Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAUHID

Tauhid (akidah) adalah ajaran dasar agama Islam dan hukum mempelajarinya adalah fardhu ‘ain bagi
setiap muslim. Tauhid dalam sejarah pemikiran Islam secara teologis merupakan bagian dari ilmu yang
berdiri sendiri yang selama ini kurang mendalam, kurang rasional dan filosofis. Dalam
perkembangannya, tauhid melakukan pembahasan sepihak karena tidak mengemukakan pandangan
aliran-aliran teologi Islam. Mempelajari ilmu tauhid menurut satu aliran saja menimbulkan wawasan
yang sempit dalam beragama atau berteologi Islam. Wawasan yang sempit tersebut membuat orang
bersifat fanatik, lemah iman, kesulitan dalam mempertahankan serta membela kepercayaan Islam.

Untuk mendapatkan wawasan yang luas, dari sebuah kajian ilmu tersebut diperlukan sikap toleran yang
tinggi dengan memiliki akidah yang kuat dalam beragama dan perlu mengetahui berbagai ajaran tauhid
dalam berbagai macam aliran teologi Islam dan sejarahnya. Mempelajari ilmu kalam atau tauhid
bertujuan meningkatkan wawasan, keyakinan dan dasar yang kuat sehingga dalam menjalankan apa
yang menjadi ketentuan

islam tidak terombang - ambing oleh isu-isu yang muncul di setiap zaman dari pemikiran dan gagasan
manusia. Tauhid sebagai pondasi juga harus dimiliki oleh seseorang sebagai pondasi awal untuk menuju
pada pondasi selanjutnya yaitu Islam dan Ihsan. Iman merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
manusia sebagai bentuk percaya dan yakin akan adanya wujud Allah Tuhan Sang Maha Kuasa dan
bentuk keyakinan bahwa tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang menyekutukanNya.

Tauhid menjadi suatu cabang keilmuan yang memiliki pembahasan khusus yaitu tentang sifat
ketuhanan, kekuasaanNya, surga, neraka, kufur, murtad, mukmin dan taqdir Allah SWT. Tauhid menjadi
ilmu yang cemerlang dan sempat menghebohkan peradaban Islam pada abad 4-5 Hijriyah, dimana
tauhid menjadi ilmu yang favorit dan banyak diminati oleh para santri waktu itu.

Dengan mengetahui ilmu tauhid dan latar belakang sejarahnya seseorang akan bertambah keyakinanya
terhadap ke Esaan Allah yang dapat menjadi sebuah barometer keimanan seseorang. Sebuah ideologi
dan kepercayaan perlu ditanamkan kepada setiap orang muslim yang bertujuan agar membentuk
kepribadian dan sikap yang bertaqwa.

A. Munculnya Kebuthan Ilmu Tauhid

1. Munculnya Sebuah Keyakinan Beragama

a. HakekatKebutuhanaManusia

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa klepercayaan terhadap adanya Tuhan. Para ahli
Tafsir mengatakan, fitrah artinya ciptaan atau kejadian yang asli. Kalau ada manusia kemudian tidak
beragama tauhid berarti telah terjadi penyimpangan dari fitrahnya. (Abdullah bin Abdil Hamid Al-Astari,
2006. Intisari Aqidah Ahlussunnah. WalJama'ah. Terj. Farid bin Muhammad Bathathy. Jakarta: Pustaka
Imam. Syafi'i., hlm. 35.)

Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat ia hidup, pemikiran yang menjauhkan dari agama
tauhid dan sebagainya. Karena naluri beragama tauhid merupakan fitrah maka ketauhidan dalam diri
seseorang telah ada sejak ia dilahirkan, untuk menyalurkan dan memantapkan naluri itu, Allah SWT
mengutus Nabi atau Rasul yang memberikan bimbingan dan petunjuk ke jalan yang benar sehingga
manusia terhindar dari kesesatan.

b. NaluriManusiaBeragama

Rudolf Otto, ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman, dalam bukunya the idea of The Holy yang terbit
pada 1917, seperti yang dikutip Karen Amstrong, mengatakan, kebutuhan manusia terhadap agama
berawal dari ketakjuban mereka terhadap fenomena keteraturan dan keunikan alam semesta. Dengan
pikiran dan perasaan yang dimilikinya, manusia berusaha memahami dan memecahkan fenomena
tersebut yang akhirnya memunculkan rasa tentang yang Gaib, yaitu ada kekuatan besar yang mengatur
alam semesta dan kehidupan mereka yang hakikatnya tak mampu dijangkau oleh akal pikiran mereka.
Perasaan tentang yang gaib itu, lanjut Otto, adalah titik berangkat manusia ketika menjelaskan asal-usul
dunia atau cara menjalankan kehidupan yang baik di dunia.

