Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR ISI

Bab Halaman
Kata Pengantar ............................................................................ ii
Daftar Isi ....................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pukat Pantai ............................................................................. 3
2.1.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap ..................... 3
2.1.2 Kontruksi dan Bagian Alat Tangkap ............................... 4
2.1.3 Gambar Kontruksi ........................................................... 6
2.1.4 Bahan yang Digunakan .................................................... 7
2.1.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas ........................... 8
2.1.6 Ukuran Kapal ................................................................... 9
2.1.7 Alat Bantu Penangkapan.................................................. 10
2.1.8 Hasil Tangkapan .............................................................. 10
2.2 Pukat Payang ........................................................................... 11
2.1.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap ..................... 11
2.1.2 Kontruksi dan Bagian Alat Tangkap ............................... 14
2.1.3 Gambar Kontruksi ........................................................... 16
2.1.4 Bahan yang Digunakan .................................................... 18
2.1.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas ........................... 19
2.1.6 Ukuran Kapal ................................................................... 20
2.1.7 Alat Bantu Penangkapan.................................................. 21
2.1.8 Hasil Tangkapan .............................................................. 22
2.3 Pukat Dogol ............................................................................. 22
2.1.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap ..................... 22
2.1.2 Kontruksi dan Bagian Alat Tangkap ............................... 23
2.1.3 Gambar Kontruksi ........................................................... 24

iv
2.1.4 Bahan yang Digunakan .................................................... 24
2.1.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas ........................... 25
2.1.6 Ukuran Kapal ................................................................... 25
2.1.7 Alat Bantu Penangkapan.................................................. 25
2.1.8 Hasil Tangkapan .............................................................. 26
2.4 Inovasi Alat Tangkap ............................................................... 28
2.4.1 Penilaian Keberlanjutan Alat Tangkap di Indonesia ....... 28
2.4.2 Kriteria Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkuangan32
2.4.3 Alat Tangkap Gill Net Millenium.................................... 32
III. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 35

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lartar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2,
sehingga potensi perikanan Indonesia sangat besar. Ada banyak alat
tangkap yang digunakan untuk mengeksplorasi hasil perikanan laut, salah
satunya adalah alat tangkap pukat kantong. Pukat kantong adalah semacam
jaring yang dilengkapi dengan sayap-sayap di kanan kirinya, dan kantong
berbentuk kerucut yang berada di ujung belakangnya,kantong ini adalah
tempat berkumpulnya ikan-ikan yang terjaring.Pukat kantong ini adalah
jenis jaring penangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri dari kantong
(bag), badan (body), dua lembar sayap (wing) yang dipasang pada kedua
sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp).Alat ini tergolong tradisional,
tidak merusak lingkungan, dan ukurannya relatif kecil. Pukat kantong
terdiri atas payang, dogol, dan pukat pantai

1.2 Rumusan Masalah

a. apa yang di maksud dengan alat tangkap pukat kantong


b. apa saja jenis-jenis pukat kantong
c. bagaimana konstruksi dan bagian-bagian pukat
d. apa saja bahan-bahan yang digunakan pada pukat
e.bearapa jumlah nelayan yang mengoperasikan pukat
f. bearapa ukuran kapal yang digunakan pada pukat
g. alat bantu apa saja yang digunakan pada pukat
h. apa hasil tagkapan pada masing-masing pukat

1
2

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain mengerjakan tugas mata kuliah
dasar-dasar penangkapan ikan, yaitu untuk mengetahui lebih lanjut dan
memahami alat tang kap pukat pantai, cara pengoprasian, dan ikan yang dapat
ditangkap oleh alat tangkap pukat pantai tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pukat Pantai
2.1.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap
Pukat pantai (beach seine) merupakan alat penangkapan ikan yang termasuk
dalam penggolongan Seine net (pukat kantong), yaitu jaring yang memiliki
kantong dan dua buah sayap serta memiliki tali yang panjang. Sepintas alat ini
mirip dengan alat tangkap trawl, namun banyak sekali perbedaan-perbedaannya
(Subani, 1988). Pukat pantai merupakan alat penangkapan ikan yang masih
tergolong tradisional dan sampai saat ini masih bertahan di tengah perkembangan
teknologi penangkapan ikan.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2000) beach seine adalah salah satu jenis
pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan, baik pelagis maupun ikan
demersal yang berada di tepi pantai. Biasa juga disebut pukat tepi, karena
pengoperasiannya hanya terbatas pada tepi pantai.Saat ini penggunaan pukat
pantai menurun jumlahnya.Namun di beberapa negara seperti Jepang, alat tangkap
ini masih banyak digunakan, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan.Pukat
pantai juga disebut dengan beach siene, dan juga krakat. Beberapa daerah di Jawa
juga dikenal dengan nama “puket”, “krikit”, dan atau “kikis”.
Alat tangkap pukat pantai termasuk jenis pukat yang berukuran
besar.Banyak dikenal di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran,
Labuhan, Pelabukan Ratu, Maringge (Sumatra Selatan).Bentuknya seperti payang
dan bersayap.Prinsip pengoperasiannya adalah menelusuri dasar perairan dan pada
akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai.Dalam pengoperasiannya pukat
pantai yang berukuran besar memerlukan tenaga sampai puluhan orang lebih.
Kantong pada pukat pantai biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari katun
maupun bahan sintetis lain. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap
pukat pantai biasanya jenis-jenis ikan pantai yang hidup di dasar dan termasuk
juga jenis udang.Dalam pengoperasiannya kapal atau perahu yang digunakan
bervariasi.Sampai sekarang penggunaan alat tangkap pukat pantai ini terus

3
4

menerus mengalami perkembangan baik dalam hal perubahan model maupun


penyebaran atau distribusinya.

2.1.2 Kontruksi dan Bagian Alat Tangkap


Pukat pantai terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan
(shoulder) dan sayap (wings). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa
sub bagian lagi.
1) Sayap (Wings)
Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang
terletak pada masing-masing sisi jarring. Masing-masing sayap terdiri atas:
 Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya terbuat dari
polyethyline
 Gembungan, yang terdapat di tengah dan biasanya juga terbuat
dari polyethyline.
 Clangap, yang berada di dekat badan dan biasanya juga terbuat dari
polyethyline atau bahan sintetis lainnya.
2) Kantong (Bag)
Kantong berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut
pada ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos.Biasanya masih
dibantu dengan kebo kaos untuk membantu menampung hasil tangkapan.Kantong
terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda.
Kantong terdiri dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata
sekitar 14 mm, berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian
belakang kira kira memiliki ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan
panjang sekitar 4 m.
3) Badan (Shoulder)
Bagian badan jarring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua
sayap.Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah
terperangkap agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang
mempunyai ukuran mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan
panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
5

