Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Imunisasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif
dalam upaya mencegah morbiditas dan mortalitas. Imunisasi juga terbukti paling cost-
effective mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit menular
(Ołpinski, 2012, Rainey et al., 2011).
Pada tahun 2008 diperkirakan jumlah seluruh kematian pada anak di bawah lima
tahun (0-59 bulan) sebesar 8,8 juta kematian. Sekitar 17% dari kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sedangkan perkiraan
seluruh kematian anak usia 1-59 bulan sebesar 5,2 juta kematian, dan 29% dari kematian
tersebut diakibatkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, 2012).
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terjadi peningkatan
cakupan vaksinasi rutin selama 3 dekade terakhir, namun persentase anak melaksanakan
jadwal vaksinasi yang disarankan masih di bawah target yang diharapkan (Rainey et al.,
2011). Jumlah anak-anak usia < 1 tahun yang tidak mendapatkan imunisasi DPT3 sebesar
19,3 juta anak dan hampir 70% dari anak-anak tersebut hidup di 10 negara berkembang,
dan salah satu dari 10 negara itu ialah Indonesia (WHO, 2005).
Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI (Universal Child Immunization) di
Indonesia adalah karena rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Hal ini
terjadi karena akses tempat pelayanan yang sulit dijangkau, jadwal pelayanan yang tidak
teratur dan tidak sesuai dengan kegiatan masyarakat, kurangnya tenaga pelaksana, tidak
tersedianya buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau kartu imunisasi, rendahnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat, waktu pemberian imunisasi, serta
gejala ikutan imunisasi. Faktor budaya dan pendidikan serta kondisi sosial ekonomi juga
ikut mempengaruhi rendahnya capaian UCI desa / kelurahan (Kemenkes, 2010).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi, seperti
yang dilakukan di beberapa negara Eropa dengan memberikan reward dan punishment
pada warga maupun tenaga kesehatan yang terampil dalam mendorong meningkatkan
cakupan imunisasi (Moran et al., 2007). Rainey et al. (2011) menyatakan sekitar 44% dari
alasan terkait tidak selesainya seluruh jadwal imunisasi (under vaccination) berhubungan
dengan sistem imunisasi, 28% terkait sikap dan pengetahuan orang tua. Sekitar 32% dari

1
alasan yang terkait dengan tidak memberikan imunisasi kepada bayinya (non vaccination)
berhubungan dengan sistem imunisasi, sedangkan 42% terkait dengan sikap dan
pengetahuan orang tua.
Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Saitoh et al., (2013) mengatakan bahwa
pendidikan imunisasi perinatal meningkatkan status imunisasi bayi 34,3% dibandingkan
kelompok kontrol 8,3%. Hasil dari sebuah penelitian lain tentang efek pendidikan
kesehatan pada ibu nifas tentang perawatan bayi, didalamnya termasuk imunisasi dan
keluarga berencana di Nepal mengatakan bahwa pendidikan kesehatan individu pada ibu
nifas tidak memberikan dampak yang signifikan pada pemberian makanan bayi, perawatan
bayi maupun imunisasi, namun sedikit memberikan peningkatan pada penggunaan
keluarga berencana, tetapi dalam diskusinya mengatakan bahwa tingginya tingkat yang
diharapkan pada serapan imunisasi pada semua kelompok tidak bisa mengesampingkan
kemungkinan bahwa pendidikan kesehatan dapat memberikan dampak bila cakupannya
rendah (Alison Bolam et al., 1998).
Oleh karena itu, penulis melakukan peninjauan kasus yang membahas mengenai
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang nantinya berujung pada perubahan
perilaku dari masyarakat terkait dengan imunisasi.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi imunisasi?
2. Apa tujuan imunisasi?
3. Apa mamfaat imunisasi?
4. Apa saja jenis kekebalan?
5. Apa syarat pemberian imunisasi?
6. Apa saja macam-macam imunisasi dasar wajib?
7. Kapan ketepatan jadwal pemberian imunisasi?
8. Bagaimana akibat pemberian imunisasi yang tidak tepat waktu?

1.3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya pengorganisasian dan pengembangan masyarakat,
terwujudnya perubahan perilaku pada masyarakat terhadap pentingnya imunisasi
bagi bayi.