Dengan demikian, manusia secara fitrah membutuhkan agama. Kebutuhan manusia terhadap agama
berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau naluri alamiah (fitrah) manusia karena adanya respon
dari luar. Fitrah alamiah manusia senantiasa menuntut untuk bertanya tentang hakekat alam dan
manusia. Misalnya, adakah kekuatan yang mengatur dan mengendalikan alam semesta ini? Adakah
kehidupan setelah kematian? dan pertanyaan-pertanyaan filosofis lainnya.

Ilmu tauhid adalah sebuah ilmu untuk mengenal Allah SWT dalam arti untuk mengetahui menyakini
bahwa Allah adalah maha pencipta alam semesta dan tidak ada yang menyekutukanya. Secara historis
menyatakan bahwa tauhid telah ada sejak lama dengan adanya sejarah Nabi Adam dan penerusnya. Dari
hal tersebut terbukti dengan adanya manusia yang mendiami bumi telah percaya, yakin bahwa Allah
SWT itu Esa .

Semua Nabi yang berjumlah 25 itu semuanya mengajarkan kepada umatnya tentang arti penting
beragama serta melakukan kebaikan dan ketauhidan terhadap sang pencipta jagat alam raya dengan
mengajarkan kaidah-kaidah keyakinan yang bersifat tunggal yaitu Allah SWT.

c. DimensiKeyakinanManusiaBeragama

Demensi lain dari agama adalah dengan cara hidup seseorang di muka bumi dan untuk mengenal
demensi keyakinan dalam beragama diperlukan metode dan sejarah. Maka mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan keyakinan dalam beragama. Maka diperlukan tinjauan dari beberapa aspek yang
membawa nilai positif, yang diantaranya telah di naskan oleh Allah SWT yang ditunjukan dengan ayat al
Qur'an. Dalam (Qs. Al Baqarah [2]: 213):

Artinya: "....Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan
itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi Ilmu yang digunakan untuk menetapkan akidah-
akidah diniyah yang di dalamnya diterangkan segala yang di sampaikan rosul dari Allah tumbuh
bersama-sama dengan tumbuhnya agama di dunia ini. Para ulama’ di setiap umat berusaha memelihara
agama dan meneguhkannya dengan aneka macam dalil yang dapat mereka kemukakan. Tegasnya, ilmu
tuhid ini dimiliki oleh semua umat hanya saja dalam kenyataannyalah yang berbed-beda. Ada yang
lemah, ada yang kuat, ada yang sempit, ada yang luas, menurut keadaan masa dan hal-hal yang
memengaruhi perkembangan umat, seperti tumbuhnya bermacam-macam rupa pembahasan.

Adapun ilmu yang menetapkan akidah-akidah islamiyah dengan jalan mengemukakan dalil dan
mempertahankan dalil- dalil itu, tumbuh bersama-sama dengan tumbuhnya islam, dan dipengaruhi oleh
perkembangan jalan pikiran dan keadaan umat islam.

B. Sejarah Ilmu Tauhid zaman Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim

Secara umum, tugas para Nabi, adalah mengajak manusia kepada ajaran Tauhid (terutama Tauhid
ibadah), Bukan mengakui tentang keberadaan Allah. karena, pengakuan tentang keberadaan Allah
adalah hal yang tidak diragukan bagi seluruh umat manusia. Setelah ia beranak cucu banyak, ia
ditugaskan Allah menjadi Nabi kepada anak cucunya. Adam mengajarkan tauhid kepada anak cucunya
secara murni sehingga merekapun taat dan tunduk kepada ajaran Adam yang meng- Esakan Allah SWT.

Nabi Adam tetaplah Manusia pertama yang diciptakan Allah. Berikut penjelasan lengkap nya:
“...manusia sebelum diturunkan haruslah mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu bersaksi kepada
Allah SWT dan bersaksi kepada Muhammad SAW. Pertanyaan sekarang adalah apakah manusia sebelum
nabi Muhammad SAW, kususnya nabi Adam AS mengucapkan juga, padahal Muhammad belum ada
waktu itu ?

