Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KETIK

METODE PENANGKAPAN IKAN

Oleh :

NAMA : GUMPITA WINDY DISTIYANTI


NIM : 1850805001111039
KELOMPOK : 29
KELAS : B02
ASISTEN : ARIFAN DIAZ PRADINA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................1
1. Pancing Ulur..............................................................................................1
1.1 Pengertian..........................................................................................1
1.2 Bagian dan Fungsi..............................................................................2
1.3 Metode Pengoperasian.......................................................................4
1.4 Alat Bantu...........................................................................................6
1.5 Hasil Tangkapan.................................................................................8
2. Purse Seine.............................................................................................10
2.1 Pengertian........................................................................................10
2.2 Bagian dan Fungsi............................................................................11
2.3 Metode Pengoperasian.....................................................................15
2.4 Alat Bantu.........................................................................................17
2.4 Hasil Tangkapan...............................................................................19
3. Rumpon...................................................................................................22
3.1 Pengertian........................................................................................22
3.2 Bagian dan Fungsi............................................................................24
3.3 Target Sasaran.................................................................................26
4. Lampu Celup Bawah Air..........................................................................29
4.1 Pengertian........................................................................................29
4.2 Bagian dan Fungsi............................................................................30
4.3 Target Sasaran.................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN...................................,.......................................................................35
ASISTEN ZONE...................................................................................................37

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kontruksi Pancing Ulur (Google image, 2019)....................................4

Gambar 2. Alat Bantu Rumpon (Google image, 2019).........................................8

Gambar 3. Umpan Buatan (Google image, 2019)................................................8

Gambar 4. Ikan Tuna Ekor Kuning (Google image, 2019)....................................9

Gambar 5. Ikan Tengiri Raja (Google image, 2019).............................................9

Gambar 6. Konstruksi Purse Seine (Google image, 2019).................................15

Gambar 7. Gardan Purse Seine (Google image, 2019)......................................18

Gambar 8. Fish Finder (Google image, 2019)....................................................19

Gambar 9. GPS Kapal (Google image, 2019)....................................................19

Gambar 10. Lampu Cobra (Google image, 2019)..............................................19

Gambar 11. Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) (Google image, 2019).............23

Gambar 12. Ikan Tongkol (Auxis thazard) (Google image, 2019).......................23

Gambar 13. Ikan Layur (Thriciurus lepturus) (Google image, 2019)...................25

Gambar 14. Ikan Layang (Decapterus sp) (Google image, 2019) .....................25

Gambar 15. Kontruksi Rumpon (Google image, 2019).......................................26

Gambar 16. Ikan Belanak (Moolgarda seheli) (Google image, 2019).................28

Gambar 17. Ikan Tembang (Sardinella sp) (Google image, 2019).....................28

Gambar 18. Konstruksi Lacuba (Google image, 2019).......................................31

Gambar 19. Ikan Selar(Atule mate) (Google image, 2019)................................32

Gambar 20. Cumi-cumi (Loligo indica) (Google image, 2019)............................32

iii
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pancing Ulur

Nama Internasional : Hand Line

Nama Daerah : Pancing Gajrut, Pancing Ulur

1.1 Pengertian

Menurut Kurnia, et al. (2015), pancing ulur merupakan alat tangkap yang

memiliki kontruksi yang sederhana dan memiliki berbagai jenis ukuran mata pancing

serta berbagai jenis umpan buatan sebagai faktor utama keberhasilan

pengoperasian alat tangkap. Mata pancing merupakan bagian yang sangat vital

dalam proses penangkapan ikan pada alat pancing. Mata pancing yang mempunyai

bentuk dan ukuran yang berbeda-beda sangat berpengaruh terhadap

Pengoperasian pancing ulur ini tidak memerlukan modal yang besar

sehingga masih banyak digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Pangkep.

Pancing ulur digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Perkembangan dari

pancing ulur tidak banyak mengalami kemajuan yang berarti dibandingkan dengan

alat tangkap lainnya. Di sisi lain dalam rangka peningkatan produksi hasil

tangkapan, maka diperlukan pengembangan perikanan pancing ulur. Salah satu

usaha pengembangan itu dilakukan dengan modifikasi alat tangkap ikan yang sudah

ada.

Menurut Susanto, et al. (2015), pancing ulur merupakan alat tangkap yang

sederhana yang mudah digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

1
(PPN) Prigi. Penggunaan metode penangkapan pancing ulur di Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Prigi masih menggunakan metode yang sederhana.

Penggunaan alat tangkap pancing ulur sangat dipenggaruhi oleh adanya umpan.

Jenis-jenis umpan dalam penggunaan pancing sangat beragam dari umpan asli

(alami), umpan buatan dan umpan tiruan. Umpan memiliki peranan penting untuk

menarik perhatian ikan. Ikan memiliki kebiasaan mencari makan dengan

menggunakan indra penciuman dan indra penglihatanya. Pada ikan predator (buas),

sistem penciumannya digunakan untuk mendeteksi makanan/umpan mati

berdasarkan stimuli asam amino. Indra penglihatan ikan dipenggaruhi oleh tingkah

laku ikan tersebut, yaitu ada yang tertarik pada cahaya dan ada yang menjauhi

cahaya.

Pancing Ulur atau Hand line ini merupakan salah satu alat penangkap ikan

yang sudah lama dan banyak digunakan oleh para  nelayan tradisional  skala  kecil.

Pancing Ulur dapat ditemui hampir diseluruh Indonesia digunakan oleh para

nelayan. Pancing Ulur yang dalam bahasa asingnya adalah Hand line merupakan

jenis alat tangkap pancing sederhana. Alat tangkap ini umum digunakan oleh

nelayan Indonesia untuk menangkap ikan tuna. Pancing Ulur termasuk alat

penangkap ikan yang aktif, dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian alat relatif

sederhana,  tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat tangkap

pukat ikan dan pukat cincin.

1.1 Bagian dan Fungsi

Pancing ulur (hand line) dengan jumlah 356 unit dari keseluruhan alat

tangkap yang beroperasi sejumlah 861 unit merupakan alat tangkap dominan yang

2
terdapat di PPN Palabuhanratu. Pancing ulur yang digunakan di PPN Palabuhanratu

digunakan dalam menangkap ikan layur, hal tersebut dikarenakan hasil tangkapan

menggunakan pancing ulur kualitasnya lebih terjaga dan cukup selektif terhadap

hasil tangkapan. Dari semua kelompok alat tangkap pancing, pancing ulur

merupakan pancing yang sangat sederhana. Pancing ulur hanya terdiri dari tali

pancing, mata pancing, penggulung, swivel dan umpan yang digunakan pada saat

penangkapan (Sudrajat, et al. 2014).

Menurut Karyanto, et al. (2014), Salah satu alat tangkap tradisional yang

sebagian besar dipakai oleh nelayan Indonesia adalah pancing ulur (hand line).

Pancing ulur terdiri atas beberapa komponen, yaitu gulungan tali, tali pancing, mata

pancing dan pemberat. Selain konstruksinya sederhana, metode pengoperasian

mudah, tidak memerlukan modal yang besar dan kapal khusus.Keberhasilan

penangkapan tuna hand line sangat dipengaruhi oleh teknik pengoperasian dari

pemancing untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pada dasarnya pancing ulur terdiri dari dua komponen utama yaitu tali (line)

dan mata pancing (hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nilon,

polietilen dan plastik . Sedangkan mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan

atau bahan lain yang tahan karat. Bagian-bagian pancing ulur secara keseluruhan

meliputi, bagian yaitu penggulung tali pancing, tali penarik, killi-killi, tali alas, pancing,

dan pemberat. Penggulung tali pancing ulur yang digunakan berbentuk bundar yang

terbuat dari plastik dan kayu. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan proses

pengoperasian alat tangkap agar tali tidak kusut dan dapat digulung setelah operasi

penangkapan selesai. Kili-kili merupakan bagian dari pancing ulur yang berguna

untuk mencegah agar tali penarik dan tali alas tidak terpintal atau kusut saat proses

pengoperasian alat tangkap atau mengurangi gaya puntir. Tali alas yang digunakan

3
mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pada ukuran tali penarik. Penggunaan tali

yang berukuran lebih kecil ini bertujuan agar tali tersebut tidak kentara saat berada

di dalam air. Ukuran mata pancing bervariasi disesuaikan dengan besar kecilnya

ikan yang akan ditangkap. Pemberat pada pancing ulur berfungsi sebagai gaya

berat serta mempercepat tali pancing masuk ke perairan secara tegak.