Kedudukan pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan


pelampung dan pemberat pukat pantai.
 Pemberat (Sinker)
Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah
alat tangkap.Fungsinya agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat
tenggelam dan tetap pada posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta
membantu membuka mulut jaring kearah bawah.
 Pelampung (Floats)
Sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya
apung atau untuk mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut
jarring ke atas pada alat tangkap pukat pantai.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai juga menggunakan
tali temali. Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
a) Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat
pantai pada setiap operasi penangkapan.Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan
dengan masing-masing sayap ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung
dengan panjang dan besarnya pukat pantai.
b) Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan
pelampung. Tali ini terletak pada kedua sayap
c) Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah
dan pemberat.Tali ini terletak pada kedua sayap jaring.
6

2.1.3 Gambar Kontruksi

Gambar 1.Cara Pengoprasian Pukat Pantai

A
Gambar 2.Kontruksi Jaring Pukat Pantai
(sumber :http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id)

Keterangan:
A. Kantong B. Sayap / kaki
a. Kayu perentang (spreder), pj. 1 m;
b. Tali Kendali (Bridle), pj. 3 m;
c. Slamber (Haul line), pj. 150 – 200 m.
7

2.1.4 Bahan yang Digunakan


Pada prinsipnya pukat pantai terdiri dari bagian-bagian kantong yang
berbentuk kerucut yang bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan
sintetis lain seperti waring karuna, nilon bahan dari plastic maupun polyethylene
(PE). Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis
lainnya.Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung.Pelampung ini
kebanyakan terbuat dari bahan sintetis yang bersifat mudah mengapung atau tidak
tenggelam dan biasanya berbentuk silinder.Sedangkan pada ris bawah diikatkat
pemberat yang bisa terbuat dari timah atau dapat pula digunakan rantai besi.Pada
masa dahulu masih digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupun
batu.Namun sekarang sudah jarang digunakan karena daya awetnya rendah.

Gambar 3.Komposisi Jaring Pukat Pantai


8

2.1.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas


Jumlah nelayan dan pembagian tugas menggunakan alat tangkap pukat
pantai ini terbagi dalam empat tahapan pengoprasian alat tangkap, yaitu:
1) Tahap Persiapan
Enam orang nelayan naik ke perahu yang ditambat di dekat pantai untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi operasional
penangkapan.Jaring dan tali disusun sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan
penarik untuk mempermudah operasi penangkapan terutama pada waktu
penawuran (setting) (Ayodhyoa, 1975).
2) Tahap Penawuran (Setting)
Perahu dikayuh menjauhi pantai sambil menurunkan tali hela II yang
ujungnya telah diikatkan pada patok di daratan pantai. Apabila syarat-syarat
fishing ground telah ditemukan dan jarak sudah mencapai sekitar 700 m
(sepanjang tali hela) dari pantai, perahu mulai bergerak ke kanan sambil
menurunkan jaring. Penurunan jaring diusahakan agar membentuk setengah
lingkaran menghadap garis pantai.
Urutan penurunan dari perahu sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan
kantong serta sayap I, kemudian tali hela diulur sambil mengayuh perahu
mendekati pantai dan pada saat mendekati pantai ujung tali penarik yang lain
dilempar ke pantai dan diterima oleh sekelompok nelayan yang lain. Setelah
kedua ujung tali penarik berada di pantai, masing-masing ujung ditarik oleh
sekelompok nelayan yang berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu
perahu kembali kelaut untuk mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga
ke pantai selama penarikan jaring. Kecepatan perahu dalam menebarkan jaring
dapat dihitung dengan mengetahui jarak yang telah ditempuh perahu dan lamanya
waktu penebaran. Sedangkan kecepatan penawuran dapat diperoleh dengan
menghitung panjang pukat pantai dibagi dengan lama penawuran (Ayodhyoa,
1975).
3) Tahap Penarikan (Hauling)
Ketika ujung tali hela I telah sampai di pantai, penarikan jaribng dimulai.
Jarak antara ujung tali penarik I dan II kurang lebih 500 m, masing-masing ditarik
9

oleh nelayan berjumlah sekitar 13 orang. Sambil secara bertahap saling mendekat
bersamaan dengan mendekatnya jarring ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-
kira sebanyak 4 kali dengan perpindahan ke 4 pergeseran dilakukan terus menerus
hingga akhirnya bersatu. Ketika sayap mulai terangkat di bibir pantai, penarikan
di komando oleh seorang mandor untuk mengatur posisi jarring agar ikan tidak
banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu dikayuh menuju ujung kantong
yang diberi tanda dengan bendera yang terpasang pada pelampung. Salah satu dari
crew penebar mengikatkan kebo kaos pada bagian ujung kantong. Kebo kantong
tersebut dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar jarring tidak rusak
akibat terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo kaos tersebut nelayan
berenang mengikuti jarring sampai ke pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat
dihitung dengan cara membagi panjang keseluruhan dengan lamanya penarikan
(Ayodhyoa, 1975).
4) Tahap Pengambilan Hasil Tangkap
Sayap dan badan pukat pantai terus ditarik hingga ke pantai, kantong ditarik
dan hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong. Selanjutnya ikan yang jenisnya
bermacam-macam tersebut disortir dengan memisahkan dan memasukkanya ke
dalam keranjang tempat yang telah disediakan. Selain itu sebagian nelayan ada
yang menaikkan tali penarik dan jating ke daratan untuk dirawat atau
mempersiapkan pengoperasian tahap berikutnya (Ayodhyoa, 1975).

2.1.6 Ukuran Kapal


Perahu yang dipergunakan dalam pengoperasian pukat pantai ini bervariasi.
Akan tetapi biasanya berukuran panjang 5-6 m, lebar 0.6 m dan dalam atau tinggi
0.7 m. Perahu ini ada yang dilengkapi dengan katir/sema (outriggers) maupun
tidak. Ada yang dilengkapi dengan motor dan ada juga yang tanpa motor (perahu
dayung). Untuk perahu dayung biasanya terbuat dari bahan kayu.Kelebihan dari
material kayu selain harganya lebih murah, tehnologinya sederhana, material
mudah didapat, pembentukannya mudah ringan dan perawatanya juga mudah.
10

Tabel 1.Kategori dan ukuran perahu/ kapal


No Kategori Perahu/Kapal
1 Kapal Tanpa Motor Jukung
Perahu Papan Kecil, sedang, besar
2 Perahu/Kapal Motor tempel
Kapal Motor < 5 GT, 5–10 GT,
10-20 GT, 20-30 GT,
30-50 GT, 50-100 GT,
100-200 GT, 200-300 GT,
300-500 GT, 500-1000 GT,
>=1000 GT

2.1.7 Alat Bantu Penangkapan


a. Pelampung Berbendera
Pelampung berbendera ini berfungsi sebagai tanda posisi kantang
pukat pantai di perairan dan sebagai petunjuk bagi mandor tentang
keseimbangan posisi jarring antara kiri dan kanan.Sehingga dengan melihat
bendera, mandor dapat dengan mudah mengetahui kapan posisi penarik harus
bergeser dan seberapa jauhnya jarak pergeseran.
b. Kayu Gardan
Kayu garden ditancapkan dengan kokoh di pantai. Fungsi dari kayu
ini adalah sebagai penggulung tali penarik dan sebagai tempat untuk
menambatkan tali penarik.Kayu ini terbuat dari kayu pohon yang kuat misalnya
kayu kopi, kayu waru dan sebagainya.

