Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DINASTI ABBASIYAH

Disusun oleh :

Indah sari ( 2011090031 )

Anggi widiarni ( 2011090156 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yanng mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam”. yang berjudul " Dinasti
Abbasiyah".
Dengan segala kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dari
bentuk menyusun maupun materi. oleh karena itu kami menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Demikian kita penghantar pada makalah ini, mudah-mudahan makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 25 maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... 3
BAB I.................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................4
BAB II................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah ( 750 M / 132 H ).......................... 5
B. Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah.................................................. 7
C. Perkembangan Ekonomi Dinasti Abbasiyah............................................ 10
D. Perkembangan Administrasi Dinasti Abbasiyah...................................... 11
E. Perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Abbasiyah...............................12
BAB III............................................................................................................. 17
PENUTUP........................................................................................................ 17
3.1. Kesimpulan............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pemerintahan Islam setelah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
berubah menjadi dinasti/ kerajaan. Sejak saat itu kepemimpinan Islam
diperebutkan oleh berbagai golongan. Hal ini menimbulkan banyak
perpecahan antar umat Islam. Ketika itu berdirilah Dinasti Umayyah (40
H/661 M- 132 H/750 M) sebagai pusat khilafiyah Islam setelah
kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Setelah Dinasti Umayyah
dihancurkan oleh keluarga Abbas, maka berdirilah Dinasti Abbasiyah.
Pada masa ini merupakan puncak/ zaman keemasan Islam. Karena pada
saat pemerintahan Dinasti Abbasiyah, berbagai aspek kehidupan
masyarakat berkembang sangat pesat.

Dalam makalah ini dibahas sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah serta


perkembangan-perkembangannya di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan
Bani Abbasiyah merupakan zaman khilafiyah Islam yang sangat penting
dalam perjalanan sejarah umat Islam dan merupakan zaman keemasan
Islam.
1.2. Rumusan Masalah
2. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah ?
3. Bagaimana perkembangan pemerintahan Dinasti Abbasiyah di
berbagai bidang ?

1.3. Tujuan Masalah


2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
3. Untuk mengetahui perkembangan pemerintahan Dinasiti Abbasiyah
di berbagai bidang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah ( 750 M / 132 H )

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari kekuasaan


Dinasti Umayyah yang telah dihancurkannya. Dinamakan Dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-
Abbas. Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak lepas dari munculnya berbagai
masalah di periode-periode terakhir Dinasti Umayyah. Karena banyaknya
masalah tersebut, yang kemudian menjadi momentum yang tepat untuk
menjatuhkan dinasti Umayah yang dimotori oleh Abu Abbas. Selain itu,
Dinasti Umayah kadang terjadi perlakuan yang tidak adil pada Bani Abbas
dan menimbulkan benih ketidak puasan di hati mereka.

Kesempatan ini digunakan oleh Bani Abbas untuk melancarkan


propaganda. Dalam melakukan propaganda nama Bani Abbas tidak di
tonjolkan tapi yang di angkat ke permukaan adalah nama Bani Hasyim, hal
ini dilakukan untuk menjaga kekompakan antara pengikut Ali dan pengikut
Abbas. Muhammad bin Abdul Muthalib merupakan seorang propagandis
aktif, kemudian setelah ia wafat, kepemimpinannya di teruskan putranya
yaitu Ibrahim al-imam.

Tempat yang ditetapkan sebagai pusat propaganda kelompok Abbasiyah


adalah Khurasan dan Kufah, tempat ini di pilih karena termasuk daerah
Persia dan nampak sangat strategis.

Gerakan yang digalang oleh keluarga al-Abbas ini sebenarnya awalnya


bersifat rahasia, kemudian berlanjut secara terang-terangan karena merasa
mendapat dukungan dari banyak rakyat. Ibrahim al-imam tokoh utama
gerakan Abbasiyah ditangkap di kampungnya, Humaima, dan dijebloskan
ke penjara. Segala cara dilakukan termasuk paksaan agar dia buka mulut,
akan tetapi sampai mati terbunuh, al-imam tetap merahasiakan misi dari
gerakannya.