Nabi Adam juga beragama tauhid, seperti Nabi Ibrahim. Allah swt itu Maha Esa, Dia lah yang
menciptakan semua ini, dan untuk mengatur cara hidupnya manusia Allah swt buatkan aturan dan
undang-undang, yang dengan undang-undang itu hidup manusia menjadi aman dan nyaman, tidak
seperti hidupnya binatang. Allah SWT, berfirman dalam (Qs. Al-Syura [42]: 13);

Seruan yang dilakukan oleh para Nabi adalah “Wahai Kaumku, Sembalah Allah Yang Maha Esa.” Seruan
tersebut dilakukan oleh Nuh,

Hud, Saleh, Shuaib, dan seluruh Nabi

Artinya: “...Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya

Di dalam Al-Quran, perkataan beliau diabadikan, Firman Allah SWT, dalam (Qs Al-Hajj [22]: 78);

‫وجاهدوا في هللا حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الدين من حرج ملة أبيكم إبراهيم‬
‫هو سماكم) المسلمين من قبل وفي هذا‬

Artinya: “...Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. agama
orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu [993], dan
(begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik
Penolong." 23

Undang-undang itulah Agama Allah swt, itu namanya Agama Tauhid, karena intinya mengesakan Allah
swt. dan seluruh pengabdian hanya milik Allah swt.

Sepeninggal Adam, anak-anaknya mulai kacau, lalu Allah swt mengangkat Idris, sesudah itu Nuh.
Sepeninggal Nabi Nuh manusia menyimpang dari tuntunan Agama-Nya, maka Allah swt mengangkat
para Nabi dan Rasul-Nya dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat penyelewengan dan kerusakan
manusia. Sampai kepada Nabi Ibrahim, dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad saw sekarang.
Jadi semuanya beragama Tauhid. Tidak mungkin Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan bermacam-macam
Agama, dan tidak mungkin pula para Nabi dan Rasul yang diangkat Nya mengajarkan agama menurut
versinya sendiri-sendiri.

Dalam kitab Usfuriyah, untuk memberi keyakinan bahwa Muhammad memang telah disebutkan Allah
pada awal penciptaan Nabi Adam AS. Ada riwayat yang di dasarkan pada hadis Nabi dan sebuah riwayat
orang shaleh yang menjelaskan hal ini sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda: ketika nabi Adam mengakui kesalahannya, lalu dia berkata dan memohon “ya
tuhan-Ku hamba memohon kepada- Mu dengan kebenaran Muhammad. Ampunilah hamba “. Lalu Allah
berfirman kepada Adam “hai Adam. Bagaimana kau tahu tentang Muhammad padahal aku belum lagi
menciptakannya?”. adam menjawab “ya Tuhanku, sesungguhnya ketika engkau ciptakan hamba, hamba
mengangkat kepala, kemudian terlihat olehku tulisan di pintu gerbang Arasy berbunyi; “Lailaha Illallah
Muhammadarrasulullah”, maka ketika itu mengerti hamba, tidak mungkin ada satu nama yang
bersanding dengan nama-Mu kecuali makhluk yang sangat kau sayangi.”.

Maka Allah berfirman, “benar engkau hai Adam. Sesungguhnya Muhammad itu adalah makhlukku yang
paling ku sayangi, bila engkau memohon kepadaku dengan kebenarannya sungguh aku ampuni engkau “
( HR.Baihaqi)

Diriwayatkan Ibnu Jauzi dalam kitab Salwatul Ahzaan disebutkan bahwa Adam AS ketika hendak
mendekati Siti Hawa, maka Siti Hawa meminta mas kawin. Lalu Adam AS berdoa “.... ya rabb apakah
yang harus saya berikan kepadanya?” Allah berfirman “ya Adam bacalah Shalawat untuk kekasihku
Muhammad 20 kali”. Maka itu dipatuhi dan dilaksanakan Adam AS untuk mendekati Siti Hawa.

Muhammad yang disebut Allah Kepada Nabi Adam itu adalah Muhammad Awalin atau ulama
menyebutnya sebagai Nur Muhammad. Lalu kalau ada awalin tentu ada akhirin ?

Karena fitrah manusia yang suka dipimpindan diatur, jika pemimpinya sudah tidak ada lagi atau wafat.
Maka kehilangan pemimpin itu mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan dari ajaran yang lurus
menjadi keadaan yang tidak teratur dan tidak terkendali. Sehingga Allah membangkitkan atau mengutus
kembali Nabi-nabi setelah Nabi Adam wafat untuk menuntun dan memimpin umat manusia.

2. NabiNuh
Seperti halnya umat Nabi Adam, setelah wafat olehnya maka umatnya kocar kacir tidak berketentuan,
porak-poranda sepeninggal beliau. Maka Allah mengutus Nabi Nuh sebagai pengatur dan pemimpin
umat manusia setelah nabi Adam. Sehingga Nabi Nuh disebut sebagai bapak atau nenek moyang kedua.