2.1.8 Hasil Tangkapan


Hasil tangkapan utama dari pengoperasian pukat pantai adalah jenis ikan
layur. Penelitian Nasoetion (1987) di Prigi, menunjukan bahwa hasil tangkapan
11

berupa ikan layur mencapai 67,8 - 100 persen dari total hasil tangkapan. Salah
satu keuntungan pukat pantai adalah pengoperasiannya dapat dilaksanakan
sepanjang tahun sehingga bermanfaat bagi nelayan atau masyarakat desa pantai di
Indonesia baik dalam kaitannya dengan penyediaan lapangan kerja maupun
penyediaan bahan pangan.
Hasil tangkapan sampingan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai
antara lain yaitu; pari (rays), cucut (shark),teri (stolepharus spp), bulu ayam
(setipinna spp), beloso (saurida spp), manyung (arius spp), sembilang (plotosus
spp), krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot
(pristipoma spp), biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres spp), petek
(leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang
(shrimp).
Sedangkan untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudah diatur sesuai
dengan Undang-Undang No. 16 tahun 1964 tentang pembagian hasil usaha
perikanan tangkap untuk operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan
perahu layar, nelayan penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha bersih.

2.2 Pukat Payang


2.2.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari
bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing).
Ayodhya (1981) menyatakan bahwa alat tangkap jaring payang terdiri dari tali,
kaki, badan dan kantong.Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) alat tangkap
payang terbuat dari bahan serat sintetis jenis nylon multifilament. Panjang jaring
keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter. Berdasarkan
klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jaring lingkar. Alat
tangkap ini banyak digunakan di perairan Indonesia, di Sulawesi Selatan alat
tangkap ini banyak digunakan di perairan selat Makasar, terutama di Teluk
Mandar.
Pukat payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia
dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan,
12

Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan
sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang gerut (Bawean), payang puger
(daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura, Lampung), pukat
nike(Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah
(Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim,
Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air
Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras
(Sumbawa, Manggarai/Flores).
Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal
nelayan Indonesia. Munculnya Payang mungkin bersamaan atau jauh sebelumnya
dengan berdirinya organisasi-organisasi “Perkumpulan Penangkapan Ikan Laut“
di pantai utara Jawa, seperti: Misoyo Mino (1912) di Tegal, Soyo Sari (1916) di
Brebes, Upoyo Mino (1916) di Batang, Mino Soyo (1918) di Pekalongan, Soyo
Sumitro (1918) di Indramayu, dan masih banyak lagi perkumpulan-perkumpulan
perikanan lain yang tumbuh sekitar tahun 1920-1930an. Selama kurun waktu
tahun 1920 hingga sekarang, alat tangkap Payang telah mengalami perkembangan
hingga menjadi Payang yang kita kenal sekarang ini. Di Sendang Biru, Payang
mulai dikenal sekitar tahun 1974. Alat tangkap ini diperkenalkan oleh nelayan-
nelayan andon dari Puger. Mereka beroperasi disekitar perairan Sendang Biru, dan
kemudian menjual ikan hasil tangkapannya di daerah tersebut. Karena hasil
tangkap Payang ini rata-rata lebih banyak, nelayan Sendang Biru tertarik untuk
menggunakannya.
A. Prinsip Pengoprasian Pukat Payang
Prinsip operasi penangkapan ikan dengan payang adalah dengan melingkari
suatu gerombolan ikan dengan jaring. Mempunyai sayap yang panjang yang
fungsinya untuk menakut-nakuti (frightening) gerombolan ikan agar lari ke bagian
tengah jaring. Bagian badan jaring hanya berfungsisebagai penghalang pergerakan
ikan. Payang merupakan alat tangkap jaring tradisional di Indonesia. penggunaan
alat tangkap ini oleh nelayan skala kecil sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia
merdeka. Tak heran bahwa alat tangkap ini ada di hampir seluruh daerah pantai
yang dihuni oleh nelayan tradisional. Sasaran akhir yang dituju dalam studi
13

payang adalah pengungkapan dan pemahaman pengoperasian salah satu alat


tangkap yang terbuat dari jaring. Ini adalah landasan dasar dari upaya
optimalisasi penguasaan materi tentang metode penangkapan ikan.
Sesuai dengan fungsinya, pukat payang digunakan untuk menangkap ikan
pelagis yang bergerombol yang nampak diatas perairan, baik yang tidak
menggunakan alat bantu pengumpul ikan maupun yang menggunakan alat bantu
pengumpul ikan berupa lampu ataupun rumpon, maka bagian bawah mulut jaring
lebih menonjol ke depan, sehingga dapat menghadang ikan yang melarikan diri ke
bawah. Agar gerombolan ikan dapat masuk ke dalam kantong, maka mulut jaring
harus dapat membuka dengan baik mulai dari permukaan perairan sampai
kedalaman tertentu, sehingga ikan-ikan yang berada dalam area lingkaran tidak
dapat meloloskan diri melebihi kedalaman mulut jaring bagian bawah.
Membukanya mulut jaring disebabkan oleh adanya dua buah gaya yang
berlawanan, yaitu gaya apung dari pelampung yang terdapat pada tali ris dan gaya
berat (tenggelam) dari pemberat yang terdapat pada tali ris bawah. Untuk
menghadang gerombolan ikan yang terdapat pada area lingkaran agar masuk ke
dalam kantong maka digunakan dua buah sayap.
B. Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan di Indonesia hampir seluruhnya merupakan
daerah operasi jaring Payang.Namun yang paling banyak dipakai di pantai utara
Jawa, termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.Hasil
penangkapan dengan Payang dapat dipengaruhi oleh kecepatan membukanya
jaring, timing pelepasan jaring, dan kondisi / keadaan laut pada saat pelepasan
jaring.
Jaring Payang harus dapat membuka dengan cepat agar ikan tidak
mempunyai kesempatan untuk lolos. Waktu membukanya jaring secara maksimal
juga harus tepat pada saat jaring dekat dengan gerombolan ikan, jika terlalu
lambat jaring belum membuka maksimal pada saat melewati gerombolan ikan dan
jika terlalu cepat, jaring akan butuh waktu lebih lama untuk sampai pada
gerombolan ikan, hal ini akan menyebabkan ikan dapat lebih mudah untuk lolos.
14

Kondisi alam seringkali berubah-ubah, terutama di lautan yang sering


berubah dalam waktu yang relatif singkat.Pada waktu pengoperasian Payang,
keadaan ombak, arah dan kecepatan arus air laut, angin, hujan dan bulan sangat
berpengaruh terhadap keberadaan ikan, jauh-dekatnya ikan dari permukaan dan
teknis pengoperasian jaring.

