Anda di halaman 1dari 9

Islam dan Sunatullah

Disusun Oleh :
Samsul Banhri, SQ, M.Pd.I
Pengertian Islam
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh manusia hingga akhir zaman
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun
menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:
Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian
Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga
seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian
ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan
berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan
ditakdirkan.
Islam dalam bahasa Arab: al-islm, "berserah diri kepada Tuhan“ maksudnya adalah
agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata
Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar
“selamat” (Salama).
Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama
yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah
kematian).
Sunnatullah
Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang
disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul,
undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah
yang termaktub di dalam Al-Quran, hukum (kejadian)
alam yang berjalan tetap dan otomatis.
Sunnatullah menurut pakar teologi, seperti yang
dikatakan oleh Mulyadi Kartanegara bahwa alam diatur
melalui apa yang Al-Quran sebut sebagai sunnatullah
ibarat kata apa yang ada di alam ini sudah dijelaskan
dalam al-qur’an.
Sunnatullah adalah kebiasaan atau cara Allah dalam
menyelenggarakan alam. Sunnah mengandaikan sebuah
kebiasaan (adat, menurut istilah al-Ghazali).
FIRMAN ALLAH
Allah SWT berfirman, "Maka apakah mereka mencari
agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNya-lah
berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-
lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83).
Dien sendiri dalam Alquran artinya agama yang di
jelaskan dalam (QS Ali Imran : 83) Agama, (QS An-Nahl : 52)
ketaatan, dan (QS. Ghafir :  65) ibadah .
Sunnah atau ketetapan Allah antara lain:
1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrem (surga-neraka,
benar-salah, baik-buruk)
2. Segala sesuatu diciptakan berpasangan (dua entitas atau
lebih). Saling cocok maupun saling bertolakan.
3. Selalu terjadi pergantian dan perubahan antara dua
kondisi yang saling berbeda.
4. Perubahan, penciptaan maupun penghancuran selalu
melewati proses.
5. Alam diciptakan dengan keteraturan.
6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang.
7. Alam diciptakan terus berkembang.
8. Setiap terjadi kerusakan di alam manusia, Allah
mengutus seorang utusan untuk memberi peringatan
atau memperbaiki kerusakan tersebut.
9. Adanya kelahiran dan kematian.
Takdir
Makna kata takdir adalah ketetapan yang telah dibuat oleh Allah SWT menurut
ilmu dan sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang telah
terwujud di masa lalu, di masa kini maupun di masa yang akan datang, semuanya
telah ditetapkan kewujudannya oleh Allah SWT.
Sebagian ulama membagi takdir (qadla’) menjadi dua macam, yakni: Pertama,
takdir mubram, yaitu takdir yang sudah paten tidak dapat diubah dengan cara apa
pun. Misalnya takdir harus lahir dari orang tua yang mana, di tanggal berapa dan
lain sebagainya yang sama sekali tidak ada opsi bagi manusia untuk
memilih. Kedua, takdir mu’allaq, yaitu takdir yang masih bersifat kondisional
sehingga bisa diubah dengan ikhtiar manusia. Misalnya takdir miskin dapat diubah
dengan doa dan kerja keras, takdir sakit dapat diubah dengan doa dan berobat, dan
sebagainya yang melibatkan ruang usaha bagi manusia. 
Takdir dalam perspektif Allah
Al-Qur’an, hadits dan dalil-dalil rasional telah memastikan bahwa
Allah Maha Mengetahui. Sifat al-‘ilmu yang dimiliki Allah dapat
menjangkau apa pun tanpa batas, baik hal yang sudah terjadi maupun
yang akan terjadi. Tak ada satu pun kejadian, bahkan yang paling kecil
sekalipun semisal kejadian di inti atom, yang tak Allah ketahui. Allah
berfirman: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui
apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji
pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).”
(QS. al-An’am: 59)
Dalam perspektif Allah ini, seluruh takdir (qadla’)
adalah mubram tanpa kecuali. Seluruhnya telah diketahui sebelumnya
dan akan berubah menjadi kenyataan (qadar) pada waktunya. Sisi
inilah yang tak mungkin mengalami perubahan sama sekali sebab
adanya perubahan di level ini sama saja dengan adanya hal-hal yang
tidak diketahui Allah. Ketidaktahuan Allah ini mustahil adanya.
Takdir dalam perspektif Malaikat
 
Para Malaikat mempunyai tugas yang beragam, sesuai dengan
kehendak Allah yang menciptakan mereka. Dalam perspektif malaikat
inilah, takdir setiap manusia yang tercatat di Lauh Mahfudz ada yang
sudah mubram (tak bisa berubah) dan ada yang
masih mu’allaq (kondisional). Mereka bisa melihat apakah rezeki sudah
merupakan hal yang tak bisa diganggu gugat ataukah masih tergantung
pada beberapa kondisi yang di pilih tersebut, misalnya apabila kita
bekerja keras, maka takdirnya adalah kaya sedangkan apabila memilih
bermalasan maka takdirnya menjadi orang miskin. Demikian juga
dengan hidayah, penyakit, umur atau apa pun yang terjadi.
TANYA JAWAB

Anda mungkin juga menyukai