2
2. Tujuan Khusus
a. Masyarakat mengetahui defenisi imunisasi
b. Masyarakat mengetahui tujuan imunisasi
c. Masyarakat mengetahui mamfaat imunisasi
d. Masyarakat mengetahui jenis kekebalan
e. Masyarakat mengetahui syarat pemberian imunisasi
f. Masyarakat mengetahui macam-macam imunisasi dasar wajib
g. Masyarakat mengetahui ketepatan jadwal pemberian imunisasi
h. Masyarakat mengetahui akibat pemberian imunisasi yang tidak tepat waktu

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Imunisasi


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit
tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani,
2013).
Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan
mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada
bayi dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari penyakit lain,
diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak
menjadi sakit. (Hadinegoro, 2011).
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan
tuberculosis (Notoatmodjo, 2003).
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada
anakanak karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun
terjadi penuaan sistem imun nonspesifik seperti perubahan fungsi sel sistem imun,
dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi penyakit auto imun dan
keganasan. (Mulyani, 2013).
Menurut penulis imunisasi adalah Suatu proses pemberian imunisasi dasar :
BCG, Campak, Polio, DPT/HB, DT, TT yang diberikan kepada balita Untuk
meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit Sehingga jika terpajan pada
penyakit tersebut maka ia tidak akan menjadi sakit.

4
2.2. Tujuan Imunisasi
Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain :
a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah
penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortilitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
d. Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita suatu penyakit
yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian
pada penderitanya.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikan imunisasi yaitu untuk mencegah


penyakit dan kematian bayi dan anak–anak yang disebabkan oleh wabah yang
sering muncul.
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan
kepada bayi sehingga bisa mencegah penyaikt dan kematian serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi
menurut (Mulyani, 2013) antara lain :
a. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita.
b. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular
c. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.
.
2.3. Manfaat Imunisasi
Menurut Mulyani, (2013) manfaat imunisasi adalah :
a. Bagi keluarga : dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi
pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung pembentukan keluarga bila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani anak anaknya
di masa kanak-kanak dengan tenang.
b. Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan oleh
penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian.

5
c. Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan nasional.

2.4. Jenis Kekebalan


a. Kekebalan Aktif
Adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri (Hanum,
2010). Contohnya adalah imunisasi polio dan campak. Imunisasi aktif biasanya
dapat bertahan untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup. Kekebalan
aktif dibagi dua yaitu :
1) Kekebalan aktif alami ( naturally acquired immunity), dimana tubuh anak
membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya
anak yang telah menderita campak setelah sembuh tidak akan terserang lagi
karena tubuhnya telah membuat zat penolak terhadap penyakit tersebut.
2) Kekebalan aktif buatan (artificially induced active immunity) yaitu
kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi (Hanum,
2010). Misalnya anak diberi vaksin BCG, DPT, Campak dan lainnya.

b. Kekebalan Pasif
Adalah suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010). Imunisasi pasif dibagi
menjadi dua :
1) Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu kekebalan yang
diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama
(± hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir).
2) Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperolah setelah mendapat
suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan ATS

6
2.5. Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam
kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus
dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan
kemudian menimbulkan antibodi (Hanum, 2010)
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalnya anak
mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk atau
HIV/AIDS

2.6. Macam-macam Imunisasi Dasar Wajib


Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan (2007) dikutip Atikah
(2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau PPI (Program
Pengembangan Imunisasi) antara lain :
a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
1) Tujuan
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak (Atikah, 2010).

2) Kriteria Penyakit
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh myobacterium
tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan lewat bersin atau batuk.
Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan,
demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah
batuk terus menerus, nyeri pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain
tergantung organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan
kelemahan dan kematian. Seseorang yang terinfeksi myobacterium
tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tubercolusis aktif. Beberapa minggu
(2-12 minggu) setelah 14 terinfeksi terjadi respon imunitas selular yang
dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008).

3) Vaksin
Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang
dibuat dari bibit penyakit atau virus hidup yang sudah dilemahkan.

7
4) Waktu pemberian
BCG diberikan pada umur < 3 bulan.