2.2.2 Kontruksi dan Bagian Alat Tangkap


Payang adalah alat tangkap yang terbuat dari beberapa helai jaring yang
digabung menjadi satu. Terdiri dari sayap (wing), badan (body), dan kantong
(bag). Mempunyai lebar mata jaring yang sangat bervariasi. Bagian sayap yang
berfungsi untuk menakut-nakuti ikan mempunyai mesh size yang paling besar,
yaitu sekitar 20 cm.Sedangkan bagian badan mempunyai mesh size yang
bervariasi mulai dari mesh size besar di ujung dekat bagian sayap sampai mesh
size kecil di dekat bagian kantong. Adapun bagian kantong mempunyai mesh size
yang paling kecil yaitu 2 cm dan 1 cm.
Menurut Diktat Manajemen Penangkapan Ikan (2004), alat tangkap payang
terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (Polyvinileclorine),
pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya adalah batu.
Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut :
a. Bagian Kantong. Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya
ikan yang terjaring. Dengan :
 Panjang : 5-6 meter
 Mesh size : 0,3-0,6 cm
 Bahan : PVC (Polyvinileclorine)
 Warna : Hijau
b. Bagian Badan. Badan terdiri atas 6 bagian Dengan :
 Panjang : 25 meter
 Mesh size : 1,6-8 cm
 Bahan : PE (Polyethilene)
 Warna : Coklat
15

c. Bagian Sayap. Payang mempunyai dua bagian sayap yaitu bagian sayap kiri
dan bagian sayap kanan. Konstruksi bagian atas dan bawah dari sayap berbeda
ukuran dan bahan dari sayap .
 Panjang : bisa mencapai 90 meter
 Mesh size : 10-30 cm
 Bahan : PE (Polyethilene) atau PA
 Nomor benang : 400 D/15
d. Tali ris atas (Head Rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
e. Tali ris bawah (Ground Rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian
sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
f. Tari penarik (selambar) Berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.
g. Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk
memberikan daya apung pada alat tangkap yang dipasang pada bagian tali ris atas
(bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
 Berat : 2 ons
 Diameter : 15 cm
 Bahan : Plastik berbentuk bola
 Jumlah : 12 buah per sayap
 Jarak antar pelampung : 1,5 meter
h. Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar
bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada
posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
 Bahan : Batu
 Berat : 2 kg
 Jumlah : 10 buah per sayap
 Jarak antar pemberat : 8 meter
Secara umum payang yang paling banyak digunakan adalah payang Tegal
yang terdiri dari sebuah kantong panjang dan dua buah sayap kiri dan
16

kanan. Selanjutnya bagian-bagian tersebut dirinci lagi menjadi bagian-bagian


yang lebih kecil dengan ukuran.

2.2.3 Gambar Kontruksi


A. Kontruksi Umum
Konstruksi Alat Tangkap Payang
Keterangan:
1. : Kantong
2. : Kantong
3. : Badan
4. : Badan
5. : Badan
6. : Badan
7. : Badan
8. : Sayap ada 3 bagian dari ujung badan
9, 10.: Selambar
11, 12, 13, 14, 15.: Pelampung bola
16. : Tali ris atas
17. : Tali ris bawah
18. : Pemberat
17

B. Kontruksi Khusus

Keterangan :
A. Kantong
B. Perut
C. Kaki / Sayap
i. Kantong, bahan dari karuna
ii. Ranggamanis, # 1 cm, 700 mata
iii. Rang tetik, # 1,5 cm, 700 mata
iv. Rang petak, # 2 cm, 700 mata
v. Rang bagat, # 7,5 cm, 700 mata
vi. Rang halam, # 4,5 cm, 700 mata
vii. Rang alet, # 6,5 cm, 600 mata
viii. Empat nyare, # 7,5 cm, 500 mata
ix. Klobang, # 8,5 cm, 500 mata
x. Sulam, # 10 cm, 400 mata
xi. Dasar:
- dasar, # 13 cm, 300 mata
- dasar, # 18 cm, 300 mata
18

C. Gambar Teknis

Gambar 4.Teknis penggunaan pukat kantong


(sumber :http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id)

2.2.4 Bahan yang Digunakan


Alat tangkap Payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (
Polyvinileclorine ), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya
adalah batu.
a) Bagian Kantong
o Panjang : 5-6 meter
o Mesh size : 0,3-0,6 cm
o Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )
o Warna : Hijau
b) Bagian Badan
o Panjang : 25 meter
o Mesh size : 1,6-8 cm
o Bahan : PE (Polyethilene)
o Warna : Coklat
c) Bagian Sayap
o Panjang : 90 meter
o Mesh size : 10-30 cm
o Bahan : PE (Polyethilene)
o Nomor benang : 400 D/15
19

d) Pelampung
o Berat : 2 ons
o Diameter : 15 cm
o Bahan : Plastik berbentuk bola
o Jumlah : 12 buah per sayap
o Jarak antar pelampung : 1,5 meter
e) Pemberat
o Bahan : Batu
o Berat : 2 kg
o Jumlah : 10 buah per sayap
o Jarak antar pemberat : 8 meter

2.2.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas


Penangkapan dengan Payang dapat dilakukan demgan kapal layar maupun
dengan kapal motor, tapi pada masa sekarang pada umumnya menggunakan kapal
bermotor.Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk Payang berukuran
kecil, dan 16 orang untuk Payang berukuran besar.Jumlah nelayan untuk tiap unit
penangkapan bergantung pada kebutuhan operasional penangkapan.Biasanya
nelayan ini telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh
juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master (Ayodhyoa, 1981).
Nelayan payang yang mengoperasikan unit penangkapan payang berjumlah
8 – 12 orang. Nelayan payang terdiri atas nelayan pemilik perahu dan nelayan
buruh.Nelayan pemilik perahu ada yang ikut dalam operasi penangkapan ikan dan
ada juga yang menunggu di darat.Setiap nelayan atau ABK mempunyai tugas
dalam operasi penangkapan ikan.(Irnawati, 2004).Pembagian tugas nelayan dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.Posisi dan Pembagian Tugas Nelayan Payang (sumber: Irnawati, 2004)
Jumlah
No. Posisi Tugas
(orang)
20

1. Juru Mudi 1 - Memegang kemudi yang membawa perahu dari


fishing base ke fishing ground dan kembali ke
fishing base
- Membantu menarik jaring

2. Pawang 1 - Mencari dan menentukan daerah penangkapan


ikan
- Menjaga posisi perahu sewaktu hauling

3. Tukang 1 Menabur dan menarik jaring


Lepas

4. Tukang 1 - Mengulur jaring waktu operasi


Lomba - Menarik jaring

5. Tukang 1 Memperbaiki posisi jaring di dalam air


Benen

6. Anak 3-7 - Menarik jaring payang


Payang - Menjemur dan mengangkat jaring

Posisi juru mudi biasanya ditempati oleh pemilik perahu atau jika pemilik
perahu tidak ikut melaut, maka sebagai juru mudi adalah orang kepercayaan
pemilik perahu.Untuk menjadi “pawang” dibutuhkan keahlian khusus dan
biasanya didapat dari pengalaman dalam menentukan lokasi keberadaan
gerombolan ikan (Irnawati, 2004).