Gambar 1. Konstruksi Pancing Ulur (Google image, 2019)

1.2 Metode Pengoperasian

Menurut Sudrajat et al. (2014), dalam mengoperasikan alat tangkap pancing

ulur meliputi beberapa tahap yang harus dilakukan meliputi: 1.Tahap persiapan.

Nelayan pancing ulur yang terdiri dari 3 orang mempersiapkan perlengkapan sebelum

berangkat menuju fishing ground meliputi persiapan alat tangkap, pembelian umpan,

bahan bakar, es, makanan serta pemeriksaan kesiapan perahu. 2. Penentuan fishing

ground. Dalam menentukan lokasi daerah penangkapan ikan layur nelayan setempat

menggunakan pengalaman serta informasi dari hasil tangkapan sebelumnya ataupun

nelayan yang telah tiba terlebih dahulu di fishing ground. 3. Setting dan Immersing.

Setelah tiba di lokasi fishing ground alat tangkap pancing ulur siap dioperasikan.

Terlebih dahulu mempersiapkan umpan dengan cara memfillet tubuh ikan, kemudian

4
jangkar perahu diturunkan agar perahu tidak bergerak, pemberat batu pada pancing

diturunkan kemudian turunkan satu persatu kail yang sudah diikatkan dengan umpan.

Lama perendaman biasanya sekitar 15-30 menit tergantung banyak tidaknya ikan

yang ada pada perairan tersebut. 4. Hauling. Setelah direndam beberapa saat dan

terasa banyak umpan yang telah dimakan ikan, nelayan menarik pancing ke atas

perahu. Nelayan dapat merasakan bahwa umpan telah dimakan dengan cara

merasakan getaran pada tali pancing akan terasa kuat.

Menurut Karyanto, et al. (2014), teknik penangkapan dengan pancing ulur

terlebih dahulu mengadakan kegiatan mencari umpan dengan cara mengail

menggunakan pancing bira-bira (hand line). Ikan umpan seperti tongkol, cakalang

dan tuna kecil yang sudah ditangkap kemudian disayat tipis/dipotong-potong kecil

dan salah satu sayatan dikaitkan pada mata pancing hingga mata pancing tidak

terlihat, bersama-sama dengan kantong larutan minyak cumi. Beberapa sayatan

ditambahkan dan ditaruh di atas batu kemudian diikat bersamaan dengan umpan

yang sudah dikaitkan pada mata pancing. Ikatan menggunakan simpul hidup agar

mudah terlepas ketika ditarik. Tali cisabu ditusukkan pada kantong minyak cumi,

kemudian batu yang sudah diikat dengan mata pancing diturunkan perlahan ke laut

pada kedalaman sekitar 50-150 m.

Pancing Ulur dioperasikan diberbagai jenis perairan, seperti disekitar pantai,

di samudera, di perairan dangkal, diperairan dalam bahkan di perairan sekitar

karang. Jenis ikan yang tertangkap sangat bervariasi meliputi ikan-ikan

pelagis  untuk  Pancing  Ulur  yang  dioperasikan  disekitar  permukaan  dan

dilapisan kedalaman tertentu suatu perairan serta ikan demersal (dasar) untuk

Pancing Ulur yang dioperasikan di dasar perairan. Pancing Ulur dioperasikan secara

5
sederhana dengan cara mengulur tali pancing sampai kedalaman perairan ditempat

operasinya dan sambil diangkat dan diturunkan dengan tangan. Mata pancing yang

digunakan adalah nomor 5 – 8 disesuaikan dengan target ikan yang ditangkap. Tali

diulur dengan kedalaman tertentu mulai 30 – 200m, tali nylon yang digunakan nomor

50, 90, 100, 150 tergantung kedalaman. Mata pancing dibiarkan bergerak mengikuti

gerakkan ikan hidup, apabila umpan dimakan maka selanutnya tali nylon ditarik. Tali

nylon dusahakan tidak mengendur agar ikan yang telah memakan umpan tidak

lepas kembali dan hasil tangkapan dimasukan ke palka. Jenis ikan yang sering

tertangkap dengan pancing ulur  memiliki ukuran ikan yang tidak seragam seperti :

tongkol, cakalang, kembung, layang, bawal, kakap, dan lain sebagainya. Namun

kerap sekali ikan yang berukuran besar juga tertangkap seperti hiu, tuna, marlin dan

lain sebagainya.

1.3 Alat Bantu

Menurut Hikmah, et al. (2016), rumpon adalah salah satu teknologi yang

berfungsi mengumpulkan atau mengkonsentrasikan ikan pada suatu perairan.

Tujuannya yaitu untuk memudahkan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang

sesuai, karena posisi daerah penangkapan telah diketahui sejak dini. Pancing ulur

merupakan jenis pancing yang dioperasikan di sekitar rumpon. Jenisnya yaitu terdiri

dari 2 macam, yaitu jenis pancing yang menggunakan umpan dan tidak

menggunakan umpan. Pancing yang menggunakan umpan dengan istilah ra’go,

sedangkan pancing yang tidak menggunakan umpan dikenal dengan istilah rinta’.

Kedua jenis pancing tersebut dalam proses pengoperasian pada prinsipnya sama,

yaitu dengan menarik ulur pancing hingga mendapat ikan. Pada pengoperasian

6
pancing ulur dengan istilah rinta’ di lokasi penelitian, bertujuan untuk mencari umpan

untuk pengoperasian alat tangkap pancing rawai tenggiri dengan ukuran hasil

tangkapan jauh lebih besar.

Menurut Prayitno, et al. (2017), rumpon adalah alat bantu pengumpul ikan

yang menggunakan berbagai bentuk dan jenis pengikat/atraktor dari benda padat,

berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul yang dimanfaatkan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan. Nelayan dapat

menggunakan rumpon sebagai tempat letak fishing ground. Penggunaan rumpon

sebagai alat bantu pengumpul ikan dalam kegiatan penangkapan ikan telah terbukti

mampu meningkatkan produksi dan produktivitas hasil tangkapan. Produksi hasil

tangkapan di kabupaten ini sebelum penggunaan rumpon hanya 500 ton.

Penggunaan rumpon mampu meningkatkan produksi menjadi 1.560 ton. Pada tahun

2005 dan terus meningkat pada tahun tahun berikutnya hingga mencapai 7.823 ton

pada tahun 2013.

Alat bantu pengoperasian pada pancing ulur atau hand line diantaranya

adalah rumpon, umpan dan GPS. Rumpon аdаlаh alat bantu pengumpul ikan уаng

berupa benda atau struktur buatan уаng dirancang menyerupai pepohonan dan

ditempatkan secara menetap atau ѕеmеntаrа pada perairan laut. Rumpon berfungsi

ѕеbаgаі tempat berlindung, mencari makan, memijah, dan berkumpulnya ikan dі

laut. Umpan pada hand line dараt berupa umpan alami maupun buatan. Umpan

alami lebih sering digunakan agar ikan lebih tertarik, namun penggunaan umpan

disesuaikan dengan jenis sasaran tangkap. Jenis umpan yang digunakan umumnya

adalah ikan, udang, cumi-cumi dan terkadang kerang. Alat bantu hand line

7
selanjutnya аdаlаh GPS, уаіtu ѕеbаgаі penentu arah untuk mengetahui keberadaan

ikan.

Gambar 2. Alat Bantu Rumpon (Google image, 2019)

Gambar 3. Umpan Buatan (Google image, 2019)

1.4 Hasil tangkapan

Menurut Sudrajat, et al. (2014), perairan di Teluk Palabuhanratu sangat

potensial dan strategis bagi perikanan tangkap hal ini didukung dengan hasil

tangkapan yang di dapat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu

8
tergolong dalam ikan yang bernilai ekonomis tinggi sebagai contoh: ikan layur

(Trichiurus sp), ikan tuna (Thunnus sp), ikan tongkol (Euthynnus sp), ikan kakap

(Lutjanus sp), ikan tenggiri (Scomberromo sp) dan berbagai jenis ikan lainnya.