Tauhid Nabi Nuh a.s, disebutkan dalam (Qs. Al-Araf [7]:59);

Artinya: “....Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak
menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). “

Ketika maut hendak menjemputnya, nabi Nuh a.s. berwasiat kepada puteranya.

Artinya: “...Sesungguhnya Nabi Allah Nuh ‘alaihissalam tatkala hendak wafat, ia berkata kepada
putranya: ‘Sungguh aku hendak berwasiat kepadamu. Aku memerintahkan kepadamu 2 perkara, serta
aku melarangmu dari 2 perkara. (Perintah pertama) Aku memerintahkan kepadamu kalimat laa ilaaha
illallaah;karena sesungguhnya ketujuh langit dan ketujuh bumi jika diletakkan pada satu daun
timbangan, serta kalimat laa ilaaha illallaah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka kalimat laa
ilaaha illallaah akan lebih berat timbangannya. Dan andaikata ketujuh langit serta ketujuh bumi dalam
keadaan terbelenggu dan terkunci; niscaya kalimat laa ilaaha illallaah akan mematahkan belenggu kunci
tersebut.(Perintah kedua) kalimat subhaanallaahi wa bihamdihi; sesungguhnya kalimat tersebut adalah
sholatnya segala sesuatu, dengan kalimat tersebut setiap makhluk diberi rizki. (Larangan pertama) Dan
aku melarangmu dari kesyirikan dan (larangan kedua) kesombongan. Ada yang berkata kepada
Rasulullah:’Wahai Rasulullah..! Kami sudah mengenal tentang kesyirikan, namun bagaimana dengan
kesombongan?’ Apakah (termasuk kesombongan) bila salah seorang diantara kami memiliki dua buah
sandal yang indah? Rasulullah menjawab: ‘Tidak..!’. Ia bertanya lagi: ‘Apakah (termasuk kesombongan)
bila salah seorang diantara kami mengenakan pakaian yang indah?’ Rasulullah menjawab: ‘Tidak..!’. Ia
bertanya lagi: ‘Apakah kesombongan itu bila seorang diantara kami memiliki hewan tunggangan
(kendaraan)?’ Rasulullah menjawab: ‘Tidak..!’. Ia bertanya lagi: ‘Apakah kesombongan itu bila seorang
diantara kami memiliki teman-teman yang duduk dihadapannya?’ Rasulullah menjawab: ‘Tidak..!’ Lalu
ditanyakan kepada beliau: ‘Lalu apa sebenarnya yang dikatakan sombong (al-Kibr) itu? Beliau menjawab:
‘(al-Kibr adalah) menolak kebenaran dan meremehkan manusia.

3. Nabi Ibrahim

Kemudian sepeninggal Nabi Nuh, umat kehilangan pemimpin lagi dan kacaulah kembali. Hingga Allah
mengutus Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim selain mengajarkan tauhid juga mengajarkan syariah, yang
diantaranya disyariatkan dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai bukti adanya
hubungan yang erat antara syariah Ibrahim dan syariah Muhammad. Diantara Nabi Ibrahim dan
Muhammad. Allah juga mengutus banyak Nabi yang dinataranya adalah Nabi Musa dan Isa AS.

Nabi Ibrahim a.s, Ishaq a.s dan Ismail a.s juga mengajarkan Tauhid, Firman Allah SWT, dalam (Qs. Al-
Bqarah [2]:133);

Artinya: “...Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda- tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

C. Sejarah Ilmu Tauhid Zaman Rasulullah

1. TugasKerasulanNabiMuhammmad

Kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah ditugaskan untuk mengembalikan dan memimpin umat kepada
tauhid, mengakui ke-Esaan Allah SWT dengan ikhlas dan semurni-murninya, seperti apa yang dibawa
dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim dahulu. Agama yang sebenarnya tidak asing lagi bagi bangsa Arab.
Tauhid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad itu seperti apa yang telah digariskan dalam al Qur'an dan
Hadits.

Segala sifat-sifat Allah sudah terkandung dalam al Qur'an sehingga di masa Rasul tidak ada orang yang
menanyakannya. Karena mereka sudah jelas dalam hal tersebut. Mereka hanya menanyakan masalah-
masalah yang berhubungan dengan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, amal shaleh, dan lain-lain.
Mereka semua sepakat menetapkan bahwa sifat-sifat Allah itu Azali, yaitu: Qudrat, Iradah, Ilmu, Hayyat,
Sama', Bashar, Kalam, dan lain-lain.

