FARMASI VETERINER
KELOMPOK 3
Stephanie Ariella Gunawan 1909511067
Annisa Budiani 1909511068
Polikarpus Endyo Juan Pradana 1909511071
Rafi Ahmad Farhan 1909511079
Made Shanty Meidiana 1909511082
Mawar Datu Allo Dendang 1909511085
KELAS C
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper mata kuliah Farmasi Veteriner yang berjudul
“BSO Padat: Pulvis et Pulveres dan Kapsul” ini dengan tepat waktu. Dengan membuat paper
ini, kami berharap untuk membagikan ilmu kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana serta pembaca lainnya tentang BSO Padat khususnya mengenai Pulvis
et Pulveres dan Kapsul.
Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada para dosen mata kuliah Farmasi Veteriner yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian tugas paper ini. Tak lupa juga kepada teman-teman
yang telah memberi dorongan dan masukan demi terselesaikannya paper ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan paper ini untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun, kami menyadari bahwa paper ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan paper selanjutnya. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Kelompok C3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….….. iii
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..…. iii
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..… iii
1.3 Tujuan……………………………………………………….……... iv
1.4 Manfaat…………………………………………………….…….… iv
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….…. 5
2.1 Pendahuluan…………..……………………………………………. 5
2.1.1 Pengertian BSO……………………………………………… 5
2.1.2 Manfaat Pemilihan BSO……………………………………... 5
2.1.3 Landasan Pemilihan BSO……………………………………. 5
2.2 Sediaan Serbuk………..……………………………………….…... 6
2.2.1 Pulvis………………………………………………………… 6
2.2.2 Pulveres……………………………………………………… 9
2.2.3 Perbedaan Pulvis dan Pulveres………………………………. 10
2.2.4 Keuntungan dan Kerugiaan Sediaan Serbuk………………… 10
2.3 Sediaan Kapsul………………………………………..…………… 11
BAB III PENUTUP………………………………………………………….…... 16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….... 16
3.2 Saran……………………………………………………………..… 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..….. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan paper ini yaitu sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian dari Bentuk Sediaan Obat, Pulvis, Pulveres, dan Kapsul
2. Mengetahui manfaat dari Bentuk Sediaan Obat
3. Memahami landasan pemilihan Bentuk Sediaan Obat
4. Memahami penggolongan dari Pulvis dan Kapsul
5. Memahami contoh resep Pulvis, Pulveres, dan Kapsul
6. Mengetahui perbedaan dari Pulvis dan Pulveres
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Sediaan Serbuk dan Sediaan Kapsul
1.4 Manfaat
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Farmasi Veteriner. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa
Universitas Udayana, khususnya mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan memiliki
wawasan lebih tentang bentuk sediaan obat padat, khususnya mengenai pulvis, pulveres,
dan kapsul.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Pengertian BSO
Bentuk sediaan obat (BSO) merupakan sediaan farmasi dalam bentuk
tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif yang digunakan
sebagai obat dalam ataupun obat luar. Bentuk sediaan obat diperlukan agar
penggunaan senyawa obat/zat berkhasiat dalam farmakoterapi dapat digunakan
secara aman, efisien dan atau memberikan efek yang optimal.
Umumnya BSO mengandung satu atau lebih senyawa obat atau zat
berkhasiat dan bahan dasar/vehikulum yang diperlukan untuk formulasi tertentu.
Obat dapat diberikan kepada pasien dalam bentuk pil, kapsul, suspensi, serbuk,
salep, dan obat tetes. Bentuk sediaan obat yang diberikan akan berpengaruh
terhadap kecepatan dan takaran jumlah obat yang diserap oleh tubuh. Selain itu,
bentuk sediaan obat akan berpengaruh pada kegunaan terapi obat.
5
● Kondisi penderita
Memperlihatkan umur penderita dimana bentuk sediaan obat yang
diberikan berbeda di setiap umurnya, misalnya untuk hewan yang baru lahir
(bayi) dipilih bentuk obat tetes, untuk hewan dewasa relatif semua BSO bisa
dipilih. Kemudian keadaan penderita atau kesadaran emergensi misalnya
penderita sedang mengalami muntah, tidak sadarkan diri, setelah mengalami
operasi, atau penderita tidak bisa mengkonsumsi obat, maka bentuk sediaan
obat yang akan dipilih yaitu injeksi. Keadaan sosial ekonomi penderita juga
berpengaruh terhadap pemilihan bentuk sediaan obat yang akan diberikan,
misalnya pemilik hewan yang kurang mampu sebaiknya diberikan bentuk
sediaan obat yang relatif murah.