Perairan Teluk Palabuhanratu merupakan daerah yang cukup potensial untuk

perikanan tangkap, dimana seluruh produksi perikanan yang didaratkan di PPN

Palabuhanratu pada tahun 2012 sebanyak 397.154.711 kg dengan jumlah produksi

ikan layur sebesar 185.914 Kg.

Menurut Karyanto, et al. (2014), hasil analisis jumlah tangkapan tuna hand

line menunjukan bahwa t hitung = 0,932< t tabel 0,05;5 = 2,571; sehingga menolak

H1 dan menerima H0. Hal ini menjelasan bahwa penggunaan umpan alami

berpemberat batu dan tinta cumi (ulami ratumi) tidak berbeda nyata hasil

tangkapannya dengan menggunakan umpan alami kantong hambur (ulami kambur).

Selanjutnya analisis berat tangkapan tuna hand line juga menunjukan bahwa t hitung

= 0,965< t tabel 0,05;5 = 2,571; sehingga menolak H1 dan menerima H0. Hal ini

menjelasan bahwa penggunaan umpan alami berpemberat batu dan tinta cumi

(ulami ratumi) tidak berbeda nyata berat tangkapannya dengan menggunakan

umpan alami kantong hambur (ulami kambur). Hasil tangkapan tuna menggunakan

umpan alami berpemberat batu dan tinta cumi (ulami ratumi) menunjukkan hasil

yang sama dengan menggunakan umpan alami kantong hambur (ulami kambur).

Hasil tangkapan pancing ulur sangat beragam. Hasil tangkapan ikan yang

sering tertangkap dengan pancing ulur memiliki ukuran dan jenis yang tidak

seragam. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh pancing ulur adalah

tongkol, cakalang, kembung (Rastreliger kanagurta), layang (Decapterus russelli),

9
bawal (Pampus chinensis), dan lain sebagainya. Seringkali ikan yang berukuran

besar juga tertangkap seperti hiu (Carcharhinus longimanus) , tuna (Thunnus sp),

marlin dan lain sebagainya. Hasil tangkapan ikan demersal diperairan Indonesia

pada umumnya adalah kakap merah/bambangan (Lutjanus spp), peperek

(Leiognatus spp), manyung (Arius spp), kurisi (Nemipterus spp), kuniran (Upeneus

spp), tiga waja (Epinephelus spp), bawal (Pampus chinensis) dan lain-lain. Hasil

tangkapan ini juga dipengaruhi alat bantu penangkapan seperti rumpon serta jenis

umpan yang digunakan.

Gambar 4. Ikan tuna ekor kuning (Thunnus albacares) (Google image, 2019)

Gambar 5. Ikan Tenggiri Raja (Scomberomorus cavalla) (Google image, 2019)

10
2. Purse Seine

Nama internasional : Purse Seine

Nama daerah : Jaring Lingkar

2.1 Pengertian

Pukat Cincin (Purse Seine) merupakan alat tangkap ikan yang tergolong

berukuran besar, sehingga membutuhkan ABK dan Nelayan berjumlah banyak.

Persiapan Purse Seine dengan kelengkapannya (desain, konstruksi dan alat bantu

penangkapan ikan), kemampuan mendeteksi gerombolan ikan secara tepat

dan keterampilan untuk mengoperasikannya merupakan faktor penting untuk

terhindar dari resiko kegagalan dalam setiap operasi penangkapan ikan dengan

Purse Seine, mengingat pengoperasian Purse Seine harus aktif mencari, mengejar

dan mengurung ikan pelagis yang bergerombol dan bergerak cepat dalam jumlah

besar, atau melalui alat pengumpul ikan (rumpon atau lampu) yang dapat digunakan

dalam penangkapan (Setyasmoko et al., 2016).

Menurur Rambun et al. (2016), Purse Seine merupakan alat tangkap

yang bersifat multi species, yaitu menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam

banyak kasus sering ditemukan ukuran mesh size alat tangkap purse seine yang

sangat kecil, hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan.

Hal yang mungkin saja akan di pengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis

hasil tangkapan antara jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan

sampingan. Hasil tangkapan Purse Seine di sangat beranekaragam dengan jumlah

hasil tangkapan utamanya 1 : 4 dengan hasil tangkapan sampingan.

11
Keanekaragaman hasil tangkapan yang tinggi dikhawatirkan dapat mengancam

berkurangnya kelestarian jenis spesies biota laut.

Pukat cincin atau Purse Seine adalah alat penangkapan ikan berbentuk

empat persegi panjang (tipe selendang) atau gabungan antara bentuk empat persegi

panjang yang terletak di tengah dengan bentuk trapesium yang terletak disisi-sisinya

(tipe gunungan). Pembentukan kantong (bunt) dapat di bagian ujung jaring atau di

tengah jaring. Bagian atas jaring dipasang pelampung dan bagian bawahnya

dipasang pemberat, serta sejumlah cincin penjepit (Purse ring) yang terbuat dari

kuningan atau besi. Ukuran benang dan mata jaring tiap-tiap bagian biasanya tidak

sama. Besar mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Alat

ini dikelan dengan Purse Seine karena pada jaring bagian bawah dipasangi cincin

(ring) yang berguna untuk memasang tali kerut.

2.2 Bagian dan Fungsi

Mini Purse Seine didesain supaya dapat dibuat menjadi alat tangkap ikan

sehingga mampu menangkap ikan dalam jumlah besar yang membentuk kelompok /

gerombolan (schooling). Secara umum, material penyusun mini Purse Seine pada

umumnya terdiri dari kantong (bag) memiliki panjang sekitar 50 m dengan lebar 40

m. Ukuran mesh size 1 inch atau sekitar 2,54 cm. Berfungsi untuk tempat ikan

terkumpul. Badan jaring memiliki panjang kurang lebih 80 m pada setiap sisi

kantong, untuk lebar adalah 40 m pada sisi kantong dan semakin pendek kearah

sayap sampai sekitar 35 m. Mesh size antar 1 sampai dengan 1,5 inch. Berfungsi

untuk menggiring ikan ke arah kantong. Sayap mempunyai ukuran panjang sekitar

75 m per bagian sisi, sedangkan lebarnya adalah sekitar 35 m di bagian dekat

12
badan dan semakin pendek ke bagian tepi hingga kurang lebih 28 m. Mesh size

sekitar 1,5 inch. sayap ini berfungsi untuk menggiring ikan kearah badan jaring.

Pelampung berjumlah sekitar 1 200 buah, diameter sekitar 150 mm dan dengan

panjang mencapai 20 cm. Pelampung terbuat dari syntetic fiber. Pelampung

berfungsi untuk memberi daya apung. Tali temali pada alat tangkap pmini Purse

Seine adalah tali pelampung (float Line) memiliki panjang sekitar 360 m dengan

diameter 10 mm, berbahan dasarnya PE, berfungsi sebagai mengikat pelampung

dengan tali ris atas. Tali Ris Atas terbuat oleh PE dengan panjang sekitar 360 m dan

berdiameter 10 mm, berfungsi sebagai penghubung jarring dengan pelampung. Tali

Pemberat terbuat dari PE dengan panjang 360 m dan berdiameter 10 mm, berfungsi

untuk menghubungkan pemberat dengan tali ris bawah. Tali cincin terbuat dari PE

dengan panjang 380 m dan berdiameter sekitar 20 mm. Berfungsi untuk

menggantung cincin pada tali ris bawah. Tali kolor memiliki panjang sekitar 400 m

erbahan dasar PE, berfungsi untuk mrngumpulkan cincin atau jarring bagian bawah

pada saat operasi. Cincin Berbentuk oval dengan diameter 110 mm dan berjumlah

kurang lebih 80 buah. Berbahan dasar Timah dengan berat kurang lebih 1 kilo per

cicin. Berfungsi sebagai lewatnya tali kerut dan juga sebagai pemberat. Pemberat

(singker) memiliki diameter sekitar 9,5 mm, dengan panjang 5,5 cm, berat 400 gr per

buah, berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring (Nugraha et al., 2014).

Alat tangkap Purse Seine yang digunakan nelayan Kecamatan Salahutu

ditujukan untuk menangkap ikanikan pelagis yang menghuni permukaan dan lapisan

tengah perairan. Nelayan setempat menyebut alat tangkap ini dengan sebutan jaring

”bobo”. Purse Seine yang digunakan berukuran panjang antara 225–345 m dengan

kedalaman atau tinggi antara 35.5-50 m. Purse Seine terdiri dari 3 bagian utama

yaitu kantong, badan dan sayap yang terbuat dari bahan PA multifilament. Kantong

13
terletak dibagian tengah dengan ukuran mata jaring bervariasi antara ¾”, 1" dan

1¼”. Badan terletak di bagian kiri dan kanan kantong dengan ukuran mata jaring 1",

1 ¼” dan 1½”. Sayap terletak dibagian terluar kiri dan kanan dengan mata jaring 1½”

dan 1¾”. Pepetan yang berfungsi sebagai pengaman saat jaring mengalami

tekanan, terletak di sisi terluar dari setiap bagian Purse Seine. Pelampung yang

digunakan juga bervariasi yakni, jenis pelampung Y-15, Y-12 dan MATRIX-18,

dipasang pada tali pelampung dengan jarak tertentu. Pemberat terbuat dari bahan

timah dan dipasang pada tali pemberat dengan jarak tertentu, selain itu cincin

sebagai tempat lewatnya tali kolor juga terbuat dari bahan timah dan bersama-sama

dengan pemberat berfungsi memberi gaya tenggelam pada jaring. Tali temali

digunakan pada bagian tali pelampung, tali pemberat, tali ris atas dan bawah, serta

tali kolor yang semua material pembentuknya ialah polyethylene (PE) dengan

diameter bervariasi antara 10–16 mm (Johannes et al., 2015).

Bagian-bagian jaring Purse Seine terdiri atas jaring utama (sayap, badan dan

kantong), selvedge, tali ris atas, tali pelampung, pelampung, tali ris bawah,

pemberat, tali ring, ring/cincin dan tali kolor. Selvedge merupakan jaring penguat

yang dipasang untuk melindungi bagian tepi dari jaring utama agar jaring tidak

mudah robek pada saat dioperasikan untuk penangkapan ikan. Tali ris atas terdiri

dari 2 buah tali antara lain : tali pelampung (float line) dan tali pengapit pelampung

(float side line). Dilengkapi dengan pelampung sebagai daya apung. Tali ris bawah

terdiri dari 2 buah tali antara lain tali pemberat dan tali pengapit pemberat serta tali

ris atas terbuat dari bahan PE dengan diameter 10-30 mm. Dilengkapi dengan

pemberan sebagai daya berat. Tali ring ialah tali penghubung antara tali ris bawah

dengan ring atau cincin. Tali ring terbuat dari bahan PE berukuran 12 mm.

Sedangkan ring terbuat dari kuningan atau monel dan diikatkan pada tali ring. Setiap

14
ring dilewati oleh tali kerut untuk mengerutkan bagian bawah jaring pada saat alat

tangkap dioperasikan.Tali kolor berfungsi untuk menutup bagian bawah jaring pada

saat alat tangkap dioperasikan. Caranya adalah dengan menarik tali kerut sehingga

ring-ring berkumpul dan jaring membentuk sebuah kantong.

Gambar 6. Konstruksi Purse Seine (Google image, 2019)

2.3 Metode Pengoperasian

Menurut Pratama, et al. (2016), metode pengoperasian Purse Seine ‘Gardan’

PPP Muncar, Banyuwangi adalah sebagai berikut :

1. Persiapan operasi penangkapan ikan meliputi pemeriksaan alat tangkap,

mesin motor sebagai penggerak kapal dan mesin diesel sebagai tenaga

untuk penerangan lampu, perahu sekoci (pela) dan kondisi kapal.

2. Penentuan fishing ground.

3. Penurunan jaring (setting) dimulai dengan menurunkan pelampung tanda

terlebih dahulu dan diikuti secara bersamaan pada bagian bawah, kantong

dan atas alat tangkap hingga kembali pelampung tanda awal ketika pertama

kali diturunkan.

15
4. Penarikan jaring (hauling) dilakukan jika kedua ujung jaring telah bertemu

dan kemudian ditarik sampai semua bagian bawah mengerucuti gerombolan

ikan.

Metode pengoperasian kapal Purse Seine yaitu dengan two boat system.

Pengoperasian menggunakan metode two boat system ini berdasar pada ikan

Tongkol sebagai target tangkapan memiliki pergerakan yang cepat sehingga

membutuhkan kapal yang dapat melingkari gerombolan ikan dengan cepat. Kedua

kapal memiliki ukuran sama yaitu panjang (LOA), lebar (B) dan dalam (D) secara

berurutan yaitu, 19,40 m, 5,2 m dan 1,8 m akan tetapi memiliki palka ikan yang

dapat menampung ikan dalam jumlah yang berbeda. Kapal 1 yang berfungsi

sebagai tempat menarik jaring memiliki palka yang dapat menampung ikan

sebanyak 30 ton, dan kapal 2 sebagai penampung ikan memiliki palka yang dapat

menampung ikan sebanyak 40 ton. Proses pengoperasian alat tangkap Purse Seine

dimulai dengan mencari lokasi fishing ground ikan, dilanjutkan dengan penurunan

jaring dan kapal akan melingkari schooling ikan. Setelah jaring melingkar sempurna

maka akan dilanjutkan menarik tali kerut, kemudian penarikan jaring, pelampung dan

pemberat secara bersamaan. Proses terakhir yaitu mengangkat ikan menggunakan

serok (Ghufron et al., 2019).

Pukat cincin memiliki prinsip kerja melingkarkan jaring pada gerombolan ikan

sasaran. Setelah menemukan fishing ground alat tangkap diturunkan dengan

pemasangan pada bagian belakang kapal. Lalu tali lainnya dibawa dengan bantuan

kapal lain yang biasanya lebih kecil melingkari gerombolan ikan. Setelah alat

tangkap sudah diturunkan dengan baik kapal dijalankan cepat dеngаn tujuan supaya

gerombolan ikan ѕеgеrа terkepung. Sеtеlаh selesai mulailah Purse Seine ditarik

уаng dеngаn dеmіkіаn bagian bаwаh jaring аkаn tertutup. Melingkari gerombolan

16
ikan dеngаn jaring bertujuan supaya ikan-ikan jangan sampai dараt melarikan dіrі

dalam arah horisontal. Sedang menarik purse line аdаlаh untuk mencegah ikan-ikan

supaya ikan-ikan jangan dараt melarikan dіrі kе bawah. Antаrа dua tepi jaring ѕеrіng

tіdаk dараt tertutup rapat, sehingga mеmungkіnkаn menjadi tempat ikan untuk

melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul

permukaan air dan lаіn sebagainya. Alat tangkap Purse Seine dі tarik menggunakan

power block atau menggunakan manual dеngаn tangan. Sеtеlаh Purse Seine

selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan уаng

terkumpul dalam kantong jaring diserok / disedot kе аtаѕ kapal.

2.4 Alat Bantu

Menurut Pratama, et al. (2016), unit penangkapan kapal Purse Seine

‘Gardan’ dalam menjalankan operasional penangkapan sangat bergantung terhadap

alat bantu penangkapan. Alat bantu penangkapan yang digunakan pada unit kapal

Purse Seine yaitu gardan dan lampu. Alat bantu gardan yang digunakan yaitu

berasal dari gardan truk yang sudah tidak terpakai, kemudian dimodifikasi sehingga

berfungsi sebagai alat untuk menarik tali kerut jaring Purse Seine. Alat bantu gardan

didukung oleh mesin bermerek Yanmar TF300 dengan kekuatan 24 PK. Lampu

yang terdapat pada unit penangkapan alat tangkap Purse Seine ‘Gardan’ berjumlah

10 unit. Jenis lampu tersebut yaitu lampu mercury 500 Watt dan lampu Cobra 1.500

Watt. Dalam satu unit Purse Seine ‘Gardan’ terdapat 4 unit lampu sorot jenis Cobra,

8 unit lampu jenis mercury dan lampu Bohlam. Setiap lampu memiliki fungsi

tersendiri, yaitu sebagai berikut :

17
1. Lampu Cobra berfungsi sebagai lampu pencari ikan dan untuk

mempengaruhi ikan yang berada jauh dari kapal.

2. Lampu Mercury berfungsi untuk memikat ikan supaya berkumpul di sekitar

kapal.

3. Lampu Bohlam berfungsi memusatkan perhatian ikan dibawah lampu.

Menurut Imanda, et al. (2016), faktor pengalaman nahkoda tidak

berpengaruh terhadap hasil tangkapan, karena dalam pengoperasian kapal mini

Purse Seine sudah menggunakan alat bantu seperti GPS dan fish finder, sehingga

dalam penentuan daerah penangkapan dan keberadaan gerombolan ikan dapat

dilihat dari penggunaan fish finder. Faktor daya lampu berpengaruh terhadap hasil

tangkapan. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan bertambahnya penggunaan

lampu dalam pengoperasian pukat cincin maka hasil tangkapan juga akan

meningkat dengan tingkat optimum jumlah lampu. Lampu dipergunakan sebagai alat

bantu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan gerombolan ikan sehingga

memudahkan operasi penangkapan.

Alat Bantu Purse Seine dioperasikan pada siang dan malam hari. Alat

tangkap іnі menggunakan rumpon ѕеbаgаі alat bantu уаng berguna untuk

mengumpulkan kawanan ikan di siang hari. Alat bantu cahaya dibutuhkan pada

pengoperasian malam hari. Cahaya уаng digunakan іnі bertujuan untuk menarik dan

mengkonsentrasikan ikan pada daerah sekitar rumpon уаng merupaan catchable

area. Selain Penggunaan lampu, alat batu Purse Seine lainnya adalah : Rumpon,

Power Block, roller, serok dan sampan.

18
Gambar 7. Gardan Purse Seine (Google Image, 2019)

Gambar 8. Fish Finder (Google Image, 2019)

Gambar 9. GPS Kapal (Google Image, 2019)

19
Gambar 10. Lampu Cobra (Google Image, 2019)

2.5 Hasil tangkapan

Menurut Pratama, et al . (2016), dilihat dari teknik penangkapan dan

konstruksi alat tangkap Purse Seine ‘Gardan’ di PPP Muncar Banyuwangi, target

utama tangkapan yaitu ikan yang berukuran kecil yaitu berkisar 10-30 cm, hal

tersebut dikarenakan target penjualan yaitu kepada industri pengolahan ikan kaleng

(sarden). Jenis - jenis ikan diantaranya yaitu Lemuru (Sardinella longiceps), Tongkol

(Auxis thazard), Layur (Trichiurus lepturus), Layang (Decapterus sp). Dalam

kegiatan penangkapan, ketersediaan ikan sangat dipengaruhi oleh musim

penangkapannya, terdapat musim-musim penangkapan yaitu saat bulan Agustus

sampai Desember didominasi oleh hasil tangkapan Ikan Lemuru dan Layang,

sedangkan pada bulan Januri sampai dengan bulan Maret didominasi oleh hasil

tangkapan Ikan Layur dan Layang. Walaupun hasil tangkapan yang dihasilkan

beragam, Perairan Selat Bali didominasi oleh hasil tangkapan Ikan Lemuru. Maka

dari itu target utama tangkapan nelayan Purse Seine yaitu Ikan Lemuru.

Menurut Imanda, et al. (2016), PPN Pekalongan memiliki dominasi kegiatan

penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Purse Seine. Hasil tangkapan

20
yang didaratkan di PPN Pekalongan masih layak dikonsumsi, namun kualitasnya

kurang baik. Hal ini disebabkan operasi penangkapan kapal Purse Seine umumnya

cukup lama, yaitu sekitar 60-90 hari. Ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan pada

umumnya adalah jenis ikan pelagis yang ditangkap dengan menggunakan Purse

Seine, seperti ikan Kembung (Rastrelliger sp.), Tongkol (Euthynnus sp.), Layang

(Decapterus russelli), Tembang (Sardinella fimbriata), dan Selar (Caranx sp.). Hasil

tangkapan utama adalah ikan pelagis. Karena Purse Seine dioperasikan di

permukaan sehingga hasil tangkapannya ikan – ikan pelagis. Antara lain: ikan

kembung, tembang, japuh, lemuru, julung-julung layur, tetengkek, talang-talang, siro,

selar kuning, parang-parang, layang, senuk, tongkol, cucut, tenggiri papan dan

kenyar. Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak

perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah

menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai

laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari

diperlukan berkisar antara 23-40 orang.

Hasil tangkapan dari alat tangkap Purse Seine diantaranya, ikan selar

bentong (Selar crumenophthalmus), kembung (Rastrelliger kanagurta), layang deles

(Decapterus macrosoma), tongkol komo (Euthynnus affinis), selar tetengek

(Megalaspis cordyla) dan cumi-cumi (Loligo sp), salam (Elagatis bipinnulata), ikan

kuwe (Caranx sexfasciatus). Ikan yang tertangkap rata-rata adalah ikan-ikan pelagis.

Karena, daerah penangkapannya juga pada bagian atas perairan atau permukaan.

Hasil tangkapan dari alat tangkap pukat cincin juga dipengaruhi oleh musim, daerah

penangkapan, derta alat bantu yang digunakan. Hasil tangkapan dari alat tangkapa

pukat cincin sangat bervariasi dengan nialai ekonomis yang tinggi.

21
Gambar 11. Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) (Google Image, 2019)

Gambar 12. Ikan Tongkol (Auxis thazard) (Google Image, 2019)

Gambar 13. Ikan Layur (Thriciurus lepturus) (Google Image, 2019)

22
Gambar 14. Ikan Layang (Decapterus sp) (Google Image, 2019)

3. Rumpon

Nama Internasional : Fish Agregating Device

Nama Daerah : Rumah Pondokan Ikan

3.1 Pengertian

Rumpon adalah salah satu teknologi yang berfungsi mengumpulkan atau

mengkonsentrasikan ikan pada suatu perairan untuk memudahkan penangkapan

ikan dengan alat tangkap yang sesuai, karena posisi daerah penangkapan telah

diketahui sejak dini. Berdasarkan hasil penelitian Lalogau di Kabupaten Jeneponto;

desain rumpon permanen dimodifikasi memiliki satu pelampung rumpon, empat

badan rumpon, dan dua macam pemberat yang terpasang pada bagian dasar

perairan. Sedangkan konstruksi rumpon pada penelitian ini memiliki beberapa jenis

material diantaranya pelampung, badan rumpon (tali utama dan atraktor terbuat dari

Polyethylene), pemberat beton, karung pasir. Sampel rumpon di lokasi penelitian

memiliki konstruksi satu pelampung, satu badan rumpon, dengan jenis material yaitu

pelampung, badan rumpon (tali utama polyethylene dan atraktor dari daun kelapa),

dan pemberat menggunakan batu. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk

mendeskripsikan desain dan konstruksi teknologi rumpon yang digunakan nelayan,

23
menentukan sebaran posisi rumpon berdasarkan alat tangkap yang digunakan serta

mengidentifikasi jenis alat tangkap yang menggunakan rumpon serta komposisi jenis

ikan yang tertangkap dalam hal ini akan lebih selektif (Hikmah, et al., 2016).

Rumpon merupakan alat bantu dalam penangkapan ikan. Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan, Nomor PER 02/MEN/2011 mendefinisikan rumpon sebagai

alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai jenis atraktor

dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Teknologi

rumpon saat ini sudah semakin banyak dikembangkan, salah satunya ialah rumpon

portable. Rumpon portable merupakan rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di

perairan, tetapi diletakkan pada saat akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di

daerah penangkapan ikan tersebut. Ketika tidak digunakan, rumpon tersebut dapat

dibawa atau dipindahkan ke daerah lain atau disimpan hingga dilakukan operasi

penangkapan ikan selanjutnya dan lebih sederhana (Yusfiandayani, et al., 2014).

Rumpon dalam istilah asing disebut fish aggregating

device (FAD) atau payaos (bagi pelaut Filipina) merupakan sejenis pelampung yang

dipasang di laut untuk menarik ikan berkumpul di dekatnya sebelum ditangkap oleh

nelayan. Rumpon ѕеbаgаі alat bantu untuk menangkap ikan уаng dipasang dі laut,

baik laut dangkal maupun laut dalam dараt meningkatkan hasil tangkapan.

Pemasangan tеrѕеbut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul

disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Dеngаn menggunakan

rumpon maka kegiatan operasi penangkapan ikan аkаn menjadi lebih efektif dan

efisien. Rumpon juga memiliki atraktor berupa rumbai-rumbai yang dapat menarik

perhatian ikan, serta adanya rumpon sebagai tempat berlindung, memijah dan

bergerombol dengan kawanannya.

24
3.2 Bagian dan Fungsi

Menurut Hikmah et al 2016, material-material rumpon yang digunakan tidak

jauh beda dengan rumpon tradisional dalam hal ini pelampung, tali utama, atraktor

yang masih menggunakan daun kelapa serta batu yang dimanfaatkan sebagai

pemberat. Material yang digunakan dalam pembuatan rumpon adalah material yang

tidak dapat digantikan fungsinya dengan material lain diantaranya pelampung,

badan atraktor dan pemberat. A) Pelampung, merupakan komponen yang berfungsi

sebagai penanda keberadaan rumpon di perairan serta tempat menggantungkan tali

utama dan atraktor. Dari tahun ke tahun bentuk rumpon mengalami perubahan,

pada awalnya pelampung rumpon terdiri dari rangkaian bambu seperti rakit dan

pelampung yang memiliki bentuk dan modifikasi sendiri. Seperti penggunaan drum

maupun Styrofoam sebagai pelampung rumpon. Konstruksi pelampung dibuat

sekokoh mungkin dengan mempertimbangkan fungsi pelampung itu sendiri yang

dapat mengapung di air, tahan gempuran ombak, arus dan angin. Bahan yang

digunakan untuk pelampung styrofoam, waring, tali PE Ø 0,13 cm dan tali PE Ø 1

cm, dengan model silinder. B) Tali Utama, merupakan penghubung pemberat dan

pelampung pada jarak tertentu.

Rumpon mempunyai konstruksi menyerupai pepohonan yang

dipasang/ditanam pada kedalaman tertentu di suatau tempat di perairan laut yang

berfungsi sebagai tempat berlindung, mencari makan, memijah & berkumpulnya

ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut untuk

mengefisienkan operasi penangkapan bagi para nelayan. Rumpon merupakan alat

bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik

25
perhatian ikan agar berkumpul di suatu tempat yang selanjutnya diadakan

penangkapan (Jayanto et al, 2015).

Secara umum susunan kontruksi rumpon laut meliputi : pelampung, tali

utama, attraktor, dan pemberat. Pada konstruksi, pelampung terletak di bagian atas.

Dalam kondisi terapung tersebut bentuk pelampung disesuaikan dengan fungsinya,

sehingga mampu menahan gelombang dan arus. Pelampung juga dapat digunakan

sebagai tempat tambatan kapal yang hendak memancing di daerah rumpon.

Biasanya pelampung berbahan xeroform (gabus). Tali utama yang digunakan

adalah jenis polyethilene. Panjang tali utama yang digunakan disesuaikan dengan

kedalaman perairan dimana rumpon tersebut di pasang. Untuk menentukan

kedalaman perairan, nelayan menggunakan peta laut sebagai acuan. Atraktor pada

rumpon laut dalam terbuat dari daun kelapa, tali Polyethilene merek DN, serta tali

rafia. Atraktor ini berfungsi sebagai penarik perhatian ikan. Bahan yang diperlukan

untuk membuat pemberat rumpon laut dalam terdiri dari semen, pasir, batu kecil

(koral) serta ban hill. Peranan pemberat pada konstruksi rumpon laut dalam adalah

agar menjadikan posisi rumpon tidak berubah atau bergeser apabila terkena

dorongan arus atau gelombang laut, sehingga berat dari pemberat minimal dua kali

dari besarnya gaya yang diterima dari tali utama.

Gambar 15. Kontruksi Rumpon (Google image, 2019)

26
3.3 Target Sasaran

Menurut Jayanto et al. (2015), bagan tancap yang menggunakan rumpon

hasil tangkapannya adalah Udang (46,62 kg) dengan presentasenya 50%, Belanak

(40,82 kg) dengan presentasenya 44%, Kepiting bakau (4,5 kg) dengan

presentasenya 5% dan Cumi–cumi (1,2 kg) dengan presentasenya 1%. Berdasarkan

hasil tangkapan bagan, udang merupakan hasil tankapan utama menggunakan

rumpon di Morodemak, hal ini dikarenakan daerah fishing ground Bagan tancap

berada dekat dengan ekosistem mangrove. Bahwa udang putih termasuk golongan

udang penaeid. Maka sifatnya antara lain bersifat nokturnal artinya aktif mencari

makan pada malam hari atau apabila intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada

siang hari yang cerah lebih banyak pasif, diam pada rumpon yang terdapat dalam

perairan atau membenamkan diri dalam lumpur di dalam tambak. Ikan belanak

merupakan hasil tangkapan kedua yang menjadi dominan Bagan tancap

menggunakan rumpon dan Bagan tancap tanpa menggunakan rumpon. Berdasarkan

diagram tabel diatas bahwa ikan belanak banyak tertangkap pada Bagan tancap

yang menggunakan rumpon, hal ini dikarenakan terdapat makanan ikan belanak

yaitu fitoplankton yang dihasilkan dari adanya rumpon. Berdasarkan fungsinya,

rumpon bertujuan untuk mengumpulkan fitoplankton yang kemudian untuk dimakan

ikan sehingga terjadi rantai makanan. Ikan belanak sebenarnya termasuk jenis ikan

laut (daerah pantai), namun sering juga tertangkap di daerah air payau dan kadang

sampai ke daerah aliran sungai. Hidupnya lebih banyak di dasar (demersal) perairan

yang berlumpur. Jenis makanannya fitoplankton (diatom) dan detritus pada sedimen

dasar.

27
Menurut Hartaty dan Setyadji (2016), tongkol krai di perairan Sibolga dan

sekitarnya memiliki kisaran panjang yang lebih luas dibandingkan di perairan

lainnya. Kisaran panjang antara 26-41 cmFL di perairan Selandia Baru. Pada Selat

Taiwan mendapatkan kisaran panjang antara 25-40 cmFL. Pada Utara Andhra

Pradesh, India mendapatkan kisaran panjang antara 30-46 cmFL. Kisaran panjang

yang luas juga ditemukan di India dengan kisaran panjang antara 18-56 cmFL dan

didominasi oleh ukuran antara 25- 40 cm. Kisaran tongkol krai pada bulan Pebruari

dan April antara 21-40 cmFL di sepanjang perairan Barat Sumatera. Berkaitan

dengan hal tersebut, luasnya kisaran panjang tongkol krai yang tertangkap di

perairan Sibolga diduga diakibatkan karena adanya perbedaan jenis alat tangkap

dan teknik penangkapan. Penggunaan rumpon oleh armada pukat cincin di Sibolga

diduga menjadi faktor yang paling mempengaruhi, karena dilihat dari fungsi rumpon

itu sendiri yaitu sebagai alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan

agar berkumpul dalam suatu catchable area dan merupakan tempat berkumpulnya

plankton dan ikan-ikan kecil lainnya, sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih

besar untuk tujuan feeding.

Target sasaran rumpon adalah ikan-ikan pelagis kecil. ikan-ikan tersebut

diantaranya adalah : Tongkol (bojo-bojo, paka), ikan kembung (Rastrelliger

brachysoma), ikan selar (Decapterus selaroides), ikan selar bentong (Selar

crumenopthalmus), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), cakalang lae-lae, cakalang

lain (bahasa lokal uro-uro), ikan putih (Caranax sp), ikan rambai (Caranax

malabaricus), ikan layang (Decapterus russeli). alat bantu rumpon sangat efektiv

dalam membantu alat tangkap mendapatkan hasit dengan jumlah yang lebih

28
banyak. Karena ikan sangat tertarik dengan keberadaan rumpon juga didukung oleh

kontruksinya yang bertujuan menarik perhatian ikan.

Gambar 16. Ikan Belanak (Moolgarda seheli) (Google image, 2019)

Gambar 17. Ikan Tembang (Sardinella sp) (Google image, 2019)

4. Lampu Celup Bawah Air

Nama internasional : Underwater Light Fishing

Nama Daerah : Lampu Celup Bawah Air

4.1 Pengertian

Menurut Brown ,et al. (2013), Lacuba adalah alat pemanggil ikan yang

berupa lampu tahan air yang diperuntukan bagi para nelayan penghobi mancing di

laut,danau maupun sungai untuk menangkap ikan. Lacuba dioperasikan dengan

cara dicelupkan ke dalam air Selain faktor kekuatan cahaya faktor warna cahaya

29
diyakiniakan mempengaruhi respon ikan mengingat kemampuan visual tiap jenis

ikan tidak sama.

Menurut Setiawan ,et al. (2015) , Lacuba sadalah alat yang berfungsi untuk

penerangan dalam proses penangkapan ikan dan sebagai penarik perhatian ikan

sehingga ikan berkumpul mendekati cahaya lampu.Sehingga memudahkan

menjaringnya dan nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapannya dua kali lipat.

Namun lacuba tidak bisa digunakan oleh semua nelayan karena harus berdasarkan

karakteristik wilayah tangkapan dan harganya pun cukup mahal bagi nelayan kecil.

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dibuat seperangkat lampu celup bawah air

(Lacuba) dengan menggunakan lampu LED yang akan menghemat listrik dan dapat

mengurangi harga jual lacuba ini.

Lacuba (Lampu Celup Bawah Air) merupakan lampu yang dipakai dalam air

untuk menarik perhatian ikan, alat pemanggil ikan, pemikat ikan, dan pengumpul

ikan untuk bantu nelayan dalam meningkatkan jumlah hasil penangkapan ikan di

laut. . Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui

otak (pineal region pada otak). Peristiwa ikan tertarik pada cahaya disebut fototaksis

positif. Penggunaan lampu celup bawah air biasanya digunakan pada saat malam

hari. Lacuba, didesain secara khusus dalam satu wadah plastik dan telah teruji

tahan hingga kedalaman 20 meter. Lacuba dipasang pada Perahu, Bagan Tancap

maupun Bagan Apung dan dicelupkan kedalam air dengan penambahan beberapa

peralatan untuk menambatkan kabel pada Perahu maupun Bagan.

4.2 Bahan dan Fungsi

30
Lacuba tersusun dari LED dengan jumlah yang bervariasi. Terdapat lima

warna lacuba, yaitu merah, hijau, putih, biru dan kuning. Lacuba dengan jumlah 8

LED duhubungkan dengan aki merk GS Astra. Alat yang dibutuhkan adalah gergaji,

spidol, solder, bor listrik dan bagan apung. Bagian tersebut digunakan sebagai

rangka untuk pelindung lampu. Bahan yang digunakan berupa lampu LED super

bright blue 5 mm, pipa PVC, accu power, plastik, resistor, kabel listrik dan lain-lain

digunakan untuk menyambungkan rangka dengan lampu, sehingga lacuba dapat

menyala di dalam suatu perairan (Taufiq et al., 2015).

Lampu hasil rekayasa yang digunakan untuk memikat ikan. Lampu

dihubungkan dengan resistor yang berfungsi untuk menahan agar arus stabil.

Resistor dihubungkan dengan kabel yang terhubung dengan power supply. Lacuba

terbuat dari LED agar dapat menghemat daya yang digunakan. LED ditutup dengan

pipa paralon dalam rangkaian listrik parallel (Taufiq et al., 2015).

Bagian-bagian dari lampu celup bawah air diantaranya, LED yang jumlahnya

bervariasi, berfungsi sebagai sumber cahaya dari Lacuba. Lampu tersebut

dihubungkan dengan ACU kapal dan resistor agar tegangan lampu stabil dan

mengurangi konslet akibat air. Terdapat juga bagan apung agar lampu yang

berfungsi mengapungkan lampu di perairan. Serta rangka yangberfungsi untuk

melindungi lampu. Lampu yang biasa digunakan berupa lampu LED super bright

blue 5 mm.

31
Gambar 18. Konstruksi Lacuba (Google image, 2019)

4.3 Target Sasaran

Jenis ikan yang tertangkap dapat digolongkan menjadi tiga yaitu ikan pelagis,

demersal dan reef associated. Total hasil tangkapan selama percobaan lacuba

adalah 591 kg. Ikan yang dominan tertangkap adalah ikan teri, ikan selar, ikan

peperek, cumi-cumi dan lain-lain. Selama pelaksanaan uji coba, terdapat 23 jenis

ikan yang tertangkap. Hasil tangkapan lampu celup bawah air secara keseluruhan

lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan lampu petromax hal ini

disebabkan lacuba dioperasikan di dalam air (Fuad et al., 2016).

Ikan yang tertangkap selama penelitian umumnya adalah ikan pelagis. Hasil

tangkapan terbanyak dengan lampu biru yaitu 352,25 kg. Pada lacuba biru, jenis

ikan yang tertangkap terbanyak adalah ikan rinyau (41,66%) dan terendah pada

sotong (7,69%). Sedikitnya jenis ikan dikarenakan pada saat penelitian sedang

dalam musim peralihan. Jenis ikan yang tertangkap pada waktu sebelum malam

adalah ikan teri, sotong, rinyau dan beliak (Brown, 2013).

32
Target sasaran tangakapn ikan sebenarnya menyesuaikan terhadap alat

tangkap yang digunakan. Beberapa ikan demersal yang tertangkap dengan bantuan

Lacuba diantaranya, ikan pepetek, cumi-cumi, golok-golok, rajungan, belanak,

kuniran dan pelagis kecil seperti teri, selar, kembung dan tembang dalam jumlah

yang cukup banyak. Jenis ikan yang paling banyak didapatkan adalah ikan pepetek.

Jenis ikan ini merupakan ikan demersal bersifat bergerombol untuk mencari makan

berupa jenis organisme yang berfototaksis positif pada lingkungan yang melimpah

makanan.Ikan pepetek ini, termasuk ikan predator yang mencari makanan mengikuti

arah cahaya. Maka dari itu ikan ini banyak tertangkap dengan alat bantu Lacuba.

Selain ikan-ikan demersal dan pelagis, Lacuba juga dapat menangkap ikan-ikan di

sekitar karang. Di mana pun tempatnya, Lacuba bergantung pada kemampuan

fototaksis ikan tangkapan serta warna lampu yang digunakan.

Gambar 19. Ikan Selar (Atule mate) (Google image, 2019)

Gambar 20. Cumi-cumi (Loligo indica) (Google image, 2019)

33
DAFTAR PUSTAKA

Brown, A., Isnaniah dan S. Domitta. 2013. Perbandingan hasil tangkapan kelong
menggunakan lampu celup bawah air dan petromaks di Perairan Desa Kote
Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal
Akuatika. 4(2):149 – 158.
Fuad., Sukandar dan A. Jauhari. 2016. Pengembangan lampu bawah air sebagai
alat bantu pada bagan tancap di Desa Tambak Lekok Kecamatan Lekok
Pasuruan. Jurnal Kelautan. 9(1):7 – 11.
Ghufron, M. Z., I. Triarso dan Kunarso. 2019. Analisis hubungan suhu permukaan
laut dan klorofil-a Citra Satelit Suomi NPP VIIRS terhadap hasil tangkapan
Purse Seine di PPN Pengambengan Bali. Journal of Fisheries Science and
Technology. 14(2):128 – 135.
Google Image. 2019. www.google.image.com. Diakses pada 10 April 2019.
Hartaty, H. dan B. Setyadji. 2016. Parameter populasi ikan Tongkol Krai (Auxis
thazard) di Perairan Sibolga dan sekitarnya. Bawal. 8(3): 183-190.
Hikmah, N., M. Kurnia dan F. Amir. 2016. Pemanfaatan teknologi alat bantu rumpon
untuk penangkapan ikan di Perairan Kabupaten Jeneponto. Jurnal IPTEKS
PSP. 3(6):455 – 468.
Imanda, S. N., I. Setiyanto dan T. D. Hapsari. 2016. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan kapal mini Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pekalongan. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology. 5(1):145 – 153.
Jayanto, B. B., Asriyanto, A. Rosyid dan H. Boesono. 2014. Pengaruh atraktor
rumpon terhadap hasil tangkapan alat tangkap bagan di Perairan Demak.
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 26(2):119 – 133.
Johannes, S., S. H. Wisudo dan T. W. Nurani. 2015. Analisis faktor produksi dan
kelayakan usaha perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah. Jurnal Aplikasi Manajemen. 13(2):335 – 343.
Karyanto, Emil Reppie, Johnny Budiman. 2014. Perbandingan Hasil Tangkapan
Tuna Hand Line Dengan Teknik Pengoperasian Yang Berbeda Di Laut
Maluku. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Perikanan Tangkap . 1(6) : 221 – 226.
Kurnia, Muhammad, Sudirman, Muhammad Yusuf. 2015. Pengaruh Perbedaan
Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan
Pulau Sabutung Pangkep. Marine Fisheries. 6(1) : 87 – 95.
Nugraha, A., B. A. Wibowo dan Asriyanto. 2014. Analisis finansial usaha perikanan
tangkap mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung
Kabupaten Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology. 3(4):56 – 65.
Pratama, M. A. D., T. D. Hapsari dan I. Triarso. 2016. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil produksi unit penangkapan Purse Seine di fishing base
PPP Muncar Banyuwangi Jawa timur. Jurnal Saintek Perikanan. 11(2):120 –
128.
Prayitno, Muhammad RE, et al. 2017. Produktivitas Alat Tangkap Yang Dioperasikan
Di Sekitar Rumpon Laut Dalam. Marine Fisheries. 8(1) : 101 – 112.

34
Setiawan, F., S. R. Sulistiyanti dan A. Sadnowo. 2015. Analisis pengaruh medium
perambatan terhadap intensitas cahaya LACUBA (Lampu Celup Bawah Air).
Jurnal Rekayasa dan Teknlogo Elektro. 9(1): 21-29.
Setyasmoko,T.B., A. D. P. Fitri dan S. D. Gautama. 2016. Kesesuaian teknis rasio
gaya apung (Buoyance Force) dan gaya tenggelam (Sinking Force) pada
Purse Seine tipe waring di TPI Sendang Sikucing, Kabupaten Kendal.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology.
5(1): 118-127.
Sudrajat, S. M. N. I., A. Rosyid dan A. N. Bambang. 2014. analisis teknis dan
finansial usaha penangkapan ikan layur dengan alat tangkap pancing ulur di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3(3):141 –
149.
Susanto, Mudhofar, Pramonowibowo, Dian Ayunita NN Dewi. 2015. Analisa
Perbedaan Umpan Dan Waktu Pengoperasian Pancing Ulur Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Di Perairan
Prigi Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 4(4) : 78 – 85.
Taufiq., W. Mawardi, M. S. Baskoro dan Zulkarnain. 2015. Rekayasa lampu led
celup untuk perikanan bagan apung di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya
Propinsi Aceh. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 6(1):51 – 67.
Yusfiandayani, R., D. R. Amelia dan M. Riyanto. 2017. Produktivitas rumpon
portable menggunakan pancing ulur di perairan Jepara. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 8(2): 179-186.

35
LAMPIRAN

Pada praktikum lapang MPI dilakukan Kapal yang dinaiki praktikan pada
di Pelabuhan Perikanan Nusantara praktikum MPI merupakan kapal Karya
Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Maju.

Kapal diberangkatkan dari pelabuhan Asisten memberi arahan tentang apa


satu kapal tediri dari 4 kelompok dan yang harus ditanyakan pada pemilik
berjalan selama 60 menit diatas laut. kapal untuk pengisian data.

36
Praktikan mulai menanyakan hal – hal Pemilik kapal menjelaskan dana yang
yang diperlukan untuk pengisian data dibutuhkan satu kali trip hingga
laporan. pendapatan mereka kepada praktikan.

Setelah mendapatkan data yang Perjalanan kembali ke pelabuhan


dibutuhkan praktikan mencatat dalam setelah selesai melakukan wawancara
laporan. dan mendapatkan hasil.

37
ASISTEN ZONE

No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Koordinator asisten sangat baik

dalam mengkoordinasi praktikan

1. baik di kampus maupun di lapang.

Diharapkan lebih tegas lagi

terhadap praktikan.
Muhammad Ilham R.

Asistensi berjalan lancar. Sangat

membantu saat praktikum lapang


2.
dan kampus. Diharapkan tetap

menjaga kinerja yang sudah baik.


Bella Nur Aini

Pemberian arahan baik. Tidak ada

3. kendala saaat asistensi. Semoga

kedepannya lebih baik.

Arif Rifaldi

Asisten sangat membantu..

Pembimbingan asisten terhadap


4.
praktikan juga sangat baik.Semoga

kedepannya lebih baik.


Nurhusna Rahmania

38
No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Penyampaian materi jelas dan

mudah dimengerti. Friendly dan


5.
santai. Semoga kedepannye lebih

baik.
Ridho Novianto Putro

Penjelasan mengenai praktikum

jelas dan tepat. Memberikan


6.
arahan dengan baik dan jelas,

Semoga kedepannya lebih baik.


Moh. Mansur
Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Tidak ada kekurangan saat

7. asistensi. Ramah dan sangat

membantu. Semoga kedepannya

lebih baik.
Heru Hermanto

Penyampaian singkat, jelas, dan

runut. Menyampaikan materi


8.
dengan baik. Diharapkan untuk

kedepannya lebih baik


Depri Mochamad R.

39
No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Tidak ada kekurangan saat

asistensi. Tegas dan membantu

9. praktikan dengan baik. Sangat

membantu. Diharapkan untuk

kedepannya lebih baik


Ulfi Fadzilla

Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Tidak ada kekurangan saat


10.
asistensi. Diharapkan untuk

kedepannya lebih baik


Muchammad Choirul M.
Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Tidak ada kekurangan saat

11. asistensi. Diharapkan untuk

kedepannya lebih baik dan lebih

tegas.
Warzukni Fahma

Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Tidak ada kekurangan saat


12.
asistensi. Diharapkan untuk

kedepannya lebih baik

Hanif Aqmal Nazmi

40
No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Diharapkan lebih tegas dalam

mengarahkan praktikan. Asistensi


13.
berjalan dengan baik. Semoga

lebih baik kedepannya.


Mutya Rachmatul Laila

Penyampaian materi jelas.

14. Asistensi berjalan lancar. Semoga

kedepannya lebih tegas lagi.

Atika Mahartini
Asisten baik, memberikan materi

dengan jelas dan benar.

15. Memberikan arahan dengan baik.

Diharapkan asisten tetap menjaga

kinerjanya.
Syafril Mayu Dinata

Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Penyampaian materi


16.
sangat baik. Diharapkan

kedepannya tebih baik lagi.


Annisa Setya Reandita

41
No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Asisten melakukan tugas dengan

baik. Penyampaian materi yang


17.
diberikan jelas dan diharapkan

agar tetap menjaga kinerjanya.


Cahya Ajinugraha
Asisten melakukan tugasnya

dengan baik. Dalam penyampaian

18. materi asisten melakukannya

dengan jelas. Diharapkan asisten

tetap menjaga kinerjanya.


Aji Sudayana
Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Asistensi berjalan lancar

19. jaya. Sangat membantu.

Diharapkan untuk kedepannya

lebih baik
Arifan Diaz Pradina

Asisten membimbing praktikan

20. dengan baik. Diharapkan menjaga

kinerja yang telah diberikan.

M. Ilham Nadzir

42
No. Nama Asisten Kritik dan Saran

Asisten membimbing praktikan


21. dengan baik. Dalam penyampaian
materi juga sangat jelas.

Putri Utami Rahmawati

Kinerja sebagai asisten sudah

bagus. Asistensi berjalan lancar


22.
jaya. Pemberian materi sangat

jelas dan mudah dimengerti.


Fivian Miftha Fauzi

Asisten melakukan penyampaian

materi dengan baik. Diharapkan


23.
kedepannya asisten menjaga

kinerja yang telah diberikan.


M. Iqbal Sulaiman

43

Anda mungkin juga menyukai