Anda di halaman 1dari 3

Perihal Takdir : Bisakah diubah ?

Sering kali kita berfikir mengenai masa depan, cita-cita, impian, dan lain sebagainya.
Bahkan kita sering berlebihan memikirkan hal-hal semacam itu, bahasa lainnya yang kita kenal
saat ini yaitu “overthinking”. Jika semua yang terjadi dalam hidup itu sudah ditakdirkan atau
tertulis di sebuah kitab yang bernama lauh mahfudz, lalu untuk apa manusia diperintahkan untuk
berusaha dalam menggapai yang ia inginkan ?.

Jika melihat pengertian takdir itu sendiri, pada intinya takdir adalah segala yang terjadi,
sedang terjadi dan yang akan terjadi, telah ditentukan oleh Allah Swt, baik sesuatu yang baik
maupun sesuatu yang buruk. Segala sesuatu yang terjadi atas rencananya yang pasti dan tentu,
yang mana terjadinya atas kehendak –Nya. Berbicara tentang takdir tentu tidak bisa terlepas dari
kitab lauh mahfudz.

Segala sesuatu yang terjadi, baik itu di masa lalu, kini, maupun esok tak lain dan tak
bukan hal itu telah ditentukan oleh Allah Swt. . Kata takdir yang biasa kita sebut adalah kata lain
dari Qadha dan Qadar. Qadha yaitu ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu
sebelum diciptakan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan mahluknya. Qadar yaitu Perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah SWT
dalam kadar atau ukuran tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.

Takdir terbagi menjadi dua, yaitu Takdir mubram dan Takdir muallaq. Takdir mubram
adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran
untuk mewujudkannya. Contoh jenis takdir ini antara lain: soal kelahiran dan kematian manusia.
Takdir muallaq adalah ketentuan Allah yang masih dapat berubah sesuai dengan usaha dan
ikhtiar yang diusahakan oleh orang tersebut. Istilah ini adalah kebalikan dari takdir mubram yang
berarti tidak bisa diubah sama sekali dengan upaya manusia.

Secara tidak langsung bagi manusia, semua yang terjadi itu termasuk dalam takdir
muallaq, yang mana semua hal yang terjadi pada diri manusia itu setidaknya ada kontribusi dari
manusia itu sendiri walaupun memang semua telah diatur oleh Allah Swt. . Perihal kelahiran
misalnya, yang itu masuk dalam takdir mubram, akan tetapi disana harus tetap ada usaha dari
manusia itu sendiri dalam prosesnya. Begitupun dengan kematian yang mana manusia bisa saja
secara tidak langsung mempercepat ataupun memperlambat kematiannya dengan gaya hidup
sehat atau tidak.

Menurut penetapannya, takdir terbagi menjadi lima macam :

1. Takdir Azali, yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi.
2. Takdir Kitaabah/Al-Basyari, yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh
Allah sebelum penciptaan mereka.
3. Takdir Umri, yakni ketetapan Allah ketika manusia berada di dalam kandungan.
4. Takdir Hauli, yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar
5. Takdir Yaumi, yakni penentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah di takdirkan
sebelumnya.

Namun semua hal ini tidak bisa kita katakan bahwa manusia berkuasa atas apa yang
terjadi pada dirinya. Tentunya jika merujuk pengertian takdir secara umum tadi, bahwa semua
yang terjadi sudah ditentukan Allah Swt. karena bisa jadi usaha-usaha yang dilakukan oleh
manusia itu merupakan takdir juga dari Allah Swt. yang memang sudah tertulis di lauh mahfudz.
Dalam Al-qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 39 Allah berfirman :

‫َدُه ُأُّم ٱْلِكَٰت ِب‬


‫َيْم ُح و۟ا ٱُهَّلل َم ا َيَشٓاُء َو ُيْثِبُت ۖ َو ِع ن ٓۥ‬

Artinya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

Mengutip dari TafsirWeb menurut Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI mengenai ayat
ini bahawasannya Allah yang mahabijaksana menghapus hukum yang layak untuk dihapus, dan
menetapkan apa (hukum) yang dia kehendaki untuk ditetapkan. Allah melakukan hal itu sesuai
dengan hikmah dan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya. Dan di sisi-Nya terdapat ummul-kitab,
yakni lauh mahfudh.

Sedangkan menurut Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram bahwasannya Allah
menghapus apa yang Dia kehendaki untuk dihapus berupa kebaikan atau keburukan,
kebahagiaan atau kesengsaraan atau selainnya. Allah menetapkan apa yang Allah kehendaki
untuk Dia tetapkan. Di sisi-Nya Lauḥul Maḥfuẓ yang merupakan induk dari segala urusan, apa
yang nampak berupa penghapusan atau penetapan sejalan dengan apa yang tertulis di sana

Dalam benak kita sering muncul pertanyaan seperti “ apakah doa dan usaha bisa
mengubah takdir? ”. Jika melihat pengertian takdri muallaq bahwa manusia bisa mengubah
takdirnya dengan doa atau usaha yang dilakukannya. Lalu bagaimana dengan catatan takdir
yang tertulis didalam kitab Lauh Mahfudz yang disana tertuliskan seluruh catatan Allah SWT
mengenai takdir dan kejadian yang terjadi di alam semesta.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan terus bermunculan ketika kita mecoba


memahami bagaiman Allah Swt. mengatur takdir semua makhluk di alam semesta ini. Hal ini
akan bisa menjadi sesuatu hal yang terus mengganggu pikiran kita saat coba belajar mengenai
takdir yang merupakan rukun iman ke enam dalam agama islam. Lalu bagaimana sikap yang
harus kita lakukan dalam memahami konsep takdir dari Allah Swt.

Ada atau tidaknya perubahan ini sejatinya adalah rahasia Allah, karena perihal takdir
adalah salah satu hal yang ghaib. Perubahan atau hal apa saja yang terjadi dalam hidup ini tentu
atas kehendaknya. Berubah artinya berbeda, menjadi lain dari yang semula. Perubahan artinya
suatu hal kejadian yang mana bentuk akhirnya berbeda dari yang awal. Dalam hal takdir tidak
ada seorangpun yang mengetahuinya sejak awal bagaimana takdirnya. Sehingga dalam hal ini
kita tidak dapat mengetahui apa-apa yang sebenarnya berubah atau malah perubahan yang terjadi
itu adalah takdir yang tertulis.

Wallahu A'lam Bishawab

Anda mungkin juga menyukai