Kemudian Abu Muslim mulai mengerahkan pasukan untuk menggempur


pasukan Marwan, itu di lakukan karena tersiar kabar terbunuhnya Ibrahim
al-Imam dalam penjara (749 M). Dalam pertempuran sengit itu, pasukan
Marwan mengalami kekalahan yang sangat berat. Khalifah Marwan
melarikan diri ke Damaskus, kemudian terus ke Mesir dan akhirnya
terbunuh disana.

Marwan adalah khalifah terakhir Bani Umayyah. Demikian berakhirlah


riwayat Dinasti Umayyah kemudian lahirlah Dinasti baru yaitu Dinasti
Abbasiyah yang didirikan pada tahun 750 M/132 H oleh Abu Abbas Al-
Safah

Abu Abbas al-Safah menerima bai’at pertama sebagai khalifah Bani


Abbasiyah pada 28 November 749 M. Pembai’atan itu sangat penting dan
menyejarah menuju babak baru dinasti Abbasiyah. Arti penting
pembai’atan merupakan penobatan yang dilakukan oleh rakyat, dan
merupakan satu-satunya pegangan yang pasti bagi seseorang untuk menaiki
tahta khalifah.

Ada beberapa faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:

Pertama, solidaritas kekeluargaan. Kesuksesan para propogandis dalam


usaha mewujudkan berdirinya khalifah Bani Abbasiyah adalah mereka
berhasil menyadarkan umat islam, bahwa bani Abbas adalah keluarga yang
dekat dengan keluarga Nabi SAW.

Kedua, karena lemahnya Bani Umayyah. Kelemahannya ini antara lain


timbulnya berbagai penberontakan dari golongan kawarij, syi’ah, Ibnu
Zubair dan dari Bani Abbas sendiri.
Ketiga, Bani Umayyah bercorak Arab sentris. Karena kebijakan Bani
Umayyah awalnya bertumpu pada orang-orang Arab dan orang non Arab
tidak disamakan derajatnya.

Keempat, kekuatan militer. Perjuangan Bani Abbasiyah tidak bisa lepas


dari kekuatan militer yang tumbuh luar biasa besarnya, Mengajak orang-
orang yang baru masuk islam untuk bergabung di dalamnya.

Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin, tapi


dalam masa kejayaan Abbasiyah terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu
Abbas al-Saffah (750 M), Abu Ja’far Al-Mansur (754 M), Mahdi bin Al-
Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-Rasyid (786 M), Al-
Amin (809), Al-Ma’mun (813 M), Al-Mu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842
M), dan Al-Mutawakkil (847 M).

B. Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah


jatuhnya Dinasti Umayyah yang menelan korban jiwa besar dari
kalangan Dinasti Umayyah sekaligus sebagai tonggak awal berdirinya
Dinasti Abbasiyah. Beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh
pemerintahan Abbasiyah antara lain sebagai berikut:

1. Melenyapkan kekuatan Dinasti Umayyah yang tersisa.


Pada saat itu kekuasaan Bani Umayyah yang sudah lemah berpusat di
Damaskus, di bawah pemerintahan khalifah Marwan II, khalifah
terakhir dari Dinasti Umayyah. Adanya kekuatan Bani Umayyah yang
tersisa menjadikan Abul Abbas menyiapkan suatu pasukan elit yang
terdiri dari laskar-laskar pilihan di bawah pimpinan Abdullah bin Ali,
paman Abul Abbas sendiri. Setelah menjalani beberapa pertempuran,
akhirnya khalifah Marwan II terbunuh oleh pasukan Abbasiyah yang
dipimpin oleh Saleh bin Ali pada bulan Agustus 750 M.

2. Memadamkan upaya-upaya gerakan pemberontakan.


Ada tiga bentuk ancaman baru yang dihadapi oleh khalifah al-Mansur,
khalifah kedua yang dipandang sebagai Pembina dinasti Abbasiyah.
Ketiga gerakan tersebut adalah gerakan Abdullah bin Ali, gerakan Abu
Muslim al-Khurasany, dan gerakan/ pemberontakan yang dilakukan
oleh kalangan Syi’ah. Ketiga ancaman ini merupakan ancaman internal
pemerintahan dinasti Abbasiyah.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan


membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode.
 Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M) atau periode
pengaruh Persia pertama. Ada 10 khalifah yang memerintah pada
masa ini, yaitu :
Abu Abbas al-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Mahdi bin Al-
Mansur, Hadi bin Mahdi, Harun al-Rasyid, Al- Amin, Al-
Ma’mun, Ibrahim, Al-Mu’tashim, Al-Wasiq. Telah dikatakan
pada awal pembahasan bahwa salah satu cirri pemeritahan
Abbasiyah adalah adanya unsure non Arab yang mempengaruhi
pemerintahannya seperti Persia dan Turki. Pada awal
pemerintahannya Abbasiyah lebih cenderung seperti
pemerintahan Persia dimana raja mempunyai kekuasaan absolute
mendapat mandat dari Tuhan. Masa inilah yang mengantarkan
Abbasiyah pada puncak kejayaan.

 Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M) atau periode


pengaruh Turki pertama. Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-
842 M.), untuk memilih anasir Turki dalam ketentaraan
kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya persaingan
antara golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan
sebelumnya, khalifah al-Mutawakkil (842-861 M.) merupakan
awal dari periode ini adalah khalifah yang lemah. Faktor-faktor
penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah pada
periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang
harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua,
profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada
mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena
beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer
merosot, khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengiriman pajak
ke Baghdad.
 Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055M), masa kekuasan
dinasti Buwaihiyah dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Posisi Bani
Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihiyah
merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih
buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani
Buwaihiyah menganut aliran Syi’ah. Akibatnya kedudukan
Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi
gaji. Sementara itu Bani Buwaihiyah telah membagi kekuasaanya
kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatan
Persia, Hasan menguasi wilayah bagian utara, dan Ahmad
menguasai wilayah al-Ahwaz, Wasit, dan Baghdad. Baghdad
dalam periode ini tidak sebagai pusat pemerintahan Islam, karena
telah pindah ke Syiraz, dimana berkuasanya Ali bin Buwaihi.

 Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa


kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah
Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua. Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk
dalam Daulah Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah
untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad.
Keadaan khalifah memang sudah membaik, paling tidak karena
kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah
beberapa lama dikuasai orang-orang Syi’ah.

 Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah


bebas dari pengaruh dinasti lain. elah terjadi perubahaan besar-
besaran dalam periode ini. Pada periode ini, khalifah Bani
Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti
tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad
dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah
menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inila entara
Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan
pada tahun 656 H./ 1256 M.
C. Perkembangan Ekonomi Dinasti Abbasiyah
Sektor ekonomi menjadi penopang penting tegaknya suatu
pemerintahan, maka khalifah Bani Abbasiyah memberikan perhatian
serius. Perhatian yang tinggi di sector ekonomi, menjadikan negara
dapat menghasilkan devisa yang banyak untuk kesejahteraan umat.
Tercatat dalam sejarah bahwa pendapatan Negara pada khalifah al-
Rasyid telah mencapai 227 juta dirham 4 juta dinar per tahun. Prestasi
ini pada pemerintahan daulat Abbasiyah merupakan puncak kemajuan
di bidang ekonomi. Unsur-unsur ekonomi yang dikembangkan zaman
dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:

 Pertanian
Pada masa dinasti Abbasiyah berlangsung pemerintahannya, para
petani dibina dan diarahkan, serta pajak bumi mereka
diringankan. Bahkan di beberapa daerah tertentu mereka
dihapuskan dari beban pajak. Para petani diperlakukan dengan
baik, hak-hak mereka dijaga dan mereka dilindungi dari praktek-
praktek ekonomi yang merugikan. Selain itu khalifah juga
berusaha memperluas areal pertanian, membangun irigasi, dan
mengairi kanal untuk menyalurkan air ke areal pertanian.

 Perindustrian
Ada beberapa faktor yang mendukung kemajuan sektor industri
ini, antara lain adalah adanya potensi alam berupa
barang tambang, perak, tembaga, bijih besi, dan lain-lain, serta
hasil pertanian sebagai bahan baku industri, potensi alam
wilayah Abbasiyah cukup menjanjikan untuk mendukung
ekonomi bani Abbasiyah. Selain itu, juga adanya usaha alih
tehnologi industri, misalnya yang dilakukan oleh tawanan
serdadu China yang dikalahkan dalam pertempuran di Asia
tengah tahun 751 H. khalifah mengadakan proyek alih tehnologi
dari mereka, khususnya industri kertas. Dari sini kemudian
muncul kota-kota industri dan kota cosmopolitan dengan
beraneka hasil industrinya, seperti tekstil, sutra, wol, gelas, dan
keramik.
 Perdagangan
Di sektor perdagangan, menunjukkan kemajuan yang pesat. Ibu
kota pemerintahan Abbasiyah, yaitu Baghdad, menjadi kota
pusat perniagaan atau perdagangan, serta kota transit yang
menghubungkan lalu lintas perdagangan antara barat dan timur
jauh. Di sini dibuka perwakilan dagang India dan China. Suatu
hal yang menarik untuk kelancaran perdagangan adalah
tumbuhnya semacam sistem perbankan. Sistem ini dimaksudkan
untuk tempat penukaran uang, karena daerah bagian timur dan
barat tidak menggunakan mata uang yang sama.