2. TauhidMasaKerasulanNabiMuhammmad

Dalam masa nabi belum terjadi berbedaan yang mendalam karena masyarakat pada waktu itu masih di
persatukan dan semua di kembalikan kepada nabi sebagai utusan Allah. Tauhid yang berkembang pada
saat itu masih bersifat murni dan belum terombang-ambing oleh masalah kekuasaan dan politik yang
memicu perpecaah umat islam.

Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan peraturan dengan prinsip
kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Setiap masalah yang belum difahami dikembalikan langsung
kepada Rasulullah saw

sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya.

Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menghindari dari
perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan
kekacauan. Allah swt berfirman dalam (Qs. al-Anfal [8]: 46);

‫واطيعوا هللا ورسوله وال تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا ان هللا مع الصابرين‬

Artinya: “...Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar”.

Bila terjadi perdebatan haruslah dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat dengan cara baik
dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari pertengkaran. Allah swt
berfirman dalam (Qs. An-Nahl [16]: 125);

‫ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”

Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah saw tidak sampai pada perdebatan dan polemik yang
berkepanjangan.



3. TugasNabiMuhammad

Ketika berfirman kepada nabi Muhammad, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, dalam (Qs. Al-Anbiya:
[21]: 25), “...Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engjau (Muhammad) melainkan Kami
wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah
Aku.

Untuk hal itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, dalam (Qs. An-Nahal [16]: 36):

Artinya:“...Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap- tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”

Menurut Qaradhawi, Dua kalimat “Allah dan jauhilah Thagut” adalah dasar pembebasan manusia untuk
menyembah selain Allah baik menyembah kepada diri sendiri, Hawa nafsu, Alam, Benda mati, Angan-
angan, Kebatilan, Maupun pemuka agama. ketika mensifati ahli kitab,

Selanjutnya Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, dalam .(Qs. At- Taubah [9]: 31).

Artinya: “.. .mereka menjadikan orang-orang Alim, Rahib-rahib, dan Al-Masih putra Mariyam sebagai
tuhan-tuhan selain Allah. padahal, mereka hanya disuruh untukmenyembah Allah yang maha Esa. tidak
ada Tuhan –yang berhak disembah-melainkan Dia. Maha suci Allah dari hal yang mereka sekutukan.”

4. TugasMensucikanAllah

Menurut Al-Qaradhawi, akidah ketiga yang di ajarkan dalam dasar ini adalah mensucikan Allah
Subhanahu Wata’ala. Dari hal yang tidak layak dengan sifatnya yang maha Sempurna. Dia adalah Tuhan
yang memiliki kesempurnaan dan jauh dari kekurangan.

Al-Qur’an menyebutkan sifat kesempurnaan-Nya dengan nama-nama yang paling indah. Allah SWT
berfirman: Dalam (Qs. Thaha [20]: 8. Allah

berfirman: artinya: “...Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik).
D. Perkembangan Ilmu Tauhid setelah Rasulullah wafat

Semenjak Rasulullah wafat, pemerintahan dipegang oleh khulafaurrasyidin yang kemudian dipimpin
oleh khalifah Umawiyah dan setelah itu oleh daulah Abbasyiah.

Di masa sahabat, ketauhidan tidak ada bedanya dengan zaman rasul. Sampai akhir abad pertama hijriah,
barulah ada kegoncangan- kegoncangan setelah munculnya seseorang bernama Jaham Ibnu Shafwan di
negeri Persi yang tidak mengakui adanya sifat-sifat Allah yang Azali itu, banyak di antara kaum muslimin
yang terpengaruh oleh ajaran itu, bahkan ada yang menguatkan keyakinannya.

Sejak akhir pemerintahan Umawiyah, dunia islam mulai kemasukan kebudayaan-kebudayaan asing yang
datang dari Persi, Yunani, India dan sebagainya.

Setelah rosulullah saw wafat, dalam masa kholifah pertama dan kedua, umat islam tidak sempat
membahas dasar-dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan berusaha
mempertahankan kesatuan.

Tidak pernah terjadi perbedan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al qur’an
tanpa mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka
menjauhi larangannya. mereka mensifatkan allah swt dengan apa yang allah swt sifatkan sendiri. Dan
mereka mensucikan allah swt dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan allah swt. Apabila mereka
menghadapi ayat-ayat yang mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan
penta’wilannya kepada Allah SWT M.

Di masa kholifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya kholifah
usman. Umat islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan dan partai, barulah masing-masing
partai dan golongan-golongan itu dengan perkataan dan usaha dan terbukalah pintu ta’wil bagi nas al
qur’an dan hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai