Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIK PENYINGKATAN KATA DAN AKRONIM

DALAM BAHASA INDONESIA

ARTIKEL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Problematik Bahasa


Indonesia yang Dibina oleh Dr. Hasan Busri, M.Pd.

Oleh:
Alvin Nurcahya (2180107102)
Ahmad Marzuki (21801071026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
JUNI 2021
ABSTRAK

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan problemati dalam tataran penulisan
singkatan dan akroni. singkatan adalah hasil menyingkat yang berupa huruf atau
gabungan huruf. singkatan biasanya digunakan untuk menyingkat nama orang, gelar,
sapaan, jabatan, nama lembaga, satuan ukuran, hingga frasa misal NKRI, WHO, BMKG.
Semua kependekan itu dapat digolongkan kedalam singkatan. Sementara akronim adalah
gabungan huruf, suku kata, atau bagian kata lainnya yang ditulis dan dilafalkan sebagai
kata yang wajar misal mayjen Penyingkatan dari mayor jendral.

Kata kunci:, singkatan, akronim,

PENDAHULUAN

Bahasa sering digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari baik itu secara
lisan maupun secara tulisan. Begitu dekatnya kita dengan bahasa terutama bahasa
indonesia. Bahasa indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia
(menurut UUD 1945 pasal 36) dan bahasa persatuan bangsa Indonesia, sehingga
kita perlu mempelajari dan memperdalami bahasa indonesia lebih luas karena
sebagai penutur bahasa indonesia. orang indonesia tidak terlalu terampil dalam
menggunakan bahasa. Perihal ini merupakan sebuah kelemahan yang sering tidak
disadari oleh pemakai bahasa.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang penggunaanya sesuai
dengan situasi komunikasi baik formal dan nonformal antarpenutur. Adapun
bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang penggunaannya sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia (kebakuan bahasa). Penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dapat diartikan penggunaan bahasa yang serasi dengan situasi
komunikasi yang tepat dan sesuai dengan kaidah bahasa yang tepat (Elieza,
2019:1).
Bahasa memiliki fungsi tertentu yang digunakan berdasasrkan kebutuhan
seseorang, yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan diri, untuk berkomunikasi,
untuk beradaptasi sosial, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Fungsi
bahasa ada enam, yakni dilihat dari sudut penutur, pendengar, kontak, topik, kode,
dan amanat pembicara (Abdul Chaer 2010:14).
Sifat bahasa sangat luwes dan manipulatif. Bahasa sangat mudah
dimanipulasi untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Hal ini dapat dilihat orang-
orang berpolitik melalui bahasa. Untuk mampu memanipulasi bahasa kita harus
mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Dalam kehidupan saat ini sudah banyak kalangan atau masyarakat luas yang
melakukan penyingkatan kalimat agar lebih cepat dan mudah dibaca. Tak jarang
penyingkatan-penyingkatan yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan atau
kaidah yang ada. Kebanyakan masyarakat menyingkat kata tersebut karena
tergantung nilai rasanya, apa enak didengar atau tidak dan tanpa memikirkan
aturan yang ada. Bentuk penyingkatan yang salah tidak hanya dalam bentuk lisan
saja, tapi juga dalam bentuk tulisan.
Probelamtik penyingkatan kata dan akronim dapat terjadi karena kurangnya
pengetahuan tentang aturan-aturan penyikatan yang benar. Dalam artikel ini,
penulis mediskripsikan beberapa problematik penyingkatan kata dan akronim
yang sangat sering kita ucapkan,tulis, dan kita dengar.

LANDASAN TEORI

Menurut KBBI 2008:1313. Penyingkatan merupakan hasil menyingkat atau


memendekkan yang berupa huruf atau gabungan huruf misal NKRI, WHO, BMKG.
Semua kependekan itu dapat digolongkan kedalam singkatan. Menurut pusat bahasa
dan pengembangan bahasa, Penyingkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi dapat disimpulkan Penyingkatan kependekan
atau ringkasa.
Menurut KBBI 2008:29, akronim adala hkependekan yang berupa gabungan
huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang
wajar misal mayjen Penyingkatan dari mayor jendral. Menurut pedoman umum
ajaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, akronim adalah Penyingkatan yang
berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Berikut adalah contoh dan panduan penulisan Penyingkatan yang sesuai


