja secara terus-menerus. Apabila strategi
yang ditetapkan tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan optimal justru akan
berdampak negatif, salah satunya timbul job insecurity. Job insecurity yang
dirasakan karyawan dalam jangka panjang akan berdampak pada performansi
kerjanya. Ditambahkan dalam suatu organisasi kecenderungan terjadinya konflik
peran tidak dapat dihindarkan. Konflik peran akan berpengaruh negatif terhadap
performansi kerja karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity
dan konflik peran dengan performansi kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah
karyawan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo sejumlah 62 karyawan.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive quota sampling, dengan kriteria
subjek adalah karyawan berusia minimal 20 tahun, masa kerja minimal 6 bulan,
dan latar belakang pendidikan minimal SLTA atau sederajat. Alat pengumpulan
data yang digunakan adalah skala job insecurity dengan reliabilitas 0,872, skala
konflik peran dengan reliabilitas 0,818, dan skala performansi kerja dengan
reliabilitas sebesar 0,892.
Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda, diperoleh
nilai p sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung = 48,300 > Ftabel = 3,153 serta R sebesar
0,788. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara job insecurity
dan konflik peran dengan performansi kerja. Nilai koefisien determinan (R
Square) sebesar 0,621 artinya job insecurity dan konflik peran secara bersama-
sama memberi sumbangan efektif (SE) sebesar 62,1% terhadap performansi kerja.
Dengan sumbangan masing-masing 34,35% untuk variabel job insecurity dan
27,74% untuk konflik peran.

Kata kunci: performansi kerja, job insecurity, konflik peran.

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Relationship Between Job insecurity and Role Conflict with Work


Performance of the Employees in Balai Besar Wilayah
Sungai Bengawan Solo.

Paulina Wijayanti Setiawan


Psychology Study Programme of Medical Faculty Sebelas Maret University

ABSTRACT
Achievement of organizational goals to survive in the era of globalization
will be done if the employee shows good working performance. Strategy to
improve work performance is necessary conducted continuously. Job insecurity is
one of negative impact of strategy that does not planned and executed
optimally.. Job insecurity felt by the employees in the long term will impact on
their work performance. In additional, role conflict tendency is unavoidable in an
organizational. Role conflict will has negative affect to the work performance of
the employees.
This study aims to determine the relationship between job insecurity and
role conflict with work performance. Subjects in this study were the employees of
the Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo amount 62 employees. Sampling
techniques was purposive quota sampling, the criteria of subjects were the
employee at least 20 years old, has been working for 6 months at least, and high
school or equivalent educational background at least. The data were collected
using the job insecurity scale with reliability of 0.872, the roles conflict scale with
reliability of 0.818, and work performance scale with reliability of 0.892.
Data analysis using multiple regression analysis techniques, obtained p-
value of 0.000 < 0.05 and Fcount = 48.300 > Ftable = 3.153 and R of 0.788. It
means there was a significant negative relationship between job insecurity and
role conflict with work performance. Value determinant coefficients (R Square) of
0.621 means that the role of job insecurity and conflict jointly contribute
effectively (SE) of 62.1% to work performance. The contribution of each variable
were 34.35% for job insecurity and 27.74% for role conflict.

Keywords: work performance, job insecurity, role conflic

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN .......... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...……………………………………… ... .1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Performansi Kerja

1. Definisi Performansi Kerja ......................................................... 9


commit to user
2. Komponen Performansi Kerja.................................................... 11

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Faktor-faktor Performansi Kerja ................................................ 13

4. Aspek-Aspek Performansi Kerja................................................ 16

B. Job Insecurity

1. Definisi Job Insecurity ............................................................... 21

2. Faktor-faktor Job Insecurity....................................................... 23

3. Aspek-Aspek Job Insecurity ...................................................... 25

C. Konflik Peran

1. Definisi Konflik Peran ............................................................... 28

2. Jenis-jenis Konflik Peran ........................................................... 30

3. Faktor-faktor Konflik Peran ....................................................... 31

4. Indikator Konflik Peran.............................................................. 32

5. Aspek-aspek Konflik Peran........................................................ 33

D. Hubungan antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan

Performansi Kerja

1. Hubungan antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan

Performansi Kerja Karyawan ..................................................... 35

2. Hubungan antara Job Insecurity dengan Performansi Kerja ..... 38

3. Hubungan antara Konflik Peran dengan Performansi Kerja ...... 40

E. Kerangka Pikir ............................................................................... 42

F. Hipotesis ......................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel ....................................................................... 44

B. Definisi Operasional ....................................................................... 44


commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Populasi, Sampel, dan Sampling .................................................... 46

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 48

E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.................................................... 55

F. Teknik Analisis ............................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian ........................................................ 59

2. Persiapan Penelitian .................................................................... 60

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian ....................................................... 65

2. Pengumpulan Data Uji Coba....................................................... 65

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 66

4. Pengumpulan Data Penelitian ..................................................... 74

5. Pelaksanaan Skoring ................................................................... 75

C. Hasil Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi Dasar ........................................................................ 76

2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 78

3. Uji Hipotesis ............................................................................... 82

4. Uji Korelasi ................................................................................. 84

5. Sumbangan Pengaruh Prediktor terhadap Kriterium Secara Serentak 87

6. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ............................... 88

7. Analisis Deskriptif ...................................................................... 89

D. Pembahasan ...................................................................................... 93
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 100

B. Saran ............................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 104

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Performansi Kerja .............................................50

2. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Job Insecurity ....................................................52

3. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Konflik Peran ....................................................54

4. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Performansi Kerja Untuk Uji Coba ...................62

5. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Job Insecurity Untuk Uji Coba .........................63

6. Blue Print (Kisi-kisi) Skala Konflik Peran Untuk Uji Coba ..........................64

7. Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada Uji Coba Skala

Performansi Kerja .......................................................................................... 67

8. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Performansi Kerja Untuk Penelitian

dengan Penomoran Baru ................................................................................ 68

9. Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada Uji Coba Skala Job

Insecurity ........................................................................................................ 69

10. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Job Insecurity Untuk Penelitian dengan

Penomoran Baru ............................................................................................. 70

11. Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada Uji Coba Skala Konflik

Peran ............................................................................................................... 71

12. Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Konflik Peran Untuk Penelitian dengan

Penomoran Baru ............................................................................................. 72

13. Hasil Uji Normalitas ...................................................................................... 76

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14. Hasil Uji Linieritas Antara Variabel Performansi Kerja dengan Job

Insecurity ........................................................................................................ 77

15. Hasil Uji Linieritas antara Variabel Performansi Kerja dengan Konflik

Peran ............................................................................................................... 77

16. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................................. 78

17. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................... 79

18. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ................................................... 82

19. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ....................................................... 83

20. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (R) ................................................ 84

21. Hasil Analisis Korelasi Ganda ....................................................................... 85

22. Korelasi Parsial Antara Job Insecurity dengan

Performansi Kerja .......................................................................................... 85

23. Korelasi Parsial Antara Konflik Peran dengan

Performansi Kerja .......................................................................................... 86

24. Hasil Besarnya Sumbangan Pengaruh Prediktor

Terhadap Kriterium ........................................................................................ 87

25. Deskripsi Data Empirik .................................................................................. 89

26. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................... 89

27. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Performansi Kerja................................ 90

28. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Job Insecurity ...................................... 91

29. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Konflik Peran ...................................... 92

commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................................46

2. Pengujian Autokorelasi ....................................................................................80

3. Pola Scatterplot Pada Uji Heteroskesdastisitas ................................................81

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A.

SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA

1. Skala Performansi Kerja .................................................................... 115

2. Skala Job Insecurity............................................................................ 117

3. Skala Konflik Peran ............................................................................ 119

LAMPIRAN B.

DISTRIBUSI JAWABAN UJI COBA

1. Skala Performansi Kerja .................................................................... 122

2. Skala Job Insecurity............................................................................ 124

3. Skala Konflik Peran ............................................................................ 126

LAMPIRAN C.

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas Skala Performansi Kerja ..................................................... 129

2. Validitas Skala Job Insecurity ............................................................ 131

3. Validitas Skala Konflik Peran ............................................................ 133

4. Reliabilitas Skala Performansi Kerja, Job Insecurity, Konflik Peran. ........ 135

LAMPIRAN D.

SKALA PENELITIAN

1. Skala Performansi Kerja .................................................................... 140

2. Skala Job Insecurity ........................................................................... 142

3. Skala Konflik Peran ........................................................................... 144


commit to user

xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN E.

DISTRIBUSI JAWABAN SKALA PENELITIAN

1. Skala Performansi Kerja .................................................................... 146

2. Skala Job Insecurity ........................................................................... 150

3. Skala Konflik Peran ........................................................................... 154

LAMPIRAN F.

ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Tabel Distribusi Nilai Skor Total ...................................................... 157

2. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 158

3. Hasil Uji Linearitas ............................................................................. 159

4. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 160

5. Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 160

6. Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 161

7. Hasil Hipotesis (Analisis Regresi) ...................................................... 161

8. Hasil Korelasi ..................................................................................... 163

9. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 163

10. Hasil Kategorisasi Skala Penelitian ................................................... 167

11. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ....................................... 171

LAMPIRAN G.

1. Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 173

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian........................................... 174

commit to user

xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN H

1. Struktur Organisasi ........................................................................... 176

2. Jadwal Kegiatan Penelitian Skripsi .................................................. 177

3. Berita Acara Sidang Skripsi .............................................................. 178

4. Umpan Balik Sidang Skripsi ............................................................. 179

5. Lembar Persetujuan Revisi Sidang Skripsi ....................................... 183

commit to user

xxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 atau yang dikenal juga dengan era globalisasi merupakan era

tanpa batas yang ditandai dengan adanya kebebasan dalam berusaha, kebebasan

dalam berpendapat, dan dalam hal bersaing. Kebebasan berusaha sudah menjadi

tuntutan semua masyarakat di seluruh dunia. Persaingan global secara bertahap

mulai dilaksanakan pada permulaan abad kedua puluh satu pada negara-negara

kawasan Asia Tenggara, Asia Pasifik sampai pada akhirnya dapat diberlakukan

secara Internasional. Pelaksanaan era tanpa batas ini telah disepakati oleh para

pemimpin negara maju dan negara berkembang, termasuk Indonesia

(Mangkunegara, 2005).

Djohanpuro (2004) mengungkapkan bahwa dalam era persaingan yang

semakin ketat sebuah organisasi harus mengevaluasi performansi kerjanya terus-

menerus, serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat

bersaing. Perbaikan performansi kerja dilaksanakan secara terus menerus,

sehingga performansi kerja perusahaan makin baik dan dapat terus unggul dalam

persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan. Setiawan dan Hadianto (2010)

menyatakan bahwa organisasi sebagai pelaku aktif dalam persaingan global,

dituntut untuk proaktif dalam melakukan perubahan untuk bertahan dan

memenangkan persaingan secara berkelanjutan.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Setiap organisasi sangat bergantung kepada sumber daya yang

dimilikinya untuk mampu berfungsi secara efektif. Salah satu sumber daya yang

teramat penting adalah sumber daya manusia. Jika performansi kerja karyawan

(individual performance) baik, maka kemungkinan besar performansi kerja

perusahaan (corporate performance) juga baik (Prawirosentono, 1999).

Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana bila sumber daya manusia

menunjukkan performansi kerja yang baik. Secara kuantatif, sumber daya manusia

yang ada di Indonesia memang sudah memenuhi tuntutan di era globalisasi ini

ditandai dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada. Namun, pada

kenyataannya dari segi kualitas belum memenuhi tuntutan dalam era globalisasi.

Kualitas sumber daya manusia terlihat dari performansi kerja. Masih banyak

terdapat karyawan yang memiliki performansi kerja yang rendah. Kutipan dari

pernyataan Yuli (2004) dalam surat kabar Suara Merdeka

(www.suaramerdeka.com) mengungkapkan bahwa berdasarkan peringkat indeks

performansi kerja yang telah dilakukan World Investment Report (WIR) tahun

2003, indeks performansi kerja Indonesia menempati urutan ke 138 dari 140

negara.

Tuntutan akan performansi kerja karyawan yang tinggi menjadi bagian

dari semua perusahaan. Namun fakta yang ada sekarang memperlihatkan bahwa

belum semua karyawan memiliki performansi kerja yang tinggi sesuai dengan

harapan perusahaan. As’ad (1998) mendefinisikan perfomansi kerja sebagai hasil

yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang

bersangkutan. Adapun pendapat Dessler (2000) bahwa performansi kerja


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang

diharapkan dari karyawan. Performansi kerja merupakan ukuran kualitas dan

kuantitas dari hasil pencapaian tugas-tugas yang dilakukan pekerja. Performansi

kerja menurut Mitchell (dalam Sedarmayanti, 2001) meliputi beberapa aspek,

yaitu kualitas kerja (quality of work), kecepatan dan ketepatan (promptness),

inisiatif (initiative), kecakapan (capability) serta komunikasi (communication).

Performansi kerja seorang karyawan dipengaruhi oleh sikap dan sifat individu,

serta lingkungan dan hubungan kerja. Dapat dikatakan bahwa pengertian

performansi kerja mengandung makna tentang pencapaian hasil kerja oleh

seseorang. Performansi kerja karyawan yang semakin meningkat akan

berpengaruh pada kemajuan perusahaan dan kemajuan sumber daya manusia yang

ada.

Jewell & Segall (1998) menyatakan bahwa karyawan yang performansi

kerjanya baik dan berkualitas merupakan aset bagi organisasi atau perusahaan

dalam menghadapi persaingan kerja. Performansi kerja yang tinggi dari setiap

karyawan merupakan hal yang sangat diharapkan oleh organisasi. Semakin

banyak anggota yang memiliki performansi kerja tinggi, maka performansi

organisasi secara keseluruhan akan semakin meningkat dan organisasi dapat

bertahan dalam persaingan bisnisnya. Hellgren, Sverke, dan Isaksoon (1999)

menjelaskan bahwa persaingan global yang semuanya mempengaruhi organisasi

dan pekerjaan dapat menjadi ancaman bagi karyawan dan menimbulkan rasa tidak

aman dalam bekerja. Ketidakamanan dalam bekerja disebut dengan istilah job

insecurity. Job insecurity merupakan suatu tingkat yang menunjukkan bahwa para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

pekerja merasa pekerjaannya merasa terancam dan merasa tidak berdaya untuk

melakukan apapun terhadap situasi tersebut (Ashford et al, 1989). Ditambahkan

oleh Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) bahwa job insecurity merupakan

ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam

kondisi kerja yang terancam termasuk dengan berbagai perubahan dalam

organisasi. Sejak tahun 1990-an job insecurity telah terjadi secara luas di

Indonesia. Lebih dari 60% pekerja menyatakan bahwa langkah-langkah kerja dan

usaha yang harus mereka perbuat terhadap pekerjaan mereka telah meningkat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sverke, Hellgren, & Naswal (dalam

Utami, 2008) ditemukan bahwa job insecurity mempunyai beberapa dampak pada

karyawan dan organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Menurutnya,

dalam jangka pendek job insecurity akan berdampak terhadap kepuasan kerja,

keterlibatan kerja, komitmen organisasi, dan kepercayaan pada pemimpin. Dalam

jangka panjang akan berdampak terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental,

performansi kerja, dan itensi turnover. Prediktor job insecurity terbaik biasanya

adalah faktor-faktor posisional, seperti pengalaman pengangguran sebelumnya,

atau kontrak kerja sementara (Kinnunen & Naetti dalam Ashford et al., 1989),

faktor-faktor personal (Roskies & Louisguerin dalam Ashford et., 1989) dan

tanda-tanda ancaman contohnya rumor mengenai reorganisasi atau perubahan

manajemen (Ashford et al., 1989).

Dalam organisasi, konflik merupakan hal yang cenderung terjadi dan

susah dihindarkan. Apabila terjadi konflik dalam sebuah organisasi, suasana kerja

cenderung tidak nyaman. Selanjutnya variabel dalam penelitian yang akan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

berpengaruh pada performansi kerja karyawan adalah konflik peran. Hasil

penelitian membuktikan bahwa hubungan antara konflik peran terhadap kinerja

kerja pegawai adalah negatif dan signifikan yaitu adanya konflik peran dalam

organisasi akan menurunkan performansi kerja pegawai (Nugroho, 2006). Konflik

peran merupakan gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi yang

bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara profesional bisa

menurunkan motivasi kerja sehingga berpengaruh terhadap performansi kerja

individu (Puspa dan Riyanto, 1999).

Konflik peran menurut Wolfe dan Snoke (dalam Rahayu, 2002) adalah

kejadian yang simultan dari dua tekanan atau lebih seperti ketaatan pada satu hal

akan membuat sulit atau tidak mungkin mentaati yang lainnya. Akibat dari

datangnya lebih dari satu perintah secara bersamaan, maka akan timbul

kebingungan bagi karyawan yang menerima perintah tersebut, terutama apabila

perintah-perintah tersebut saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain

Dampak dari karyawan yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya sesuai dengan

yang diharapkan, maka akan menimbulkan perasaan gelisah dan tidak

menyenangkan bagi karyawan. Jadi konflik peran timbul bila individu dalam

peran tertentu dibingungkan oleh tuntutan kerja atau keharusan melakukan sesuatu

yang berbeda dari yang diinginkannya atau yang tidak merupakan bagian dari

bidang kerjanya. Konflik peran yang timbul harus segera diantisipasi dan

diselesaikan supaya performansi kerja karyawan tidak terganggu. Sebagai

akibatnya, seseorang yang mengalami konflik peran akan berada dalam suasana

terombang-ambing, terjepit, dan serba salah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil survei prapenelitian terdapat fenomena yang

ditemukan pada karyawan di bagian Kepegawaian Tata Usaha. Karyawan tersebut

mengemukakan bahwa jabatan yang diduduki sekarang tidak cocok dengan

bidang keilmuannya, harapannya bekerja di unit yang diinginkan tidak sesuai

dengan kenyataan ditambahkan juga dirinya merasa kewalahan dalam pengerjaan

tugas karena kekurangan sfaff di bidangnya sehingga harus lembur dalam bekerja.

Fenomena tersebut merupakan gambaran indikasi terjadinya konflik peran yang

dialami oleh karyawan.

Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian yang membahas keterkaitan

variabel job insecurity, konflik peran, dan performansi kerja belum pernah

dilakukan, padahal variabel job insecurity dan konflik peran dalam penelitian

terpisah, yang telah dijelaskan tersebut merupakan komponen yang berpengaruh

terhadap performansi kerja karyawan. Secara teoretis ketiga variabel tersebut

mengarah hubungan yang negatif, namun secara empiris perlu dibuktikan dengan

melakukan penelitian secara langsung, sehingga asumsi secara teoretis tersebut

dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian.

Ditambahkan bahwa penelitian tentang hubungan antar variabel, yaitu

performansi kerja, job insecurity, dan konflik peran, di Balai Besar Wilayah

Sungai Bengawan Solo belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan

antara job insecurity dan konflik peran dengan performansi kerja pada karyawan

di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara job insecurity dan konflik peran dengan

performansi kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Bengawan Solo?”

2. Apakah ada hubungan antara job insecurity dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo?”

3. Apakah ada hubungan antara konflik peran dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan konflik peran

dengan performansi kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai

(BBWS) Bengawan Solo.

2. Untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dengan performansi

kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan

Solo.

3. Untuk mengetahui hubungan antara konflik peran dengan performansi

kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan

Solo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Diharapkan dapat memperkaya kajian di bidang Psikologi Industri dan

Organisasi dalam kaitannya dengan variabel job insecurity, konflik

peran, dan performansi kerja.

b. Memberi pemahaman dan informasi tentang hubungan antara job

insecurity dan konflik peran dengan performansi kerja pada karyawan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi karyawan dapat sebagai bahan masukan agar dapat mencegah

terjadinya keadaan job insecurity dan konflik peran dengan tepat

sehingga dapat meningkatkan performansi kerja karyawan.

b. Bagi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo diharapkan

dapat menjadi bahan masukan dalam menyusun strategi organisasi agar

dapat meningkatkan performansi kerja para karyawan sehingga dapat

mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Performansi Kerja

1. Definisi Performansi Kerja

Seringkali dijumpai istilah-istilah yang mirip atau tumpang tindih

dengan job performance misalnya: proficiency, merit, dan produktivitas.

Pengertian performansi kerja lebih sempit sifatnya, yaitu yang berkenaan

dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya (As’ad,

1998). Biasanya orang yang level performansi kerjanya tinggi disebut

orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang level performansi kerja

nya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif.

Apabila dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun),

maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar

hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Rivai & Basri,

dalam Riani, 2011).

Maier (dalam As’ad, 1998) berpandangan bahwa pada umumnya

job performance (performansi kerja) diberi batasan sebagai kesuksesan

seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. As’ad (1998) sendiri

mendefinisikan perfomansi kerja sebagai hasil yang dicapai oleh


commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang

bersangkutan. Minner (1992) menambahkan definisi performansi kerja

sebagai kesuksesan dalam melakukan pekerjaan. Kesuksesan disini tidak

hanya sebatas jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan atau

sering disebut produktivitas, namun lebih pada keseluruhan tindakan

yang diharapkan pada individu yang melakukan pekerjaan.

Menurut Bernardin dan Russel (1998), performansi kerja adalah

catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi kerja

atau kegiatan tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu. Performansi

kerja seorang individu merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkan, oleh karena

itu performansi kerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang

ditunjukkan oleh seseorang melainkan hasil kerja yang telah dan akan

dilakukan oleh seseorang.

Rivai (2005) memiliki pandangan bahwa performansi kerja

merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Dalam

menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang sepatutnya memiliki

derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Menurut Rivai (2005)

performansi kerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang

sebagai persepsi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

perannya dalam perusahaan.

Prawirosentono (1999) menjelaskan performansi kerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun

etika.

Kinerja padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance.

Istilah performance sering dialihbahasakan dalam bahasa Indonesia

menjadi performa (Wirawan, 2009). Selanjutnya dalam penelitian ini

istilah kinerja disebut menjadi performansi kerja.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa performansi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seorang

karyawan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh organisasi

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Komponen Performansi Kerja

Rotundo & Sackett (2002) menyebutkan ada tiga komponen besar

performansi kerja yaitu:

a. Kinerja tugas adalah penyelesaian tugas-tugas dan tanggung jawab

yang berhubungan dengan tugas yang diberikan, meliputi perilaku

yang menghasilkan barang dan jasa atau pelayanan. Tugas-tugas

tersebut adalah tugas-tugas yang diakui secara formal dan berbeda

antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

b. Kinerja keanggotaan menunjukkan perilaku keterlibatan di dalam

kehidupan politik organisasi dan mempromosikan citra organisasi

yang positif dan menyenangkan. Kinerja keanggotaan memberikan

sumbangan bagi tercapainya tujuan-tujuan organisasi dalam bentuk

mengusahakan lingkungan sosial dan lingkungan psikologis yang

menyenangkan.

c. Kinerja kontraproduktif, mengacu pada perilaku sukarela yang

merugikan kesejahteraan organisasi serta merugikan

keanggotaannya sendiri di dalam organisasi.

Menurut Henderson (dalam Wirawan, 2010) komponen dalam

pekerjaan yang menunjukkan performansi kerja dapat dikelompokkan

menjadi tiga jenis antara lain:

a. Hasil kerja

Hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa

yang dapat dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnya.

b. Perilaku kerja

Ketika berada di tempat kerja, seorang karyawan mempunyai

dua perilaku, yaitu perilaku pribadi dan perilaku kerja. Perilaku pribadi

adalah perilaku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan,

sedangkan perilaku kerja adalah perilaku karyawan yang ada

hubungannya dengan pekerjaan.

Perilaku kerja diperlukan karena merupakan persyaratan dalam

melaksanakan pekerjaan. Dengan berperilaku tertentu, karyawan dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan

performansi kerja yang diharapkan oleh organisasi. Perilaku kerja

dicantumkan dalam standar kerja, prosedur kerja, kode etik, dan

peraturan organisasi. Perilaku kerja dibedakan menjadi perilaku kerja

umum dan perilaku kerja khusus. Perilaku kerja umum adalah perilaku

kerja yang diperlukan untuk semua jenis pekerjaan. Perilaku kerja

khusus adalah perilaku yang diperlukan untuk satu jenis pekerjaan

tertentu.

c. Sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan.

Merupakan sifat pribadi yang diperlukan dalam melaksanakan

pekerjaannya. Sebagai manusia, karyawan mempunyai banyak sifat

pribadi yang dibawa sejak lahir dan diperoleh ketika dewasa dari

pengalaman kerjanya. Suatu pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh

seorang karyawan jika mempunyai sifat pribadi tertentu. Sifat pribadi

yang dinilai dalam evaluasi performansi kerja hanya sifat pribadi yang

ada hubungannya dengan pekerjaan

3. Faktor-faktor Performansi Kerja

Mangkunegara (2000) menjelaskan faktor-faktor dari performansi

kerja yaitu:

a. Faktor individual, terdiri dari:

1.) Kemampuan dan keahlian,

2.) Latar belakang,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

3.) Demografi.

b. Faktor psikologis, terdiri dari:

1.) Persepsi

2.) Attitude

3.) Pembelajaran

4.) Motivasi

c. Faktor organisasi, terdiri dari:

1.) Sumber daya

2.) Kepemimpinan

3.) Penghargaan

4.) Struktur

5.) Job design

Faktor-faktor yang mempengaruhi performansi kerja menurut

Steers (dalam Sutarto & Cahyono, dalam Riani, 2011) adalah sebagai

berikut:

a. Kemampuan, kepribadian, dan minat kerja

b. Kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seseorang pekerja

yang merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas

yang diberikan kepadanya.

c. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong,

mengarahkan dan mempertahankan perilaku.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Ditambahkan oleh McCormick dan Tiffin (1994) tentang variabel yang

dapat mempengaruhi performansi kerja karyawan adalah variabel

individu dan variabel situasional.

a. Variabel individu

Variabel individu terdiri dari pengalaman, pendidikan, jenis kelamin,

umur, motivasi, keadaan fisik, kepribadian, dan sikap.

b. Variabel situasional

Variabel situasional menyangkut dua faktor antara lain:

1) Faktor sosial dari organisasi, meliputi: kebijakan, jenis latihan dan

pengalaman, sistem upah serta lingkungan sosial.

2) Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi: metode kerja, pengaturan dan

kondisi, perlengkapan kerja, pengaturan ruang kerja, kebisingan,

penyinaran dan temperatur.

Menurut Mahmudi (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi

performansi kerja adalah sebagai berikut:

a. Faktor personal atau individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

oleh setiap individu.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer

dan team leader.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota lain.

d. Faktor konsekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Gibson, dkk (1995) juga mengemukakan tentang faktor-faktor dari

performansi kerja antara lain: harapan mengenai imbalan; dorongan,

kemampuan, kebutuhan, dan sifat; persepsi terhadap tugas; imbalan

eksternal dan internal; serta persepsi terhadap tingkat imbalan dan

kepuasan kerja. Jadi faktor yang mempengaruhi performansi kerja adalah

faktor personal atau individu, faktor kepemimpinan, faktor tim, dan faktor

konsekstual (situasional).

4. Aspek-aspek Performansi kerja

Menurut Mitchel (dalam Sedarmayanti, 2001), dikatakan bahwa

performansi kerja meliputi beberapa aspek, yaitu; a) Kualitas Kerja (Quality

of Work); b) Ketepatan Waktu (Promptness); c) Inisiatif (Initiative); d)

Kemampuan (Capability); dan e) Komunikasi (Communication).

Hal senada disampaikan oleh Siagian (1995) tentang aspek-aspek

performansi kerja beserta indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Kerja (Quality of Work), indikatornya;

1) Hasil kerja yang diperoleh

2) Kesesuaian hasil kerja dengan tujuan organisasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

3) Manfaat hasil kerja

b. Ketepatan Waktu(Promptness), indikatornya;

1) Penataan rencana kegiatan/ rencana kerja

2) Ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja

3) Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas

c. Inisiatif(Initiative), indikatornya;

1) Pemberian ide/ gagasan dalam berorganisasi

2) Tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi

d. Kemampuan (Capability), indikatornya;

1) Kemampuan yang dimiliki

2) Keterampilan yang dimiliki

3) Kemampuan memanfaatkan sumber daya atau potensi

e. Komunikasi (Communication), indikatornya;

1) Komunikasi intern (ke dalam) organisasi

2) Komunikasi ekstern (ke luar) organisasi

3) Relasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas

Ditambahkan dari pendapat Mangkunegara (2000) tentang aspek-

aspek dari performansi kerja sebagai berikut:

a. Kualitas Kerja, meliputi: ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan.

b. Kuantitas kerja, meliputi: output, perlu diperhatikan juga bukan hanya

output tetapi juga seberapa cepat bisa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

c. Dapat tidaknya diandalkan, meliputi: mengikuti instruksi, inisiatif, hati-

hati, kerajinan.

d. Sikap, meliputi: sikap terhadap perusahaan pegawai lain dan pekerjaan

serta kerja sama.

Kriteria dalam mengukur performansi kerja menurut Wirawan (2009)

antara lain:

a. Kuantitatif (seberapa banyak)

Ukuran kuantitatif merupakan ukuran yang paling mudah untuk

disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak

unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

b. Kualitatif (seberapa baik)

Menggambarkan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus

dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi,

penampilan, kemanfaatan, atau efektivitas. Standar kualitas dapat

digambarkan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau presentase

kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja.

c. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas

Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi

suatu produk, membuat sesuatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini

menjawab pertanyaan seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode

apa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

d. Efektivitas penggunaan sumber organisasi

Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika untuk

mengerjakan suatu pekerjaan diisyaratkan menggunakan jumlah sumber

tertentu, seperti uang dan bahan baku.

e. Cara melakukan pekerjaan

Digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap

personal, atau perilaku merupakan faktor penentu keberhasilan

melaksanakan pekerjaan.

f. Efek atas suatu upaya, metode melaksanakan tugas

Pengukuran yang diekspresikan sebagai akibat akhir yang

diharapkan akan diperoleh dengan bekerja.

g. Metode melaksanakan tugas

Standar yang digunakan jika ada undang-undang, kebijakan,

prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau

jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.

h. Standar kerja

Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu

dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih tinggi

atau lebih rendah daripada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas

dan kualitas.

i. Standar nol atau absolut

Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini

digunakan jika tidak ada pilihan lain


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Menurut Bernandin & Russell (1998) ukuran-ukuran dari performansi kerja

karyawan adalah:

a. Quantity of work adalah jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

periode yang ditentukan.

b. Quality of work adalah kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-

syarat kesesuaian dan kesiapannya.

c. Job knowledge adalah luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

ketrampilannya.

d. Creativeness adalah keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e. Cooperation adalah kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain atau

sesame anggota organisasi.

f. Dependability adalah kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal

kehadiran dan penyelesaian kerja.

g. Iniatiative adalah semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan

dalam memperbesar tanggung jawabnya.

h. Personal qualities adalah menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramahtamahan dan integritas pribadi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka aspek-aspek performansi kerja

menurut beberapa ahli yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas

kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan

komunikasi. Pertimbangan penggunaan aspek-aspek tersebut agar mampu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

menjadi pedoman dalam penyusunan skala sikap performansi kerja secara

lengkap.

B. Job insecurity

1. Definisi Job insecurity

Menurut Sengenberger (dalam Ratnaningsih, 2009), ada 3 aspek rasa

tidak aman dalam bekerja yang saling berkaitan (three inter-relate aspects

of work based insecurity) yakni: job insecurity, employer insecurity, dan

employment insecurity.

a. Job insecurity merupakan rasa tidak aman dalam bekerja yaitu

ancaman untuk tidak lagi menjadi pegawai tetap pada perusahaan

yang sama.

b. Employer insecurity merupakan rasa tidak aman untuk tetap dapat

menjadi karyawan dengan jenis pekerjaan atau pada lokasi yang

berbeda namun masih dalam perusahaan yang sama.

c. Employment insecurity merupakan rasa tidak aman yang mencakup

di dalamnya tidak adanya kesempatan untuk berganti perusahaan.

Secara umum, job insecurity adalah ketidakamanan dalam bekerja secara

psikologis yang dialami oleh karyawan.

Berikut ini merupakan definisi job insecurity dari beberapa ahli:

a. Job insecurity merupakan ketidakberdayaan seseorang atau perasaan

kehilangan kekuasaan untuk mempertahankan kesinambungan yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

diinginkan dalam kondisi atau situasi kerja yang terancam

(Greenhalgh dan Rosenblatt, 1984)

b. Job insecurity mencerminkan derajat pada karyawan yang merasakan

pekerjaan mereka terancam dan merasakan tidak berdaya untuk

melakukan segalanya tentang itu (Ashford et al.,1989).

c. Smithson dan Lewis (dalam Kurniasari, 2004) mengartikan job

insecurity sebagai kondisi psikologis seseorang (karyawan) yang

menunjukkan rasa bingung atau merasa tidak aman dikarenakan

kondisi lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanence).

d. Munandar (2008) berpendapat bahwa job insecurity merupakan

ketakutan kehilangan pekerjaan, ancaman bahwa pekerjaannya

dianggap tidak diperlukan lagi merupakan hal-hal biasa yang dapat

terjadi dalam kehidupan kerja.

e. Menurut Green (2003) job insecurity sebagai kegelisaan pekerjaan,

yaitu sebagai suatu keadaan dari pekerjaan yang terus menerus dan

tidak menyenangkan.

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa job

insecurity merupakan kondisi psikologis seorang karyawan yang

merasakan kecemasan dan ketidakamanan dalam pekerjaannya sebagai

akibat ketidakjelasan status atau keadaan lingkungan organisasi yang

berubah-ubah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2. Faktor-faktor Job insecurity

Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) telah mengkategorikan penyebab

job insecurity ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:

a. Kondisi lingkungan dan organisasi.

Kondisi lingkungan dan organisasi ini dapat dijelaskan oleh beberapa

faktor, misalnya: komunikasi organisasional dan perubahan

organisasional. Perubahan organisasional yang terjadi antara lain

dengan dilakukannya downsizing, restrukturisasi, dan merger oleh

perusahaan.

b. Karakteristik individual dan jabatan pekerja.

Karakteristik individual dan jabatan pekerja terdiri dari: usia, gender,

senioritas, pendidikan, posisi pada perusahaan, latar belakang budaya,

status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja.

c. Karakteristik personal pekerja.

Karakteristik personal pekerja yang dapat mempengaruhi job

insecurity misalnya: locus of control, self esteem, dan perasaan

optimis atau pesimis pada karyawan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya job insecurity adalah

sebagai berikut (Ashford, dkk, 1989):

a. Karakteristik demografis yang dapat mempengaruhi job insecurity

meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan, dan tingkat

pendidikan (Kinnunen dkk, 2000, dan Naswall & De Witte, 2003).

Usia memiliki hubungan positif dengan job insecurity, yaitu semakin


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

tinggi usia seseorang semakin tinggi tingkat job insecurity. Sebaliknya,

pendidikan dan masa kerja berhubungan negatif dengan job insecurity,

yaitu semakin rendah pendidikan dan semakin pendek masa kerja

maka semakin tinggi tingkat job insecurity.

b. Ketidakjelasan peran berkaitan dengan seberapa banyak informasi

yang dimiliki oleh karyawan mengenai tuntutan pekerjaan dan

prosedur kerja. Apabila karyawan tidak mengetahui dengan jelas apa

yang menjadi tanggung jawabnya, prosedur kerja, dan kurang adanya

umpan balik menyebabkan karyawan tidak dapat melaksanakan

tugasnya. Pada akhirnya, karyawan tidak mampu memenuhi kontrak

psikologisnya sebagai tenaga kerja dan mampu memperbesar job

insecurity dalam dirinya.

c. Kondisi lingkungan merupakan sumber ancaman yang berada di luar

kontrol individu. Ancaman yang berasal dari lingkungan ini meliputi

merger, pengurangan jumlah karyawan, reorganisasi, dan penggunaan

teknologi baru.

d. Perbedaan individual

1) Locus of control

Locus of control merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

karena berhubungan dengan bagaimana individu

mengintepretasikan ancaman yang berasal dari lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

2) Nilai pekerjaan

Nilai dari suatu pekerjaan tentu dimaknai secara berbeda oleh

setiap karyawan. Pekerjaan tidak hanya sebagai sumber

pendapatan, tetapi juga memungkinkan karyawan untuk melakukan

hubungan sosial, mempengaruhi struktur waktu, dan berkontribusi

dalam perkembangan pribadi karyawan tersebut. Oleh karena itu,

ancaman kehilangan pekerjaan dapat menimbulkan job insecurity

dalam diri karyawan.

3) Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

job insecurity terdiri dari karakteristik demografi (usia, jenis

kelamin, masa kerja, status pernikahan, dan tingkat pendidikan,

budaya), karakteristik pekerjaan, kondisi lingkungan,

ketidakjelasan peran, kondisi lingkungan kerja, dan perbedaan

individual (locus of control dan nilai pekerjaan).

Berdasarkan uraian tersebut maka faktor-faktor yang

mempengaruhi job insecurity adalah karakteristik demografis,

ketidakjelasan peran, kondisi lingkungan, dan perbedaan individual.

3. Aspek-aspek Job Insecurity

Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (dalam Farida, 2003),

konstruk job insecurity yang bersifat multidimensional terdiri dari lima

komponen, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

a. Persepsi terhadap pentingnya faktor-faktor pekerjaan bagi karyawan

atau arti pekerjaan itu bagi individu. Komponen ini berisikan seberapa

pentingnya aspek kerja tersebut bagi individu mempengaruhi tingkat

insecure atau rasa tidak amannya. Misalnya: kesempatan untuk

promosi dan kebebasan jadwal pekerjaan. Semakin besar persepsi

terhadap ancaman faktor-faktor pekerjaan yang diterima oleh individu

semakin besar job insecurity.

b. Kemungkinan perubahan negatif terhadap faktor-faktor pekerjaan

tersebut. Komponen ini berisikan tingkat ancaman yang dirasakan

karyawan mengenai aspek-aspek pekerjaan seperti: kemungkinan

untuk mendapat promosi, mempertahankan tingkat upah yang

sekarang, atau memperoleh kenaikan upah. Individu yang menilai

aspek kerja tertentu yang terancam atau mungkin akan hilang, akan

lebih gelisah dan merasa tidak berdaya.

c. Pentingnya job event yang negatif atau kejadian negatif dalam

pekerjaan. Komponen ini berisikan tingkat kepentingan-kepentingan

yang dirasakan individu mengenai potensi setiap peristiwa negatif

tersebut. Misalnya: dipecat atau diberhentikan dalam jangka pendek.

d. Kemungkinan munculnya/terjadinya job event yang negatif tersebut.

Komponen ini berisikan tingkat ancaman kemungkinan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang secara negatif mempengaruhi keseluruhan

kerja individu, misalnya: dipecat atau dipindahkan ke kantor cabang

yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

e. Kemampuan individu untuk mengendalikan perubahan pada faktor

pekerjaaan dan job event yang negatif. Komponen ini berisikan

perasaan tidak berdaya karena kehilangan kontrol terhadap pekerjaan.

Job insecurity dapat diukur berdasarkan komponen-komponennya

(Greenhalgh & Rosenblatt dan Ashford, et al dalam Pasewark dan

Strawser, 1996). Komponen-komponen yang bersifat multidimensial yang

dijadikan pedoman dalam pengukuran variabel job insecurity yaitu : (1)

tingkat pentingnya aspek-aspek pekerjaan yang dirasakan individu, (2)

kemungkinan perubahan negatif pada aspek-aspek kerja tersebut bagi

individu, (3) tingkat kepentingan yang dirasakan individu mengenai

potensi setiap peristiwa yang secara negatif dapat mempengaruhi

keseluruhan kerja individu, (4) kemungkinan munculnya peristiwa-

peristiwa tersebut yang secara negatif dapat mempengaruhi keseluruhan

kerja individu, dan (5) ketidakberdayaan yang dirasakan individu.

Ashford, dkk (1989) mengungkapkan bahwa job insecurity terdiri dari

dua aspek, yaitu aspek ancaman akan kehilangan pekerjaan itu sendiri dan

aspek ancaman kehilangan faset-faset penting dalam pekerjaan, seperti

gaji, kesempatan untuk promosi, dan lain sebagainya.

a. Keparahan ancaman (severity of threat)

Keparahan ancaman meliputi seberapa besar individu

mempersepsikan adanya ancaman terhadap aspek-aspek dalam

pekerjaan dan ancaman terhadap pekerjaannya secara keseluruhannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

b. Ketidakberdayaan (powerlessness)

Ketidakberdayaan menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mencegah munculnya ancaman yang berpengaruh terhadap pekerjaan

secara keseluruhan dan aspek-aspek dalam pekerjaan individu yang

memiliki tingkat ketidakberdayaan yang rendah memiliki tingkat job

insecurity yang tinggi.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disebutkan bahwa job

insecurity terdiri dari lima aspek menurut Greenhalgh & Rosenblatt (1984)

yaitu seberapa pentingnya aspek kerja bagi karyawan, tingkat ancaman

yang dirasakan karyawan, tingkat kepentingan yang dirasakan individu,

ancaman terjadinya peristiwa negatif, dan ketidakberdayaan.

C. Konflik Peran

1. Definisi Konflik Peran

Menurut Forsyth (1990) kosa kata konflik berasal dari bahasa latin

“conflictus” yang secara harfiah berarti serangan bersama dengan kekuatan.

Menurutnya konflik akan terjadi jika keyakinan atau aktivitas dari seseorang

atau kelompok lain saling bertentangan. Selanjutnya, Nawawi (1997)

berpendapat bahwa konflik merupakan suasana batin yang berisi

kegelisahan karena pertentangan dua motif atau lebih, yang mendorong

seseorang berbuat dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan, pada

waktu yang bersamaan. Bila kedua motif itu sama kuatnya, maka orang itu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

akan menjadi bimbang, dan jika tidak cepat diatasi maka berkembang rasa

kegelisahan yang relatif berat.

Mullins (dalam Wijiono, 2010) menyampaikan bahwa konflik

merupakan kondisi terjadinya ketidaksesuaian tujuan dan munculnya

berbagai pertentangan perilaku, baik yang ada dalam diri individu,

kelompok maupun organisasi. Lebih lanjut Sari (dalam Indrawan, 2009)

mendefinisikan konflik peran sebagai adanya ketidakcocokan antara

harapan yang berkaitan dengan suatu peran. Konflik peran merupakan hasil

dari ketidaksesuaian harapan berbagai pihak atau persepsi adanya

ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilai-nilai

individu, dan sebagainya.

Konflik peran menurut pandangan Cherington (dalam Yustrianthe,

2008) terjadi ketika seseorang berada pada situasi tekanan untuk melakukan

tugas yang berbeda dan tidak konsisten dalam waktu yang bersamaan.

Rahmawati (2008) berpendapat bahwa role conflict (konflik peran) terjadi

ketika seseorang berada pada situasi tekanan untuk melakukan tugas yang

berbeda dan tidak konsisten dalam waktu yang bersamaan.

Tidd dan Friedman (2002) menyatakan bahwa konflik peran adalah

situasi dimana ada perbedaan tuntutan dalam diri seorang karyawan karena

ada perbedaan peran yang menyebabkan perbedaan tindakan yang

dilakukan. Konflik peran dapat diartikan sebagai keadaan seorang individu

yang memiliki peran berbeda dalam satu waktu yang sama (Indrawan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

2009). Peran tersebut memberikan tekanan pada karyawan karena adanya

perbedaan kepentingan antar peran.

Berdasarkan uraian di atas maka pengertian dari konflik peran adalah

situasi tekanan yang muncul dalam diri karyawan ketika terdapat tuntutan

peran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

2. Jenis-jenis Konflik Peran

Empat jenis konflik peran menurut Miles dan Perreault (dalam

Munandar, 2008), antara lain:

a. Konflik peran-pribadi

Tenaga kerja ingin melakukan tugas berbeda dari yang disarankan

dalam uraian pekerjaannya

b. Konflik “Intrasender”

Tenaga kerja menerima penugasan tanpa memiliki tenaga kerja yang

cukup untuk dapat menyelesaikan tugas dengan berhasil

c. Konflik “Intersender”

Tenaga kerja diminta untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga ada

orang merasa puas dengan hasilnya, sedangkan orang lain tidak

d. Peran dengan beban berlebih

Tenaga kerja mendapat penugasan kerja yang terlalu banyak dan tidak

dapat ditangani secara efektif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Sarwono (1983) menyebutkan ada dua macam konflik peran antara lain:

a. Konflik antar-peran (inter-role conflict) misalnya seorang wanita

berperan sebagai ibu di rumah dan sebagai karyawan di kantor.

Perannya sebagai karyawan menuntutnya untuk sering ke luar rumah

dan pulang sore hari. Sedangkan perannya sebagai ibu menuntutnya

untuk lebih banyak memberikan perhatian kepada anak-anak di

rumah.

b. Konflik dalam peran (intra-role conflict), yang disebabkan oleh tidak

jelasnya perilaku yang diharapkan dari satu posisi tertentu. Misalnya:

guru wali kelas harus disiplin, tegas, tetapi di pihak lain ia juga harus

mempunyai pengertian yang mendalam terhadap persoalan-persoalan

murid-muridnya, harus toleran dan sebagainya.

3. Faktor-faktor Konflik Peran

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang

harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan

yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu

berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. Salah

satu masalah yang ditimbulkan adalah konflik peran.

Menurut Munandar (2008) faktor penyebab timbulnya konflik peran pada

karyawan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

a. Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dengan

tanggung jawab yang harus ia miliki

b. Tugas-tugas yang harus ia lakukan, yang menurut pandangannya

bukan merupakan bagian dari pekerjaannya

c. Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan, atau

orang lain yang dinilai penting bagi dirinya

d. Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

melakukan tugas pekerjaannya.

4. Indikator Konflik Peran

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Filley &

House (dalam Wijono, 2010) terdapat empat variabel yang menjadi

indikator konflik peran, antara lain:

a. Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.

Pada saat individu mengalami ketidakcocokan atas peran yang

dimainkannya, maka individu perlu mempunyai kesadaran melalui

introspeksi bahwa peran yang dimainkannya akan membuat dirinya

akan mengalami konflik peran yang dapat mengganggu dirinya dan

organisasi.

b. Menerima kondisi dan situasi jika muncul konflik yang dapat

membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.

Ada baiknya ketika individu mengalami pertentangan dalam dirinya,

individu menerima kondisi dan situasi yang dapat membuat dirinya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

menjadi tertekan. Belajar untuk menerima kondisi dan situasi yang

baru akan lebih membuat individu merasa nyaman dan lebih

produktif.

c. Memiliki kemampuan untuk mentoleransi stres.

Setiap individu mempunyai kemampuan dan cara untuk menghadapi

stres dalam pekerjaannya. Namun demikian, ada juga individu yang

dapat mentoleransi stres tetapi ada juga yang tidak dapat

mentoleransinya, sehingga individu tersebut mengalami konflik dalam

dirinya.

d. Memperkuat sikap atau sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi

konflik yang muncul dalam organisasi.

Pada dasarnya, setiap individu mempunyai sikap atau sifat pribadi

yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan sikap atau sifat pribadi

akan menentukan bagaimana individu menghadapi konflik yang

muncul dalam dirinya, sehingga bermanfaat untuk menghadapi

konflik di dalam organisasi.

5. Aspek-aspek Konflik Peran

Aspek dari konflik peran yang dihubungkan dengan jenis konflik

peran menurut Miles dan Perreault (dalam Munandar, 2008), yaitu:

a. Aspek kognisi dari konflik peran pribadi meliputi interpretasi

karyawan terhadap harapan peran yang bertentangan dengan nilai-

nilai, kode etik ataupun tidak sesuai dengan kemampuan dirinya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

b. Aspek kognisi dari konflik “intrasender” meliputi

interpretasi karyawan terhadap harapan-harapan peran yang saling

berbenturan dari seorang pengirim peran (yaitu : pihak atasan,

rekan kerja, pihak bawahan);

c. Aspek kognisi dari konflik “intersender” meliputi interpretasi

karyawan terhadap harapan-harapan peran yang tidak selaras atau

bertentangan dari berbagai anggota role-set (yaitu : pihak atasan,

rekan kerja, pihak bawahan)

d. Aspek kognisi dari peran dengan beban berlebih meliputi

interpretasi karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang saling

berbeda antara dua peran atau lebih yang harus dimainkannya

dalam waktu bersamaaan.

e. Aspek afeksi dari konflik peran pribadi meliputi kesan dan

perasaaan karyawan terhadap harapan peran yang bertentangan

dengan nilai-nilai, kode etik ataupun tidak sesuai dengan

kemampuan dirinya.

f. Aspek afeksi dari konflik “intrasender”meliputi kesan dan

perasaaan karyawan terhadap harapan-harapan peran yang saling

berbenturan dari seorang pengirim peran (yaitu : pihak atasan,

rekan kerja, pihak bawahan);

g. Aspek afeksi dari konflik “intersender” meliputi kesan dan

perasaaan karyawan terhadap harapanharapan peran yang tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

selaras atau bertentangan dari berbagai anggota role-set (yaitu :

pihak atasan, rekan kerja, pihak bawahan)

h. Aspek afeksi dari peran dengan beban berlebih meliputi kesan dan

perasaaan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang saling

berbeda antara dua peran atau lebih yang harus dimainkannya

dalam waktu bersamaaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka aspek-aspek dari konflik peran

terdiri dari aspek kognisi dari konflik peran pribadi, aspek kognisi dari

konflik “intrasender”, aspek kognisi dari konflik “intersender”, aspek

kognisi dari peran dengan beban berlebih, aspek afeksi dari konflik peran

pribadi , aspek afeksi dari konflik “intrasender”, aspek afeksi dari konflik

“intersender” , dan aspek afeksi dari peran dengan beban berlebih.