2.2.6 Ukuran Kapal


Kapal yang umum digunakan pada pengoperasian payang adalah kapal
tradisional, dengan menggunakan motor temple atau outboard engine. Kapal ini
memiliki konstruksi khusus, yaitu memiliki tiang pengamat yang disebut
kakapa(Irnawati, 2004).Kapal paying yang sering dioperasikan umumnya berupa
kapal-kapal kecil ukuran 2-20 GT (Gross Tonase).Kekuatan mesin sebesar 16 HP
21

ini dapat dilakukan operasi penangkapan selama satu hari penangkapan (one day
fishing).Mesin yang digunakan adalah mesin tempel berbahan solar, dengan
panjang kapal 10 m.

Tabel 3. Spesifikasi Kapal Pukat Payang (sumber: Febriantoni dkk, 2014)


No. Spesifikasi Keterangan Jumlah

1. Tonase Kapal (GT) 2-3 GT 1

Dimensi Utama

- Panjang Kapal 7,5 m


- Lebar Kapal
1,5 m
- Kapasitas Muatan
1 ton

2. Materi konstruksi Kayu 1

3. Mesin Utama 1

- Merek Mariner
- Kekuatan
40 PK
- Bahan Bakar
Bensin

4. Alat Bantu Pelapah 1


Kelapa
- Rumpon

2.2.7 Alat Bantu Penangkapan


Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam
maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam
keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks
(kerosene pressure lamp). Sedang penangkapan yang dilakukan pada siang hari
menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau tanpa alat
22

bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga ditempat yang dikira banyak ikan
atau mencari gerombolan ikan. Gerombolan ikan yang diburu didapat adalah ikan
tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol. Penggunaan rumpon
untuk alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih.

2.2.8 Hasil Tangkapan


Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap payang adalah ikan-
ikan pelagic yang berenang di dekat permukaan air dengan cara berkelompok
(schooling) seperti; cakalang (katsuwonus pelamis), tongkol (euthinnus), petek
(leiognathus spp), sebelah (psettodidae), dan jenis-jenis udang (shrimp).
(Ayodhyoa 1981). Hasil tangkapan Payang untuk tahun 1986 berjumlah 152.782
ton, sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1.922.781 ton
(1986).
Kemudian juga terdiri dari ikan-ikan yg bisa digunakan sebagai umpan
seperti; ikan layang (decapterus sp), ikan kawalinya/ikan kembung (rastrelliger
sp), ikan sarden (sardinella sp), ikan teri (stelophorus sp), dan ikan lolosi/ikan
ekor kuning (caesio sp) (subani barus 1989).

2.3 Pukat Dogol


2.3.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap
Dogol atau pukat dogol adalah pukat kantong yang dioperasikan di dasar
perairan, terutama untuk menangkap ikan-ikan demersal dan hewan-hewan dasar
lainnya.Dogol pada dasarnya mirip, dan biasanya disamakan, dengan Danish
seineyang dipakai di dunia barat.Pukat dogol berbeda dengan pukat harimau
(trawl), karena dogol tidak ditarik kecuali sepanjang tali utamanya saja.
Dogol adalah alat penangkapan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang
dibentuk berkantong untuk menampung hasil tangkapan dengan konstruksi tali
selambar dan sayap yang panjang, bentuknya hampir menyerupai payang namun
ukurannya lebih kecil. Alat ini termasuk dalam kelompok alat penangkapan ikan
jenis pukat kantong (George et al,1953 dalam Subani dan Barus 1989).
23

2.3.2 Konstruksi dan Bagian Alat Tangkap


Secara umum dogol terdiri dari bagian-bagian yaitu kantong, kaki, tali-
temali, pelampung dan pemberat.Parameter utama dari alat ini adalah ketepatan
penggunaan bahan pembuat alat, ukuran mata jaring dan ukuran alat tersebut
(Subani dan Barus, 1989).Konstruksi dari bagian-bagian tersebut yaitu sebagai
berikut
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagian dari jaring yang berfungsi sebagai tempat
terkumpulnya hasil tangkapan.Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk
menjaga hasil tangkapan agar tidak mudah lolos (terlepas).Bahan terbuat dari
polyethylene.Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan
kantong.Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong
serta menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam
kantong.Badan terdiri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya
berbeda-beda. Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5
inchi.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau
perpanjangan badan sampai tali salambar.Fungsi sayap adalah untuk menghadang
dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.Sayap terbuat dari
polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
d) Mulut (Mouth)
Alat dogol memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama.
Pada mulut jaring terdapat pelampung (float) yang tujuan umum penggunan
pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap dogol yang
dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat
terbuka.Pemberat (sinker) dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar
bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada
posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
24

 Tali Ris Atas (head rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan


bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
 Tali Ris Bawah (ground rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan
bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring
dan pemberat.
e) Tali penarik (warp) yang berfungsi untuk menarik jaring selama di
operasikan.

2.3.3 Gambar Konstruksi

Gambar 4.Pukat Dogol dengan Tali Ris Tinggi

Bridle Ris atas


20-25 m 35 m
45-55 m 45-m

2.3.4 Bahan yang Digunakan


Bahan jaring pada dogol yaitu bahan sintetis
25

fibre polyethylene.Ukuran mata jaring pada dogol berbeda-beda. Panjang sayap


dapat mencapai 12 m dengan mesh size 12 cm. Bagian badan dapat mencapai 15
m dengan mesh size 5 cm. Sedangkan bagian kantong memiliki mesh size yang
kecil dibandingkan yang lain yaitu 2 cm dengan panjang sekitar 12 m. pada
bagian ujung kantong terdapat bagian yang dapat dibuka dan ditutup sebagai
tempat keluarnya hasil tangkapan. Tali selambar pada alat tangkap ini mencapai
panjang 400 m dengan diameter 3 cm berbahan campuran serat alami dan
sintetis.Tali ris atas pada dogol lebih pendek dibandingkan tali ris bawah yang
bertujuan untuk mencegak ikan menghindari jaring secara vertikal ke atas.

2.3.5 Jumlah Nelayan dan Pembagian Tugas


Pengoperasian dogol dibutuhkan awak buah kapal (ABK) atau nelayan antara
4-5 orang.Tugas masing-masing adalah 1 orang sebagai pengemudi kapal, 1 orang
sebagai navigator dan sisanya untuk pengoperasian alat tangkap tersebut (Subani
dan Barus, 1989).

