KELOMPOK 5 :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
GOWA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Pembentukan dan
Pengembangan Paragraf” ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu :
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian paragraf
2. Mengetahui tujuan dan fungsi pembentukan sebuah paragraf
3. Mengetahui jenis – jenis paragraf
4. Mengetahui syarat – syarat dalam pembentukan paragraf
5. Mengetahui metode pengembangan paragraf
1
BAB II
PEMBAHASAN
Paragraf (paragraphos) dalam bahasa Yunani berarti menulis di samping atau tertulis di
samping). Paragraf adalah adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada
kalimat. Sebagai satuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas, paragraf terdiri atas kumpulan
atau rangkaian kalimat yang mendukung suatu ide pokok yang tertuang dalam kalimat utama atau
kalimat topik. Ide pokok tersebut akan menjadi jelas apabila di dukung oleh ide-ide penjelas.
Meskipun paragraf terdiri dari beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu
yang membicarakan soal lain. Seluruh paragraf memperbincangkan satu masalah atau sekurang-
kurangnya bertalian erat dengan masalah itu. Jadi, paragraf adalah bagian-bagian karangan yang
terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu
kesatuan pikiran.
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok
kedalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentimeter. Dengan demikian para
pembaca dengan mudah dapat melihat permulaan tiap paragraf sebab awal paragraaf ditandai
oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri.
Selain itu, penulis dapat pula menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan jarak
agak renggang dari paragraf sebelumnya.
Menurut Tim Pengajar UNHAS (2008:64-65), tujuan penyusunan paragraf dalam karya tulis
yaitu :
Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat-nyekat ide pokok yang
satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan untuk mengungkap satu ide pokok
saja pada setiap paragraf. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya penghentian secara wajar
dan formal sebelum beralih ke paragraf berikutnya . Jika terdapat dua atau lebih ide pokok,
paragraf tersebut perlu di pecah menjadi dua atau lebih paragraf.
Memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide
yang lain sehingga pemusatan perhatian dapat dilakukan terhadap setiap ide yang
diungkapkan dalam karya tulis tersebut.
Paragraf dapat berfungsi sebagai tanda pembukaan topik baru, atau pengembangan
lebih lanjut topik sebelumnya. Paragraf juga bisa berfungsi untuk menambah hal-hal yang
2
penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya
(Rahim,2013:68).
Menurut Widjono (2007:175), paragraf berfungsi sebagai berikut:
Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk satuan pikiran dan perasaan ke
dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan.
Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru lagi karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf. Ganti paragraf berarti ganti pikiran atau gagasan pokok
Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembaca.
Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang
masih kecil.
Memudahkan pengendalian variabel, terutama karangan yang terdiri dari beberapa
variabel.
3
a. Paragraf deduktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian awal paragraf akan membentuk paragraf
deduktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul
uraian terinci mengenai ide pokok (mengikuti urutan umum-khusus).
b. Paragraf induktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian akhir akan membentuk paragraf induktif,
yaitu cara penguraian yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, kemudian diakhiri dengan
pokok pembicaraan (mengikuti uraian khusus-umum)
c. Paragraf deduktif-induktif
Kalimat utama yang ditempatkan pada bagian awal dan diulang pada bagian akhir akan
membentuk paragraf deduktif-induktif (campuran). Kalimat pada bagian akhir lebih bersifat
mengulang atau menegaskan kembali gagasan utama pada bagian awal. Cara penguraiannya
dimulai dalam pernyataan yang umum kemudian di perjelas dengan yang khusus, lalu kembali ke
yang umum.
d. Paragraf penuh kalimat utama
Seluruh kalimat yang membentuk paragraf sama pentingnya sehingga tidak satu pun
kalimat yang khusus menjadi kalimat utama. Paragraf jenis ini sering dijumpai dalam uraian-uraian
yang bersifat deskriptif dan naratif.
3. Berdasarkan sifat isinya, paragraf dibagi atas lima jenis yaitu:
a. Paragraf naratif, jika isi paragraf bersifat menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
cerita.
b. Paragraf deskriptif, jika isi paragraf bersifat melukiskan atau menggambarkan suatu objek
dengan detail , sehingga pembaca pun seolah dapat melihat atau merasakan objek tersebut.
c. Paragraf ekspositoris, jika isi paragraf bersifat menguraikan sebuah gagasan yang memiliki
tujuan untuk menjelaskan sesuatu.
d. Paragraf argumentatif, jika isi paragraf bersifat membahas satu masalah dengan bukti-bukti
atau alasan yang mendukung.
e. Paragraf persuasif, jika isi paragraf bersifat mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi pembaca.
4
2. Kepaduan paragraf (koherensi)
Paragraf dinyatakaan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang memiliki hubungan
pikiran yang logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan
struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf yang padu, utuh
dan kompak. Uraian yang tersusun baik, tidak menunjukkan loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan. Uraian pikiran yang teratur akan memperlihatkan adaanya kepaduan.
Menurut Arifin (2003: 115-119), agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf
yaitu sebagai berikut:
a. Ungkapan penghubung transisi
Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu,
berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian,
sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan
itu.
Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu.
Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu.
Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan.
Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
Hubungan tempat : berdekatan dengan itu.
b. Kata ganti
a) Kata ganti orang
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam satu paragraf, kita banyak menggunakan kata
ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-
kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau,
kau, kamu, mu, kamu sekalian, (kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka dan nya (kata ganti
oranga ketiga).
b) Kata ganti yang lain
Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan paragraf ialah, itu, ini, tadi,
begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya.
c) Kata kunci
Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulanga kata-kata kunci.
Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).
3. Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat
penjelas. Kalimat pendukung/penjelas adalah kalimat yang mengandung gagasan – gagasan
penjelas. Kalimat ini berfungsi untuk menguatkan atau mendukung gagasan utama yang ada pada
5
kalimat utama dengan cara memberikan data berupa fakta, contoh, opini, dan lain – lain.
Kalimat – kalimat ini harus saling berhubungan, sehingga tercipta sebuah paragaraf yang
baik dengan satu kesatuan ide. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua
harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi
paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang)
dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis),
urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang
(spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dnegan detail fakta.
6
sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar,
sangat umum akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami ole pembaca jika tidak ditipekan atau
diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini akan sangat
memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas, tipe-tipenya jelas. Pengkelasan atau penipean
itu dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan kesamaan karakternya,
bentuknya, ciri, sifatnya dan lainnya.
e. Pengembangan Komparatif dan Kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara
diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya,
tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati
dimensi-dimensi kesamannya untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut
dengan model pengembangan komparatif. Sebaliknya perbandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi perbedaamnya dapat disebut dengan perbandingan kontrastif.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model sebab-akibat atau sebaliknya akibat-
sebab. Pengembangan paragraf dengan cara yang demikian ini juga lazim disebut sebagai
pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya rasional
karena lazimnya orang berfikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada akibat-akibat atau
sebaliknya dapat juga pengembangan itu berangkat dari akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian
beranjak masuk pada sebab-sebabnya.
g. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat pula dikembangkan dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil
dan beranjak terus maju kedalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling optimal,
kemudian berhenti di puncak yang paling optimal tersebut. Akan tetapi ada pula paragraf yang
pengembangannya masih diteruskan kedalam tahapan penyelesaian yang selanjutnya, yakni
antiklimaks. Model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini tidak sangat lazim
ditemukan di dalam karya ilmiah. Kebanyakan narasi atau dongeng-dongeng pengantar tidur
menerapkan model pengembangan paragraf yang demikian ini.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan
secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran
Tujuan penyusunan paragraf dalam karya tulis yaitu, memudahkan pengertian dan pemahaman
dengan cara menyekat-nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan
keharusan untuk mengungkap satu ide pokok saja pada setiap paragraf dan Memudahkan
pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide yang lain
sehingga pemusatan perhtian dapat dilakukan terhadap setiap ide yang diungkapkan dalam
karya tulis tersebut.
Paragraf dapat berfungsi sebagai tanda pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut
topik sebelumnya. Paragraf juga bisa berfungsi untuk menambah hal-hal yang penting atau
untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya.
Syarat-syarat pembentukan paragraf adalah kesatuan paragraf, kepaduan paragraf (koherensi).
Jenis-jenis paragraf dapat diketahui berdasarkan tiga aspek yaitu, berdasarkan fungsinya dalam
karangan,berdasarkan posisi kalimat utama, dan berdasarkan sifat isinya.
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif.
Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah satu model pengembangan atau bisa pula
mengombinasi beberapa model sekaligus.
beberapa model pengembangan paragraf, yaitu pengembangan alamiah, pengembangan
deduksi-induksi, pengembangan analogi, pengembangan klasifikasi, pengembangan
komparatif dan kontrastif, pengembangan sebab-akibat dan pengembangan klimaks dan
antiklimaks
3.2 Saran
Setelah mengetahui pembentukan paragraf dalam pembahasan diatas maka kita harus
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu sebagai calon seorang guru kita
harus lebih tahu tentang pembentukan paragraf untuk bekal mengajar peserta didik agar
kemampuan pembentukan paragraf mereka lebih matang dan untuk menumbuhkan sikap positif
dalam berbahasa Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbasa Indonesia untuk Pergurua Tinggi.
Jakarta: Akademika Presindo
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo
Rahim, Abdul. 2023. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Makassar: Alauddin Press
Rahardi, R. Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma
http://swestimahardini.wordpress.com/2011/10/24/makalah-bahasa-indonesia-mengenai-alinea-
paragraf/
http://uzi-online.blogspot.com/2011/10/paragraf-alinea.html
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html