dengan PUEBI.
1. Penyingkatan ditulis huruf besar dengan titik di setiap unsur singkatan.
Penyingkatan ditulis huruf besar disertai tanda titik pada setiap huruf atau
unsur Penyingkatan untuk penulisan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat. Berikut contohnya:
a. W.R. Supratman - Wage Rudolf Supratman
b. A.H. Nasution - Abdul Haris Nasution
c. R.A. Kartini - Raden Ajeng Kartini
d. H. Hamid - Haji Hamid
e. M.B.A. - master of business administration
f. S.Sos. - sarjana sosial
2. Penyingkatan ditulis huruf kapital tanpa titik
Penulisan Penyingkatan seluruhnya ditulis dengan huruf kapital apabila terdiri
atas huruf awal setiap kata nama lembaga, badan, organisasi, maupun dokumen
resmi yang ditulis. Penulisan ini juga tidak disertai dengan tanda titik. Berikut
contohnya:
a. NKRI - Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. WHO - World Health Organization
c. KUHP - Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
d. ITB - Institut Teknologi Bandung
e. PGRI - Persatuan Guru Republik Indonesia
f. BMKG - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika
3. Penyingkatan ditulis dalam tiga huruf dengan titik.
Penulisan Penyingkatan ditulis dalam tiga hurus disertai titik dalam
penggunaan suatu kata maupun frase. Beriku contohnya:
a. hlm. – halaman
b. dll. - dan lain-lain
c. sda. - sama dengan di atas
d. yth. - yang terhormat
e. ttd. – tertanda
f. dsb. - dan sebagainya
4. Penyingkatan untuk surat menyurat.
Kata yang lazim digunakan dalam surat menyurat dapat disingkat dengan
disertai tanda titik di setiap unsurnya. Berikut contoh penulisannya:
a. d.a. - dengan alamat
b. s.d. - sampai dengan
c. u.p. - untuk perhatian
d. a.n. - atas nama
5. Penyingkatan untuk lambang kimia dan satuan ukuran.
Kata yang merujuk pada lambang kimia, satuan ukur, takaran, timbangan, dan
mata uang dapat ditulis singkat tanpa diikuti tanda titik. Sebagai contoh:
a. He – Helium
b. cm – sentimeter
c. C – celcius
d. l – liter
e. Rp – rupiah

Contoh dan panduan penulisan akronim


1. Akronim ditulis dengan huruf kapital tanpa titik.
Akronim ditulis dengan huruf kapital tanpa titik apabila merupakan huruf awal
setiap kata nama diri, lembaga, atau komunitas. Berikut contohnya:
a. LIPI - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
b. BIN - Badan Intelijen Negara
c. PASI - Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
d. LAN - Lembaga Administrasi Negara
2. Akronim ditulis ditulis kapital di huruf depan.
Akronim ditulis dengan huruf kapital di awal kata apabila berupa gabungan
suku kata atau huruf dan suku kata. Berikut contoh penulisannya:
a. Bappenas - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
b. Kowani - Kongres Wanita Indonesia
c. Suramadu - Surabaya-Madura
d. Mabbim - Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
e. Sumsel - Sulawesi Selatan
3. Akronim ditulis huruf kecil
Akronim ditulis dengan huruf kecil apabila merupakan gabungan huruf awal
dan suku kata atau gabungan suku kata yang bukan nama diri. Berikut contoh
penulisannya:
a. puskesmas - pusat kesehatan masyarakat
b. iptek - ilmu pengetahuan dan teknologi
c. pemilu - pemilihan umum
d. tilang - bukti pelanggaran
e. rudal - peluru kendali.

PEMBAHASAN

Penyingkatan dan akronim adalah dua hal yang berbeda. Penyingkatan


menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil menyingkat yang
berupa huruf atau gabungan huruf. Penyingkatan juga dapat diartikan sebagai
kependekan atau ringkasan. Penyingkatan biasanya digunakan untuk menyingkat
nama orang, gelar, sapaan, jabatan, nama lembaga, satuan ukuran, hingga frasa.
Sementara akronim adalah gabungan huruf, suku kata, atau bagian kata lainnya
yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Akronim digunakan untuk
mengikat suku kata maupun huruf mati dan konsonan suatu nama ataupun fras.
Penyingkatandan akronim dibedakan dari cara pengucapannya.

Untuk akronim, kata yang disebutkan mengandung makna yang sebenarnya.


Sementara Penyingkatan tidak, dan cenderung dibaca per huruf. Penyingkatan dan
akronim juga dibedakan dari cara penulisannya. Saat ini aturan penulisan
Penyingkatan dan akronim diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI). Pedoman ini resmi menggantikan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
sejak 2016.

Perkembangan Penyingkatan dan akronim semakin membanjiri


perbendaharaan kosa kata bahasa indonesia. faktanya hingga saat ini masih banyak
terjadi kesalahan Penyingkatan dan akronim, baik itu dalam penulisan maupun
pengucapanya. Penyingkatan dan akronim muncul karena penutur menginginkan
pengucapan kata atau tulisan yang singkat, menghidari tulisan yang panjang dan
memakan banyak waktu. Memang dalam percakapan sehari-hari masyarakat tidak
ada larangan dalam menbuat Penyingkatan dan akronim, namun buakan berarti
sebagai penutur boleh membuat Penyingkatan dan akronim dengan mengabaikan
atau melanggar kaidah bahasa indonesia.

Dalam membuat Penyingkatan dan akronim sebaiknya tidak asal ucap atau
melanggar aturan yang sudah ada dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI). Saat ini banyak sekali kaum melenial yang menyingkat atau memotong
kata seenaknya, hal ini menjadi salah satu penyebab utama dari rusaknya bahasa
indonesia. penyingkatan kata yang digunakan oleh anak-anak melenial terbentuk
karena budaya yang instan, dan sering meniru orang-orang yang menggauli bahasa.
Pada kasus seperti ini, Penyingkatan dan akronim cenderung hanya dipahami oleh
kelompok tertentu.

Berikut ini adalah bentuk bentuk penyingkatan yang dibuat oleh kaum
melenial:
No Bentuk lengkap Pola pemendekan kata
1 2 3 4
1 Aku Ku Aq Q
2 Enggak Gak Ngk Gk G
3 Saja Aja Aj J
4 Semoga Smga Moga mga
5 Kalau Kalo Klu Kl
6 Dengan Dgan Dngn dgn Dg
7 Sampai Sampe Ampe smpe
8 Jadi Jdi Jd
9 Sama Ama Sma sm
10 Yogyakarta Jogya Jgya jgja
11 Buat Bwat Bwt

Berikut ini beberapa contoh akronim yang sudah sangat sering kita dengar dan
kita gunakan.

N AKRONIM KEPANJANGAN
O

1. Bandara bandar udara

2. Rudal Peluru kendali

3. Sidak Inpeksi mendadak

4. Tilang Bukti pelanggaran

5. Toserba Toko serba ada

Kata bandara masyarakat pada umumnya lebih suka memakai istilah bandara
daripada bandar udara. Padahal belum tentu semua orang tahu kepanjagan dari
intilah bandara itu. Selanjutnya kata rudal, umumnya orang lebih senang
menyebutkan kata rudal daripada peluru kendali. Selain kata-kata yang tertera
dalam tabel ada juga Penyingkatan dan akronim yang sering digunakan, akrab
ditelinga kita, namun ternyata kata tersebut salh besar dan tidak ada dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) . seperti kata demo Penyingkatan dari kata
demonstrasi, kata promo yang disingkat dari kata promosi, kata rehab
Penyingkatan dari kata rehabilitasi, kata pro dari kata profesional dan masih
banyak lagi.

Jika hal ini dibiarkan nantinya sebagian besar kata-kata bahasa indonesia akan
terdiri atas Penyingkatan dan akronim saja, kondisi ini mengakibatkan kesalahan
berbahasa indonesia. hal ini juga semakin menyesatkan orang lain dalam ucapan
atau tuisan mana yang benar dan mana yang slah. Menurut penulis sebaiknya kita
sebgai penutur mengurangi produksi Penyingkatan dan akronim yang sembarang,
batisi pada pada hal-hal yang perlu saja. Media masa pun ikut bertanggung jawab
terhadap munculya Penyingkatan dan akronim yang terkada rancu.seperti yang
terdapat pada salahsatu media masa terdpat kata yang mengalami proses
penyingkatan yaitu, sepmor Penyingkatan dari kata sepeda motor dan nopol yang
disingkat dari kata nomor polis, kata sepmor dan nopol tidak ada dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia. penyingkatan kata akan tetap bermanfaat, terkhusus bagi
pekerjaan yang butuh penulisan cepat, seperti notulen, pelajar atau mahasiswa.
Namun, jika tulisan untuk dipublikasikan kekhalayak, sebisa mungkin penulis
harus , menghindari penyingkatan kata. Oleh karena itu masalah penyingkatan dan
akronim tidak boleh kita abaikan.
SIMPULAN

Penyingkatan dan akronim adalah dua hal yang berbeda. Penyingkatan adalah
hasil menyingkat yang berupa huruf atau gabungan huruf. Penyingkatan biasanya
digunakan untuk menyingkat nama orang, gelar, sapaan, jabatan, nama lembaga,
satuan ukuran, hingga frasa. Sementara akronim adalah gabungan huruf, suku kata,
atau bagian kata lainnya yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.
Akronim digunakan untuk mengikat suku kata maupun huruf mati dan konsonan
suatu nama ataupun fras. Penyingkatandan akronim dibedakan dari cara
pengucapannya.

Saat ini banyak sekali kaum melenial yang menyingkat atau memotong kata
seenaknya, hal ini menjadi salah satu penyebab utama dari rusaknya bahasa
indonesia. penyingkatan kata yang digunakan oleh anak-anak melenial terbentuk
karena budaya yang instan, dan sering meniru orang-orang yang menggauli bahasa.
Pada kasus seperti ini, Penyingkatan dan akronim cenderung hanya dipahami oleh
kalangan atau kelompok tertentu.

Contoh kata bandara masyarakat pada umumnya lebih suka memakai istilah
bandara daripada bandar udara. Padahal belum tentu semua orang tahu
kepanjagan dari intilah bandara itu. Selanjutnya kata rudal, umumnya orang lebih
senang menyebutkan kata rudal daripada peluru kendali. Dana ada beberapa
singkatan yang belum ada dalam KBBIseperti, kata demo Penyingkatan dari kata
demonstrasi, kata promo yang disingkat dari kata promosi, kata rehab
Penyingkatan dari kata rehabilitasi, kata pro dari kata profesional dan masih
banyak lagi.

Bahasa berperan sebagai alat komunikasi yang sangat penting untuk


kemajuan sumber daya manusia di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi harus dijunjung tinggi karena bahasa
Indonesia merupakan identitas negara. Oleh karena itu, sebagai pemakai bahasa
sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah yang berlaku.
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sudah jarang digunakan oleh masyarakat. Munculnya bahasa yang
tidak baku lebih mudah digunakan dan masyarakat lebih memilih menggunakan
bahasa tersebut dan melupakan kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal ini
menyebabkan munculnya berbagai problematik dalam bahasa Indonesia yang
ditandai dengan berbagai bentuk kesalahan berbahasa Indonesia.

Salah satu munculnya problematik penggunaan bahasa Indonesia terjadi


dalam satuan bahasa yaitu tataran morfologi yang meliputi imbuhan (afiksasi).
Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada
bentuk dasar. Permasalahan dalam tataran imbuhan (afiksasi) yang paling sering
dijumpai adalah imbuhan awalan (prefiks). Permasalahan dalam tataran imbuhan
awalan (prefiks) meliputi (a) Masalah pembentukan kata dasar yang tidak tepat,
(b) Masalah peluluhan fonem dalam proses prefiksasi, (c) Masalah pembentukan
kata dasar yang tidak tepat

Dengan demikian, perlu diberikan pembelajaran mengenai bahasa Indnesia


bagi seluruh lapisan masyarakatt agar tidak setengah-setengah dalam memahami
bahasanya sendiri. Telah disediakan berbagai bahan rujukan kebahasaan dan
kesastraan, seperti (1) pedoman ejaan, (2) tata bahasa baku, (3) pedoman istilah,
(3) glosarium, (5) kamus besar bahasa Indonesia, dan (6) berbagai kamus bidang
ilmu.
DAFTAR RUJUKAN

Badudu J.S. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima


Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Moeliono, M Anton. 1993. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Sumber Online :
https:/tunas63.wordpress.com/2008/10/14/eyd-cara-menulis-singkatan-dan-akronim.
http://id.wiktionary.org/wiki/Kategori:Singkatan_dan_akronim_bahasa_Indonesia.ht
tp://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_singkatan_dan _akronim.

Anda mungkin juga menyukai