2.3.6 Ukuran Kapal


Alat tangkap dogol umumnya menggunakan kapal yang terbuat dari kayu
dengan panjang total 13 m dan lebar 2,8 m. Untuk penangkapan dengan alat
tangkap dogol biasanya menggunakan perahu layar atau perahu motor yang
disebut “perahu kolek”, “perahu rakul”, atau “perahu jukung”. Tiap perahu
mempunyai ukuran-ukurannya masing-masing yaitu antara : panjang 8-9 m, lebar
2-2,5 m dalam 0,70-0,90 m.daya muat kurang lebih 2-2,75 ton (Ayodyoa, 1972)

2.3.7 Alat Bantu Penangkapan


Alat bantu penangkapan dogol adalah gardan (Mohammad et al. 1997)
dengan alat bantu gardan berfungsi untuk menarik warp memungkinkan
penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar
pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang
terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
26

Gardanisasi alat tangkap dogol telah membuka peluang baru bagi


perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan
ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan
lebih dalam.Alat tangkap dogol dalam pengoperasiannya tidak menggunakan
umpan, karena sasaran utama dogol yaitu ikan-ikan demersal dan dogol
merupakan alat tangkap yang menyapu dasar perairan secara aktif (Sudirman
2008).

2.3.8 Hasil Tangkapan


Hasil tangkapan utama dan yang menjadi sasaran utama tangkapan dari alat
tangkap dogol ini adalah udang dogol (Metapenaeus ensis) dan ikan pepetek
(Leiognathus sp.) . Namun ada pula hasil sampingan dari penangkapan dengan
jaring dogol yaitu jenis ikan dasar (demersal) antara lain ikan tetet (Otolithes
argenteus), cumi-cumi (Loligo sp), tigajawa (Johnius dssumieri), julung-julung
(Hemirhamphus far), sotong (Sephia sp), gurita (Octopus sp), bawal hitam
(Formio niger), teri (Stolephorus spp), bawal putih (Pampus argentus), gulamah
(Argyrosomus amoyensis), sembilang (Plotosus canius), kepiting (Scylla serrata),
patik (Drepane punctata), pari (Trygon sephen), kembung (Rastrelliger sp), gerot
(Therapon therap), dan lain - lain. (Subani dan Barus, 1989).

2.4 Inovasi Alat Tangkap


2.4.1 Penilaian Keberlanjutan Alat Tangkap di Indonesia
Suatu inovasi, termasuk teknologi penangkapan ikan sudah seharusnya
memenuhi 3 (tiga) ketentuan dasar (triple bottom line), yaitu:
1) Ecologically sound;
2) Economically viable;
3) Socially acceptable

Tabel 5.Pra-Kiraan Dampak Ekologi, Ekonomi Jangka Pendek dan Sosial


yang Ditimbulkan dari Operasi Alat Penangkapan Ikan yang Dilarang mennurut
27

Ketentuan PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 (penilaian dilakukan melalui expert


judgement) (sumber : Faud dkk, 2015)
No. Jenis Nama Alat Nilai Nilai Nilai Total
Ekologi Ekonomi Sosial Nilai

1. Pukat Hela Dasar Pukat Hela Dasar -2 1 -1 -2


Berpalang

2. Pukat Hela Dasar Pukat Hela Dasar -2 2 -1 -1


Berpapan

3. Pukat Hela Dasar Pukat Hela Dasar Dua -2 2 -1 -1


Kapal

4. Pukat Hela Dasar Nephrops Trawl -2 1 0 -1

5. Pukat Hela Dasar Pukat Hela Dasar Udang -2 2 -1 -1

6. Pukat Hela Pukat Helat Pertengahan -1 2 0 1


Pertengahan Berpapan

7. Pukat Hela Pukat Hela Pertengahan -1 1 0 0


Pertengahan Dua Kapal

8. Pukat Hela Pukat Hela Pertengahan -1 2 -1 0


Pertengahan Udang

9. Pukat Hela Kembar Pukat Hela Kembar -2 1 0 -1


Berpapan

10. Pukat Hela Kembar Pukat Dorong -1 2 -1 0

11. Pukat Tarik (seine net) Pukat Tarik Pantai -1 2 0 1

12. Pukat Tarik (seine net) Pukat Tarik Kapal -2 2 -1 -1

13. Pukat Tarik (seine net) Scottish Seines -2 1 0 -1


28

14. Pukat Tarik (seine net) Pair Seines -1 1 -1 -1

15. Pukat Tarik (seine net) Payang -1 2 -1 0

16. Pukat Tarik (seine net) Cantrang -2 2 -2 -2

17. Pukat Tarik (seine net) Lamparan Dasar -1 2 -2 -1

Keterangan penilaian:
Nilai Ekologi:
+ 2 = operasi alat tangkap telah menyebabkan dampak positif berupa
perbaikan

habitat (lebih sehat) dan perbaikan stok sumberdaya

+1 = operasi alat tangkap menyebabkan perbaikan habitat sumberdaya ikan


saja atau stok sumberdaya ikan saja

0 = operasi alat tangkap berdampak netral, baik terhadap habitat maupun


sumberdaya ikan

-1 = operasi alat tangkap menyebabkan kerusakan ekologi karena kerusakan


habitat saja atau penurunan sumber daya (stok ikan) saja

-2 = operasi alat tangkap telah menyebabkan dampak negatif, berupa


kerusakan habitat dan penurunan stok sumberdaya ikan

Nilai Ekonomi:
+ 2 = operasi alat tangkap telah menyebabkan dampak positif yang sangat nyata
bagi rumah tangga perikanan maupun nelayan

+1 = operasi alat tangkap menyebabkan dampak positif namun tidak begitu


nyata bagi rumah tangga perikanan maupun nelayan

0 = operasi alat tangkap berdampak netral, bagi penghasilan rumah tangga


perikanan maupun nelayan (tidak ada perubahan)
29

-1 = operasi alat tangkap kadang menyebabkan kerugian bagi rumah tangga


perikanan maupun nelayan

-2 = operasi alat tangkap sering kali menyebabkan kerugian ekonomi bagi


rumah tangga perikanan maupun nelayan

Nilai Sosial:
+ 2 = operasi alat tangkap tidak pernah menimbulkan kecemburuan sosial dari
komunitas yang menggunaakan alat lainnya, bahkan penggunakan alat didukung
oleh nelayan lain

+ 1 = operasi alat tangkap tidak menimbulkan kecemburuan sosial dari


komunitas nelauan yang menggunakan alat lainnya, namun tidak disertai dengan
dukungan oleh nelayan lain

0 = operasi alat tangkap berdampak netral secara sosial, bagi rumah tangga
perikanan ataupun nelayan lainnya