D. Perkembangan Administrasi Dinasti Abbasiyah


Secara administratif, ada bidang-bidang yang semula sudah ada sejak
masa bani Umayyah, tapi juga dilakukan upaya pengembangan dan
penyempurnaan sehingga fungsi administratif agar pemerintahan dapat
berjalan dengan baik.

Pembaharuan yang paling tampak adalah berpindahnya ibu kota


Negara sebagai pusat kegiatan administrasi ke Baghdad. Di samping itu,
dalam penyelenggaraan administrasi, dikenal adanya jabatan wazir
(perdana menteri) yang membawahi kepala-kepala departemen. Wazir
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu wazir yang bertugas sebagai pembantu
khalifah dan bekerja atas nama khalifah, jabatan itu dikenal dengan
nama Wizaratut Tanfiz, dan wazir yang diberi kuasa penuh untuk
memimpin pemerintahan, yang bernama Wizaratut Tafwidh. Karena
itulah khalifah cukup terbantu dengan kedudukan wazir-wazir ini.

Selain itu dibentuk pula diwan al-kitabah (semacam sekretariat negara


yang dipimpin oleh seorang Rais al-kuttab (sekretaris Negara). Terdapat
juga semacam departemen (diwan) yang dipimpin oleh Rais al-diwan
(menteri departemen-departemen), seperti menteri yang bertugas untuk
membantu wazir dalam menjalankan pemerintahan. Pada masa
Abbasiyah terdapat lebih dari 13 bidang departemen.
kekuasaan pemerintahan dinasti Abbasiyah dibagi ke dalam beberapa
propinsi (imarah), dan setiap imarah dipimpin oleh seorang gubernur.
Propinsi-propinsi tersebut yaitu 1) Kufah dan Sawwad, 2) Bashrah dan
daerah-daerah Dajlah, Bahrein dan Uman, 3) Hijaz dan Yamamah, 4)
Yaman, 5) Ahwaz yang meliputi Khuzistan dan Cattan, 6) Parsi, 7)
Khurasan, 8) Mosul, 9) Jazirah, Armania, Azerbaijan, 10) Suriah, 11)
Mesir dan Afrika, dan 12) Sind.

E. Perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Abbasiyah


Pada zaman dinasti Umayyah, umat Islam berhasil melakukan
ekspansi secara besar-besaran ke berbagai wilayah. Di antara wilayah-
wilayah tersebut terdapat sejumlah kota yang merupakan pusat
pengembangan tradisi ilmiah Yunani, India, dan Persia, yaitu kota
Aleksandria di Mesir, Jundisyapur di Irak, Bachtra di Syiria, Edessa,
Harran, serta Nisibis. Kota-kota ini kemudian menjadi bagian dari
wilayah Islam. Karena umat islam mampu menguasai kota-kota tersebut
dan Islam dengan tradisi ilmiah. Persentuhan antara umat Islam dan
keilmuan itu terlihat lebih nyata dengan adanya bentuk penerjemahan-
penerjemahan ke bahasa arab yang didahului ke dalam bahasa Syiria.

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah


Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M).
Kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi
didirikan. Pada masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter.

Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara


terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti Al-Rasyid, dikenal
sebagai khalifah yang sangat cinta pada ilmu. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing mulai digalakkan.
Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-
penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli.
Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang
terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan
yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang
besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh


khalilfah Ja’far al-Mansur, setelah ia mendirikan kota Bagdad (144
H/762 M) dan menjadikannya sebagai ibu kota negara.

Bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang ada dua yaitu


ilmu Naqli dan ilmu Aqli. Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan
kepada pemikiran (rasio), antara lain:

 Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa
dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para
penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan
peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiria tetapi
juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran.
Diantara tokoh yang memberi andil dalam perkembangan ilmu
dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu
Sina, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd

 Ilmu kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah
pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga
telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang
terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu
Sina. Karya dari ibnu sina yang monumental berupa ensiklopedi
dalam ilmu kedokteran pada abad kedua belas.

 Ilmu kimia
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah
pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga
telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang
terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu
Sina. Karya dari ibnu sina yang monumental berupa ensiklopedi
dalam ilmu kedokteran pada abad kedua belas.

 Ilmu hisab
Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan
abbasiyah adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini
berkembang karena kebutuhan dasar pemerintahan untuk
menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan
semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat
kesalahan dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya.
Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, Umar
al-Khayyam.

 Ilmu tarikh dan geografi ( ilmu bumi )


Masa Abbasiyah banyak melahirkan pengarang dan ahli sejarah
diantaranya Al-Waqidy, Al-Maudy dan Al-Thobari. Dalam ilmu
geografi (ilmu bumi) Ibnu Khurzdazbah, telah meninggalkan
buku geografinya “Al-Masalik wa al-Mamalik”. Ilmu geografi
terjadi karena hubungan kota Bagdad sebagai ibukota negara
dengan negara-negara lain.

 Astronomi
Pada tahun 213 H/ 828 M, al-Makmun mendirikan
observatorium pertama di Baghdad. Tokoh astronomi Islam
pertama adalah Ibrahim al-Fazari dan dikenal sebagai pembuat
astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu
perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazari
banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah al-
Farghani, al-Battani, al-Biruni.

Sedangkan ilmu Naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli


( Al-Qur’an dan Hadits), ilmu-ilmu itu antara lain:
 Ilmu kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor:
pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat.
Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah
berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh
ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali,
Sajastani dan lain-lain.

 Ilmu hadist
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari,
hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam
muslim hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-shahih al-muslim,
ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i. Ada tiga hal
yang dilakukan Ulama masa Dinasti Abbasiyah yaitu 1)
melakukan kegiatan rihlah untuk mengumpulkan hadist dari para
perawi, 2) membuat klasifikasi hadis pada yang marfu’, mauquf’,
dan maqtu’, 3) menghimpun kritik-kritik hadist.

 Ilmu tafsir
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari,
hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam
muslim hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-shahih al-muslim,
ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i. Ada tiga hal
yang dilakukan Ulama masa Dinasti Abbasiyah yaitu 1)
melakukan kegiatan rihlah untuk mengumpulkan hadist dari para
perawi, 2) membuat klasifikasi hadis pada yang marfu’, mauquf’,
dan maqtu’, 3) menghimpun kritik-kritik hadist.

 Ilmu fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani
abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga
saat ini misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad
al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar, imam Malik menyusun
kitab al-muwatha’, imam Syafi’i menyusun kitab al-Umm dan
fiqih al-akbar fi al tauhid, imam Ibnu Hambal menyusun kitab al
musnad ahmad bin hambal.
 Ilmu tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan
gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara
para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain
seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal yaitu : Al-Qusyairi
menyusun kitab al-Risatul Qusyairyah, Syahabuddari kitab
karangannya adalah Awariffu Ma’arif, Imam al-Ghazali diantara
karyanya dalam ilmu tasawuf adalah Ihya’ Ulum al-din.

.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dinasti Abbasiyah berdiri pada tahun 750 M/ 132 H oleh Abdullah Al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. . Beberapa
faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:
1. solidaritas kekeluargaan.
2. karena lemahnya Bani Umayyah.
3. Bani Umayyah bercorak Arab sentris.
4. .kekuatan militer.
Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin,
tapi masa kejayaan Abbasiyah terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu
Abbas al-Saffah (750 M), Abu Ja’far Al-Mansur (754M), Mahdi bin Al-
Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-Rasyid (786 M), Al-
Amin (809), Al-Ma’mun (813 M), Al-Mu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842
M), dan Al-Mutawakkil (847 M
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mahmudkumpulanmakalah.com/2017/12/dinasti-
abbasiyah-sejarah-peradaban.html

http://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-sejarah-
peradaban-islam-dinasti.html

https://www.slideshare.net/AzkaAlKahfi/baru-spi

Anda mungkin juga menyukai