5) Cara Pemberian :
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
b) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
c) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
e) Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada
suhu 2-8ºC, tidak boleh beku.
f) BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan

6) Kontraindikasi
a) Reaksi uji tuberkulin > 5mm
b) Menderita infeksi HIV
c) Menderita gizi buruk
d) Menderita demam tinggi
e) Menderita infeksi kulit yang luas
f) Pernah sakit tubercolusis
g) Leukimia

7) Efek Samping
a) Reaksi local
1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
menbentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut.
b) Reaksi regional

8
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

8) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:


Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan untuk mempercepat penyembuahan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan jarum) dan bukan
disayat.

b. Imunisasi Hepatitis B
1) Tujuan
Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif
terhadap penyakit Hepatitis B (Atikah, 2010).

2) Kriteria penyakit
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui suntikan yang
tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan
seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang
ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine
menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa terkihat pada
mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan
Cirrosis hepatic yakni kanker hati dan menimbulkan kematian.

3) Vaksin
Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan
HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan
penyakit.

4) Waktu Pemberian
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12
jam) setelah bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu

9
pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai
imunoglobulin khusus antu hepatitis B dalam waktu 24 jam kelahiran.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan
antara suntikan Hb 1 dengan Hb 2, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan Hb 2 dengan Hb 3.

5) Cara dan Dosis Pemberian


Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadai homogen - Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau
1 buah HB PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha - Pemberian sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan
pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1
bulan) (Depkes RI, 2005)

6) Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak
akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada
janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa
bulan setelah lahir.

7) Efek Samping
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
penyuntikkan dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
saluran pernafasan). Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2 hari.

c. Imunisasi DPT
1) Tujuan
Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam
waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri, pertusis, tetanus
(Atikah, 2010).

10
2) Kriteria Penyakit
a) Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan.
Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu
makan, dan demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput putih
kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan
komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.
b) Pertusis
Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat disebabkan
oleh bakteri Bordettela pertusis. Penyebarannya melalui tetesan kecil yang
keluar dari batuk dan bersin.
Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk
ringan yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan menimbulkan batuk
menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia
bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
c) Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang masuk
kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku otot pada
rahang, disetai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan
tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
pneumonia dan infeksi yang dapat menimbulkan kematian.

3) Vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan
serta kuman Bordetella pertusi yang dimatikan.

4) Waktu Pemberian
Imunisasi DPT diberikan 3 kali usia kurang dari 7 bulan, DPT 1
diberikan pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3 bulan, DPT 3

11
diberikan pada usia 4 bulan selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Ulangan booster diberikan 1 tahun setelah DPT 3.

5) Cara dan Dosis Pemberian


Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen kemudian disuntikkan secara intramuskuler
dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan
pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat
4 minggu (1 bulan). Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka
hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
a) Vaksin belum kadaluarsa
b) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC
c) Tidak pernah terendam air
d) Sterilitasnya terjaga
e) VVM masih dalam kondisi A atau B sedangkan di Posyandu vaksin
yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

6) Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang
komplek. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk rejan dalam
tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan.

7) Efek Samping
a) Demam ringan
b) Timbul bercak merah atau pembengkakkan
c) Rasa nyeri di tempat penyuntikan selama 1-2 hari.

d. Imunisasi Polio
1) Tujuan
Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis
(Atikah, 2010).

2) Kriteria penyakit

12
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu
dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1, 2, 3. Secara klinis
penyakit polio adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu
akut. Penyebarannya melalui kotoran manusia yang terkontaminasi.
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa tejadi jika otot-otot
pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

3) Vaksin
Vaksin polio ada dua jenis yaitu :
a) Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b) Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

4) Waktu pemberian
Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi
polio 4.

5) Cara dan Dosis pemberian


Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu. Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper)
yang baru. Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :
a) Vaksin belum kadaluarsa
b) Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C - 8ºC
c) Tidak pernah terendam air
d) Sterilitasnya terjaga
e) VVM masih dalam kondisi A atau B

6) Kontraindikasi

13
Pemberian vaksin imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika
ada keraguan misalnya sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat
diberikan setelah sembuh.

7) Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa
paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang tejadi.

e. Imunisasi Campak
1) Tujuan
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (Atikah, 2010).

