Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN EYD PADA KARANGAN

NAILA KAMALIKA .Y-11, KHOLDA KHOURUNISA-22

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA


Prodi Gizi.
nailakamalika004@gmail.com1, kholdakhrns@gmail.com2

ABSTRAK

Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah panduan yang digunakan untuk


menulis bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penggunaan EYD dalam esai
penting untuk memastikan tulisan kita dapat dipahami, koheren, dan sesuai
dengan standar bahasa saat ini. Makalah ini bertujuan untuk analisis kesalahan
tanda baca dan EYD dalam karangan, dan contoh penggunaan EYD yang benar
dalam konteks penulisan yang berbeda..
Kata kunci: Penggunaan EYD dalam karangan

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan


sehari-hari, belajar bahasa berarti belajar komunikasi, dapat menyampaikan
berbagai informasi, pendapat, serta berinteraksi dengan orang lain melalui
komunikasi. Melalui bahasa sebagai alat komunikasi, manusia dapat saling
bertukar pikiran, gagasan, pengetahuan, serta dapat menjalin hubungan dengan
sesama. Salah satu rencana atau alat untuk berinteraksi adalah bahasa. Ada yang
menggunakan bahasa secara lisan dan ada pula yang menggunakan bahasa tulisan.
3 dengan bahasa lisan informasi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami,
hal ini karena selain berhadapan langsung, yang bicara dapat manfaatkan gerakan-
gerakan tubuh, intonasi, jeda, dan irama kalimat untuk memperjelas. Unsur-unsur
non verbal itu tidak terdapat dalam bahasa tulis sehingga ketiadaannya dapat
menimbulkan kesalahpahaman. Berbeda dengan bahasa lisan, agar pembaca
mudah memahami makna yang disampaikan dalam bahasa tulis, diperlukan

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
ketelitian dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan pemilihan kata yang benar.
Bahasa tertulis memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan karakteristik bahasa lisan.
Dalam bahasa lisan, orang akan lebih mudah memahami maksud suatu kalimat,
berkat adanya intonasi dalam pengucapan kalimat tersebut. Sedangkan dalam
bahasa tulis, penulis perlu menguasai tata cara penulisan termasuk tanda baca
seperti intonasi atau jeda dalam teks agar dapat menulis dengan mudah. Tulisan
harus disajikan secara jelas, agar makna yang disampaikan melalui lisan dapat
ditangkap sama seperti lewat tulisan. Tanda baca merupakan tanda yang dipakai
dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda baca
dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat.
Bayangkan jika tulisan tanpa tanda baca. Pasti tulisan tersebut membingungkan
pembaca.

Ejaan yang disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat atau kaidah


penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan.
Aturan (EYD) tersebut harus ditaati oleh pemakai bahasa Indonesia agar terjalin
keteraturan dan keseragaman bentuk dalam berbahasa Indonesia. Ejaan mencakup
cara menggambarkan/ melambangkan bunyi-bunyi tuturan (kata, kalimat, dan
sebagainya) dan bagaimana hubungan di antara lambanglambang itu (pemisahan
dan penggabungannya dalam bahasa). Secara teknis, ejaan berkaitan dengan
penulisan huruf (huruf besar/ kapital dan huruf miring), penulisan kata, penulisan
unsur serapan, penulisan angka/bilangan, dan penulisan tanda baca.

Mengarang merupakan kegiatan menulis yang dituangakan dalam bentuk


karangan. Karangan adalah perwujudan-perwujudan nyata dari menulis. Sebuah
karangan meyakinkan, atau menghibur. Agar tujuan dari karangan tersebut dapat
tersampaikan secara jelas pada pembaca, maka karangan tersebut harus
memperhatikan penggunaaan ejaan, tanda baca, serta pemilihan kata yang baik.
Keteraturan dan kelengkapan kalimat serta ejaaan dalam sebuah tulisan dapat
mengungkapkan gagasan atau pikiran yang jelas.

Bahasa dalam karangan selayaknya menggunakan bahasa baku sebagai


sarananya, benar kaidahnya dan memenuhi ciri sebagai ragam standar. Namun,
pada kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam berbagai tatanan

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
bahasa, termasuk dalam penggunaan ejaan khususnya dalam penggunaan
pemakaian huruf kapital dan tanda baca. Ejaan sebagaimana telah dipahami
bersama adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi
ujaran dan bagaimana menghubungkan antarhubungan antara lambang itu. Secara
teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca. Oleh karena itu penguasaan ejaan mutlak diperlukan bagi
seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah. Atas dasar itu, dan melihat
kenyataan bahwa masih banyak penyimpangan yang terjadi dalam proses
berbahasa terutama bahasa tulis di kalangan mahasiswa. Secara umum tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apa saja kesalahan penggunaan huruf dan tanda
baca bahasa Indonesia yang terdapat dalam karangan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian didasarkan pada tinjauan pustaka dalam tinjauan pustaka


beberapa jurnal penelitian terkait telah didirikan, pertanyaannya adalah
Bagaimana kesalahan penggunaan tanda baca dalam karangan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, bagaimana kesalahan penggunaan ejaan dalam karangan.
Metode pengumpulan data adalah studi pustaka dari beberapa jurnal yang ada.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah studi literatur. Data yang
diperoleh disusun, dianalisis, dan menyimpulkan untuk menarik kesimpulan.
Dengan artikel atau jurnal yang direview.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian
Pengertian ejaan adalah keseluruhan sistem dan peraturan bunyi bahasa untuk
mencapai keseragaman. Ejaan yang disempurnakan berkaitan dengan penulisan
huruf, penulisan kata, penulisan angka atau bilangan, penulisan tanda baca, dan
penulisan unsur serapan.
Ejaan turut menentukan kebakuan dan tidak kebakuan kalimat karena ejaan yang
benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dan karena ejaan yang salah, sebuah
kalimat dapat menjadi tidak baku.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Penggunaan Huruf
Huruf dalam abjad bahasa Indonesia ada 26, yaitu A, B, C, D, E, F, G, ,H, I, J, K,
L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z.
A. Huruf Vokal
Huruf vokal adalah huruf yang dalam pengucapannya tidak melibatkan
huruf yang lain. Vokal dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 5
huruf, yaitu A, I, U, E, dan O.

B. Huruf Konsonan
Huruf konsonan adalah huruf yang dalam pengucapannya melibatkan
huruf yang lain. Huruf konsonan meliputi semua huruf kecuali A, I, U, E,
dan O.

C. Gabungan Huruf Vokal


1. Monoftong
Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal eu yang dilafalkan [ɘ].

2. Diftong
Diftong atau bunyi sengau adalah gabungan dua huruf vokal yang
menghasilkan satu kesatuan bunyi. Diftong dalam bahasa
Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei,
dan oi.

D. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf konsonan yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Setiap gabungan huruf melambangkan satu bunyi
konsonan.

E. Huruf Kapital
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.
Contoh:
Hari ini adalah hari yang cerah.
Huruf kapital "H" digunakan pada awal kalimat pertama.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Ibu bertanya, "Kamu ada PR?"
3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang
termasuk julukan.
Contoh:
Amir Hamzah
4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti nama teori,
hukum, dan rumus.
Contoh:
teori Darwin
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam hal yang
berkaitan dengan nama agama, kitab suci, nama Tuhan termasuk
kata ganti Tuhan.
Contoh:
Allah
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama yang menunjukkan
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi serta nama
jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.
Contoh:
Selamat pagi, Dokter
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai
pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Soeharto
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
bahasa, dan aksara.
Contoh:
suku Jawa
9. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama hari, tahun,
bulan, dan hari besar atau hari raya.
Contoh:
bulan Mei
10. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa-
peristiwa bersejarah.
Contoh:

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Konferensi Asia Afrika
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Benua Amerika
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama negara,
lembaga, badan, organisasi, dokumen.
Contoh:
Ikatan Mahasiswa-Mahasiswa
13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama gelar dan pangkat.
Contoh:
S. Gz (Sarjana Gizi)
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan.
Contoh:
Kapan Ayah pulang?

F. Huruf Miring
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah,
media massa, judul film, judul lagu, judul acara televisi yang
dikutip dalam karangan termasuk dalam daftar pustaka.
Contoh:
Sinetron Keluarga Cemara sudah ditayangkan sebanyak belasan
episode.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf bagian kata kata atau kelompok kata dalam kalimat.
Contoh:
Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan tanda baca.
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah.
Contoh:
Nama ilmiah jagung adalah Zea mays.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Penulisan Kata

A. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang masih asli, belum mendapat imbuhan apapun.
Contoh:
kelas
B. Kata Turunan
1. Kata Berimbuhan
a. Kata yang mendapat imbuhan ditulis serangkai dengan
imbuhannya.
Contoh: dipukul bukan di pukul
b. Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika
mengacu pada konsep keilmuan tertentu.
Contoh:
wiraswasta
c. Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat
bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-)
Contoh:
anti-PKI
d. Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat
bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-)
Contoh:
anti-mainstream
e. Bentuk terikat Maha dan kata dasar atau kata berimbuhan
yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah
dengan huruf awal kapital sebagai pengusutan.
Contoh:
Tuhan Yang Maha Kuasa

2. Kata Ulang
a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya.
Contoh:
Lauk-pauk

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
b. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Contoh:
Kereta barang kereta-kereta barang

3. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.


Contoh:
Segi lima

b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis


dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh:
Ibu-bapak kami ‘ibu dan bapak kami’

c. Gabungan kata yang sudah dianggap satu kesatuan ditulis


serangkai.
Contoh:
Apabila

d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus


ditulis serangkai.
Contoh:
Melipatgandakan

e. Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis


terpisah.
Contoh:
Bertepuk tangan

C. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Di dalam rumah : Kata depan "di" digunakan untuk menunjukkan
lokasi di mana sesuatu terjadi.

D. Singkatan
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik di setiap unsur singkatan itu.
Misalnya: A.H. Nasution Abdul Haris Nasution

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
2. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.
Misalnya: LS Lilis Suryaningsih
3. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: KTP kartu tanda
penduduk
4. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan
dalam dokumen atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: dkk. dan kawan-kawan
5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam
dokumen atau surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.
Misalnya: a.n. atas nama
6. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis
dengan dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda titik. Misalnya: Gd.
Tabrani Gedung Tabrani
7. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan
mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: kVA kilovolt-ampere
8. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau
gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya: Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
9. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata
atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.
Misalnya: iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

E. Angka dan Bilangan


1. Angka Arab atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang
bilangan atau nomor. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka
Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L
2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam
perincian. Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
3. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang,
berat, luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan
persentase. Misalnya: 0,5 sentimeter
4. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu
kata didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah
susunan kalimatnya. Misalnya: Sebanyak 2.500 orang peserta diundang
panitia
5. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan
huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Sebanyak 500 ribu dosis
vaksin telah didistribusikan ke beberapa wilayah.
6. Angka digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Kartika I No. 15

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
7. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab
suci. Misalnya: Bab II, Pasal 3, halaman 13
8. Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan
perundangundangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut. a.
Bilangan utuh ditulis secara mandiri. Misalnya: dua belas (12)
9. Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan
awalan ke- dan angka Arab, atau huruf.
Misalnya: abad VII abad ke-7 abad ketujuh
10. Penulisan angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya: lima lembar uang 5000-an (lima lembar uang lima ribuan)
11. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,
akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.
Misalnya: Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah
tiruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf secara serangkai. Misalnya: Kelapadua

F. Kata Ganti
1. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Rumah itu telah kujual.
2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata
yang lain. Misalnya: Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang
kaukatakan

Penggunaan Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya: Hari ini cuacanya sangat panas.
2. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap
yang diikuti perincian berupa kalimat baru, paragraf baru, atau
subjudul baru.
Misalnya: Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh
bahasa standar dan nonstandar, ratusan bahasa daerah, dan
ditambah beberapa bahasa asing membutuhkan penanganan
yang tepat dalam perencanaan Bahasa.
3. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu
daftar, perincian, tabel, atau bagan.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
4. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir pada
deret nomor dalam perincian.
5. Tanda titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam perincian.
6. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir, baik
satu digit maupun lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik, atau
gambar. Misalnya: Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,
35 menit, 20 detik).
8. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya: Indonesia
memiliki lebih dari 13.000 pulau.
9. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1998 di Bandung.
10. Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul dan subjudul.
Misalnya: Bentuk dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945).
11. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat penerima surat
serta tanggal surat. Misalnya: Yth. Rahmat Hidayat, S.T.

B. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian
berupa kata, frasa, atau bilangan.
Misalnya: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang
mewah lagi. Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber
kepustakaan.
2. Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
pertentangan.
Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.
3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimat.
Misalnya: Kalau diundang, saya akan datang.
4. Tanda koma tidak digunakan jika induk kalimat mendahului
anak kalimat.
Misalnya: Saya akan datang kalau diundang.
5. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Misalnya: Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh Peringkat satu.
6. Tanda koma digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya: O, begitu?
7. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: “Saya sangat senang melihatmu”.
8. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan
langsung yang diakhiri tanda tanya atau tanda seru dari bagian
kalimat yang mengikutinya.
Misalnya: "Apakah kamu akan datang?" dia bertanya.
9. Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat.
Misalnya: Sdr. Juwita, Jalan Bangka II/18, Kelurahan pela
mampang, Kecamatan Mampang Prpt., Jakarta Selatan 12720.
10. Tanda koma digunakan sesudah salam pembuka (seperti dengan
hormat atau salam sejahtera), salam penutup (seperti salam
takzim atau hormat kami), dan nama jabatan penanda tangan
surat. Misalnya: Selamat Pagi,
11. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan
gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, nama keluarga, atau nama marga.
Misalnya: John Smith, S.E.
12. Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: Harga makanan ringan di bioskop adalah Rp.
25.000,50.
13. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan
atau keterangan aposisi. Misalnya: Angelica, teman baik saya,
akan dating ke pesta malam ini.
14. Tanda koma dapat digunakan di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah pengertian.
Misalnya: Dalam pengembangan bahasa Indonesia, kita dapat
memanfaatkan bahasa daerah.

C. Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam
kalimat majemuk.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Misalnya: Mobilnya rusak; dia harus mengirimnya ke
bengkel
2. Tanda titik koma digunakan pada bagian perincian yang
berupa frasa verbal. Misalnya: Ketika memasak, Anda harus
memperhatikan beberapa hal: mencuci tangan dengan benar;
memastikan api tidak terlalu tinggi; dan mencicipi masakan
untuk memeriksa rasa.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-
bagian perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma. Misalnya: Daftar hadir rapat mencakup: John,
wakil ketua; Mary, sekretaris; Tom, bendahara; Susan,
anggota komite; dan Richard, anggota kehormatan.
4. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan sumber-
sumber kutipan. Misalnya: Kasus perencanaan bahasa di
Indonesia dianggap sebagai salah satu yang paling berhasil
(Fishman, 1974; Moeliono, 1985; Samuel, 2008; Wardhaugh
dan Fuller, 2015).

D. Tanda Hubung
1. Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang
terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya: Dia menulis sebuah kata-kata yang sangat panjang
dan sulit untuk dipecah-pecah- kan.
2. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur bentuk
ulang. Misalnya: anak-anak
3. Tanda hubung digunakan untuk (a) menyambung tanggal,
bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 20-10-2003 (20 Oktober 2003).
4. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan
bagian kata atau ungkapan. Misalnya: Bola-basket.
5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang
berbeda, yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di
antara huruf dan angka. Misalnya: se-Indonesia
6. Tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya:
BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia)
7. Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa daerah, bahasa asing, atau
slang. Misalnya: Warung-mie (campuran bahasa Indonesia
dan bahasa Jawa)
8. Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau
bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya:

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
Penulisan ulang (imbuhan "pen-"): Imbuhan "pen-"
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan adalah
menulis ulang.
9. Tanda hubung digunakan untuk menandai dua unsur yang
merupakan satu kesatuan. Misalnya: Guru-guru muda
menghadiri pelatihan khusus.
Dalam contoh ini, "guru-guru muda" adalah satu kesatuan,
dan tanda hubung menghubungkan dua unsur yang
membentuk konsep guru yang muda.

E. Tanda Pisah
1. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya: Hari ini cuaca sangat cerah - langit biru, dan
matahari bersinar terang.
3. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan
atau penjelasan yang merupakan bagian utama kalimat dan
dapat saling menggantikan dengan bagian yang dijelaskan.
Misalnya: Tugasnya adalah memilih satu dari dua opsi -
menjalankan presentasi atau menulis laporan.
4. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari,
bulan, tahun), atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau
'sampai ke'.
Misalnya: Kota A–Kota B: Tanda pisah ini mengindikasikan
bahwa perjalanan atau jarak adalah dari "Kota A" ke "Kota
B," artinya mencakup kedua kota tersebut.

E. Tanda Tanya
1. Tanda tanya digunakan di akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Dia mengatakan bahwa dia akan tiba pukul 3
(apakah itu benar?).
F. Tanda Seru
Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan yang
menggambarkan kekaguman, kesungguhan, emosi yang kuat,
seruan, atau perintah.

Misalnya: Selamat ulang tahun!

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
G. Tanda Petik
1. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung
yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain. Misalnya: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo
dalam pidatonya.
3. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul puisi, judul
lagu, judul artikel, judul naskah, judul bab buku, judul
pidato/khotbah, atau tema/subtema yang terdapat di dalam
kalimat. Misalnya: Dia membaca puisi "To be or not to be"
karya Shakespeare.
4. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Proses "photosynthesis" dalam tumbuhan sangat
penting untuk produksi oksigen.

I. Tanda Petik Tunggal


1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang
terdapat dalam petikan lain.
Misalnya: Kania berkata, "Dia mengatakan, 'Saya akan
datang besok,' tetapi dia tidak pernah muncul."
2. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna,
padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya: tergugat 'yang digugat'.

J. Tanda Kurung
1. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan, seperti singkatan atau padanan kata asing.
Misalnya: IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) adalah sebuah
organisasi profesi di Indonesia.
2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya: Rumah itu (yang berada di jalan kecil) sangat
indah.
3. Tanda kurung digunakan untuk mengapit kata yang
keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau
dihilangkan.
Misalnya: Saya berencana (jika cuaca baik) untuk pergi ke
pantai besok.
4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka
sebagai penanda perincian yang ditulis ke samping atau ke
bawah di dalam kalimat. Misalnya: Berikut adalah langkah-
langkah untuk memasak kue:

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
(1) Persiapkan bahan-bahan,
(2) Campurkan bahan-bahan kering,
(3) Panaskan oven.
Dalam contoh ini, tanda kurung digunakan untuk mengapit
angka (1), (2), dan (3) sebagai langkah-langkah dalam
proses memasak.

K. Tanda Garis Miring


1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor
pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi
dalam 2 tahun takwim.
Misalnya: Nomor Surat: Surat No. A/123/2023.
2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan,
atau, serta setiap. Misalnya: Semua organisasi harus
memiliki AD/ART. 'Semua organisasi harus memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.'
3. Tanda garis miring dapat digunakan untuk mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan
atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain. Misalnya: Asmara/n/dana merupakan
salah satu tembang macapat budaya Jawa.

KESIMPULAN

Makalah ini telah membahas secara rinci mengenai penggunaan EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan) dalam karangan. Dari pembahasan yang telah
disampaikan, beberapa kesimpulan penting dapat ditarik:
Pentingnya Kesadaran terhadap EYD, Kesadaran akan aturan EYD sangat
penting, terutama di kalangan penulis dan siswa. Kesalahan ejaan dapat
mengurangi kredibilitas dan dampak karangan.

SARAN

Dengan menghargai pentingnya EYD dalam karangan, kita dapat meningkatkan


kualitas Bahasa Indonesia yang digunakan dalam tulisan-tulisan kita dan
menghasilkan karangan yang lebih efektif dan bermakna.

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.iainbengkulu.ac.id/2814/1/skripsi%20david%20pdf.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/3497-8662-1-PB.pdf

]file:///C:/Users/USER/Downloads/SYLVANIA%2520SUKMA
%2520FIRDIYANA%2520BAB%2520II.pdf

SK_EYD_Edisi_V_16082022.pdf

Gizi 2023
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan – Uhamka - Jakarta

Anda mungkin juga menyukai