-1 = operasi alat tangkap dirasakan merugikan sebagian nelayan atau rumah


tangga perikanan lainnya, sehingga kadang-kadang menimbulkan kecemburuan
sosial walaupun tidak pernah diungkapkan

-2 = operasi alat tangkap sering dirasakan merugikan sebagian besar nelayan


lainnya sehingga sering terjadi konflik antar nelayan ke permukaan

Penilaian pakar (expert judgement) menunjukkan bahwa tidak semua alat


penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia memenuhi kriteria tersebut.Masalah klasik yang paling sering terjadi
ialah bahwa alat tangkap yang ramah lingkungan tidak bisa menghasilkan
keuntungan ekonomi jangka pendek yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar pengguna (nelayan). Sebaliknya, alat tangkap yang menguntungkan secara
ekonomis (jangka pendek) sering kali tidak ramah lingkungan dan menimbulkan
kecemburuan dari pengguna alat tangkap lain yang kurang efisien. Selain itu, alat
tangkap yang menguntungkan secara ekonomis sering termasuk dalam kategori
atau ranah “abu-abu” diantara alat tangkap yang legal dan tidak legal secara
30

hukum.Peluang abu-abu ini terjadi karena sebagian besar alat penangkapan ikan
di Indonesia merupakan modifikasi dari ketentuan SNI (Standar Nasional
Indonesia). Kemampuan adaptasi nelayan terhadap teknologi alat penangkapan
ikan sudah berkembang jauh lebih di depan dibandingkan dengan kemampuan
pemerintah untuk mengatur jenis alat tangkap melalui ketentuan SNI (Faud dkk,
2015).

2.4.2 Kriteria Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan


Teknologi penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan pada
prinsipnyayaitu teknologi yang dipergunakan dalam menangkap ikan tanpa
mempengaruhi kualitas lingkungan hidup (Martasuganda, 2002). Sejalan dengan
itu, pengembangan teknologi penangkapan ikan perlu diarahkan menuju ke arah
terciptanya teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan sehingga pada
akhirnya akan terwujud pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan
(sustainablefisheries). Oleh karena itu, perlu adanya kriteria-kriteria tentang
teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (Ramdhan, 2008).
Menurut Monintja (2000) teknologi penangkapan ikan dapat dikatakan
ramah lingkungan apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki selektivitas yang tinggi. Suatu alat tangkap dikatakan mempunyai
selektivitas yang tinggi apabila alat tersebut dalam operasionalnya hanya
menangkap sedikit spesies dengan ukuran yang relatif seragam. Selektivitas
alat tangkap ada dua macam, yaitu selektif terhadap spesies dan selektif
terhadap ukuran.
2) Tidak destruktif terhadap habitat. Habitat terumbu karang memiliki ciri
sangat rentan terhadap gangguan baik dari dalam maupun dari luar, seperti
aktivitas penangkapan ikan.
3) Tidak membahayakan nelayan atau operator. Tingkat bahaya atau resiko yang
diterima oleh nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap sangat tergantung
pada jenis alat tangkap dan keterampilan yang dimiliki oleh nelayan.
31

4) Menghasilkan ikan dengan kualitas baik. Kualitas ikan hasil tangkapan sangat
ditentukan oleh jenis alat tangkap yang digunakan, metode penangkapan dan
penanganannya.
5) Produk yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen. Tingkat bahaya
yang diterima oleh konsumen terhadap produksi yang dimanfaatkann
tergantung dari ikan yang diperoleh dari proses penangkapan. Apabila dalam
proses penangkapan nelayan menggunakan bahan-bahan beracun atau bahan-
bahan lainnya yang berbahaya, maka akan berdampak pada tingkat keamanan
konsumsi pada konsumen.
6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch) dan discard minimum. Suatu spesies
dikatakan hasil tangkapan sampingan apabila spesies tersebut tidak termasuk
dalam target penangkapan. Hasil tangkapan yang didapat ada yang
dimanfaatkan dan ada yang dibuang ke laut (discard).
7) Dampak ke biodiversity rendah. Dampak buruk yang diterima oleh habitat
akan berpengaruh buruk pula terhadap biodiversity yang ada di lingkungan
tersebut, hal ini tergantung daribahan yang digunakan dan metode
penangkapan ikan. Pengaruh pengoperasian alat tangkap terhadap
biodiversity yang ada adalah:
 Menyebabkan kematian semua makhluk hidup dan merusak habitat.
 Menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat.
 Menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat.
 Aman bagi biodiversity.
8) Tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam punah. Suatu alat
tangkap dikatakan berbahaya terhadap spesies yang dilindungi apabila alat
tangkap tersebut mempunyai peluang yang cukup besar untuk menangkap
spesies yang dilindungi.
9) Dapat diterima secara social. Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat
tangkap yang digunakan tergantung pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat setempat.Suatu alat tangkap dapat diterima secara sosial oleh
masyarakat apabila;
o biaya investasi murah;
32

o menguntungkan;
o tidak bertentangan dengan budaya setempat;
o tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.

2.4.3 Alat Tangkap Gill Net Millenium


Gillnet millenium merupakan jenis alat tangkap gillnet yang
telahdimodifikasi dari gillnet pada umumnya, perbedaanya terdapat pada bahan
jaringyang memiliki serat pilinan monofilament serta warna jaringnya.Jaring
insang millenium muncul pada tahun 1999 menjelang era millenium tahun 2000
abad ke 21 dari modifikasi gil net multy filament dan mono filament. Jaring
millenium dengan bahan nylon multy filament twine (Benang nylon multifilament)
untuk menangkap ikan dengan prinsip penangkapan ikan melalui tersangkutnya
insang ikan pada jaring.Gillnet dapat dipasang menghadang atau sejalan arah
arus,dimana posisi ini dapat mengubah bentuk alat oleh karena tekanan dinamika
airyang kemudian dapat mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan. Walaupun hal
tersebut modifikasi dari pada alat gill net, namun tidak berbeda untuk penggunaan
pada seine net, hal ini akan membuat seine net menjadi lebih produktif dalam
menangkap ikan.

Gambar 5.Konstruksi Jaring Gill Net Millenium

Tabel 6.Hasil Penilaian Alat Tangkap Gill Net Millenium terhadap Tingkat
Keramahan Lingkungan (sumber: Ramdhan, 2008)
33

No. Keterangan
Pengamatan Kriteria Hasil Penilitian
Penilaian

1. Hasil Tangkapan (1) Proporsi ≥ 60 % (1) Ramah Berdasarkan bobot


Sasaran Utama (2) Proporsi < 60 % Lingkungan 78 %
(HTSU) (2) Tidak Ramah Berdasarkan jumlah
Lingkungan 41 %

2. Pemanfaatan (1) ≥ 60 % (1) Ramah Berdasarkan bobot


Hasil Tangkapan dimanfaatkan Lingkungan 99,8 %
Sampingan (2) < 60 % (2) Tidak Ramah Berdasarkan jumlah
(HTS) dimanfaatkan Lingkungan 98,8 %

3. Ikan Layak (1) Proporsi ≥ 60 % (1) Ramah Ikan Tenggiri 61 %


Tangkap (2) Proporsi < 60 % Lingkungan Ikan Kembung 14 %
(2) Tidak Ramah Ikan Pepetek 100 %
Lingkungan Ikan Tetengek 71 %

Berdasarkan tabel di atas, dari segi bobot hasil tangkapan dan pemanfaatan
hasil tangkapan alat tangkap ini dikategorikan ramah lingkungan.Berikut adalah
kelebihan alat tangkap gill net millennium dibandingkan dengan alat tangkap
pukat maupun alat tangkap gill net sejenis:
 Jaring lebih tahan lama dibandingkan Jaring insang lain
 Pada saat melakukan hauling jaring lebih ringan karena tidak menyimpan
air
 Hasil tangkapan lebih maksimal karena peluang ikan untuk lepas lebih
kecil
 Dapat dipakai bahan untuk penangkapan ikan permukaan maupun ikan
dasar
 Ramah lingkungan
BAB III
KESIMPULAN

 Pukat kantong merupakanJaring yang memiliki kantong dan dua buah


sayap serta memiliki tali yang panjang. Pukat pantai juga merupakan alat
penangkapan ikan yang masih tergolong tradisional dan sampai saat ini
masih bertahan di tengah perkembangan teknologi penangkapan ikan.
 Pukat pantai (beach seine) merupakan alat penangkapan ikan yang
termasuk dalam penggolongan Seine net (pukat kantong), yaitu jaring yang
memiliki kantong dan dua buah sayap serta memiliki tali yang panjang.
 Pukat Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri
dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap
(leg/wing).
 Dogol atau pukat dogol adalah pukat kantong yang dioperasikan di dasar
perairan, terutama untuk menangkap ikan-ikan demersal dan hewan-hewan
dasar lainnya.
 Pada penilaian keberlanjutan alat tangkap di Indonesia suatu inovasi,
termasuk teknologi penangkapan ikan sudah seharusnya memenuhi 3
(tiga) ketentuan dasar (triple bottom line), yaitu:
1)Ecologically sound;
2)Economically viable;
3)Socially acceptable

34
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa. 1975. Fishing Method Diktat Kuliah Ilmu Teknik Penangkapan Ikan.
Bagian Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan, IPB.

Bintoro, Dr. Ir. Gatut, M. Sc. dan Ir. Sukandar, MP. 2011. Metode Penangkapan
Ikan: Alat Tangkap Jaring Berkantong.
http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/4A_2-Alat-Tangkap.pdf

Febriantoni, Penny, Ir. H. Bustari, M. Si, dan Ir. Alit Hindri Yani, M. Sc. 2014.
The Case of Seine Net Fishing Gear Technologu in Korong Toboh
Kanagarian Campago V Koto Kampung Dalam Village, Padang Pariaman
District, West Sumatra. Universitas Riau: Riau.
http://download.portalgaruda.org/

Fuad, S.Pi, MT, Ir. Sukandar, MP, Ir. Dewa Gede Raka W., M.Sc, dkk. 2015.
Tinjauan Akademis Terhadap Peraturan Menteri Kelautan Perikanan No.
2/2015 Tentang Pelarangan Pengguanaan Beberapa alat Penangkapan
Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Universitas Brawijaya: Malang.
http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2015/11/Module-6-Jaring-
Berkantong.doc

Irnawati, Septia. 2004. Analisis Aspek Bio-Teknis Unit Penangkapan Payan di


Perairan Ulak Karang, Sumatera Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor. http://www.eafm-indonesia.net/public/files/penelitian/b89e8-
Analisis-aspek-bio-teknis-unit-penangkapan-payang-di-perairan-ulak-
karang-sumatera-barat.pdf

Maruf, Syamsul Irsyad Fauzan. 2015. Gill Net


Millenium.http://documents.tips/documents/gillnet-milenium-pagung.html

Meirina, Bhekti. 2010. Analisis Konflik Rumpon di Desa Nelayan


Puger.http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135771-T%2028009-
Konflik%20rumpon-Analisis.pdf

Najjamuddin dan Yahya.2010. “RANCANGBANGUN PUKAT PANTAI DI


PERAIRAN BAROMBONG KOTA MAKASSAR”. Fakultas Ilmu
Kelautandan Perikanan Universitas Hasanuddin.

35
36

Panjaitan, Hotler, S.Ip. 2014. Merakit Jaring Insang


Millenium.http://www.bpppbelawan.bpsdmkp.kkp.go.id/index.php/artikel/1
98-merakit-jaring-insang-millenium.

Prado, J. dan P.Y. Dremiere.1991. Petunjuk Praktis bagi Nelayan. Diterjemahkan


oleh : Balai Pengembangan Penangkapan Ikan: Semarang.
http://www.fao.org/docrep/010/ah827o/ah827id04.htm

Ramdhan, Dimas. 2008. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu terhadap


Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5081/C08dra.pdf?se
quence=4

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia.Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian:
Jakarta.

Sudirman. 2008. Deskripsi alat tangkap dogol, analisis By Catch dan komposisi
ikan yang tertangkap di Perairan Takalar. Torani.hlm. 160-170

Bernard. 2015. Pro dan Kontra Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan .
http://www.bappedakotasibolga.com/index.php/component/content/article/1
7-artikel/43-permen-kp. Diakses 19 September 2016.

BPPP. 2015. PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP (GILL NET


MILENIUM) RAMAH LINGKUNGAN MENDUKUNG PERMEN KP
NOMOR 02 TAHUN 2015 DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROV.
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.
http://www.bpppbelawan.bpsdmkp.kkp.go.id/index.php/profil/maklumat-
pelayanan?id=138. Diakses 19 September 2016.

https://www.scribd.com/doc/87631712/KONTUKSI-KAPAL-PERIKANAN-
DAN-UKURAN-UTAMA-DALAM-PENENTUAN-KONTRUKSI-
KAPAL.

Pokorni. 2015. Beach Seine Net Composition. http://www.pokorny-


site.cz/en/fishing_nets_beach_seine.html. Diakses 25 September 2016.
37

Rustadi. 2016. Alat Tangkap Ikan paying http://hkti.org/alat-tangkap-ikan-


payang.html. Diakses 19 September 2016.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16336/4/Chapter%20II.pdf

Rahman, Riza. 2016. SEINE NET (Pukat Kantong).


http://rizarahman.staff.umm.ac.id/files/2010/03/M_12_Seine-Net.pdf.
Diakses 25 September 2016.

DKP. 2014. ALAT TANGKAP IKAN YANG TERBUAT DARI BAHAN


SINTETIS. http://dkp.padangpariamankab.go.id/2014/02/alat-tangkap-ikan-
yang-terbuat-dari-bahan-sintetis. Diakses 26 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai