Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AUDIT SISTEM KEPASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE


SYSTEM AUDITS)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pemeriksaan akuntansi
lanjutan yang di ampuh oleh :
Fadrul, SE, M.Ak

Oleh :

Kelompok 4: Alvina Stefanie 1711002


Shella Wijaya 1711010
Kelas : Audit Malam

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI PELITA INDONESIA
2020

2
A. Pengertian Audit Sistem Kepastian Mutu

Menurut The International Standard For Terminology In Quality


Management, ISO 8402, audit mutu atau penilaian merupakan suatu
pengujian yang sistematis dan independen untuk menentukan apakah aktivitas
mutu dan hasilnya telah sesuai dengan pengaturan/standar yang direncanakan
dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok
untuk mencapai tujuan. Audit sistem kepastian mutu diperlukan ketika kinerja
kualitas aktual berbeda dengan standar yang telah ditetapkan, auditor akan
menguji kesesuaian terhadap standar sistem mutu yang berlaku kemudian
mengidentifikasi perbaikan yang dibutuhkan.

B. Tujuan dan Manfaat Audit Sistem Kepastian Mutu


ISO 10011 yang menjadi panduan dalam pelaksanaan audit sistem
kepastian mutu, menyatakan tujuan dari audit ini adalah untuk:
1. Menentukan ketidaksesuaian (Nonconformities)
2. Menentukan efektivitas sistem mutu.
3. Memberikan peluang untuk perbaikan sistem.
4. Memenuhi persyaratan peraturan.
5. Memudahkan registrasi/pendaftaran atas sistem mutu.
6. Menilai pemasok dan memverifikasi sistem mutu produk.
7. Menilai dan memverifikasi sistem mutu perusahaan itu sendiri.
Sedangkan manfaat dari audit ini antara lain:
1. Membantu mengembangkan sistem manajemen mutu terpadu yang efektif.
2. Menyempurnakan proses pengambilan keputusan manajemen.
3. Membantu pengalokasian sumber daya secara optimal.
4. Mencegah timbulnya masalah yang menggangu.
5. Memungkinkan dilakukannya tindakan koreksi yang tepat waktu.
6. Mengurangi biaya – biaya tambahan yang tidak perlu.
7. Meningkatkan produktivitas.
8. Meningkatkan kepuasan pelanggan dan pasar.

1
C. Prinsip Audit
Beberapa prinsip dari auditing yang sehat harus diobservasi agar
memperoleh hasil dan manfaat yang dikehendaki dari kepastian mutu:
1. Auditor harus berkualifikasi dan independen.
2. Maksud dan tujuan dari audit harus diklarifikasi dan disetujui.
3. Audit harus direncanakan dan dipersiapkan secara memadai.
4. Orang yang bertanggung jawab atas aktivitas yang akan diaudit harus
secara baik dan diberitahukan sebelum dan setelah audit.
5. Rencana audit dan laporan akhir harus tertulis.
6. Auditor harus menindaklanjuti (mengaudit kembali) tindakan perbaikan
7. Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan apabila mungkin,
kuantitatif.
8. Audit harus tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan.
9. Frekuensi audit harus bervariasi dengan kebutuhan aktual dan demikian
juga intensitas dan luas dari audit.
10. Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan teratur.
11. Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat
dipercaya (sampel yang cukup).

Auditing yang efektif merestorasi dan memperbaiki efisiensi dari suatu


sistem mutu. Auditor dapat mencapai hal tersebut hanya melalui kerjasama
yang erat dengan klien dan auditor.

