Anda di halaman 1dari 10

Struktur, Mekanisme dan Fungsi Kelenjar Adrenal

Alexander
102017119
alexander.2017fk119@ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

Abstrak

Kelenjar adrenal berfungsi untuk memastikan kinerja metabolisme tubuh berada dalam keadaan
homeostasis. Kelenjar adrenal terdiri dari cortex dan medula yang masing – masing
menghasilkan hormon yang punya peranan masing – masing. Contoh sekresi dari kelenjar
adrenal adalah hormon steroid dan katekolamin. Proses yang terjadi atas terjadinya sekresi
hormon – hormon tersebut disebabkan oleh perubahan fisiologis pada keadaan tubuh.

Kata kunci : kelenjar adrenal, cortex adrenal, medula adrenal, hormon adrenal, fisiologi adrenal.

Abstract

Adrenal glands functions to ensure a metabolic systems inside our body is on homeostatic
conditions. Adrenal glands consist of cortex and medulla which secretes hormones that have it
own functions. The secretes example from adrenal glands are steroid hormones and
catecholamines. The process which secretes these hormornes is caused by the physiology
changes in body conditions.

Keywords : adrenal glands, adrenal cortex, adrenal medulla, adrenal hormones, adrenal
physiology.

1
Pendahuluan

Keadaan homeostasis tubuh ditunjang oleh beberapa fungsi, salah satunya adalah proses
metabolisme dalam tubuh. Metabolisme energi yang terjadi didalam tubuh berfungsi menjaga
keadaan tubuh agar tidak berubah terlalu drastis saat melakukan kegiatan. Proses ini ditunjang
oleh beberapa organ, contohnya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang
terletak superior dari ginjal, sepasang dan berada dalam ruang peritoneal dan dibungkus oleh
jaringan adiposa.1,2 Kelenjar adrenal sendiri memiliki 2 bagian yaitu cortex dan medula yang
memiliki peran masing – masing.

Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal merupakan sepasang kelenjar yang terletak di atas setiap ginjal dalam ruang
peritoneal dan punya bentuk seperti piramid yang pipih. Pada orang dewasa normal, ukuran
kelenjar adrenal bervariasi dengan tinggi 3 – 5 cm, lebar 2 – 3 cm dan tebal kira – kira 1 cm.
Berat massa dari kelenjar adrenal sendiri sekitar 3,5 – 5 g.1 Pada fase perkembangan embironik,
kelenjar adrenal berpisah menjadi dua regio yang berbeda secara struktur maupun fungsi, yaitu
cortex dan medula. Cortex adrenal memiliki ukuran yang lebih besar, menyusun sekitar 80 -
90% dari kelenjar dan mengelilingi medula yang terletak pada tengah kelenjar.1,3 Kelenjar
adrenal terletak ventral dari M. Psoas dan M. Quadratus lumborum.4

Gambar 1. Letak dan bentuk kelenjar adrenal3

2
Vaskularisasi dari kelenjar adrenal sendiri berasal dari A. Suprarenalis superior yang berasal
dari percabangan A. Phrenica inferior, A. Suprarenalis mediale yang merupakan percabangan
langsung dari aorta abdominalis, dan A. Suprarenalis inferior yang merupakan percabangan
dari A. Renalis. Sedangkan, untuk pembuluh balik, hanya satu V. Suprarenalis untuk masing –
masing kelenjar. V. Suprarenalis dextra akan menerima darah dan langsung membawanya ke
dalam vena cava inferior, sedangkan V. Suprarenalis sinistra akan menerima darah dan
membawanya kedalam V. Renalis sinistra sebelum masuk ke vena cava inferior.4,5 Sedangkan
untuk inervasinya, berasal dari plexus coeliacus dan thoracic splanchnic nerves. Serabut saraf
ini mempersarafi sel – sel kromafin pada medula adrenal, tetapi juga ditemukan pada bagian
cortex.5

Gambar 2. Vaskularisasi dan inervasi kelenjar adrenal5

Cortex dan Medula Adrenal

Cortex adrenal sendiri dibagi menjadi 3 zona besar, yang mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda juga, yaitu zona glomerulosa, zona fasciculata, dan zona reticularis. Zona glomerulosa
berada tepat disebelah dalam kapsul jaringan ikat, dengan deretan sel – sel piramidal yang
berhimpitan membentuk deretan melengkung, dikelilingi kapiler dan membentuk sekitar 15%
dari cortex. Zona glomerulosa sendiri mengsekresikan hormon – hormon steroid yang disebut
dengan mineralokortikoid yang mempengaruhi homeostasis mineral.1,2
3
Zona fasciculata berada pada bagian tengah dan merupakan bagian terluas dari cortex adrenal,
mencangkup sekitar 65 – 80% dari cortex, terdiri atas deretan panjang setebal satu atau dua sel
polihedral panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid bertingkap. Sel – sel pada zona ini
menyekresikan glukokortikoid, yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat sehingga
mempengaruhi homeostasis glukosa.1,2

Zona reticularis merupakan bagian terdalam dari cortex dan membentuk sekitar 10% cortex.
Terdiri dari sel kecil yang tersebar di suatu jalinan korda irregular dengan kapiler lebar.2

Medula adrenal sendiri terdiri dari sel – sel polihedral besar yang terpulas pucat, tersusun secara
berderet dan ditunjang oleh jalinan serat retikular. Sel parenkim medula, atau disebut sel
kromafin, berasal dari krista neuralis, seperti halnya neuron pascaganglionik dari ganglion
simpatis dan parasimpatis. Sel kromafin ini dapat dianggap sebagai modifikasi dari neuron
pascaganglionik simpatis, tetapi telah kehilangan akson dan dendritnya, serta dikhususkan
sebagai sel sekretoris.2

Gambar 3. Struktur cortex dan medula adrenal6

Hormon Adrenal

Pada zona glomerulosa cortex adrenal, hormon yang dihasilkan disebut sebagai
mineralokortikoid, terutama aldosteron, dalam jumlah yang besar(sekitar 90% dari
mineralokortikoid). Aldosteron sendiri berperan untuk merangsang penyerapan Na+ dan
pengeluaran K+ dari tubuh. Penyerapan Na+ juga mempengaruhi penyerapan air sekunder yang
4
mampu meningkatkan cairan plasma. Aldosteron penting untuk menjaga keseimbangan Na+
dalam tubuh dengan meretensi Na+ ke dalam cairan ekstraseluler dan mengeluarkan K+. Sekresi
dari aldosteron sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, (1) oleh sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron (RAAS) yang berfungsi untuk merespon penurunan dari Na+ dalam plasma darah
dan juga penurunan tekanan darah, peningkatan angiotensin II dalam plasma juga
meningkatkan sekresi dari aldosteron dan angiotensin juga meningkatkan pertumbuhan dari
zona glomerulosa. Dan (2) stimulasi langsung sebagai respon peningkatan konsentrasi K+.

Adenocorticotropic hormone (ACTH) dari hipofisis anterior tidak mempengaruhi laju sekresi
dari aldosteron, tetapi mempengaruhi kortisol. Jadi, laju sekresi dari aldosteron tidak
bergantung pada sekresi ACTH dari hipofisis anterior.7,8

Zona fasciculata pada cortex adrenal menghasilkan hormon glukokortikoid, terutama kortisol.
Peran kortisol ada pada metabolisme dari karbohidrat, protein, dan lemak; sebagai hormon
permisif; menurunkan stress, dan berperan sebagai anti-inflamasi. Peran umum dari kortisol
adalah memastikan konsentrasi dari glukosa dalam plasma sendiri tercukupi, melalui
glukoneogenesis. Glukoneogenesis sendiri adalah pemecahan zat non-karbohidrat menjadi
glukosa, contohnya adalah asam piruvat dan asam laktat. Proses ini terjadi pada antar waktu
makan, saat tidak ada nutrisi yang masuk dan diabsorbsi ke dalam darah. Glukoneogenesis
merupakan faktor penting untuk mengisi kembali glikogen dalam hati dan menjaga kandungan
glukosa darah antar waktu makan. Ini penting karena otak kita tidak bisa menerima asupan
selain glukosa, dan glukosa dalam darah harus dipertahankan dalam kadar tertentu untuk
menjaga kebutuhan otak. Kortisol juga mengurangi penyerapan dan pemakaian glukosa oleh
jaringan di tubuh, kecuali otak. Sehingga menyebabkan sel – sel tubuh menjadi resisten insulin
untuk sementara waktu. Kortisol juga memacu pemecahan protein dari otot – otot tubuh
menjadi asam – asam amino, asam amino ini dapat digunakan untuk proses glukoneogenesis
maupun untuk memperbaiki bagian sel yang rusak. Otot – otot yang proteinnya diambil dan
dipecah untuk glukoneogenesis, digantikan oleh asam lemak bebas yang diambil dari lipolisis
pada jaringan adiposa oleh kortisol, sehingga glukosa dalam darah tidak dipakai dan tetap
terjaga untuk mensuplai otak.7,8

Kortisol juga diketahui berfungsi sebagai “pemberi izin” dalam aktivitas hormon lain,
contohnya pada katekolamin. Dimana, tanpa kadar kortisol yang cukup, katekolamin tidak
mampu merangsang vasokontriksi pada pembuluh darah, yang akan menyebabkan shyok
sirkulasi ketika dalam keadaan stress. Kortisol memainkan peran penting dalam keadaan stress,
5
ada spekulasi yang menjelaskan bahwa ketika manusia berada dalam keadaan antara hidup dan
mati, protein dan lipid akan dipecah untuk memperbanyak suplai glukosa, asam amino, dan
asam lemak bebas untuk digunakan. Glukosa akan digunakan oleh otak agar mencegah
malnutrisi pada otak ketika keadaan memaksa tubuh tidak mendapat makanan dari luar.7

Kortisol juga berperan sebagai hormon anti-inflamasi, dimana kortisol akan mencegah
inflamasi dari jaringan yang mengalami trauma. Kortisol mempengaruhi setiap langkah dari
proses inflamasi jaringan tersebut. (1) kortisol akan menstabilkan membran lisosom, untuk
mengurangi pengeluaran enzim proteolitik penyebab inflamasi yang menuju ke jaringan yang
mengalami trauma, (2) kortisol akan mengurangi permeabilitas dari kapiler darah untuk
mencegah plasma keluar ke jaringan, (3) kortisol mengurangi migrasi sel darah putih ke
jaringan yang mengalami inflamasi dan fagositosis dari sel yang mengalami trauma, (4) kortisol
akan mengurangi produksi dari limfosit, terutama limfosit T, untuk mencegah respon jaringan
yang seharusnya mengalami inflamasi lebih jauh, dan (5) kortisol menurunkan panas dari
jaringan yang mengalami inflamasi, karena pengurangan sekresi interleukin-1 dari sel darah
putih yang merupakan proses utama dari regulasi temperatur di hipotalamus, penurunan panas
ini juga mencegah vasodilatasi.8

Produksi kortisol sendiri, dipengaruhi oleh ACTH yang disekresi dari hipofisis anterior. ACTH
diregulasi oleh corticotropin-releasing hormone (CRH) yang disekresikan dari hipotalamus.
Kortisol akan melakukan feedback negatif untuk menjaga kadar sekresi kortisol dalam level
konstan. Feedback negatif ini akan menuju ke hipotalamus atau ke hipofisis anterior, untuk
mencegah sekresi dari CRH maupun ACTH. Perlu diingat bahwa kortisol memiliki ritme
diurnal, dimana produksi hormon kortisol sendiri akan meningkat paling tinggi pada pagi hari
dan menurun pada malam hari. Proses yang mampu mengambil alih dari ritme diurnal adalah
stress, dimana stress akan memacu aktivitas dari jalur CRH-ACTH-kortisol.7

6
Gambar 4. Jalur CRH-ACTH-Kortisol9

Pada zona reticularis cortex adrenal, dihasilkan hormon androgen adrenal,


dehydroepiandrosterone, dan estrogen dalam jumlah sedikit. Hormon
dehydroepiandrosterone(DHEA) ini memiliki peranan yang sedikit pada pria, karena telah
diambil alih oleh testosteron. Pada wanita, DHEA memiliki peranan untuk pertumbuhan rambut
pada area pubik dan axila, pertumbuhan pada masa pubertas, dan memelihara dorongan seksual
pada wanita. ACTH, selain menentukan sekresi dari kortisol, juga memiliki peranan pada
DHEA, tetapi feedback DHEA berada diluar dari jalur CRH-ACTH-Kortisol. DHEA akan
menginhibisi Gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Sekresi DHEA meningkat pada saat
pubertas dan mencapai puncak pada usia 25 – 30 tahun, tetapi mulai menurun setelah umur 30
tahun. Pada umur 60 tahun, DHEA hanya disekresikan sekitar 15% dari level puncaknya.7

Medula adrenal terdiri dari sel – sel kromafin, yang dianggap sebagai modifikasi dari sel saraf.
Sel – sel kromafin ini akan mengsekresikan katekolamin yaitu epinefrin(80%) dan norepinefin
(20%), yang disimpan dalam granula kromafin. Katekolamin disekresikan ke dalam darah
secara eksositosis oleh granula kromafin, ketika ada rangsangan dari serat saraf simpatis yang
menuju ke kelenjar adrenal. Epinefrin dan norepinefrin sendiri memiliki afinitas berbeda
terhadap 4 reseptor adrenergik : α1, α2, β1, dan β2. Norepinefrin memiliki afinitas lebih kuat dari
epinefrin untuk menempel pada reseptor α dan β1 yang terletak dekat dengan ujung dari serat
simpatis post-ganglion. Epinefrin bisa menempel pada reseptor norepinefrin dan memiliki
reseptor khusus, β2, yang terletak pada jaringan yang tidak mampu dicapai oleh serat simpatis,
tapi mampu dicapai oleh epinefrin lewat darah, contohnya otot skelet, dimana epinefrin memicu
7
pemecahan protein dan di otot polos bronkiolus, dimana epinefrin menyebabkan dilatasi dari
otot tersebut. Fungsi dari epinefrin sendiri ditunjang dengan serat simpatis, memacu tubuh
ketika terjadi situasi fight-or-flight, hormon epinefrin dan saraf simpatis akan meningkatkan
cardiac output (CO) dengan meningkatkan laju dan kekuatan kontraksi dari jantung, dan efek
vasokontriksi yang meningkatkan resistensi perifer. Kedua efek ini meningkatkan tekanan
darah, sehingga mampu memastikan pasokan darah ke organ yang dibutuhkan saat situasi
berlangsung. Sementara, efek vasodilatasi dari koroner dan pembuluh darah pada otot skelet
yang diinduksi oleh epinefrin, memindahkan darah ke jantung dan otot skelet dari area tubuh
lain yang di vasokontriksi, sehingga memastikan darah masuk ke area yang paling
membutuhkan. Karena efeknya pada pembuluh darah dan jantung, epinefrin dan saraf simpatis
memiliki peranan penting untuk menjaga tekanan darah, bahkan ketika tidak terjadi fight or
flight. Epinefrin dan norepinefrin mengurangi aktivitas dari pencernaan dan menginhibisi
pengosongan kantung kemih, kedua aktivitas ini dapat ditahan ketika terjadi situasi fight or
flight. Epinefrin mendilatasi jalur pernapasan untuk mengurangi resistensi dari udara yang
keluar masuk ke paru – paru.7

Epinefrin juga memiliki peranan dalam metabolisme, yaitu pada glukoneogenesis dan
glikogenolisis, dimana glikogenolisis memecah glikogen menjadi glukosa ke dalam darah.
Epinefrin juga diketahui mempengaruhi glikogenolisis pada otot skelet, tetapi perbedaan enzim
menyebabkan glikogen yang dipecah dari otot skelet harus masuk ke hati untuk dipecah
menjadi glukosa. Epinefrin juga menginhibisi sekresi dari insulin dan menstimulasi glukagon,
sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Epinefrin juga meningkatkan kandungan
asam lemak bebas dengan menstimulasi lipolisis, yaitu pengganti energi pada otot skelet saat
situasi krisis dimana tidak terjadi konsumsi nutrisi baru.7

Epinefrin dan norepinefrin juga menyebabkan pengeluaran keringat, untuk mengurangi panas
tubuh karena aktivitas otot. Epinefrin juga berperan pada otot di mata untuk melebarkan pupil
dan mendatarkan lensa saat situasi berbahaya agar dapat melihat situasi dengan cepat.7

8
Kesimpulan

Pentingnya kelenjar adrenal untuk mempertahankan homeostasis dari tubuh sudah dapat dilihat
dari penjelasan diatas. Cortex adrenal memproduksi mineralokortikoid yang berperan dalam
mempertahankan kandungan Na+ dalam darah, glukokortikoid yang berperan dalam
mempertahankan kadar kandungan glukosa dalam darah, dan androgen yang cukup berperan
dalam perkembangan fisiologi wanita. Medula adrenal memproduksi epinefrin dan norepinefrin
yang berperan menunjang beberapa proses, seperti fight or flight dengan bantuan saraf simpatis
dan epinefrin, dan pengeluaran keringat untuk mengurangi panas tubuh karena aktivitas otot
oleh epinefrin dan norepinefrin. Produksi hormon ini juga harus diatur dalam kadar normal agar
tidak berlebih dan malah menyebabkan komplikasi lain.

9
Daftar Pustaka

1. Tortora GJ, Derrickson BH. Dasar anatomi & fisiologi. Edisi ke-13. Iskandar M, Kusuma R,
Mandera LI, editor. Jakarta:EGC;2014. h. 703.
2. Mescher AL. Junqueira histologi dasar teks & atlas. Edisi ke-12. Hartanto H, editor.
Jakarta:EGC;2009. h. 347-50.
3. NIH – National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Adrenal glands. Diunduh dari
website : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMHT0022159/ pada tanggal 12
Oktober 18.
4. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas of human anatomy. 15th ed. Munchen:Elsevier;2011.
pp. 164, 172.
5. Lynn J. Anatomy of adrenal glands. Diunduh dari website :
http://www.endocrinesurgeon.co.uk/index.php/anatomy-of-the-adrenal-glands pada tanggal
12 Oktober 18.
6. Fleming B. Adrenal anatomy. Diunduh dari website :
http://www.endocrinesurgery.net.au/adrenal-anatomy/ pada tanggal 12 Oktober 18.
7. Sherwood L. Human physiology from cell to systems. 9th ed. Boston:Cengage
Learning;2013. pp. 672-6, 681-2.
8. Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13th ed.
Philadelphia:Elesvier;2016. pp. 965-6, 968-77.
9. Mitrovic I. Introduction to the hypothalamus-pituitary-adrenal(HPA) axis. 482 p. Diunduh
dari:http://biochemistry2.ucsf.edu/programs/ptf/mn%20links/HPA%20Axis%20Physio.pdf
pada tanggal 12 Oktober 18.

10

Anda mungkin juga menyukai