● Kondisi penyakit
Jika keadaan penyakit pasien berat/akut maka perlu pengobatan/efek
obat yang cepat, misalnya secara injeksi. Bila keadaan penyakit pasien
ringan/kronis maka bisa memilih bentuk sediaan obat yang peroral, misalnya
tablet, kapsul, atau sirup. Kondisi penyakit juga dilihat dari lokasinya.
Pengobatan lokal, bentuk sediaan obat yang dipilih tergantung penyakitnya
misalnya jika penyakitnya di kulit maka BSO yang dipilih yaitu salep.
● Bioavailabilitas
Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang
mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah
pemberian obat.
2. Penggolongan Pulvis
Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain :
a) Pulvis Effervescent: merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan
dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat, serbuk
mengeluarkan gas CO2, kemudian beberapa saat membentuk larutan yang
jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat,
asam tartrat) dengan basa (Na karbonat, Na bikarbonat). Dalam
pembuatannya, bagian asam maupun basa harus dikeringkan secara terpisah.
Gas C02 (karbon dioksida) digunakan untuk pengobatan, mempercepat
absorpsi atau untuk menyegarkan rasa larutannya.
b) Serbuk gigi (Pulvis Dentrificius): biasanya menggunakan carmin sebagai
pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform atau etanol 90%
c) Serbuk luka: contohnya antara lain Nebacetin Powder, dan Daktarin
Powder.
d) Serbuk tabur (Pulvis adspersorius): serbuk ringan untuk penggunaan
topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus
untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan
iritasi pada bagian yang peka. Harus bebas dari butiran kasar dan
dimaksudkan untuk obat luar. Tidak boleh digunakan untuk luka terbakar.
Talkum, Kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk
tabur harus memenuhi syarat bebas dari bakteri Clostridium tetani dan
Clostridium Welchii dan Bacillus anthracis. Syarat pulvis adspersorius ini
antara lain homogen, bebas dari sifat fisik yang menyebabkan iritasi, mudah
mengalir tersebar merata dan melekat di kulit. Contoh sediaan serbuk tabur :
7
Herocyn Powder, Zinc Undecylenatis Pulvis adspersorius, Sulfanilamidi
Pulvis Adsp, dan Pulvis Salicylatis Compositus.
e) Serbuk insufflasi (Insufflation powder) : serbuk obat yang ditiupkan ke
dalam daerah tertentu, seperti telinga, hidung, tenggorokan dan vagina
(Compound Clioquinol powder, USP).
f) Pulvis sternutatorius: Serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui
hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.
g) Serbuk kering sirop antibiotika: jika akan digunakan dilarutkan dalam air
dengan volume yang ditentukan (direkonstitusi), waktu penggunaan tidak
lebih dari 7 hari (Penbritin sirup).
h) Serbuk kering untuk injeksi: khusus untuk bahan obat yang tidak stabil
dalam larutan injeksi, waktu akan digunakan dilarutkan dengan air untuk
injeksi steril yang tersedia dalam wadah tersendiri, setelah larut segera
disuntiikan (Ampicillin sodium Injection).
3. Contoh resep
R/ Acidum Salicylicum 2%
Talk ad 100
m. f. Pulv. adsp
s.u.e salicyl bedak
Analisis resep :
● R/ = recipe = ambilah
● m.f. = misce fac = campur dan buatlah
● Pulv. adsp= Pulvis adspersorius = bedak tabur (serbuk tidak terbagi)
● Talk = talcum
● ad = tambahkan
● s.u.e = Signa usus externa = untuk pemakaian luar
2. Contoh Resep
R/ Aneurin HCl 0,050
Vit. B6 0,025
Vit. B12 mcg 25
Lactosum q.s
m.f.pulv.d.t.d No. X
s.t.d.d.pulv.I
d.i.d
pro : Kucing
9
Analisis resep:
● R/ = recipe : ambilah
● qs = quantum satis : berikan secukupnya
● m.f = misce fac : campur dan buat
● pulv = pulvis : serbuk
● dtd = da tales doses : berikan sekian takaran
● no = nomero : nomor
● X = decem = sepuluh
● S = signa : tandai
● t.d.d : ter de die = tiga kali sehari
● d.i.d = da in dimido = berikan setengahnya (setengah dari sediaan)
● I = uno : satu
● Pro : Diperuntukkan
Pemakaian Tiap kali belum tentu dosis- Tiap kali dengan dosis yang sama
dosisnya sama
2. Jenis Kapsul
Berdasarkan bentuknya, kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu
kapsul keras (capsulae durae, hard capsule) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft
capsule). Kapsul keras berisi bahan obat yang kering, sementara kapsul lunak berisi
bahan obat berupa minyak/larutan obat dalam minyak. Perbedaannya yaitu sebagai
berikut:
11
Kapsul Keras Kapsul Lunak
a) Kapsul Keras
Kapsul gelatin cangkang keras terbuat dari gelatin berkekuatan gel
relatif tinggi dibandingkan kapsul gelatin cangkang lunak (Hidayat, 2016).
Mayoritas dari produk kapsul terbuat dari gelatin kapsul keras. Kapsul keras
dibuat dua cangkang yaitu badan cangkang kapsul dan penutupnya yang lebih
pendek dari badan cangkang kapsul. Penutup kapsul menyelubungi sesuai
dengan ujung badan kapsul. Cangkang kapsul keras terbuat dari bahan utama
berupa gelatin, gula (pengeras), dan air (10-15%). Juga dicampur dengan
bahan tambahan seperti pewarna, pengawet (misalnya SO2), pemburam
(TiO2), dan flavoring agent.
Adapun beberapa sifat dari kapsul keras yaitu cukup stabil dalam
penyimpanan dan transportasi, dapat menutupi bau dan rasa yang tidak
menyenangkan, tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik,
dan mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Selain itu, kapsul
lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet. Setelah cangkang larut di
dalam lambung, bahan aktif terbebas serta terlarut maka proses absorbsi baru
terjadi (di gastrointestinal). Contoh kapsul keras yaitu tetrasiklin kapsul.
Cangkang kapsul gelatin keras dapat rusak jika kapsul tersebut
mengandung bahan-bahan seperti :
a) Zat-zat higroskopis
Zat ini tidak hanya mengabsorpsi lembab udara tetapi juga akan
menyerap air dari kapsulnya sendiri sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah. Penambahan laktosa atau amilum (bahan inert) akan
menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung kalium
iodida (KI), natrium iodida (NaI)
12
b) Campuran euteticum
Bahan yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah dari pada
titik lebur bahan awal sehingga menyebabkan kapsul rusak atau
lembek. Contohnya kapsul yang mengandung campuran asetosal
dengan hexamin, kamfer dengan menthol, hal ini dapat dicegah dengan
mencampur bahan inert ke dalam masing-masing obat, kemudian
bahan yang sudah dibalut tersebut dicampur dan masukkan ke dalam
kapsul.
c) Minyak menguap, kreosot dan alcohol
Zat-zat ini akan bereaksi dengan gelatin dalam kapsul sehingga gelatin
rusak atau meleleh, maka harus diencerkan terlebih dahulu dengan
minyak lemak sampai kadarnya di bawah 40%
b) Kapsul Lunak
Kapsul gelatin lunak (soft gel atau gel lunak) terdiri dari satu bagian
cangkang lunak yang tertutup rapat. Kapsul cangkang lunak sedikit lebih tebal
dibanding kapsul cangkang keras sehingga dapat ditambahkan plasticizer,
yaitu senyawa alkohol polihidrat, seperti sorbitol atau gliserin (Murtini, 2016).
Bahan tambahan plasticizer memiliki fungsi dapat meningkatkan elastisitas
dan ketahanan gelatin.
Kapsul gelatin lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna, bahan
opak seperti titanium dioksida, pengawet seperti metilparaben dan/atau
propylparaben untuk mencegah pertumbuhan mikroba, pengharum, dan
pemanis (sukrosa) 5%. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6-
13% serta umumnya berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur (disebut
pearles atau globula). Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotek tetapi
diproduksi secara besar-besaran di pabrik dan biasanya diisi dengan cairan
(Murtini, 2016).
Kapsul lunak memiliki beberapa sifat yang sama seperti kapsul keras
yaitu cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi serta dapat menutupi
bau dan rasa yang tidak menyenangkan. Namun, absorbsi obat kapsul lunak
lebih baik daripada kapsul keras karena obat dalam kapsul lunak langsung
dapat diabsorbsi setelah cangkangnya larut. Selain itu, sediaan ini tidak dapat
diberikan dalam bentuk sediaan pulveres. Contoh kapsul lunak yaitu Natur E.
13
3. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
a) Keuntungan:
● Bentuk menarik dan praktis
● Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang
kurang enak
● Mudah ditelan dan cepat hancur di dalam perut sehingga bahan segera
diabsorbsi usus
● Dokter hewan dapat memberikan resep kombinasi dari bermacam-
macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut
kebutuhan hewan
● Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong
seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi
absorbsi bahan obatnya
b) Kerugian:
● Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang
tidak menahan penguapan
● Tidak untuk zat-zat yang higroskopis (mudah mencair)
● Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
● Tidak bisa dibagi (misal ¼ kapsul)
Analisis resep:
● R/ = ambillah
● q.s = quantum satis = secukupnya
● m.f. = misce fac = buatlah
● Pulv. = Pulvis = serbuk 14
● dtd = da tales dosis = sesuai dosis
● No. = Numero = banyaknya
● XVI = enam belas
● da in caps = da in capsule = buat dalam bentuk kapsul
● S. = Signal = tandailah
● 4 dd caps I = Quadra De Die Capsule Uno = 4 Kali Sehari Satu Kapsul.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bentuk sediaan obat (BSO) merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif yang digunakan sebagai obat dalam
ataupun obat luar. Bentuk sediaan obat dipilih agar dapat melindungi dari kerusakan baik
dari luar maupun dalam tubuh, dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat,
dapat melengkapi kerja obat yang optimum (topikal,inhalasi). Sediaan cocok untuk: obat
yang tidak stabil, tidak larut, dan penyakit pada berbagai tubuh. Dilihat dari definisi
pulvis merupakan serbuk yang tidak dibagi-bagi sementara pulveres serbuk yang dibagi-
bagi. Pulvis dalam pemakaian tiap kali belum tentu dosis-dosisnya sama sementara
pulveres pemakaian tiap kali dengan dosis yang sama. Pulvis memiliki signa obat luar : s.
u.e dan obat dalam : s.3 dd.cth.I, pulveres memiliki signa obat dalam : s.3 dd. Pulv.I .
Untuk perbedaan dari pembuatannya pulvis setelah obat-obat dicampur, dimasukkan ke
dalam tempat seperti dus atau pot. Pulveres setelah obat dicampur, lalu dibagi dengan
sama banyak setelah itu dibungkus.
3.2 Saran
Dengan sudah disediakannya berbagai jenis obat dan juga bentuknya, diharapkan
dapat membuat semua orang tidak salah saat memilih bentuk sediaan obat seperti apa
yang akan digunakan untuk pasien atau lainnya. Dengan begitu obat dapat bekerja dengan
baik saat digunakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Allerton, F. (2020). BSAVA Small Animal Formulary. 10 th edition. Part A: Canine and
Feline. Gloucester: British Small Animal Veterinary Association
Bishop, Y. (2005). The Veterinary Formulary. 6th edition. USA: Pharmaceutical Press
Fahmy, R.M. & Martinez, M.N. (2018). Principles of Pharmaceutics and Veterinary Dosage
Forms. Veterian Key
Griffin, J.P., Posner, J. & Barker, G.R. (2013). The Textbook of Pharmaceutical Medicine. 7 th
edition. UK: Wiley-Blackwell
Hsu, W.H. (2008). Handbook of Veterinary Pharmacology. Iowa: Wiley-Blackwell
Murtini, G. (2016). Farmasetika Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Reeves, P.T., Roesch, C. & Raghnaill, M.C. (2017). Routes of Administration and Dosage
Forms. MSD Vet Manual.
17
BSO PADAT:
PULVIS ET PULVERES
DAN KAPSUL
Farmasi Veteriner
Stephanie Ariella Gunawan
1909511067
Annisa Budiani
1909511068
Manfaat
1. Melindungi dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh
2. Menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat
3. Melengkapi kerja obat yang optimum (topikal, inhalasi)
4. Sediaan yang cocok untuk:
a. Obat yang tidak stabil dan tidak larut
b. Berbagai penyakit
Landasan Pemilihan Sediaan Bentuk Obat
1. Sifat bahan obat
2. Kondisi penderita
❖ Umur
❖ Keadaan/kesadaran emergensi penderita
❖ Keadaan sosial-ekonomi
3. Kondisi penyakit
❖ Berat/akut
❖ Ringan/kronis
❖ Lokasi/area penyakit
4. Bioavailabilitas
BSO Padat
Serbuk
● Pulvis
● Pulveres
Kapsul
Serbuk: Pulvis
Pulvis = Serbuk tidak terbagi
● Pengertian : Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dengan
atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk dan relatif stabil serta kering, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
PEMAKAIAN Tiap kali belum tentu dosis-dosisnya Tiap kali dengan dosis yang sama
sama
Ukuran Kapsul
Hewan kecil: kapsul untuk manusia (no. 000, no. 00)
Hewan besar: no. 13 (2-3 gr) hingga no. 7 (14-24 gr)
Penyimpanan Kapsul
Disimpan dalam wadah tertutup (tempat sejuk & terlindung dari sinar matahari)
Kerusakan Kapsul
● Perubahan warna ● Tidak kompak lagi sehingga tablet pecah/retak
● Berbau ● Timbul kristal atau benyek
Jenis Kapsul