D. Hubungan antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan

Performansi Kerja

1. Hubungan antara Job Insecurity dan Konflik Peran dengan

Performansi Kerja Karyawan

Kualitas organisasi dapat terlihat dari performansi kerja karyawan

yang bekerja di dalamnya. As’ad (1998) mendefinisikan perfomansi kerja

sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku

untuk pekerjaan yang bersangkutan. Minner (1992) menambahkan definisi

performansi kerja sebagai kesuksesan dalam melakukan pekerjaan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Kesuksesan disini tidak hanya sebatas jumlah atau kuantitas barang dan

jasa yang dihasilkan atau sering disebut produktivitas, namun lebih pada

keseluruhan tindakan yang diharapkan pada individu yang melakukan

pekerjaan. Organisasi dalam upaya mencapai tujuan dan mempertahankan

eksistensi di era globalisasi perlu strategi dalam peningkatan performansi

organisasi dengan cara perbaikan performansi kerja karyawan yang

bekerja di dalamnya (Djohanpuro,2004).

Hellgren, Sverke, dan Isaksoon (1999) menjelaskan bahwa

persaingan global yang mempengaruhi organisasi dan pekerjaan dapat

menjadi ancaman bagi karyawan dan menimbulkan rasa tidak aman dalam

bekerja. Ketidakamanan dalam bekerja disebut dengan istilah job

insecurity. Hasil penelitian memperkuat alasan penyebab rasa tidak aman

dalam bekerja pada karyawan diakibatkan antara lain karena kehilangan

posisi pekerjaan, status, keuntungan, dan kesempatan (Ashford et all,

1989). Menurut Jacobsen (1988) job insecurity timbul karena rasa curiga,

tidak berdaya, dan stres sebagai reaksi potensial akibat pemberhentian

kerja. Harapan yang dimiliki dalam pekerjaan dimasa lalu dan sekarang

adalah memperoleh jaminan rasa aman dalam menghadapi masa depan

dari organisasi (Nawawi, 2000). Apabila sesuatu yang diharapkan oleh

seorang karyawan dalam suatu organisasi tidak sesuai dengan kenyaataan

yang dihadapi maka akan menimbulkan kesenjangan sehingga

memungkinkan akan timbul adanya job insecurity.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Bahrul (2003) dalam sebuah penelitiannya memaparkan bahwa

faktor yang berpotensi menimbulkan job insecurity cukup bervariasi.

Berdasarkan urutannya lima penyebab terbesar job insecurity adalah: (1)

beban kerja berlebih sebesar 82,2%, (2) pemberian upah yang tidak adil

57,9%, (3) kondisi kerja 52,3%, (4) beban kerja kurang 48,6%, (5) tidak

diikutkan dalam pengambilan keputusan 44,9%. Dari hasil kajian teoritis

oleh Wijaya (2010), seorang staf akuntan yang memiliki ketidakjelasan

peran yang tinggi akan menjadikan tingkat ketidakberdayaan yang

dirasakan staf tersebut mengenai pekerjaan dan ancaman akan tinggi,

sehingga job insecurity juga akan tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi performansi kerja menurut

Steers (dalam Sutarto & Cahyono, dalam Riani, 2011) adalah sebagai

berikut:

a. Kemampuan, kepribadian, dan minat kerja

b. Kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seseorang pekerja

yang merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas

yang diberikan kepadanya.

c. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong,

mengarahkan dan mempertahankan perilaku.

Ketidakjelasan peran yang harus dikerjakan oleh karyawan seringkali

menimbulkan konflik peran pada karyawan. Diperjelas oleh Tidd dan

Friedman (2002) yang menyatakan bahwa konflik peran adalah situasi

dimana ada perbedaan tuntutan dalam diri seorang karyawan karena ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

perbedaan peran yang menyebabkan perbedaan tindakan yang dilakukan.

Selanjutnya konflik peran menurut Wolfe dan Snoke (dalam Rahayu,

2002) adalah kejadian yang simultan dari dua tekanan atau lebih seperti

ketaatan pada satu hal akan membuat sulit atau tidak mungkin mentaati

yang lainnya.

Jadi dapat dikatakan konflik peran merupakan tekanan yang

dialami oleh karyawan akibat perbedaan peran yang dilakukan dalam

waktu bersamaan. Dilihat dari pemaparan tersebut maka dapat dikatakan

bahwa terdapat hubungan terkait antara ketiga variabel dalam penelitian

yaitu job insecurity, konflik peran, dan performansi kerja. Berdasarkan

penjelasan tersebut job insecurity dan konflik peran bersama-sama

berpengaruh terhadap performansi kerja.

2. Hubungan antara Job Insecurity dengan Performansi Kerja

Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) menjelaskan bahwa job

insecurity merupakan ketidakberdayaan seseorang atau perasaan

kehilangan kekuasaan untuk mempertahankan kesinambungan yang

diinginkan dalam kondisi atau situasi kerja yang terancam. Perasaan tidak

aman dalam bekerja akan menimbulkan gangguan secara psikologis oleh

karyawan yang akan berakibat pada pelaksanaan tugas. Hasil pelaksanaan

tugas dapat terlihat dalam performansi kerja karyawan.

Prawirosentono (1999) menjelaskan performansi kerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Karyawan

yang merasakan bahwa karir mereka tidak aman, seakan berada dalam

perangkap pekerjaan. Hal ini akan membawa konsekuensi pada

performansi kerja karyawan.

Tuntutan akan pekerjaan yang berat dan pekerjaan yang penuh

dengan tekanan akan membuat karyawan stres. Keadaan stres yang

dialami karyawan mengakibatkan performansi kerja karyawan tidak

optimal bahkan menurun dari sebelumnya. Pernyataan ini didukung oleh

penelitian Reisel et al., (2007) bahwa job insecurity akan menyebabkan

rendahnya kepuasan kerja dan pada akhirnya akan menurunkan

performansi kerja individu dalam organisasi. Perasaan pada

ketidakamanan merupakan fungsi dari atribut personal dan akan bervariasi

lebih luas di antara individu yang ada dalam organisasi.

Ditambah lagi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sverke, Hellgren, & Naswal (dalam Utami, 2008) ditemukan bahwa job

insecurity mempunyai dampak jangka panjang terhadap kesehatan fisik,

kesehatan mental, performansi kerja, dan itensi turnover. Sehingga dapat

dikemukan bahwa perasaaan job insecurity berhubungan dengan

performansi kerja karyawan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

3. Hubungan antara Konflik Peran dengan Performansi Kerja

Karyawan yang mengalami kebingungan dalam mengatur perannya

dalam organisasi akan merasa tertekan. Di satu sisi karyawan tersebut

harus menjalankan pekerjaan sesuai apa yang telah diperintahkan padanya,

di sisi lain karyawan itu merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang

diluar kewajibannya. Rahmawati (2008) berpandangan bahwa role conflict

(konflik peran) terjadi ketika seseorang berada pada situasi tekanan untuk

melakukan tugas yang berbeda dan tidak konsisten dalam waktu yang

bersamaan.

Tidd dan Friedman (2002) berpendapat bahwa konflik peran

berpengaruh terhadap outcome organisasi yang biasanya dalam bentuk

penurunan performansi kerja karyawan. Penelitian Fried et.al. (dalam

Working Paper Series No.8 Januari 2006) juga menunjukkan bahwa

konflik peran memberikan korelasi signifikan dengan performansi kerja,

dengan kecenderungan yang negatif yaitu semakin meningkat konflik

peran maka performansi kerja semakin menurun.

Apabila dalam organisasi konflik peran muncul, akan

mengakibatkan suasana kerja yang tidak nyaman. Perubahan situasi kerja

yang kurang kondusif akan menurunkan performansi kerja karyawan

sehingga kontribusi karyawan bagi organisasi juga akan merosot. Hasil

penelitian Nugroho (2006) membuktikan bahwa hubungan antara konflik

peran terhadap performansi kerja karyawan adalah negatif dan signifikan.

Ditambahkan dari hasil penelitian oleh Murni (2011) menyebutkan bahwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

konflik peran berpengaruh signifikan terhadap performansi kerja karyawan

di PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero), ditunjukkan oleh probabilitas

sebesar 0,000<0,05.

Konflik peran yang berlarut-larut dan tidak dikelola dengan baik

oleh organisasi akan memberikan dampak yang merugikan bagi

performansi kerja karyawan. Jika performansi kerja karyawan menjadi

tidak relevan lagi akibat konflik akan mendorong penurunan kinerja

organisasi secara keseluruhan. Ketika deskripsi tugas yang diberikan pada

karyawan kurang jelas, hal ini menyebabkan timbulnya konflik peran bagi

kinerja tugas anggota organisasi. Timbul tumpang tindih dalam pembagian

kerja, beban kerja yang berlebihan bagi pihak lain, ketidakpuasan dalam

menjalankan tugas, muncul keluhan-keluhan kepada manajemen, tugas

yang tidak terselesaikan, sehingga pada akhirnya membuat karyawan

melakukan tugasnya asal-asalan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Puspa

dan Riyanto (1999) bahwa konflik peran merupakan gejala psikologis

yang dialami oleh anggota organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak

nyaman dalam bekerja dan secara profesional bisa menurunkan motivasi

kerja sehingga berpengaruh terhadap kinerja individu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

E. Kerangka Pikir

Job
2
Insecu
rity
Performansi
1 Kerja
Karyawan
Konflik 3
Peran

Keterangan:

1. Hipotesis 1

2. Hipotesis 2

3. Hipotesis 3

Gambar 1.
Kerangka Pikir Hubungan antara Job insecurity dan Konflik Peran dengan
Performansi Kerja Karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Bengawan Solo

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian konsep teori di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Ada hubungan negatif antara job insecurity dan konflik peran dengan

performansi kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Bengawan Solo. Artinya, semakin tinggi keadaan job insecurity dan

konflik peran yang dialami karyawan maka performansi kerjanya rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

2. Ada hubungan negatif antara job insecurity dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Artinya, semakin tinggi keadaan job insecurity yang dialami karyawan

maka performansi kerjanya rendah.

3. Ada hubungan negatif antara konflik peran dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Artinya, semakin tinggi keadaan konflik peran yang dialami karyawan

maka performansi kerjanya rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu konstruk yang bervariasi atau yang dapat

memiliki bermacam nilai tertentu (Latipun, 2004). Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriterium : Performansi kerja

2. Prediktor : a. Job insecurity

b. Konflik peran

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan dengan melekatkan arti pada suatu

konstruk atau variabel yang digunakan dalam penelitian dengan cara tertentu

untuk mengukur (Azwar, 2003).

Pada penelitian ini definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Performansi kerja

Performansi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seorang

karyawan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh organisasi

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi.

commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Skala performansi kerja menggunakan adaptasi dan modifikasi

skala performansi kerja oleh Savitri (2010) yang didapat dari aspek-aspek

performansi kerja yaitu faktor individual dan faktor situasional. Dalam

penelitian ini menggunakan aspek performansi kerja yaitu kualitas kerja,

kuantitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi.

2. Job insecurity

Job insecurity adalah kondisi psikologis seorang karyawan yang

merasakan kecemasan dan ketidakamanan dalam pekerjaannya sebagai

akibat ketidakjelasan status atau keadaan lingkungan organisasi yang

berubah-ubah.

Alat ukur job insecurity yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan hasil modifikasi dan adaptasi dari instrumen job insecurity

oleh Prastiti (2002) berdasarkan aspek-aspek dari job insecurity oleh

Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) yaitu seberapa pentingnya aspek kerja

bagi karyawan, tingkat ancaman yang dirasakan karyawan, tingkat

kepentingan yang dirasakan individu, ancaman terjadinya peristiwa

negatif, dan ketidakberdayaan.

3. Konflik peran

Konflik peran adalah situasi tekanan yang muncul dalam diri

karyawan ketika terdapat tuntutan peran yang berbeda dalam waktu yang

bersamaan. Skala konflik peran disusun berdasarkan aspek-aspek konflik

peran, yaitu aspek kognisi dari konflik peran pribadi, aspek kognisi dari

konflik “intrasender”, aspek kognisi dari konflik “intersender”, aspek


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

kognisi dari peran dengan beban berlebih, aspek afeksi dari konflik peran

pribadi , aspek afeksi dari konflik “intrasender”, aspek afeksi dari konflik

“intersender” , dan aspek afeksi dari peran dengan beban berlebih.

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang diteliti paling sedikit

mempunyai beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2004).

Karakteristik populasi dalam penelitian ini yaitu:

a. Karyawan pria atau wanita, berusia minimal 20 tahun

Menurut Papalia et al (2007) usia kerja manusia secara umum adalah

20-65 tahun. Rentang ini berada pada dua tahap perkembangan, yaitu

usia dewasa muda dan muda madya. Pada usia dewasa muda (20-40

tahun), individu mengalami kondisi intelektual dan fisik yang paling

baik. Sedangkan, pada usia dewasa madya (40-65 tahun), individu

berada pada masa puncak karirnya.

b. Masa kerja minimal enam bulan

Dengan masa kerja minimal selama enam bulan diperkirakan bahwa

karyawan tersebut memiliki interaksi dengan lingkungan kerjanya

yang dapat mengarahkan persepsi serta sikap terhadap lingkungan

kerja mereka dengan jelas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

c. Latar belakang pendidikan minimal SLTA atau sederajat

Pertimbangan dipilih subjek dengan pendidikan minimal SLTA agar

subjek dapat mengerti bahasa yang digunakan dalam skala dengan

baik, sehingga proses pengerjaannya dapat berlangsung dengan baik.

Pertimbangan tersebut diperkuat dengan penelitian Utami (2008),

komponen pendidikan dan masa kerja berhubungan negatif dengan job

insecurity, yaitu semakin rendah pendidikan dan semakin pendek

masa kerja maka semakin tinggi tingkat job insecurity.

Populasi di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo

adalah sejumlah 221 karyawan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2004). Menurut Ancok (1985)

jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30 orang. Hal ini

disebabkan distribusi skor (hasil pengukuran) akan mendekati distribusi

normal. Jumlah sampel yang dapat diterima dalam penelitian korelasional

minimal sebanyak 30 orang (Sukadji, 2000).

Penempatan karyawan menyebar di provinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Sampel yang dipilih sebagai responden adalah karyawan

yang berada di Surakarta. Dalam penelitian ini responden yang

digunakan adalah 110 orang terbagi dalam 40 orang untuk uji coba dan

70 orang untuk penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

3. Sampling

Sampling yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah

purposive quota sampling. Purposive quota sampling adalah pemilihan

suatu sampel yang didasarkan atas karakteristik tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan karakteristik populasi dan

memenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya (Hadi, 2004).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti

untuk memperoleh data yang diselidiki. Dalam penelitian ini menggunakan

metode pengumpulan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer berupa skala sikap yaitu skala sikap job insecurity, skala

konflik peran, dan skala performansi kerja.

2. Data Sekunder berupa dokumen tentang Balai Besar Wilayah Sungai

(BBWS) Bengawan Solo sebagai data pendukung.

Memodifikasi skala Likert dengan meniadakan alternatif jawaban

ragu-ragu dilakukan dengan beberapa pertimbangan (Hadi, 1991), yaitu:

1. Kategori ragu-ragu (undecided) mempunyai arti

ganda.

2. Tersedianya jawaban ditengah itu menimbulkan

kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect)

3. Maksud kategorisasi dengan 4 pilihan jawaban

adalah untuk melihat kecenderungan pendapat responden.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Aitem-aitem skala job insecurity, konflik peran, dan performansi kerja

dikelompokkan dalam pernyataan favourable dan unfavourable. Respon

subjek diberikan bobot masing-masing sebagai berikut :

1. Untuk jenis pertanyaan favorable:

Subjek akan mendapat skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3

untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan

skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

2. Untuk jenis pertanyaan unfavorable:

Subjek akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor

2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor

4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Skala Sikap yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Skala Performansi kerja

Skala performansi kerja menggunakan adaptasi dan modifikasi

skala performansi kerja oleh Savitri (2010) yang didapat dari aspek-aspek

performansi kerja yaitu faktor individual dan faktor situasional. Dalam

penelitian ini menggunakan aspek performansi kerja yaitu kualitas kerja,

kuantitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi.

Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan jenis data interval

dan sistem penilaian empat skala. Jenis data interval dengan

menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga responden akan memilih

jawaban yang pasti dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak sesuai

(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk jawaban favorable SS (4),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

S (3),TS (2), STS (1). Sedangkan Skor untuk jawaban unfavorable SS

(1), S (2),TS (3), STS (4). Data yang diperoleh berupa total skor yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor skala performansi kerja, maka

semakin tinggi pula tingkat performansi kerja karyawan. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula

performansi kerja karyawan.

Tabel 1.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Performansi Kerja

No. Aitem Jumlah


Aspek Indikator Favor Unfavor
f
able able
1. Kualitas kerja a. Kualitas kerja yang dicapai 21 1, 32 3
berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
b. Luasnya pengetahuan mengenai 22 2, 33 3
pekerjaan.
c. Tanggung jawab yang dimiliki. 4, 26 3 3
2. Kuantitas Produktivitas dari pekerjaan 6, 31 13, 34 4
kerja
3. Ketepatan a. Ketepatan waktu dalam 5, 12 36 3
waktu menyelesaikan tugas.
b. Perencanaan dalam melakukan 14, 25 17, 19 4
pekerjaan.
4. Inisiatif a. Pemberian ide/ gagasan dalam 27 15, 24 3
berorganisasi.
b. Tindakan yang dilakukan untuk 7 16, 37 4
menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
5. Kemampuan a. Keterampilan yang dimiliki. 8, 28 38 3
b. Kemauan dan kemampuan 9, 29 18, 39 4
memanfaatkan sumber daya atau
potensi.
6. Komunikasi a. Komunikasi di organisasi. 10, 30 23 3
b. Relasi dan kerjasama dalam 11, 35 20, 40 4
pelaksanaan tugas.
Total 20 20 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

2. Skala Job insecurity

Alat ukur job insecurity yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan hasil adaptasi dan modifikasi dari instrumen job insecurity

oleh Prastiti (2002) berdasarkan aspek-aspek dari job insecurity oleh

Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) yaitu seberapa pentingnya aspek kerja

bagi karyawan, tingkat ancaman yang dirasakan karyawan, tingkat

kepentingan yang dirasakan individu, ancaman terjadinya peristiwa

negatif, dan ketidakberdayaan.

Skala dimodifikasi dengan model Likert. Jenis data interval dengan

menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga responden akan memilih

jawaban yang pasti dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak sesuai

(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk jawaban favorable SS (4),

S (3),TS (2), STS (1). Sedangkan Skor untuk jawaban unfavorable SS

(1), S (2),TS (3), STS (4). Data yang diperoleh berupa total skor yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor skala job insecurity, maka

semakin tinggi pula tingkat job insecurity karyawan. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat

job insecurity yang dialami karyawan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Job Insecurity

Nomor Aitem Jumlah


Aspek Indikator Favor Unfavor
f
able able
a. Persepsi terhadap 17,19 22,24 4
pentingnya faktor-
1. Seberapa
faktor pekerjaan bagi
pentingnya aspek
karyawan.
kerja bagi karyawan
b. Arti pekerjaan itu bagi 20 26,28 3
individu
Tingkat ancaman yang
2. Tingkat ancaman
dirasakan karyawan 9,11,
yang dirasakan 1,3,5,7 8
mengenai indikator 13,15
karyawan
pekerjaan
Tingkat kepentingan yang
3. Tingkat kepentingan
dirasakan individu 16,18, 25,27,
yang dirasakan 8
mengenai potensi setiap 21,23 29,30
karyawan
peristiwa
Tingkat ancaman
kemungkinan terjadinya
4. Ancaman terjadinya peristiwa-peristiwa yang
2,4,6,8 10,12,14 7
peristiwa negatif secara negatif
mempengaruhi
keseluruhan kerja individu
Perasaan tidak berdaya
31,32, 35,36,
5. Ketidakberdayaan karena kehilangan kontrol 8
33,34 37,38
terhadap pekerjaan
Total 19 19 38

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

3. Skala Konflik peran

Skala konflik peran disusun berdasarkan aspek-aspek konflik

peran, yaitu aspek kognisi dari konflik peran pribadi, aspek kognisi dari

konflik “intrasender”, aspek kognisi dari konflik “intersender”, aspek

kognisi dari peran dengan beban berlebih, aspek afeksi dari konflik peran

pribadi , aspek afeksi dari konflik “intrasender”, aspek afeksi dari konflik

“intersender” , dan aspek afeksi dari peran dengan beban berlebih.

Skala dimodifikasi dengan model Likert. Jenis data interval dengan

menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga responden akan memilih

jawaban yang pasti dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak sesuai

(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk jawaban favorable SS (4),

S (3),TS (2), STS (1). Sedangkan Skor untuk jawaban unfavorable SS

(1), S (2),TS (3), STS (4). Data yang diperoleh berupa total skor yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor skala konflik peran, maka

semakin tinggi pula tingkat konflik peran karyawan. Sebaliknya, semakin

rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat konflik

peran yang dialami karyawan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Konflik Peran

Aspek Indikator No. Aitem Jumlah


Favor Unfavor f
able able
1. Aspek kognisi a. Intepretasi harapan peran 1 9 2
dari konflik bertentangan dengan nilai-nilai,
peran pribadi. b. Intepretasi harapan peran 17 1
bertentangan dengan kode etik
c. Intepretasi harapan peran tidak 25 1
sesuai dengan kemampuan
2. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran saling 2, 18 10, 26 4
dari konflik berbenturan dari pengirim peran.
“intrasender”
3. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran tidak 3, 19 11, 27 4
dari konflik selaras dari berbagai anggota
“intersender” role-set
4. Aspek kognisi Interpretasi karyawan terhadap 4, 20 12, 28 4
dari peran tuntutan berbeda antara dua
dengan beban peran atau lebih yang harus
berlebih dimainkannya dalam waktu
bersamaaan.
5. Aspek afeksi a. Kesan dan perasaan tentang 5 1
dari konflik harapan peran yang
peran pribadi bertentangan dengan nilai-nilai.
b. Kesan dan perasaan tentang 21 13 2
harapan peran yang
bertentangan dengan kode etik
c. Kesan dan perasaan tentang 29 1
harapan peran yang tidak sesuai
dengan kemampuan.
6. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 6, 22 14, 30 4
dari konflik harapan peran yang saling
“intrasender” berbenturan dari pengirim peran
7. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 7, 23 15, 31 4
dari konflik harapan peran yang bertentangan
“intersender” dari berbagai anggota role-set
8. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 8, 24 16, 32 4
dari peran tuntutan berbeda antara dua
dengan beban peran atau lebih yang harus
berlebih dimainkannya dalam waktu
bersamaaan.
commit
Totalto user 16 16 32
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi

ukurnya (Azwar,1997). Valid tidaknya suatu alat ukur tersebut

tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Menurut Suryabrata (2003)

uji validitas didasarkan pada validitas isi, yakni telaah isi butir dan revisi

butir pernyataan berdasarkan pendapat professional (professional

judgment) dan uji validitas internal. Dalam penelitian ini validitas isi

diuji melalui analisis rasional yang dilakukan oleh pembimbing sebagai

pihak yang berkompeten. Selanjutnya dilakukan uji validitas internal

(internal validity), yaitu mengkorelasikan skor masing-masing aaitem

dangan skor totalnya. Teknik korelasi aitem total (corrected aitem total

correlations) yang digunakan adalah product moment dari Pearson

(Sukadji, 2000). Pernyataan dalam skala sikap dapat dikatakan valid

apabila dalam pengujian validitas diperoleh nilai korelasi tiap-tiap

pernyataan di atas 0,30 (Azwar, 2001). Hasil indeks korelasi aaitem skor

aaitem dengan skor total aaitem (rxx’) dinyatakan dalam pearson

correlation dengan bantuan program komputer yaitu SPSS for MS

Windows versi 16.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar,1997). Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat

sejauh mana kestabilan hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, hasil

pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah

(Azwar, 2001). Teknik Alpha yang dikembangkan Cronbach dipilih

untuk mengukur reliabilitas antar aitem yang paling populer dan

menunjukkan indeks konsistensi yang cukup sempurna (Azwar,1997).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya

berada dalam rentan 0 sampai 1,000. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati angka 1,000 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya. Hasil dihitung dengan bantuan program komputer yaitu

SPSS for MS Windows versi 16.

F. Teknik Analisis

Prediktor yang digunakan dalam penelitian lebih dari satu maka

peneliti menggunakan teknik Analisis Regresi Berganda. Teknik Analisis

Regresi dipilih karena metode ini dapat menganalisis pengaruh bersama-

sama atau terpisah dari dua variabel bebas terhadap suatu variabel terkait

(Kerlinger, 2006).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Untuk dapat menggunakan teknik Analisis Regresi Berganda,

harus dilakukan tahapan perhitungan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu

meliputi:

1. Uji Asumsi Dasar

a. Normalitas

Untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak,

pengujian normalitas dengan menggunakan uji statistik

Kolmogrov-Smirnov.

b. Linearitas

Uji linearitas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian

model garis linear yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan

keadaannya atau tidak. Pengujian ini dilakukan sehingga hasil

analisis yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dalam

pengambilan beberapa kesimpulan penelitian yang diperlukan

(Sudarmanto, 2005).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya

hubungan yang linear antara variabel bebas satu dengan variabel

bebas yang lain (Sudarmanto, 2005).

b. Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini bertujuan unutk mengetahui terjadi

korelasi di antara data pengamatan atau tidak (Sudarmanto, 2005).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

c. Heteroskesdastisitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui variasi residual

absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan

(Sudarmanto, 2005).

Perhitungan dalam analisis ini menggunakan bantuan program

statistik SPSS For MS Windows release versi.16.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, di

bawah Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,.

Alamatnya di Jalan Raya Solo-Kartosuro KM. 7, PO BOX 267, Telp./Fax.

(0271) 716428 Surakarta.

Akibat terjadinya banjir besar tahun 1966, pemerintah membentuk

“Proyek Penanggulangan Bencana Alam” yang tugasnya antara lain untuk

menangani akibat banjir tersebut, sedang pengembangan sumber daya air

(SDA) di wilayah sungai Bengawan Solo dimulai pada tahun 1969, setelah

terjadinya banjir besar dengan membentuk Badan Pelaksanaan “Proyek

Bengawan Solo”, berpusat di kota Surakarta, berdasarkan Kep Men PUTL

No. : 135/KPTS/1969, dengan kegiatan berupa perbaikan-perbaikan

kerusakan akibat banjir tahun 1966 dan 1968.

Sesuai dengan berjalannya waktu organisasi pengelola wilayah sungai

Bengawan Solo selalu berubah dan sampai akhir tahun 2006 menjadi “Induk

Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo”

(IPKPWSBS). Pada tahun 2007, pemerintah membentuk organisasi Unit

Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

commit to user

59
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

untuk Wilayah Sungai Bengawan Solo dengan nama “Balai Besar Wilayah

Sungai Bengawan Solo”( BBWSBS).

Visi dan Misi yang dijunjung di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan

Solo adalah:

a. Visi:

“Terwujudnya Kemanfaatan Sumber Daya Air bagi Kesejahteraan seluruh

rakyat.”

b. Misi:

1) Konservasi Sumber Daya Air yang berkelanjutan

2) Pendayagunaan Sumber Daya Air yang adil untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat yang memenuhi syarat-syarat kualitas dan

kuantitas

3) Pengendalian Daya Rusak Air

4) Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan

pemerintah dalam pengelolaan dan pembangunan sumber daya air

5) Peningkatan Keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi dalam

pembangunan sumber daya air.

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Administrasi

1) Peneliti mengajukan surat ijin penelitian dari Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan

nomor surat 1036/UN27.06.7.1/PN/2012 pada tanggal 22 Mei 2012


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

yang ditujukan kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan

Solo di Kartasura untuk mendapatkan persetujuan penelitian di Balai

Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

2) Setelah mendapatkan izin penelitian dengan pihak perusahaan, peneliti

membuat timeline jadwal uji coba dan jadwal pelaksanaan penelitian

dengan pihak perusahaan, serta mendiskusikan jumlah sampel yang

bisa digunakan dalam penelitian.

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga skala

sikap, yaitu skala performansi kerja, skala job insecurity, dan skala konflik

peran.

1) Skala Performansi Kerja

Skala performansi kerja merupakan hasil adaptasi dan

modifikasi skala performansi kerja oleh Savitri (2010) yang didapat

dari aspek-aspek performansi kerja yaitu faktor individual dan faktor

situasional. Dalam penelitian ini aspek performansi kerja dijabarkan

yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif,

kemampuan, dan komunikasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.
Blue Print (Kisi-kisi) Skala Performansi Kerja Untuk Uji Coba

No. Aitem Jumlah


Aspek Indikator Favor Unfavor
f
able able
1. Kualitas a. Kualitas kerja yang dicapai 21 1, 32 3
kerja berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
b. Luasnya pengetahuan 22 2, 33 3
mengenai pekerjaan.
c. Tanggung jawab yang 4, 26 3 3
dimiliki.
2. Kuantitas Produktivitas dari pekerjaan 6, 31 13, 34 4
kerja
3. Ketepatan a. Ketepatan waktu dalam 5, 12 36 3
waktu menyelesaikan tugas.
b. Perencanaan dalam melakukan 14, 25 17, 19 4
pekerjaan.
4. Inisiatif a. Pemberian ide/ gagasan dalam 27 15, 24 3
berorganisasi.
b. Tindakan yang dilakukan 7 16, 37 4
untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
5. Kemampuan a. Keterampilan yang dimiliki. 8, 28 38 3
b. Kemauan dan kemampuan 9, 29 18, 39 4
memanfaatkan sumber daya
atau potensi.
6. Komunikasi a. Komunikasi di organisasi. 10, 30 23 3
b. Relasi dan kerjasama dalam 11, 35 20, 40 4
pelaksanaan tugas.
Jumlah 20 20 40

2) Skala Job Insecurity

Alat ukur job insecurity yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan hasil adaptasi dan modifikasi dari instrumen job insecurity

oleh Prastiti (2002) berdasarkan aspek-aspek dari job insecurity oleh

Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) yaitu seberapa pentingnya aspek

kerja bagi karyawan,commit


tingkatto user
ancaman yang dirasakan karyawan,
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

tingkat kepentingan yang dirasakan individu, ancaman terjadinya

peristiwa negatif, dan ketidakberdayaan.

Tabel 5.

Blue Print (Kisi-kisi) Skala Job Insecurity Untuk Uji Coba


Nomor Aitem Jumlah
Aspek Indikator Favor Unfavor
f
able able
a. Persepsi terhadap
17,19 22,24 4
1. Seberapa pentingnya pentingnya faktor-faktor
aspek kerja bagi pekerjaan bagi karyawan.
karyawan b. Arti pekerjaan itu bagi
20 26,28 3
individu
Tingkat ancaman yang
2. Tingkat ancaman yang 9,11,
dirasakan karyawan mengenai 1,3,5,7 8
dirasakan karyawan 13,15
indikator pekerjaan
3. Tingkat kepentingan Tingkat kepentingan yang
16,18, 25,27,
yang dirasakan dirasakan individu mengenai 8
21,23 29,30
karyawan potensi setiap peristiwa
Tingkat ancaman kemungkinan
terjadinya peristiwa-peristiwa
4. Ancaman terjadinya
yang secara negatif 2,4,6,8 10,12,14 7
peristiwa negatif
mempengaruhi keseluruhan
kerja individu
Perasaan tidak berdaya karena
31,32, 35,36,
5. Ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap 8
33,34 37,38
pekerjaan
Jumlah 19 19 38

3) Skala Konflik Peran

Skala konflik peran disusun berdasarkan aspek-aspek konflik

peran, yaitu aspek kognisi dari konflik peran pribadi, aspek kognisi

dari konflik “intrasender”, aspek kognisi dari konflik “intersender”,

aspek kognisi dari peran dengan beban berlebih, aspek afeksi dari

konflik peran pribadi , aspek afeksi dari konflik “intrasender”, aspek

afeksi dari konflik “intersender” , dan aspek afeksi dari peran dengan

beban berlebih.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Tabel 6.