2) Kriteria penyakit
Adalah penyakit yang disebakan oleh virus measles. Penyebarannya
melalui droplet bersin dan batuk dari penderita. Gejala awal penyakit ini
adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek dan mata merah.
Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh
dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan
pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).

3) Vaksin
Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik
membrane) yang dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan eritromisin
berbentuk kering.

4) Waktu pemberian
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena masih
ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa
diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian.

14
5) Cara dan Dosis pemberian
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus
dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan
kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun
(kelas 1 SD) setelah cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar
kelas 1-6.

6) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.

7) Efek samping
a) Demam ringan
b) Diare
c) Ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi

2.7. Ketepatan Jadwal Pemberian Imunisasi


a. Pengertian
Yang dimaksud ketepatan adalah tepat atau betul sesuai jadwal
(Depdiknas, 2002). Ketepatan dalam pemberian imunisasi pada bayi sesuai
jadwal dan umur bayi sama dengan ketaatan kunjungan imunisasi.

b. Jadwal Imunisasi
1) Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan)
Jenis
0 Hari 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 9 Bulan
Vaksin
BCG 1
Hepatitis B 1 2 3
DPT 1 2 3

15
Polio 0 1 2 3
Campak 1
Tabel 2.1
Sumber : Atikah, 2010

Keterangan :
a) BCG diberikan pada usia 1 bulan dengan interval waktu kurang 3 bulan
b) Hepatitis B diberikan pada saat bayi baru lahir sampai kurun waktu 7 hari
setelah lahir
c) DPT diberikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan dengan interval waktu 4 minggu
d) Polio diberikan pada saat bayi baru lahir, usia 1, 2, 3 dan 4 bulan dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu
e) Campak diberikan pada saat usia 9 bulan.

2.8. Akibat Pemberian Imunisasi Yang Tidak Tepat Waktu


Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai jadwal
yang ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar
ambang perlindungan atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan
perlindungan untuk kurun waktu yang lama (Sugiarti, 2002). Ketaatan kunjungan
imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang
minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Orimighema, 2010).

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus
Di desa Gelagah, Alahan Panjang, diadakan posyandu bayi dan balita setiap bulan
pada minggu pertama. Namun, pencapaian target hanya tercapai sekitar50%, sehingga
masih banyak bayi dan balita di desa Gelagah yang belum mendapatkan imunisasi yang
lengkap maupun yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali.
Setelah diteliti lebih jauh, faktor yang menyebabkan kurangnya pencapaian target
imunisasi di desa Gelagah adalah karena minimnya pengetahuan orang tua tentang
pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita dan ketidaktertarikannya orang tua dengan
penyuluhan yang diberikan di puskesmas sehingga orang tua lebih memilih pergi bekerja
ke kebun dari pada membawa anaknya ke posyandu.

PPM Yang Diberikan


Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita di
rumah kader, dengan mengundang warga kerumahnya masing-masing, penyuluhan
dilakukan disore hari saat warga sudah pulang bekerja, serta menyediakan bubur kacang
ijo sebagai snack untuk warga yang datang ke penyuluhan, juga mengadakan game seperti
tanya jawab dengan warga mengenai imunisasi dengan memberikan hadiah. Dan juga
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita dimesjid
disela-sela kegiatan keagamaan.
Setelah dilakukannya penyuluhan tersebut, didapatkan perubahan perilaku yang
terjadi pada masyarakat yaitu pada posyandu berikutnya, para orang tua menyempatkan
diri untuk membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi terlebih dahulu
sebelum orang tua pergi bekerja, sehingga bayi dan balita yang mendapatkan imunisasi
semakin banyak, dan pencapaian targetpun meningkat dari pencapaian sebelumnya.

17
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan
menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem
memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani, 2013).
Tujuan diberikan imunisasi yaitu untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan
anak–anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul.
Imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi dan balita adalah imunisasi BCG,
HB0, DPT, polio, dan campak
Berdasarkan tinjauan kasus, dengan adanya PPM melalui penyuluhan kepada
msyarakat sangat penting dan berpengaruh dalam merubah perilaku masyarakat mengenai
pemberian imunisasi pada anak

18

Anda mungkin juga menyukai