D. Pemisahan Klien, Auditor dan Auditee


Seorang klien (Manajemen senior) akan memilih dan menunjuk auditor
eksternal yang diakreditasi untuk mengaudit sistem mutu pemasok. Auditor
berperan dalam merencanakan dan melakukan audit kemudian
melaporkannya kepada klien. Sedangkan auditee (pihak yang diperiksa)
merupakan orang yang bertanggungjawab untuk area yang diaudit dan
memberikan akses bukti yang diperlukan oleh auditor.
Dalam setiap audit, terdapat 3 pihak kerjasama yang berbeda yaitu: klien,
auditor dan subyek audit. Manfaat dapat diperoleh dari subyek audit apabila
2
audit secara eksplisit dan efektif berorientasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan kepastian mutu dalam suatu keadaan yang konstruksi. Mutu
suatu audit tergantung pada kecakapan dan keahlian auditor serta dukungan
yang diberikan oleh manajemen senior.
Standar auditing internasional, ISO 10011, mendefinisikan peranan dan
tanggungjawab dari setiap tiga mitra dalam suatu proyek audit:
1. Auditor:
- Menaati persyaratan – persyaratan seperti standar audit dan
berkomunikasi serta mengklarifikasi dengan mitra audit yang lain.
- Merencanakan dan melaksanakan penugasan audit dengan baik.
- Mencatat observasi dan melaporkan.
- Memverifikasi tindakan korektif.
- Mengamankan dokumen audit.
- Memelihara kerahasiaan.
- Bekerja sama dengan auditor yang memimpin.
2. Auditor yang memimpin (lead auditor):
- Membantu menetapkan rencana audit.
- Mewakili tim audit.
- Menyampaikan laporan audit.
3. Klien:
- Menentukan kebutuhan untuk audit dan memprakarsai audit.
- Menerima laporan audit.
- Menentukan tindaklanjut audit.
4. Auditee:
- Memberitahu staf mengenai audit.
- Memberikan dukungan dan sumber lain untuk auditor.
- Memberikan akses terhadap fasilitas dan material pembuktian.
- Bekerja sama dengan auditor.
- Melakukan tindakan korektif.

3
E. Mengorganisasi Auditing
Suatu program dan proyek audit individual diprakarsai oleh klien dan
auditor. Dalam perusahaan besar, departemen audit khusus melakukan
perencanaan dan implementasi program. Inisiasi suatu audit dideskripsikan
dan dispesifikasi dalam ISO 10011 sebagai berikut:
1. Klien memprakarsai audit dan memutuskan ruang lingkup audit serta
unsur – unsur sistem mutu yang akan diaudit; audit harus memuaskan
kebutuhan klien untuk informasi; standar untuk sistem mutu auditee harus
dispesifikasi;
2. Auditor yang memimpin (lead auditor) membantu klien;
3. Auditee harus dihubungi;
4. Bukti obyektif yang cukup harus tersedia;

5. Sumber daya yang memadai harus tersedia.

F. Memprogramkan Proyek Audit


Sistem audit yang kompherensif terdiri dari unsur audit individual, proyek
dan program, yang diatur dalam suatu urutan yang hirarkis. Setiap proyek
audit dibagi kedalam unsur – unsur audit individual. Dan setiap unsur tersebut
terdapat obyek khusus, penugasan auditor dan kertas kerja masing-masing.
Sesuai dengan prinsip sistem atau manajemen yang sistematis, program audit
dan proyek mempunyai obyek khusus yang saling berhubungan untuk diaudit,
tujuan yang akan dicapai serta persyaratan sumber daya auditing dan
pendekatan. ISO 1011 tentang “Mengelola Program Audit”, menyatakan
pemograman audit sebagai berikut:
1. Setiap organisasi yang membutuhkan audit mutu dalam jangka panjang,
harus menetapkan fungsi pengelolaan program audit yang berturut-turut
dan independen.
2. Manajemen harus menentukan standar audit dan memastikan ketaatan
terhadap standar audit tersebut.
3. Manajemen harus menetapkan prosedur untuk operasinya dan
memastikan perbaikan yang berkesinambungan.
4
Berikut program auditing, proyek dan unsur – unsur (daftar pertanyaan):
1. Memuat area (obyek) yang akan diaudit.
2. Penentuan dan penggambaran proyek audit.
3. Mendapat persetujuan.
4. Merencanakan program audit tahunan.
5. Mengkoordinasikan jadwal dan lainnya dengan auditee dan auditor.
6. Memperoleh persetujuan dan mengalokasi sumber daya.