Blue Print (Kisi-kisi) Skala Konflik Peran Untuk Uji Coba


No. Aitem Jumlah
Aspek Indikator Favor Unfavor
f
able able
1. Aspek kognisi a. Intepretasi harapan peran 1 9 2
dari konflik bertentangan dengan nilai-nilai,
peran pribadi. b. Intepretasi harapan peran 17 1
bertentangan dengan kode etik
c. Intepretasi harapan peran tidak 25 1
sesuai dengan kemampuan
2. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran saling 2, 18 10, 26 4
dari konflik berbenturan dari pengirim peran.
“intrasender”
3. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran tidak selaras 3, 19 11, 27 4
dari konflik dari berbagai anggota role-set
“intersender”
4. Aspek kognisi Interpretasi karyawan terhadap 4, 20 12, 28 4
dari peran tuntutan berbeda antara dua peran
dengan beban atau lebih yang harus dimainkannya
berlebih dalam waktu bersamaaan.
5. Aspek afeksi a. Kesan dan perasaan tentang 5 1
dari konflik harapan peran yang bertentangan
peran pribadi dengan nilai-nilai.
b. Kesan dan perasaan tentang 21 13 2
harapan peran yang bertentangan
dengan kode etik
c. Kesan dan perasaan tentang 29 1
harapan peran yang tidak sesuai
dengan kemampuan.
6. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap harapan 6, 22 14, 30 4
dari konflik peran yang saling berbenturan dari
“intrasender” pengirim peran
7. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap harapan 7, 23 15, 31 4
dari konflik peran yang bertentangan dari berbagai
“intersender” anggota role-set
8. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap tuntutan 8, 24 16, 32 4
dari peran berbeda antara dua peran atau lebih
dengan beban yang harus dimainkannya dalam
berlebih waktu bersamaaan.
Jumlah 16 16 32

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 221 karyawan, namun

jumlah karyawan yang dapat digunakan sebagai responden penelitian adalah

sejumlah 110 karyawan, 40 karyawan untuk uji coba, dan 70 karyawan untuk

penelitian. Pertimbangan dalam menentukan jumlah responden penelitian

karena penempatan karyawan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

menyebar di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sampel yang dipilih

sebagai responden adalah karyawan yang berada di Surakarta.

2. Pengumpulan Data Uji Coba

Setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang

akurat dan objektif, salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur

yang digunakan harus sahih dan reliabel atau handal (Hadi, 2004). Oleh

karena itu sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba untuk mengetahui indeks daya beda item-item dari tiap-tiap skala dan

reliabilitas skala tersebut. Skala penelitian diujicobakan kepada kelompok

subjek yang mempunyai karakteristik setara dengan subjek penelitian (Azwar,

2009). Skala yang diujicobakan ini adalah skala performansi kerja, skala job

insecurity, dan skala konflik peran. Uji coba skala ini dilaksanakan pada

tanggal 25 Mei 2012 sampai dengan 5 Juni 2012 pada 40 orang karyawan

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, namun skala yang terisi dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

kembali pada peneliti sejumlah 37 eksemplar skala. Jumlah tersebut sudah

memenuhi syarat minimal untuk diuji validitas dan reliabilitasnya.

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Penghitungan Validitas

Skor hasil uji coba skala ditabulasikan melalui program komputer

Microsoft Excell 2007 for Windows. Penghitungan validitas ketiga skala

dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari

Pearson, dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 16.0. Hasil penghitungan validitas pada

masing-masing skala adalah sebagai berikut:

1) Skala Performansi Kerja

Skala Performansi Kerja pada saat uji coba terdiri dari 40 aitem

pernyataan, kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 9 aitem yang

dinyatakan gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor: 1,3,4,10,11,12,20,28,33.

Sedangkan jumlah aitem yang valid adalah 31 aitem, yaitu 15 aitem favorabel

dan 16 aitem unfavorabel. Distribusi aitem Skala Performansi Kerja yang

valid dan yang gugur dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Tabel 7.
Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada
Uji Coba Skala Performansi Kerja

No. Aitem No. Aitem


Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Valid Gugur Valid Gugur
1. Kualitas kerja a. Kualitas kerja yang 21 32 1
dicapai berdasarkan syarat-
syarat kesesuaian dan
kesiapannya. 22 2 33
b. Luasnya
pengetahuan mengenai 26 4 3
pekerjaan.
c. Tanggung jawab
yang dimiliki.
2. Kuantitas kerja Produktivitas dari pekerjaan 6, 31 13, 34
3. Ketepatan a. Ketepatan waktu dalam 5 12 36
waktu menyelesaikan tugas.
b. Perencanaan dalam 14, 25 17, 19
melakukan pekerjaan.
4. Inisiatif a. Pemberian ide/ gagasan 27 15, 24
dalam berorganisasi.
b. Tindakan yang dilakukan 7 16, 37
untuk menyelesaikan
permasalahan yang
dihadapi.
7. Kemampuan a. Keterampilan yang 8 28 38
dimiliki. 9, 29 18, 39
b. Kemauan dan kemampuan
memanfaatkan sumber daya
atau potensi.
8. Komunikasi a. Komunikasi di organisasi. 30 10 23
b. Relasi dan kerjasama dalam 35 11 40 20
pelaksanaan tugas.
Jumlah 15 5 16 4
Aitem Valid 31
Aitem Gugur 9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Skala Performansi Kerja terdapat sebanyak 31 aitem yang telah dinyatakan

valid. Berikut adalah tabel kisi-kisi (blue print) skala performansi kerja dengan

penomoran baru yang akan digunakan dalam penelitian:

Tabel 8.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Performansi Kerja Untuk Penelitian
dengan Penomoran Baru

No. Aitem
Aspek Indikator Favor Unfavor Jumlah
able able
1. Kualitas kerja a. Kualitas kerja yang 21(14) 32(24) 2
dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian
dan kesiapannya.
b. Luasnya pengetahuan 22(15) 2(1) 2
mengenai pekerjaan.
c. Tanggung jawab yang 26(19) 1
dimiliki.
2. Kuantitas kerja Produktivitas dari pekerjaan 6(3), 13(7), 4
31(23) 34(25)
3. Ketepatan a. Ketepatan waktu dalam 5(2) 36(27) 2
waktu menyelesaikan tugas.
b. Perencanaan dalam 14(8), 17(11), 4
melakukan pekerjaan. 25(18) 19(13)
4. Inisiatif a. Pemberian ide/ gagasan 27(20) 15(9), 3
dalam berorganisasi. 24(17)
b. Tindakan yang dilakukan
untuk menyelesaikan 7(4) 16(10), 3
permasalahan yang 37(28)
dihadapi.
5. Kemampuan a. Keterampilan yang 8(5) 38(29) 2
dimiliki.
b. Kemauan dan kemampuan 9(6), 18(12), 4
memanfaatkan sumber daya 29(21) 39(30)
atau potensi.
6. Komunikasi a. Komunikasi di organisasi. 30(22) 23(16) 2
b. Relasi dan kerjasama dalam 35(26) 40(31) 2
pelaksanaan tugas.
Jumlah 15 16 31

*) Nomor aitem di dalam tanda kurung merupakan nomor aitem yang baru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

2) Skala Job Insecurity

Skala Job Insecurity pada saat uji coba terdiri dari 38 aitem pernyataan,

kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 6 aitem yang dinyatakan

gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor: 3,16,18,20,23,26. Sedangkan jumlah

aitem yang valid adalah 32 aitem, yaitu 14 aitem favorabel dan 18 aitem

unfavorabel. Distribusi aitem skala job insecurity yang valid dan yang gugur

dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9.
Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada
Uji Coba Skala Job Insecurity

No. Aitem No. Aitem


Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Valid Gugur Valid Gugur
a. Persepsi terhadap
1. Seberapa pentingnya faktor- 17,19 22,24
pentingnya faktor pekerjaan bagi
aspek kerja karyawan. 26
bagi karyawan b. Arti pekerjaan itu 20 28
bagi individu
2. Tingkat Tingkat ancaman yang
ancaman yang dirasakan karyawan 9,11,
1,5,7 3
dirasakan mengenai indikator 13,15
karyawan pekerjaan
3. Tingkat
Tingkat kepentingan
kepentingan
yang dirasakan individu 16, 18, 25,27,
yang 21
mengenai potensi setiap 23 29,30
dirasakan
peristiwa
karyawan
Tingkat ancaman
kemungkinan terjadinya
4. Ancaman
peristiwa-peristiwa yang
terjadinya 10,12,
secara negatif 2,4,6,8
peristiwa 14
mempengaruhi
negatif
keseluruhan kerja
individu
Perasaan tidak berdaya
5. Ketidakberda karena kehilangan 31,32, 35,36,
yaan kontrol terhadap 33,34 37,38
pekerjaan
Jumlah 14 5 18 1
Aitem Valid 32
commit to user
Aitem Gugur 6
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Skala Job Insecurity terdapat sebanyak 32 aitem yang telah dinyatakan

valid. Berikut adalah tabel kisi-kisi (blue print) skala job insecurity dengan

penomoran baru yang akan digunakan dalam penelitian:

Tabel 10.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Job Insecurity Untuk Penelitian
dengan Penomoran Baru

No. Aitem
Aspek Indikator Favor Unfavor Jumlah
able able
a. Persepsi terhadap 17(15), 22(18), 4
1. Seberapa
pentingnya faktor-faktor 19(16) 24(19)
pentingnya aspek
pekerjaan bagi karyawan.
kerja bagi
b. Arti pekerjaan itu bagi 28(22) 1
karyawan
individu
2. Tingkat ancaman Tingkat ancaman yang 9(8),11(10)
1(1),
yang dirasakan dirasakan karyawan mengenai ,13(12),15 7
5(4),7(6)
karyawan indikator pekerjaan (14)
3. Tingkat 25(20),
Tingkat kepentingan yang
kepentingan yang 27(21), 5
dirasakan individu mengenai 21(17)
dirasakan 29(23),
potensi setiap peristiwa
karyawan 30(24)
Tingkat ancaman kemungkinan
4. Ancaman terjadinya peristiwa-peristiwa 10(9),
2(2),4(3)
terjadinya yang secara negatif 12(11),
,6(5),8(7)
peristiwa negatif mempengaruhi keseluruhan 14(13) 7
kerja individu
31(25), 35(29),
Perasaan tidak berdaya karena
32(26) 36(30),
5. Ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap
33(27), 37(31), 8
pekerjaan
34(28) 38(32)
Jumlah 14 18 32

*) Nomor aitem di dalam tanda kurung merupakan nomor aitem yang baru.

3) Skala Konflik Peran

Skala Konflik Peran pada saat uji coba terdiri dari 32 aitem pernyataan,

kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 11 aitem yang dinyatakan

gugur, yaitu aitem-aitem pada nomor: 2,3,4,6,15,16,17,18,19,27,29.


commit
Sedangkan jumlah aitem yang to user21 aitem, yaitu 9 aitem favorabel
valid adalah
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

dan 12 aitem unfavorabel. Distribusi aitem skala konflik peran yang valid dan

yang gugur dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11.
Distribusi Aitem Valid dan Aitem Gugur pada
Uji Coba Skala Konflik Peran

No. Aitem No. Aitem


Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Valid Gugur Valid Gugur
1. Aspek kognisi a. Intepretasi harapan peran 1
dari konflik bertentangan dengan nilai-nilai,
peran pribadi. b. Intepretasi harapan peran 17 9
bertentangan dengan kode etik
c. Intepretasi harapan peran tidak 25
sesuai dengan kemampuan
2. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran saling 2, 18 10, 26
dari konflik berbenturan dari pengirim peran.
“intrasender”
3. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran tidak 3,19 11 27
dari konflik selaras dari berbagai anggota role-
“intersender” set
4. Aspek kognisi Interpretasi karyawan terhadap 20 4 12, 28
dari peran tuntutan berbeda antara dua peran
dengan beban atau lebih yang harus dimainkannya
berlebih dalam waktu bersamaaan.

5. Aspek afeksi a. Kesan dan perasaan tentang 5


dari konflik harapan peran yang bertentangan
peran pribadi dengan nilai-nilai.
b. Kesan dan perasaan tentang 13
harapan peran yang bertentangan
dengan kode etik
c. Kesan dan perasaan tentang 21 29
harapan peran yang tidak sesuai
dengan kemampuan.
6. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 22 6 14, 30
dari konflik harapan peran yang saling
“intrasender” berbenturan dari pengirim peran
7. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 7, 23 31 15
dari konflik harapan peran yang bertentangan
“intersender” dari berbagai anggota role-set
8. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap 8, 24 32 16
dari peran tuntutan berbeda antara dua peran
dengan beban atau lebih yang harus dimainkannya
berlebih dalam waktu bersamaaan.
Jumlah 9 7 12 4
Aitem Valid 21
Aitem Gugur 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Skala Konflik Peran terdapat sebanyak 21 aitem yang telah dinyatakan

valid. Berikut adalah tabel kisi-kisi (blue print) skala konflik peran dengan

penomoran baru yang akan digunakan dalam penelitian:

Tabel 12.
Blue Print (Kisi-Kisi) Skala Konflik Peran Untuk Penelitian
dengan Penomoran Baru

No. Aitem
Aspek Indikator Favor Unfavor Jumlah
able able
1. Aspek kognisi a. Intepretasi harapan peran 1(1) 1
dari konflik bertentangan dengan nilai-nilai,
peran pribadi. b. Intepretasi harapan peran 9(5) 1
bertentangan dengan kode etik
c. Intepretasi harapan peran tidak sesuai 25(16) 1
dengan kemampuan
2. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran saling 10(6), 2
dari konflik berbenturan dari pengirim peran. 26(17)
“intrasender”
3. Aspek kognisi Intepretasi harapan peran tidak selaras 11(7) 1
dari konflik dari berbagai anggota role-set
“intersender”
4. Aspek kognisi Interpretasi karyawan terhadap tuntutan 20(11) 12(8), 3
dari peran berbeda antara dua peran atau lebih yang 28(18)
dengan beban harus dimainkannya dalam waktu
berlebih bersamaaan.
5. Aspek afeksi a. Kesan dan perasaan tentang harapan 5(2) 1
dari konflik peran yang bertentangan dengan nilai-
peran pribadi nilai.
b. Kesan dan perasaan tentang harapan 13(9) 1
peran yang bertentangan dengan kode
etik
c. Kesan dan perasaan tentang harapan 21(12) 1
peran yang tidak sesuai dengan
kemampuan.
6. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap harapan 22(13) 14(10), 3
dari konflik peran yang saling berbenturan dari 30(19)
“intrasender” pengirim peran
7. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap harapan 7(3), 31(20) 3
dari konflik peran yang bertentangan dari berbagai 23(14)
“intersender” anggota role-set
8. Aspek afeksi Kesan dan perasaan terhadap tuntutan 8(4), 32(21) 3
dari peran berbeda antara dua peran atau lebih yang 24(15)
dengan beban harus dimainkannya dalam waktu
berlebih bersamaaan.
Jumlah 9 12 21

commit to user
*) Nomor aitem di dalam tanda kurung merupakan nomor aitem yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

b. Penghitungan Reliabilitas

Langkah selanjutnya dilakukan uji reliabilitasnya pada aitem yang

valid. Pengujian reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi atau

keterpercayaan skala psikologis, sehingga didapat skala psikologis yang

konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien

reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin

tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah

mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2009).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

Cronbach’s Alpha, dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS

16.0 for Windows. Reliabilitas suatu skala dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach’s Alpha lebih dari > 0,600 (Ghozali, 2009).

Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari masing-masing skala:

1.) Skala Performansi Kerja

Koefisien reliabilitas skala performansi kerja adalah sebesar

0,892. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala ini termasuk

dalam kategori tinggi, sehingga skala performansi kerja ini dianggap

baik, handal dan reliable untuk dipergunakan sebagai alat ukur suatu

penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

2.) Skala Job Insecurity

Koefisien reliabilitas skala job insecurity adalah sebesar 0,872.

Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam

kategori tinggi, sehingga skala job insecurity ini dianggap baik, handal

dan reliable untuk dipergunakan sebagai alat ukur suatu penelitian.

Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3.) Skala Konflik Peran

Koefisien reliabilitas skala konflik peran adalah sebesar 0,818.

Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam

kategori tinggi, sehingga skala konflik peran ini dianggap baik, handal

dan reliable untuk dipergunakan sebagai alat ukur suatu penelitian.

Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

4. Pengumpulan Data Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo,

pada tanggal 13 Juni 2012 – 25 Juni 2012. Peneliti menyerahkan skala pada

bagian Personalia Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo pada tanggal

13 Juni 2012, kemudian bagian Personalia tersebut menyebarkan skala

kepada karyawan yang memiliki kesesuaian karakteristik penelitian di

masing-masing unit Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Selanjutnya, peneliti kembali mengambil skala yang telah diisi dan terkumpul

pada tanggal 25 Juni 2012.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

5. Pelaksanaan Skoring

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah data penelitian terkumpul

adalah pemberian skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-

masing skala bergerak dari 1-4 dengan memperhatikan sifat aitem favorable

dan unfavorable. Skor dari aitem favorabel adalah 4 untuk pilihan jawaban

Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai

(TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor aitem

unfvorabel adalah 1 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 2 untuk

Sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 untuk jawaban sangat

tidak sesuai (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari responden penelitian

dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala yang diperoleh dari

subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data.

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Analisis data dilakukan guna menjawab

rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya,

sekaligus memenuhi tujuan dari penelitian ini. Perhitungan dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 16.0.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak,

pengujian normalitas dengan menggunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05. Hasil uji

normalitas yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows yaitu :

Tabel 13.
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PK JI KPeran
N 62 62 62
a
Normal Parameters Mean 96.40 65.23 45.50
Std. Deviation 8.273 8.884 3.870
Most Extreme Differences Absolute .096 .107 .164
Positive .069 .097 .146
Negative -.096 -.107 -.164
Kolmogorov-Smirnov Z .752 .846 1.294
Asymp. Sig. (2-tailed) .623 .471 .070
a. Test distribution is Normal.

Terlihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai

Asymp. Sig. performansi kerja sebesar 0,623 > p= 0,05 ; nilai Asymp. Sig.

job insecurity sebesar 0,471 > p= 0,05 ; serta nilai Asymp. Sig. konflik peran

sebesar 0,070 > p= 0,05. Nilai Asymp. Sig. ketiga variabel penelitian

menunjukkan nilai diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel

penelitian tersebut telah terdistribusi


commit secara
to usernormal.
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

b. Uji Linearitas

Uji linearitas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian model

garis linear yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan keadaannya atau

tidak. Pengujian ini dilakukan sehingga hasil analisis yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan dalam pengambilan beberapa kesimpulan penelitian

yang diperlukan (Sudarmanto, 2005).

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila

signifikansi (pada kolom linierity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010). Berikut

hasil uji linearitas penelitian ini:

Tabel 14.
Hasil Uji Linieritas Antara Variabel Performansi Kerja
dengan Job Insecurity

ANOVA Table

Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
PK * JI Between Groups (Combined) 3171.988 25 126.880 4.554 .000
Linearity 2081.339 1 2081.339 74.709 .000
Deviation from Linearity 1090.650 24 45.444 1.631 .090
Within Groups 1002.931 36 27.859
Total 4174.919 61

Tabel 15.
Hasil Uji Linieritas antara Variabel Performansi Kerja
dengan Konflik Peran

ANOVA Table
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
PK * KP Between Groups (Combined) 2849.429 15 189.962 6.592 .000
Linearity 1882.903 1 1882.903 65.345 .000
Deviation from Linearity 966.525 14 69.038 2.396 .013
Within Groups 1325.490 46 28.815
Total 4174.919 61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

Hasil uji linearitas untuk variabel performansi kerja dengan job

insecurity diperoleh nilai Sig. pada kolom Linierity sebesar 0,000 (0,000 <

0,05). Demikian juga untuk variabel performansi kerja dengan konflik peran

diperoleh nilai Sig. pada kolom Linierity sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Nilai

signifikansi antara prediktor dengan kriterium adalah kurang dari 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa hubungan antara masing-masing prediktor dengan

kriterium bersifat linier.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan

yang linear antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain

(Sudarmanto, 2005). Dalam analisis regresi dua prediktor, model harus

terbebas dari multikolineritas, yaitu jika nilai Variance Inflation Factor (VIF)

pada model regresi adalah kurang dari 5 (Priyatno, 2010).

Tabel 16.
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 166.117 7.872 21.102 .000
JI -.453 .088 -.487 -5.140 .000 .717 1.394
KP -.883 .202 -.413 -4.362 .000 .717 1.394
a. Dependent Variable: PK

Berdasarkan hasil uji melalui VIF pada hasil output SPSS tabel

coefficients, masing-masing prediktor yaitu variabel job insecurity dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

konflik peran memiliki VIF sebesar 1,394. Nilai VIF kurang dari 5, maka

dapat dinyatakan bahwa variabel penelitian terbebas dari multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui terjadi korelasi

di antara data pengamatan atau tidak (Sudarmanto, 2005). Prasyarat yang

harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi

(Priyatno, 2010). Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl), maka hipotesis nol

ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak antara du dan (4-du), maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika d terletak antara dl dan du atau di antara (4-du) dan (4-dl), maka tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Tabel 17.
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Model R R Square Square Estimate
a
1 .788 .621 .608 5.180 1.895
a. Predictors: (Constant), KP, JI
b. Dependent Variable: PK

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Hasil analisis menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,895.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model ini terbebas dari

autokorelasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

negatif No autocorelation positif


autocorelation autocorelation

0 dl du 2 4-du 4-dl 0
1,514 1,652 2,348 2,486

1,895 (nilai hitung Durbin Watson)

Gambar 2.
Pengujian Autokorelasi

Penentuan nilai du dan dl seperti terlihat pada gambar di atas

berdasarkan pada tabel uji Durbin Watson dengan k=2 dan N=60 (k=jumlah

prediktor dan N= jumlah sampel) maka diperoleh nilai dl=1,514 dan nilai

du=1,652. Perhitungan selanjutnya 4-du (4-1,652=2,348) dan 4-dl (4-

1,514=2,486). Hasil analisis diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,895

sehingga terletak di daerah No autocorrelation, maka dapat disimpulkan

bahwa model ini terbebas dari autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui variasi residual absolute

sama atau tidak sama untuk semua pengamatan (Sudarmanto, 2005).


commit to user
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

heteroskedastisitas (Priyatno, 2010). Pengujian heteroskesdastisitas dapat

dilihat dari pola pada scatterplot. Heteroskesdastisitas tidak terjadi apabila

pada scatterplot menunjukkan sebagai berikut:

1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar 0

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah

3) Penyebaran titik tidak boleh membentuk pola berulang melebar,

menyempit, kemudian melebar kembali.

4) Penyebaran tidak berpola

Berikut adalah gambar scatterplot hasil uji heterokesdastisitas pada

model penelitian ini:

Gambar 3.
Pola Scatterplot Pada Uji Heteroskesdastisitas

Dari hasil analisis pola gambar scatterplot diperoleh penyebaran titik-

titik tidak teratur, plot yang terpencar, dan tidak membentuk suatu pola
commit to user
tertentu sehingga pola gambar tersebut tidak menunjukkan adanya gejala
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

heteroskedastisitas. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa model

regresi terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk menguji

hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis regresi berganda atau analisis

dua prediktor. Langkah pengujian melalui 2 tahap, pertama adalah pengujian

secara simultan yaitu menguji hubungan prediktor secara bersama-sama

terhadap kriterium menggunakan uji F. Kedua adalah pengujian secara parsial

hubungan untuk tiap prediktor terhadap kriterium.

Hasil F-test menunjukkan prediktor secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap kriterium jika nilai p-value (pada kolom Sig.)

0,000 lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf

signifikansi 0,05 atau Fhitung > Ftabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi

dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan.

Hasil F-test dari output program SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada tabel

Anova.

Tabel 18.
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan

b
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 2591.892 2 1295.946 48.300 .000
Residual 1583.028 59 26.831
Total 4174.919 61
a. Predictors: (Constant), KP, JI
b. Dependent Variable: PK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada

kolom Sig.) pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,000 (0,000 < p=0,05)

sedangkan nilai Fhitung = 48,300 > Ftabel = 3,153. Artinya hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang

signifikan antara job insecurity dan konflik peran dengan performansi kerja.

Selanjutnya untuk pengujian tiap prediktor didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 19.
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 166.117 7.872 21.102 .000
1 JI -.453 .088 -.487 -5.140 .000
KP -.883 .202 -.413 -4.362 .000

a. Dependent Variable: PK

Berdasarkan hasil di atas, masing-masing prediktor yaitu job insecurity

dan konflik peran berhubungan secara signifikan dengan kriterium yaitu

performansi kerja, dengan nilai Sig. yaitu 0,000 untuk job insecurity dan

konflik peran, dikatakan signifikan karena nilai keduanya kurang dari 0,05

dan diperoleh nilai thitung job insecurity sebesar -5,140 dan thitung konflik peran

sebesar -4,362. Kedua prediktor tersebut memiliki thitung > ttabel yaitu 2,001.

job insecurity dan konflik peran mempunyai hubungan negatif dengan

performansi kerja, dengan melihat pada nilai B yang bertanda negatif. Artinya

semakin tinggi job insecurity dan konflik peran maka semakin rendah tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

performansi kerja, demikian pula sebaliknya semakin rendah job insecurity

dan konflik peran maka semakin tinggi tingkat performansi kerja.

4. Uji Korelasi

a. Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara

dua atau lebih prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium secara serentak.

Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara

prediktor (X1 dan X2) secara serentak terhadap kriterium. Nilai R berkisar

antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi

semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang

terjadi semakin lemah (Priyatno, 2010). Pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi ganda, adalah sebagai berikut:

Tabel 20.
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (R)

Interval Koefisien
No. Interpretasi
Korelasi (R)
1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
2. 0,200 – 0,399 Rendah
3. 0,400 – 0,599 Sedang
4. 0,600 – 0,799 Kuat
5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Tabel 21.
Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 a
.788 .621 .608 5.180
a. Predictors: (Constant), KP, JI
b. Dependent Variable: PK

Hasil analisis korelasi ganda dapat dilihat pada output Model Summary

di tabel 20 berdasarkan output diperoleh angka R sebesar 0,788. Nilai tersebut

terletak di antara 0,600-0,799, berarti berdasarkan pedoman intepretasi

koefisien korelasi (R) bahwa hubungan yang terjadi antara job insecurity dan

konflik peran dengan performansi kerja adalah kuat.

b. Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap berpengaruh

dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r)

berkisar antara 1 atau -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan

antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti

hubungan antara dua variabel semakin lemah (Priyatno, 2010).

Tabel 22.
Korelasi Parsial Antara Job Insecurity dengan Performansi Kerja

Correlations
Control Variables PK JI
KP PK Correlation 1.000 -.556
Significance (1-tailed) . .000
df 0 59
JI Correlation -.556 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
df 59 0
commit to user
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan penghitungan di atas didapatkan nilai korelasi antara job

insecurity dengan performansi kerja dimana variabel konflik peran

dikendalikan (dibuat tetap) adalah sebesar -0,556. Dilihat dari pedoman

intepretasi koefisien korelasi berada pada rentang 0,400 – 0,599 hal ini

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara job insecurity

dengan performansi kerja. Nilai thitung= -5,140 > ttabel= 2,001 (penghitungan

nilai t pada lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,000 < p= 0,05, artinya

hubungan antara job insecurity dengan performansi kerja adalah signifikan.

Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya

semakin rendah job insecurity maka semakin tinggi tingkatan performansi

kerja pada karyawan, demikian pula sebaliknya.

Tabel 23.
Korelasi Parsial Antara Konflik Peran dengan Performansi Kerja

Correlations
Control Variables PK KP
JI PK Correlation 1.000 -.494
Significance (1-tailed) . .000
df 0 59
KP Correlation -.494 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
df 59 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

Berdasarkan penghitungan di atas didapatkan nilai korelasi antara

konflik peran dengan performansi kerja dimana variabel job insecurity

dikendalikan (dibuat tetap) adalah sebesar -0,494. Dilihat dari pedoman

intepretasi koefisien korelasi berada pada rentang 0,400 – 0,599 hal ini

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara konflik peran


commit
dengan performansi kerja. Nilai thitungto= user
-4,362 > ttabel= 2,001 (penghitungan
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

nilai t pada lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,000 < p= 0,05, artinya

hubungan antara konflik peran dengan performansi kerja adalah signifikan.

Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya

semakin rendah konflik peran maka semakin tinggi tingkatan performansi

kerja pada karyawan, demikian pula sebaliknya.

5. Sumbangan Pengaruh Prediktor Terhadap Kriterium Secara Serentak

Langkah selanjutnya dilakukan analisis determinansi, yaitu untuk

mengetahui persentase sumbangan pengaruh prediktor secara serentak

terhadap kriterium. Pada Model Summary juga didapatkan nilai koefisien

determinasi (R Square) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh

prediktor (X1 dan X2) secara serentak terhadap kriterium (Y). Apabila nilai R

Square sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan

pengaruh yang diberikan prediktor terhadap kriterium, sebaliknya apabila

nilai R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan

prediktor terhadap kriterium adalah sempurna (Priyatno, 2010).

Tabel 24.
Hasil Besarnya Sumbangan Pengaruh Prediktor Terhadap Kriterium

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 a
.788 .621 .608 5.180
a. Predictors: (Constant), KP, JI
b. Dependent Variable: PK

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

Hasil analisis determinansi pada Model Summary di atas, berdasarkan

output diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,621 atau 62,1%. Hal ini

menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh prediktor yaitu job

insecurity dan konflik peran mempunyai hubungan positif terhadap kriterium

perfomansi kerja, yaitu sebesar 62,1% atau dapat dikatakan prediktor (X1 dan

X2) mampu menjelaskan 62,1% variasi kriterium (Y). Sisanya sebesar 37,9%

dipengaruhi oleh variasi eror atau variabel lain yang tidak termasuk dalam

penelitian.

6. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi

tentang besarnya sumbangan pengaruh tiap prediktor terhadap kriterium

dalam model regresi. Sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan

prediktor terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan

sebagai dasar prediksi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan ukuran

besarnya sumbangan dari prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sumbangan relatif job insecurity

terhadap performansi kerja adalah 55,31%, sedangkan sumbangan relatif

konflik peran terhadap performansi kerja adalah 44,67%. Sedangkan hasil

perhitungan mengenai sumbangan efektif menunjukkan bahwa sumbangan

efektif job insecurity terhadap performansi kerja adalah 34,35% dan

sumbangan efektif konflik peran terhadap perfomansi kerja adalah 27,74%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

7. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan guna mengetahui gambaran data yang

akan dianalisis yakni mengenai kondisi job insecurity, konflik peran, dan

performansi kerja pada responden yang diteliti serta memberikan gambaran

tentang ringkasan data penelitian.

Tabel 25.
Deskripsi Data Empirik
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


PK 62 96.40 8.273 73 118
JI 62 65.23 8.884 40 85
KPeran 62 45.50 3.870 37 58

Tabel 26.
Deskripsi Data Penelitian

Data Data
Jml Hipotetik Empirik
Skala M SD M
Subj Skor Skor Skor Skor SD
Min Maks Min Maks
PK 62 31 124 77,5 15,5 73 118 96,40 8.273
JI 62 32 128 80 16 40 85 65,23 8.884
KP 62 21 84 52,5 10,5 37 58 45,50 3.870

Keterangan
Jml Subj : Jumlah Subjek
Min : Minimal
Maks : Maksimal
M : Rerata (mean)
SD : Standar Deviasi

Berdasarkan data tabel statistik diatas, kemudian dilakukan kategorisasi

subjek secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala.

Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada


commit
model distribusi normal. Tujuan dari tokategorisasi
user ini adalah menempatkan
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut

suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010). Kontinum jenjang

ini akan dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan

sangat tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Skala Performansi Kerja

Skala performansi kerja akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,

sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal. Skor minimal

yang diperoleh subjek adalah 31 x 1 = 31 dan skor maksimal yang dapat

diperoleh subjek adalah 31 x 4= 124. Maka jarak sebarannya adalah 124 - 31

= 93 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 93 : 6 = 15,5 sedangkan

rerata hipotetiknya adalah 31 x 2,5 = 77,5. Apabila subjek digolongkan dalam

5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta distribusi skor subjek

seperti pada tabel berikut:

Tabel 27.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Performansi Kerja
Subjek
Rerata
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Frek
Persentase Empirik
(∑N)
Sangat
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 31  X<49,6 - -
Rendah
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 49,6X< 68,2 Rendah - -
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 68,2 X<86,8 Sedang 7 11,3 %
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 86,8X<105,4 Tinggi 50 80,6 % 96,40
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 105,4X 124 Sangat Tinggi 5 8,1 %
Jumlah 62 100

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kategorisasi skala performansi kerja seperti yang terlihat

pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki performansi

kerja pada tingkatan tinggi.

b. Skala Job Insecurity

Skala job insecurity akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,

sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal. Skor minimal

yang diperoleh subjek adalah 32 x 1 = 32 dan skor maksimal yang dapat

diperoleh subjek adalah 32 x 4= 128. Maka jarak sebarannya adalah 128 - 32

= 96 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 96 : 6 = 16 sedangkan

rerata hipotetiknya adalah 32 x 2,5 = 80. Apabila subjek digolongkan dalam 5

kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta distribusi skor subjek

seperti pada tabel berikut:

Tabel 28.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Job Insecurity

Subjek
Rerata
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Frek
Persentase Empirik
(∑N)
Sangat
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 32  X<51,2 4 6,5%
Rendah
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 51,2X< 70,4 Rendah 42 67,7% 65,23
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 70,4 X<89,6 Sedang 16 25,8%
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 89,6X<108,8 Tinggi - -
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 108,8X 128 Sangat Tinggi - -
Jumlah 62 100

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kategorisasi skala job insecurity seperti yang terlihat pada

tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki persepsi job

insecurity pada tingkatan rendah.

c. Skala Konflik Peran

Skala Konflik Peran akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan

mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,

sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal. Skor minimal

yang diperoleh subjek adalah 21 x 1 = 21 dan skor maksimal yang dapat

diperoleh subjek adalah 21 x 4= 84. Maka jarak sebarannya adalah 84 - 21 =

63 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 96 : 6 = 10,5 sedangkan

rerata hipotetiknya adalah 21 x 2,5 = 52,5. Apabila subjek digolongkan dalam

5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta distribusi skor subjek

seperti pada tabel berikut:

Tabel 29.
Kategorisasi Subjek Berdasar Skor
Skala Konflik Peran

Subjek
Rerata
Standar Deviasi Skor Kategorisasi Frek
Persentase Empirik
(∑N)
Sangat
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 21  X<33,6 - -
Rendah
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 33,6X< 46,2 Rendah 35 56,5 % 45,50
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 46,2 X<58,8 Sedang 27 43,5 %
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 58,8X<71,4 Tinggi - -
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 71,4X 84 Sangat Tinggi - -
Jumlah 62 100

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kategorisasi skala konflik peran seperti yang terlihat pada

tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki persepsi konflik

peran pada tingkatan rendah.

D. Pembahasan

Hasil uji hipotesis secara simultan didapatkan nilai phitung sebesar 0,000

dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) serta nilai Fhitung sebesar 48,300 dengan

Ftabel sebesar 3,153. Dinyatakan bahwa Fhitung > Ftabel sehingga terjadi hubungan

yang signifikan antara variabel job insecurity dan konflik peran dengan

perfomansi kerja sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima,

yaitu terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara job insecurity dan

konflik peran dengan perfomansi kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi

performansi kerja menurut Steers (dalam Sutarto & Cahyono, dalam Riani, 2011)

adalah kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seseorang pekerja yang

merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang diberikan

kepadanya. Apabila terjadi ketidakjelasan peran karyawan dalam bekerja akan

mempengaruhi perforrnansi kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

dikatakan bahwa konflik peran berpengaruh negatif terhadap performansi kerja

karyawan. Ditambahkan pula perasaan tidak aman dalam bekerja akan

menimbulkan gangguan secara psikologis oleh karyawan yang akan berakibat

pada pelaksanaan tugas. Hasil pelaksanaan tugas dapat terlihat dalam performansi

kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Sverke, Hellgren, & Naswal
commit to user
(dalam Utami, 2008) menyatakan bahwa job insecurity dalam jangka panjang
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

akan berdampak terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, performansi kerja,

dan itensi turnover. Berdasarkan hasil tersebut dijelaskan bahwa variabel job

insecurity dan konflik peran sama-sama berpengaruh negatif terhadap performansi

kerja.

Hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial antara job insecurity

dengan performansi kerja didapatkan nilai thitung= -5,140 > ttabel= 2,001

(penghitungan nilai t pada lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,000 < p= 0,05,

artinya hubungan antara job insecurity dengan performansi kerja adalah

signifikan. Sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif,

artinya semakin tinggi job insecurity maka semakin rendah tingkatan performansi

kerja pada karyawan. Hasil penelitian tersebut mendukung pernyataan dari Reisel

et al., (2007) bahwa job insecurity akan menyebabkan rendahnya kepuasan kerja

dan pada akhirnya akan menurunkan performansi kerja individu dalam organisasi.

Karyawan yang merasakan bahwa karir mereka tidak aman, seakan berada dalam

perangkap pekerjaan. Hal ini akan membawa konsekuensi berupa penurunan

performansi kerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian ini dijelaskan bahwa

semakin rendah nilai job insecurity maka semakin tinggi nilai performansi kerja

karyawan. Performansi kerja seorang individu merupakan gabungan dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkan

(Bernardin dan Russel,1998). Oleh karena itu performansi kerja bukan

menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melainkan

hasil kerja yang telah dan akan dilakukan oleh seseorang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

Hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial antara konflik peran dengan

performansi kerja didapatkan nilai thitung= -4,362 > ttabel= 2,001 (penghitungan

nilai t pada lampiran) dan nilai signifikansi adalah 0,000 < p= 0,05, artinya

hubungan antara konflik peran dengan performansi kerja adalah signifikan.

Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin

tinggi konflik peran maka semakin rendah tingkatan performansi kerja pada

karyawan. Maka hasil penelitian tersebut dapat mendukung salah satu pernyataan

yang diungkapkan oleh Tidd dan Friedman (2002) bahwa konflik peran

berpengaruh terhadap outcome organisasi yang biasanya dalam bentuk penurunan

performansi kerja karyawan. Sejalan pula dengan penelitian Fried et.al. (dalam

Febriana dan Rossi, 2006) yang menunjukkan bahwa konflik peran memberikan

korelasi signifikan dengan performansi kerja, dengan kecenderungan yang negatif

yaitu semakin meningkat konflik peran maka performansi kerja semakin menurun,

dan penelitian oleh Nugroho (2006) bahwa hubungan antara konflik peran

terhadap performansi kerja pegawai adalah negatif dan signifikan yaitu adanya

konflik peran dalam organisasi akan menurunkan performansi kerja pegawai.

Kekuatan hubungan antara kriterium dengan kedua prediktor dalam

penelitian ini ditunjukkan dari hasil pengujian regresi linear berganda yang

menunjukkan nilai koefisien ganda (R) sebesar 0,788. Hal tersebut berarti bahwa

hubungan antara variabel job insecurity dan konflik peran dengan perfomansi

kerja termasuk dalam kategori hubungan yang kuat. Adanya job insecurity dan

konflik peran yang dialami oleh karyawan dalam organisasi memungkinkan

karyawan mengalami penurunan dalam performansi kerjanya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

Hasil analisis determinansi diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,149,

hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel job

insecurity dan konflik peran mempunyai hubungan negatif terhadap perfomansi

kerja sebesar 62,1% atau dapat dikatakan bahwa job insecurity dan konflik peran

bersama-sama mampu memberikan kontribusi terhadap perfomansi kerja sebesar

62,1%. Selebihnya yaitu 37,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Variabel lain yang dapat mempengaruhi performansi kerja karyawan adalah

variabel situasional yang terdiri dari faktor sosial dari organisasi meliputi:

kebijakan, jenis latihan dan pengalaman, sistem upah serta lingkungan sosial serta

faktor fisik dan pekerjaan, meliputi: metode kerja, pengaturan dan kondisi,

perlengkapan kerja, pengaturan ruang kerja, kebisingan, penyinaran dan

temperature (McCormick dan Tiffin, 1994). Ditambahkan menurut Gibson, dkk

(1995) bahwa faktor-faktor dari performansi kerja antara lain: harapan mengenai

imbalan; dorongan, kemampuan, kebutuhan, dan sifat; persepsi terhadap tugas;

imbalan eksternal dan internal; serta persepsi terhadap tingkat imbalan dan

kepuasan kerja. Sumbangan relatif job insecurity terhadap performansi kerja

adalah 55,31%, sedangkan sumbangan relatif konflik peran terhadap performansi

kerja adalah 44,67%. sumbangan efektif job insecurity terhadap performansi kerja

adalah 34,35% dan sumbangan efektif konflik peran terhadap perfomansi kerja

adalah 27,74%. Sumbangan yang diberikan oleh job insecurity terhadap

performansi kerja lebih besar daripada sumbangan konflik peran terhadap

performansi kerja. Hal ini berarti secara empirik di lapangan ditemukan keadaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

job insecurity yang dialami oleh karyawan lebih berpengaruh terhadap

performansi kerja.

Berdasarkan hasil kategorisasi skala menunjukkan tingkat performansi

kerja termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai mean empirik sebesar 96,40

berada pada rentang nilai 86,8-105,4 dengan persentase 80,6%. Kualitas

organisasi dapat terlihat dari performansi kerja karyawan yang bekerja di

dalamnya. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat performansi

kerja karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai Solo berada pada kategori tinggi.

Sedangkan tingkat job insecurity termasuk dalam kategori rendah dengan nilai

mean empirik sebesar 65,23 dan persentase 67,7% pada rentang nilai 51,2 - 70,4

serta tingkat konflik peran termasuk dalam kategori rendah dengan nilai mean

empirik sebesar 45,50 dan persentase 56,5 % pada rentang nilai 33,6 - 46,2.

Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa faktanya di lapangan

tingkat job insecurity dan konflik peran yang dialami karyawan di Balai Besar

Wilayah Sungai Bengawan Solo berada pada kategori rendah. Job insecurity

merupakan suatu tingkat yang menunjukkan bahwa para pekerja merasa

pekerjaannya merasa terancam dan merasa tidak berdaya untuk melakukan apapun

(Ashford et al, 1989). Hellgren, Sverke, dan Isaksoon (1999) menjelaskan bahwa

persaingan global yang semuanya mempengaruhi organisasi dan pekerjaan dapat

menjadi ancaman bagi karyawan dan menimbulkan rasa tidak aman dalam

bekerja. Hal tersebut menjelaskan bahwa perencanaan dan pelaksanaan dari

strategi dalam peningkatan performansi kerja di Balai Besar Wilayah Sungai

Bengawan Solo berjalan dengan baik dan sistematis. Hubungan negatif yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

terjadi dimaksudkan bahwa tingkat job insecurity dan konflik peran yang rendah

menyebabkan tingkat performansi kerja karyawan pada kategori tinggi. Semakin

banyak anggota yang memiliki performansi kerja tinggi, maka performansi

organisasi secara keseluruhan akan semakin meningkat dan organisasi dapat

bertahan dalam persaingan di era globalisasi.

Dari pemaparan hasil analisis dan pembahasan tersebut, maka penelitian

ini terbukti secara empirik telah menjawab hipotesis mengenai hubungan negatif

antara job insecurity dan konflik peran dengan performansi kerja pada karyawan

di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, baik secara bersama-sama

maupun parsial. Artinya, semakin tinggi nilai job insecurity dan konflik peran

maka semakin rendah nilai performansi kerja pada karyawan. Begitu juga

sebaliknya yakni semakin rendah nilai job insecurity dan konflik peran maka

semakin tinggi nilai performansi kerja pada karyawan.

Penelitian ini tidak terlepas dari adanya beberapa kelemahan antara lain

adalah penelitian berlangsung dalam waktu yang lama dikarenakan kepadatan jam

kerja dan kesibukan karyawan sehingga butuh waktu cukup lama untuk dapat

mengumpulkan seluruh kuesioner, baik pada saat uji coba skala maupun saat

penelitian, selanjutnya peneliti kurang dapat melakukan kontrol yang lebih ketat

terhadap sampel penelitian misalnya kontrol mengenai jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan lama bekerja, dikarenakan beberapa responden tidak mengisi

kolom identitas secara lengkap. Selanjutnya berdasarkan hasil uji validitas aitem

pada skala konflik peran banyak yang gugur dan pada skala performansi kerja

terdapat beberapa aitem yang belum dapat mewakili indikator yang diukur. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

sebab itu, diharapkan untuk penelitian yang lain dapat mengatasi beberapa

kelemahan yang ada dalam penelitian ini agar didapatkan hasil yang lebih

optimal. Cara yang dilakukan antara lain dengan penyempurnaan dalam teknik,

penyusunan, pemakaian alat ukur, dan prosedur penggunaan alat ukur; serta

menambahkan ruang lingkup penelitian yang lebih luas agar bisa

digeneralisasikan dalam konteks yang lebih luas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka kesimpulan dalam penelitian ini yakni:

1. Ada hubungan negatif antara job insecurity dan konflik peran dengan

performansi kerja pada karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)

Bengawan Solo. Artinya, semakin tinggi keadaan job insecurity dan

konflik peran yang dialami karyawan maka performansi kerjanya rendah,

dan sebaliknya.

2. Ada hubungan negatif antara job insecurity dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Artinya, semakin tinggi keadaan job insecurity yang dialami karyawan

maka performansi kerjanya rendah, dan sebaliknya.

3. Ada hubungan negatif antara konflik peran dengan performansi kerja pada

karyawan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Artinya, semakin tinggi keadaan konflik peran yang dialami karyawan

maka performansi kerjanya rendah, dan sebaliknya.

4. Besarnya sumbangan efektif (SE) kedua prediktor secara bersama-sama

terhadap kriterium adalah sebesar 62,1%. Hal tersebut berarti job

insecurity dan konflik peran mampu menjelaskan 62,1% tingkatan

Performansi Kerja karyawan.


commit to user

100
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

5. Sumbangan relatif job insecurity terhadap performansi kerja adalah

55,31%, sedangkan sumbangan relatif Konflik Peran terhadap Performansi

Kerja adalah 44,67%. Hasil perhitungan mengenai sumbangan efektif

menunjukkan bahwa sumbangan efektif job insecurity terhadap

performansi kerja adalah 34,35% dan sumbangan efektif konflik peran

terhadap perfomansi kerja adalah 27,74%.

6. Tingkat performansi kerja (nilai mean empirik= 96,40) berada pada

kategori tinggi. Sedangkan tingkat job insecurity (nilai mean empirik=

65,23) dan konflik peran (nilai mean empirik= 45,50) berada pada kategori

rendah.

B. Saran

1. Bagi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

a. Performansi kerja Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo tetap

dipertahankan serta lebih ditingkatkan dengan cara melakukan evaluasi

dan perbaikan antara lain dari faktor sosial di organisasi meliputi

kebijakan, jenis pelatihan, sistem upah dan lingkungan sosial; serta

faktor fisik dari pekerjaan yang meliputi metode kerja, pengaturan dan

kondisi, perlengkapan kerja, pengaturan ruang kerja, kebisingan,

penyinaran dan temperatur.

b. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo memiliki upaya

pencegahan terjadinya job insecurity dan konflik peran, salah satunya

dengan mengadakan evaluasi secara berkala pada karyawan dan segera


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

mengatasi apabila ditemukan indikasi job insecurity dan konflik peran

agar permasalahan tidak berdampak panjang sehingga mempengaruhi

performansi kerja.

2. Bagi Pimpinan

a. Mampu mengontrol para karyawan dalam bekerja sesuai dengan tugas

masing-masing yang telah ditetapkan sehingga performansi kerja dapat

dipertahankan kualitasnya dengan cara melakukan penilaian

performansi kerja karyawan secara berkala.

b. Menempatkan karyawan di kedudukan yang sesuai dengan bakat dan

minatnya dengan cara melakukan evaluasi pada karyawan secara

berkala sehingga mampu mencegah terjadinya job insecurity dan

konflik peran pada karyawan.

3. Bagi Karyawan

a. Mampu mempertahankan performansi kerja yang baik dengan cara

menjalankan program-program pengembangan diri yang diterapkan

dalam organisasi dengan baik salah satunya pelatihan yang secara rutin

telah diadakan oleh organisasi.

b. Karyawan saling menjaga komunikasi dan kerja sama yang baik

dengan rekan kerja dalam melaksanakan pekerjaan sehingga keadaan

job insecurity dan konflik peran dapat dicegah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

4. Bagi peneliti lain

Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan, peneliti lain

dapat lebih mengontrol variabel lain yang dimungkinkan mempengaruhi

hasil penelitian. Ditambahkan peneliti lain dapat memperbaiki skala

konflik peran dalam penelitian ini karena ditemukan banyak aitem yang

gugur sehingga validitas aitem skala konflik peran dapat meningkat agar

mampu mengukur konflik peran dengan lebih akurat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai