PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keimanan dan ketauhidan merupakan aspek sentral dalam agama-agama samawi,
termasuk Islam. Sejarah keimanan dan ketauhidan dalam Islam dimulai sejak awal
penciptaan manusia menurut keyakinan Islam, yaitu dengan keberadaan Nabi Adam (AS)
sebagai manusia pertama. Dalam perjalanan sejarah panjang ini, berbagai rasul dan nabi
telah diutus untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia. Dalam makalah ini, kami
akan membahas perkembangan keimanan dan ketauhidan dari masa Nabi Adam (AS)
hingga Nabi Muhammad (SAW), yang merupakan titik puncak penyempurnaan ajaran
tauhid dalam agama Islam.
Nabi Muhammad saw merupakan sosok manusia yang paripurna dari aspek
kemanusiaannya dan aspek spiritualitasnya. Beliau merupakan manusia yang tidak
berbeda dengan manusia lainnya secara filosofis, tetapi Nabi Muhammad saw mendapat
wahyu dari Tuhannya sebagai tanda kenabiannya. Sebelum diangkat menjadi utusan
Allah, Nabi Muhammad saw menunjukkan performa manusia sempurna dari kualitas
kemanusiaan pada umumnya. Dan setelah menjadi utusan Allah, Nabi Muhammad saw
merupakan nabi terakhir yang mencerminkan keparipurnaan kenabian.
Sesungguhnya kesempurnaan pribadi Nabi Muhammad saw tercermin melalui
beberapa sifat luhur yang melambangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan ruhaniyah
yang terhimpun dalam dirinya sehingga membuahkan beberapa keutamaan-keutamaan
sikap, pemikiran, gerakan dan akhlaknya. Perspektif sejarah, perjalanan hidup Nabi
Muhammad saw. sejak kecil sampai dewasa, kesucian pribadinya memperoleh banyak
pujian dari berbagai kalangan. Mengenai hal ini Aisyah mengatakan akhlak Nabi
Muhammad saw. adalah al-Quran, dan dalam al-Quran surat al-Qalam dikatakan bahwa
akhlak Nabi Muhammad saw. adalah akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlak tersebut
menunjukkan kesucian jiwa dan kepribadian Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir
penutup para nabi dan pembawa risalah Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keimanan dan ketahuidan serta bagaimana manusia
meyakini keimanan dan ketahuidan sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad
SAW ?
3. Apa yang dimaksud dengan Penyimpangan Aqidah Yahudi, Nasrani, Agama Ardhi dan
Bangsa-bangsa lain
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana keyakinan manusia sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi
Muhammad SAW, serta maksud keimanan dan ketahuidan
3. Mengetahui maksud Penyimpangan Aqidah Yahudi, Nasrani, Agama Ardhi dan Bangsa-
bangsa lain
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keimanan, Ketahuidan dan keyakinan manusia sejak Nabi Adam a.s. hingga
Nabi Muhammad SAW
Keimanan dan ketahuidan adalah dua konsep yang penting dalam agama dan
spiritualitas, meskipun keduanya bisa memiliki makna yang berbeda-beda tergantung
pada konteks dan keyakinan individu atau kelompok.
Iman adalah sikap jiwa untuk meyakini dan menerima sesuatu sebagai
kebenaran : khusus sikap jiwa “Sami’na Wa Atha’na” : mendengar dan
mengucapkannya serta mentaati firman Allah dengan segala tekad, memusatkan
segala ketaqwaan hanya pada Dia, berserah diri, hidup dan mati hanya untuk Dia. Arti
keimanan dalam Islam adalah yang diungkapkan dengan perkataan, dalam hati, dan
dalam perbuatan, dimana keimanan selain harus dibenarkan dengan perkataan, juga
harus benar-benar diyakini dalam hati dan dilakukan melalui perbuatan.
Kepercayaan kepada Allah SWT dijelaskan dengan Tauhid, sedangkan
Tauhid adalah ajaran yang meyakini keesaan Allah SWT. Tauhid merupakan hakikat
seluruh ajaran Allah SWT yang diturunkan kepada manusia melalui rasul-Nya.
pemahaman atau kesadaran seseorang terhadap sesuatu, baik itu pengetahuan tentang
dunia fisik, konsep abstrak, atau pengalaman spiritual.
Dalam konteks keagamaan, mengetahui dan sering merujuk pada
pemahaman seseorang terhadap aspek kebenaran spiritual atau keberadaan Tuhan.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pembelajaran, kontemplasi, meditasi atau
pengalaman spiritual yang mendalam. Bagi banyak orang, pengetahuan adalah hasil
pencarian spiritual dan paparan pengalaman yang lebih dalam.
Keimanan dan ilmu pengetahuan telah menjadi bagian integral dalam
perjalanan spiritual manusia sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad
SAW. Meski perjalanan tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan agama dan
kepercayaan sepanjang sejarah, namun hakikat keimanan dan ilmu tetap menjadi
pusat perhatian. Contoh keimanan dan ketahuidan Nabi-Nabi ;
Nabi Adam (AS): Menurut ajaran agama Islam, Nabi Adam (AS) adalah
manusia pertama yang diciptakan Allah. Dia menerima iman langsung dari
Allah dan mempercayakan kepadanya pengetahuan tertentu tentang kebenaran
dan perintah Allah. Keimanan Nabi Adam berpusat pada rasa hormat,
pengabdian, dan ketaatan kepada Allah, serta kesadaran akan tempat umat
manusia sebagai khalifah (penerus) di muka bumi.
Nabi Nuh (AS): Nabi Nuh (AS) adalah seorang nabi yang diutus untuk
menyampaikan ajaran tauhid (kepercayaan terhadap keesaan Tuhan) kepada
kaumnya. Dia menghadapi tantangan besar dalam menyampaikan pesan
Tuhan kepada orang-orang kafir. Keimanan Nabi Nuh terletak pada
keyakinannya terhadap janji-janji Allah dan ketaatannya dalam
menyampaikan risalah, meski menghadapi cobaan yang berat.
Nabi Ibrahim (AS): Nabi Ibrahim (AS) dianggap sebagai salah satu nabi
terbesar Islam dan agama surgawi lainnya.
Iman Nabi Ibrahim kuat, terbukti dari kisahnya yang terkenal tentang
pengorbanan Ismail. Beliau adalah teladan kesetiaan dan ketaatan kepada
Tuhan bahkan dalam menghadapi cobaan terberat sekalipun.
Nabi Musa (AS): Nabi Musa (AS) dianggap sebagai pembawa Taurat dan
pemimpin bani Israel. Keimanan Nabi Musa ditunjukkan melalui tekadnya
untuk memimpin umatnya keluar dari perbudakan di Mesir, serta
kemampuannya dalam menerima dan menyampaikan wahyu Tuhan kepada
umatnya.
Nabi Isa (AS): Nabi Isa (AS) dianggap sebagai nabi dan rasul dalam Islam
yang menerima Injil sebagai wahyu dari Tuhan. Iman Nabi Isa terletak pada
penyampaian ajaran akhlak, keadilan dan cinta kasih kepada umat manusia,
serta ajaran tentang keesaan Tuhan.
Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai akhir dari
nabi dalam Islam. Keyakinannya terhadap wahyu yang diterimanya, serta
ilmunya terhadap ajaran Ilahi, menjadi landasan utama penyebaran Islam ke
seluruh dunia.
Beliau juga mengajarkan tentang pentingnya keteguhan iman, ketaatan kepada
Tuhan, dan cinta kasih terhadap sesama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa sejarah
keimanan dan ketauhidan dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW
menunjukkan upaya manusia dalam mencari makna eksistensial dan hubungan
dengan yang Ilahi. Sementara itu, penyimpangan aqidah yang terjadi dalam
berbagai agama dan kepercayaan mencerminkan kompleksitas manusia dalam
memahami dan mengartikan yang transenden.
B. Saran
Dari materi “Sejarah Keimanan dan Ketauhidan sejak Nabi Adam a.s hingga
Nabi Muhammad SAW” sulit untuk dipahami, Dengan pendekatan komprehensif
dan kontekstual seperti itu, pembaca diharapkan memiliki pemahaman
menyeluruh tentang sejarah keimanan dan tauhid serta mengetahui cara
menghindari penyimpangan keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
SEJARAH KEIMANAN DAN KETAUHIDAN SEJAK NABI ADAM A.S. HINGGA NABI
MUHAMMAD SAW. (2024). Retrieved March 16, 2024.
Hajar, I. I. (2014). Sejarah Agama dalam al-Qur’an; Dari Sederhana Menuju
Sempurna. TSAQAFAH, 10(2), 393-412.
Muhammad Nur, (2022). KESUCIAN PRIBADI NABI MUHAMMAD SAW Nilai-Nilai
Filosofi Keimanan dan Akhlak Mulia. DIDAKTIKA ISLAMIKA 13(1), 85-107.
Al-Ahdhori, Abdul Rahman, Terjemah Jauharul Maknun,
Surabaya: Mutiara Ilmu, 2000