7. Mengumumkan dan memulai program audit.

G. Proyek Audit
Proyek adalah tugas dari ruang lingkup tertentu dan kompleksitas, yang
ditetapkan untuk mencapai tujuan melalui proses, sumber daya, dan skedul
khusus. Auditor berperan melakukan audit dan melaksanakan proyek
sedangkan pemimpin auditor yang mengelola proyek. Berikut Langkah –
langkah pokok auditing:
1. Perencanaan Audit
Pada tahap ini auditor melakukan identifikasi terhadap tujuan dan
sasaran organisasi. Perencanaan harus mencakup:
- Tujuan dan ruang lingkup audit.
- Identifikasi partisipan audit.
- Identifikasi dokumen referensi seperti standar sistem mutu yang
berlaku dan manual mutu auditee.
- Bahasa audit.
- Tanggal dan tempat audit.
- Unit organisasional yang diaudit.
- Waktu yang diharapkan dan durasi audit serta aktivitas audit.
- Jadwal pertemuan manajemen.
- Persyaratan kerahasiaan.
- Distribusi laporan audit dan tanggal penerbitan yang diharapkan.

5
Kemudian, rencana audit tersebut harus disetujui oleh klien dan
dikomunikasikan kepada auditor dan auditee, dan harus memungkinkan
penggunaan yang efektif atas sumber daya dan perubahan – perubahan
atas informasi yang dikumpulkan selama audit.

2. Menyiapkan Kertas Kerja


Kertas kerja (Working papers) dalam suatu audit merupakan semua
dokumentasi yang mencakup aktivitas individual dari inisiasi sampai
penyelesaian audit. Apabila rencana audit telah diselesaikan dan unsur-
unsur audit individual telah diberikan, maka daftar periksa (checklist) dan
bantuan auditing yang lain harus disiapkan. Seperti data untuk obyek
audit harus dikumpulkan, kuesioner dan kertas kerja lain harus disiapkan
dan dibandingkan, bukti terkait harus dijelaskan, dan prioritas harus
ditetapkan. Pemimpin proyek secara normal akan menyetujui kertas kerja
dari auditor karena kertas kerja tersebut akan menjadi dokumen resmi.
Syarat dan ketentuan dalam ISO 10011 ini menekankan prinsip bahwa
kertas kerja, dan khususnya daftar periksa, membantu auditor dalam
mengumpulkan dan menilai bukti yang obyektif. Daftar periksa dapat
secara wajar dirinci dan menuntun auditor dalam setiap langkah
mengaudit suatu fungsi, proses, operasi, atau unsur sistem. Berdasarkan
formatnya, daftar periksa harus mengidentifikasi judul nomor yang
berurutan, proyek audit, tanggal, unsur, auditor, auditee. Dan harus berisi
ruang yang cukup untuk komentar, tambahan dan perubahan. ISO 10011
menspesifikasi kertas kerja untuk seorang auditor sebagai berikut:
- Daftar pertanyaan yang digunakan.
- Formulir untuk melaporkan pengamatan audit.
- Formulir untuk mendokumentasikan bukti pendukung untuk simpulan.
Tipe – tipe Daftar Pertanyaan adalah:
- Daftar butir-butir audit yang sederhana, kriteria yang diaudit, dan
referensi terhadap standar sistem mutu yang berlaku.

6
- Tipe A ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan.
- Tipe A ditambah dengan ukuran sampel dan kriteria akseptasi.
- Tipe B ditambah kriteria akseptasi dan penilaian.

- Kumpulan instruksi untuk mengaudit suatu elemen, termasuk daftar


periksa.

3. Penelaahan Pra Audit dari Sistem Mutu: Menilai Dokumentasi


Sistem
ISO 10011 menetapkan suatu penelaahan pendahuluan dari deskripsi
sistem mutu auditee:
- Sebagai dasar untuk merencanakan audit, auditor harus menelaah
kecukupan deskripsi sistem yang tercatat dari auditee, seperti manual
mutu.
- Apabila sistem yang dideskripsikan oleh auditor tidak memadai/
cukup memenuhi persyaratan, maka sumber daya tidak diperluas
untuk audit.

Bahkan, sebelum merencanakan proyek audit, dan menyiapkan kertas


kerja, auditor akan mencari konfirmasi dari dokumentasi yang cukup.

4. Persiapan untuk Melakukan Audit: Tim Audit


Menurut ISO 10011, auditee harus:
- Memberitahukan karyawan yang relevan mengenai audit yang akan
datang.
- Menunjuk anggota staf yang bertanggungjawab untuk menemani
auditor.
- Memberikan semua sumber daya yang diperlukan oleh tim audit.
- Memberikan akses terhadap fasilitas dan material pembuktian.
- Bekerja sama dengan auditor dalam mencapai tujuan audit dan
- Menentukan dan memprakarsai tindakan korektif.

7
Tanggungjawab auditee tersebut dapat dilaksanakan jika auditee telah
secara penuh diberitahu mengenai audit yang akan datang. Rencana audit
pada titik ini telah memperoleh persetujuan dari auditee dan/atau klien.
Auditor dan tim secara keseluruhan harus independensi selama penyiapan
audit. Menurut ISO 10011 auditor harus bebas dari sifat memihak dan
pengaruh yang dapat mempengaruhi obyektivitas semua orang dan
organisasi, yang terlibat dalam audit harus menghargai dan mendukung
independensi dan integritas auditor. Dalam arti yang luas, auditee
merupakan bagian dari tim proyek audit karena banyak hasil bergantung
pada saling memahami dan kerjasama. Tim proyek audit yang baik terdiri
dari satu atau beberapa auditor dan pengamat dan ahli teknis dapat
bergabung dengan kelompok jika mendapat persetujuan dari klien dan
auditee.

Pertemuan tim audit selama tahap perencanaan memberikan semua


anggota tim, informasi dan dukungan yang diperlukan. Di pertemuan
tersebut, kepala auditor (lead auditor) yang mengadakan dan memimpin
pertemuan berperan melaksanakan kepemimpinan dan menetapkan
kerjasama antara anggota-anggota. Pertemuan akhir sebelum permulaan
aktual dari pelaksanaan audit berfungsi untuk mengklarifikasi masalah
akhir dan pertanyaan.

5. Melaksanakan audit
Melakukan suatu audit di lokasi auditee mencakup:
- Pemberitahuan kepada auditee
Pemberitahuan permulaan audit diluar rencana audit tidak perlu sesuai
dengan ISO 10011. Namun dalam praktik normal, memungkinkan
auditee melakukan penyiapan akhir untuk audit. Sangat membantu
bagi manajemen apabila diberitahu secara tertulis mengenai bantuan
yang harus disediakan, jadwal pertemuan, dan wawancara audit.
- Orientasi tim audit

8
Orientasi tim audit dapat dilakukan sebelum pertemuan pembukaan
formal dengan auditee. Hal ini memberikan waktu perubahan terakhir
dalam rencana, jadwal, dan pengaturan dan untuk mempertanyakan
serta klarifikasi oleh anggota tim.
- Pertemuan tim audit
Tujuan dari pertemuan singkat ini, menurut ISO 10011 adalah untuk:
a. Memperkenalkan anggota tim audit kepada manajemen senior
auditee
b. Menelaah ruang lingkup dan tujuan audit
c. Memberikan ikhtisar yang ringkas mengenai metode dan prosedur
audit
d. Menetapkan kaitan komunikasi yang resmi antara tim audit dan
auditee
e. Mengkonfirmasikan bahwa sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan oleh tim audit tersedia
f. Mengklarifikasi setiap rincian yang tidak jelas dalam rencana audit
- Unsur-unsur sistem auditing
- Pertemuan wawancara harian
Sebelum sesi penutupan audit, pertemuan wawancara dari tim audit
dilakukan untuk mengakhiri laporan ikhtisar dan observasi yang
secara formal disajikan kepada manajemen auditee.
- Pertemuan penutupan
Tanggal, lokasi, isi/agenda dan peserta untuk pertemuan akhir dari
pekerjaan lapangan audit telah didiskusikan dengan manajemen
auditee selama pertemuan awal. Hanya dalam keadaan yang luar biasa
hal-hal diatas perlu dilakukan penjadwalan kembali. ISO 10011
menetapkan kegiatan pertemuan penutupan sebagai berikut:
a. Pada akhir audit, sebelum menyiapkan laporan audit, tim audit
harus melakukan suatu pertemuan dengan manajemen senior
auditee dan orang yang bertanggungjawab untuk fungsi yang
bersangkutan.

9
b. Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menyajikan
observasi audit kepada manajemen senior dengan keadaan
sedemikian rupa untuk memastikan bahwa mereka telah memahami
hasil audit.
c. Auditor yang memimpin harus menyajikan observasi dengan
mempertimbangkan signifikansi menurut pandangan mereka
d. Auditor yang memimpin harus memberikan simpulan tim audit
yang berkaitan dengan efektivitas sistem mutu untuk memastikan
bahwa tujuan mutu tercapai
e. Catatan pertemuan penutupan harus disimpan
f. Apabila diminta, auditor dapat juga melakukan rekomendasi untuk
perbaikan sistem mutu pada auditee. Rekomendasi tidak mengikat
auditee.

g. Tergantung auditee untuk menentukan sejauhmana, cara-cara dan


alat untuk tindakan memperbaiki sistem mutu. Menyiapkan dan
memimpin pertemuan adalah tanggungjawab yang krusial dari
aktivitas bagi auditor yang memimpin dan seluruh tim audit. Serta
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman juga diperlukan.

6. Mengumpulkan dan Menilai Bukti yang Obyektif


Menguji bukti yang obyektif merupakan aktivitas utama auditor dan
memerlukan kualifikasi yang tepat dan usaha. Seluruh informasi kualitatif
dan kuantitatif serta catatan atau laporan mengenai fakta yang
berhubungan dengan mutu dari item atau jasa atau terhadap eksistensi dan
implementasi dari suatu unsur sistem mutu dikumpulkan dan kemudian
dinilai dalam tahap ini. Bukti harus dikumpulkan melalui wawancara,
pengujian dokumen, observasi aktivitas dan kondisi dalam area perhatian.
Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara harus diuji dengan
memperoleh informasi yang sama dari sumber independen yang lain,
seperti observasi fisik, pengukuran, dan catatan. Informasi yang diperoleh
harus relevan dan cukup memungkinkan untuk penilaian dan

10
pertimbangan yang mahir dan dapat dipercaya. Informasi dikatakan cukup
apabila, pada saat analisis bukti, orang yang berkualifikasi pada dasarnya
dapat mencapai simpulan yang sama.
Bukti harus dikumpulkan sesuai dengan tujuan audit dan ruang
lingkup pekerjaan. Daftar pertanyaan dan prosedur harus digunakan untuk
memastikan kedalaman dan kontinuitas audit. Namun, daftar pertanyaan
hanya merupakan bantuan dan seharusnya tidak terlalu membatasi
penyelidikan. Pertanyaan biasanya tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling
berkaitan. Hal tersebut menyebabkan pentingnya urutan pertanyaan yang
baik. Tergantung pada situasi dan obyek audit yang akan diuji dan
dipertimbangkan, jumlah dan tipe pertanyaan dapat bervariasi sampai
informasi yang dicari jelas, cukup, dapat dipercaya, dan secara memadai
diverifikasi. Prinsip-prinsip lain adalah memberikan waktu yang cukup
kepada auditee untuk memberi tanggapan dan memastikan bahwa
petanyaan secara penuh dipahami dan tanggapan diulangi oleh penanya
sebelum diterima dan dicatat. Arus dan urutan dari suatu wawancara
dengan pertanyaan dan tanggapan terdiri dari langkah-langkah berikut:
- Menentukan informasi yang dicari (menggunakan daftar periksa atau
pedoman lain).
- Menilai situasi dan mengutarakan dan/atau mengarah pada pertanyaan
- Mengajukan pertanyaan dan mengkonfirmasikan bahwa pertanyaan
tersebut dipahami.
- Memberikan waktu untuk tanggapan dan kemudian mendengarkan
secara teliti.
- Menilai informasi yang diterima, mungkin dapat mengklarifikasi dan
mengulangi tanggapan atau pertanyaan orisinil, atau mengutarakan
kembali pertanyaan tersebut.

- Mencatat dan memverifikasi.

7. Menangani Pengamatan

11
Pengamatan merupakan setiap deviasi yang signifikan, defisiensi/
kekurangan, atau ketidaksesuaian dalam pikiran auditor. ISO 10011
mendefinisikan observasi sebagai ”Suatu pernyataan fakta (statement of
fact) yang dilakukan selama suatu audit dan didukung oeh bukti
obyektif”. sedangkan ketidaksesuaian (non comformity) merupakan
ketidakcocokan terhadap persyaratan yang dispesifikasi. Untuk
menangani observasi ISO 10011 menetapkan berikut:
- Semua observasi audit harus didokumentasikan.
- Setelah semua aktivitas diaudit, tim audit harus menelaah semua
ketidaksesuaian mereka.
- Tim audit kemudian harus memastikan bahwa ketidaksesuaian
didokumentasikan dalam keadaan yang jelas, singkat dan didukung
oleh bukti.
- Ketidaksesuaian harus diidentifikasi dalam segi pertanyaan khusus
dari standar atau dokumen lain yang berhubungan terhadap audit
mana yang telah dilakukan.
- Observasi harus ditelaah oleh auditor yang memimpin dengan manajer
auditee yang bertanggung jawab.
- Semua observasi atas ketidaksesuaian harus diakui oleh manajemen
auditee.
Beberapa observasi tipikal yang sering dilakukan dalam audit sistem mutu
adalah:
- Ruang lingkup tanggungjawab dan wewenang tidak jelas.
- Deskripsi pekerjaan tidak cukup mengenai mutu.
- Independensi kepastian mutu tidak memadai.
- Prosedur-prosedur tidak ada dan tidak ditaati.
- Instruksi kerja tidak independen.
- Peralatan pengujian tidak secara baik dikalibrasi.
- Operator tidak dilatih dan berkualifikasi.
- Gambar usang dan perubahan tidak diotoritasi.

12
- Pengerjaan ulang dan instruksi reparasi dan pengendalian tidak
memadai.
- Material pengemasan yang salah digunakan.
- Pembelian dilakukan dari pemasok yang tidak disetujui.

- Audit tidak dilakukan sesuai dengan instruksi.

8. Melaporkan hasil dan tindaklanjut Audit


Pelaporan merupakan suatu keharusan dan langkah yang penting
dalam setiap audit. Laporan harus secara jelas menyatakan semua
observasi dan diperkuat oleh bukti yang obyektif yang tertulis. Tahap-
tahap pelaporan adalah penyusunan konsep, penelaahan, penyampaian,
distribusi, dan retensi. Efektivitas audit tergantung pada pembuatan
naskah yang cermat dan penelaahan laporan sebelum laporan
disampaikan/diserahkan. ISO 10011 menetapkan:
a. Auditor kepala harus:
- Segera melaporkan ketidaksesuaian yang kritikal kepada auditee.
- Melaporkan setiap rintangan yang ditemui dalam melaksanakan
audit.
- Menentukan tindaklanjut apabila perlu, yang akan diambil dan
memberitahu auditee mengenai hal tersebut.
b. Klien:
- Menerima laporan audit
- Menentukan tindakan tindaklanjut, apakah perlu, yang akan
diambil dan memberitahu auditee mengenai hal tersebut.
Format laporan paling baik distandarisasi karena ini akan
meningkatkan pemahaman. ISO 10011 menetapkan bahwa laporan audit
harus merefleksi secara baik keadaan ataupun isi dari audit. Laporan audit
harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh kepala auditor dan harus
mencakup hal-hal berikut:
- Ruanglingkup dan tujuan audit.

13
- Rincian dari rencana audit, identifikasi dari anggota tim audit dan
representatif auditee, tanggal audit, dan identifikasi dari organisasi
khusus yang diaudit.
- Identifikasi dari dokumen referensi yang audit lakukan (Standar
sistem mutu, dokumentasi auditee)
- Observasi dari ketidaksesuaian.
- Pertimbangan tim audit mengenai sejauhmana ketaatan auditee
dengan sistem mutu yang aplikabel dan dokumentasi yang
berhubungan
- Kemampuan sistem untuk mencapai tujuan mutu yang salah
dijelaskan
- Daftar distribusi laporan audit
Penelaahan yang dilakukan oleh manajemen audit, auditor yang
berpartisipasi, dan manajemen auditee sebelum penyerahan yang formal
kepada klien adalah untuk memastikan kesesuaian, kebenaran faktual, dan
akseptasi dari laporan menurut format dan isi. Beberapa tindakan korektif
sudah dapat dilakukan segera selama audit dan dicatat dalam laporan. ISO
10011 menetapkan:
- Laporan audit harus dikirim kepada klien oleh kepala auditor.
Merupakan tanggungjawab klien untuk menyediakan manajemen
senior dari auditee dengan suatu copy laporan audit. Setiap distribusi
tambahan harus ditentukan dengan konsultasi auditee.
- Laporan audit yang mencakup informasi rahasia dan pribadi harus
secara tepat diamankan oleh organisasi auditing dan klien.

- Laporan audit harus diterbitkan segera mungkin. Apabila laporan


audit tidak dapat diterbitkan dalam suatu periode waktu yang
disepakati, alasan untuk penundaan harus diberikan baik kepada klien
ataupun auditee dan suatu tanggal penerbitan yang direvisi ditetapkan.

9. Penyelesaian Audit

14
Penyelesaian audit mencakup penyerahan laporan dan retensi catatan.
Audit diselesaikan setelah penyerahan laporan audit kepada klien (ISO
10011). Bagi auditor yang memimpin dan tim audit, audit selesai dengan
penyampaian laporan. Tetapi masih terdapat aktivitas-aktivitas akhir
internal untuk mengelola audit. Seperti semua catatan dari proyek audit
harus dikumpulkan dan disampaikan kepada manajemen audit untuk
retensi oleh auditor yang memimpin. Catatan tersebut termasuk rencana
audit, korespondensi, kertas kerja, observasi, laporan, dan laporan audit
akhir. Pengarsipan dan retensi yang baik dari semua dokumen yang
berhubungan dengan proyek audit berguna untuk penelaahan setelah audit
dan berlaku sebagai suatu sumber informasi untuk audit dan tim audit
berikutnya. Menurut ISO 10011 dokumen audit harus disimpan sesuai
dengan persetujuan antara klien, organisasi audit, dan auditee, dan sesuai
dengan setiap persyaratan peraturan.

10. Kualifikasi Auditor Mutu


Dalam brosur American Society for Quality Control (ASQC)
dinyatakan bahwa seorang auditor mutu yang terdaftar (Certified Quality
Auditor) adalah seorang profesional yang memahami standar dan prinsip
auditing serta teknik auditing untuk melakukan pengujian,
mempertanyakan, menilai, dan melaporkan untuk menentukan suatu
kesesuaian dan kekurangan dari suatu sistem mutu. Auditor yang terdaftar
menganalisis semua unsur dari sistem mutu dan mempertimbangkan
tingkat ketaatan sistem mutu tersebut terhadap kriteria dari manajemen
industrial dan evaluasi mutu serta sistem pengendalian.
ASQC telah meletakkan rerangka pengetahuan (body of knowledge)
untuk seorang auditor mutu yang terdaftar sebagai dasar untuk Certified
Quality Auditor Examination, sebagai berikut:
Prinsip dan praktik:
- Definisi istilah-istilah audit
15
- Maksud dan tujuan
- Tipe audit, aplikasi, dan maksud khusus
- Hubungan antar fungsional audit dan protokol
- Konvensi organisasional untuk fungsi audit
- Penjadwalan audit
- Auditing program audit
- Prinsip manajemen operasi
Praktik:
- Menetapkan standar yang absah untuk proyek audit.
- Melakukan proyek audit.
- Konvensi dalam melaporkan hasil audit.
- Pemakaian yang etis dari laporan dan data audit.
- Konvensi dalam sistem dan audit prosedur.
- Konvensi dalam audit proses.
- Konvensi dari audit produksi.
- Konvensi dalam audit/survei pemasok.
DAFTAR PUSTAKA

Tunggal, Amin Widjaja. 2017. Audit Manajemen Kontemporer. Edisi Revisi.


Jakarta:Havarindo.
IBK Byangkara. 2015. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai