Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HISTOLOGI

“KELENJAR ADRENAL”

Disusun Oleh :
1. Brigita Alma (1734001)
2. Kharisma Rike Pravita (1734011)
3. Riski Wulandari (1734015)
4. Digna Galihsetya Viani (1734017)
5. Yunita Aras (1734022)

Dosen Pembimbing :
dr. Aspitriani Sp.PA.

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KELENJAR ADRENAL

Kelenjar adrenal (suprarenal) adalah sepasang organ yang terletak dekat


kutub atas ginjal, dan terbenam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
merupakan struktur pipih berbentuk bulan sabit, dengan panjang sekitar 4-6 cm,
lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm pada orang dewasa. Bersama-sama, kelenjar
adrenal memiliki berat sekitar 8 gram, tetapi berat dan ukurannya bervariasi sesuai
umur dan keadaan fisiologis perorangan. Kelenjar adrenal masing-masing
dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian
dalam kelenjar sebagai trabekula. Stroma terutama terdiri atas jalinan serat
retikular yang menopang sel sekretoris. Kelenjar terdiri atas 2 lapisan konsentris :
lapisan perifer kekuningan, yaitu korteks adrenal, dan lapisan pusat berwarna
coklat-kemerahan, yaitu medula adrenalis.
1. Korteks Adrenal
Sel sel korteks adrenal memiliki gambaran khas sel penyekresi steroid.
Gambaran tersebut mencakup inti sentral dan sitoplasma asidofilik, yang
biasanya kaya akan dropled lipid. Sel penyekresi-hormon steroid tidak
menyimpan produknya di dalam granul. Sebagai molekul larut-lipid
dengan berat molecular rendah, steroid berdifusi rendah, steroid berdifusi
bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositesis yang
akan dilepaskan dari sel.
Korteks adrenal memiliki 3 zona konsentris dengan deretan sel epitel
yang tersusun agak berbeda dan di khususkan untuk menghasilkan
berbagai kelas hormon steroid.
 Lapisan yang berada tepat di dalam simpai jaringan ikat adalah
zona glomerulosa, dengan deretan sel-sel kolumnar atau piramidal
yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler dan membentuk sekitar 15 %
korteks. Steroid yang dibentuk oleh sel-sel ini disebut
mineralokortikoid karena hormon ini mempengaruhi ambilan Na + ,
K+, san air oleh sel epitel. Produk utamanya adalah aldosteron,
regulator utama keseimbangan garam, yang bekerja merangsang
reabsorpsi Na+ pada tubulus kontortus distal ginjal. Sekresi
aldosteron dalam zona glomerulosa terutama dirangsang oleh
angiotensin II dan juga oleh peningkatan kadar K+ plasma, tetapi
hanya sedikit dirangsang oleh ACTH.
 Zona tengah, yaitu zona fasciculata, menempati 65-80% korteks
dan terdiri dari atas deretan panjang setebal satu atau dua sel
polihedral panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid
bertingkap. Sel-sel tersebut palingf padat terisi dengan droplet lipid
dalam sitoplasmanya dan sebagai akibat disolusi lipid selama
proses persiapan jaringan, sering tampak bervakuol atau berbusa
pada sediaan histologis rutin. Sel-sel zona ini menyekresi
glukokortikoid, terutama kortisol, yang terutama mempengaruhi
metabolisme karbohidrat dengan merangsang produksi glukosa
dari asam amino atau asam lemak (glukoneogenesis) pada banayk
sel dan konversi glukosa menjadi glikogen pada hati. Kortisol
menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan
pemecahan protein di otot. Kortisol juga menekan banyak aspek
respons imun, termasuk pelepasan sitokin dan limfopoiesis, dan
memiliki efek lain dalam jaringan lain. Sekresi glukokortikoid di
zona fasciculata di atur oleh ACTH dari hipofisis anterior, dan
umpan balik negatif yang sesuai dengan kadar glikokortikoid
sirkulasi di lepaskan pada tingkat hipofisis dan hipotalamus. Sel-
sel zona fasciculata juga menyekresi sejumlah kecil androgen.
 Zona reticularis yang terdalam membentuk sekitar 10% korteks
dan berkontak dengam medula. Zona ini terdiri atas sel kecil yang
tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar.
Sel-sel ini biasanya terpulas lebih kuat ketimbang sel di zona lain
karena mengandung lebih sedikit droplet lipid dan lebih banyak
pigmen lipofuschin. Sel-sel zona reticularis juga menghasilkan
kortisol, tetapi terutama menyekresikan androgen lemah,
dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron
pada beberapa jaringan lai. Sekresi oleh sel-sel tersebut juga
dirangsang oleh ACTH dan diatur oleh umpan balik dengan
hipofisis dan hipotalamus.
2. Medula Adrenalis
Medula adrenalis terdiri atas sel-sel polihedral besar yang terpulas
pucat dan tersusun berupa deretan atau kelompok dan ditunjang
jaringan erat retikular. Sejumlah besar suplai kapiler sinusoid terdapat
diantara deretan-deretan yang bersebelahan, dan terdapat sejumlah sel
ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula, yang dikenal sebagai sel
kromafin, berasal dari sel krista neuralis, seperti halnya neuron
pascaganglionik dari ganglion simpatis dan parasimpatis. Sel parenkim
medula adrenalis dapat dipandang sebagai modifikasi neuron
pascaganglionik simpatis, yang telah kehilangan akson dan dendrit
serta di khususkan sebagai sel-sel sekretoris.
Tidak seperti hal korteks, sel kromafin medula memiliki banyak
granula padat-elektron yang berdiameter 150-350 nm untuk sekresi
dan penyimpanan hormon. Granula-granula ini mengandung salah satu
dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin. Secara
ultrastuktural, granula penyekresi epinefrin kurang bersifat padat-
elektron dan umumnya lebih kecil dari sel penyekresi-norepinefrin.
Katekolamin beserta Ca2+ dan ATP, terikat pada kompleks simpanan
granula dengan protein 49 kDa yang disebut chromograin.
Sel penyekresi-norepinefrin juga ditemukan di paraganglia
(kumpulan sel penyekresi-katekolamin yang berdekatan dengan
ganglia autonom). Konversi norepinefrin menjadi epinefrin (adrenalin)
hanya terjadi pada sel kromafin medula adrenalis. Sekitar 80%
katekolamin yang disekresikan dari adrenal adalah epinefrin.
Sel kromafin medula dipersarafi oleh ujung saraf kolinergik dari
neuron simpatis praganglionik; dari neuron ini, impuls memicu
pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan norepinefrin
dilepaskan kedarah dalam jumlah besar selama reaksi emosiaonal yang
intens, seperti ketakutan, dan menimbulkan vasokontriksi, peningkatan
tekanan darah, perubahan frekuensi denyut jantung, dan efek metaboli
seperti peningkatan kadar gula darah. Efek ini mempermudah berbagai
reaksi pertahanan terhadap stressor (fight-or-flight response). Selama
aktivitas normal, medula adrenalis secara kontinu menyekresi sejumlah
kecil hormon.
(Sumber : Mescher, Anthony L. 2010. Histologi Dasar Junqueira : Teks & Atlas.
Ed. 12. Jakarta : EGC)

KELENJAR SUPRARENAL (ADRENAL)


Kelenjar suprarenal terletak dikutub superior ginjal dan terbenam dalam
jaringan adiposa. Kelenjar suprarenal kanan dan kiri bukanlah gambaran cermin
satu sama lain. Kelenjar suprarenal kanan berbentuk piramida dan langsung
terletak diatas ginjal kanan, sedangkan kelenjar suprarenal kiri berbentuk seperti
bulan sabit dan terletak disepanjang batas medial ginjal kiri dari hilus sampai
kutub superiornya.
Kedua kelenjar tebalnya sekitar 1 cm, lebaranya pada apeks sekitar 2 cm,
dan pada dasarnya dapat mecapai 5 cm, masing-masing beratnya 7 sampai 10 g.
Parenkima kelenjar terbagi atas dua daerah yang berbeda secara histologi dan
fungsional, yaitu bagian luar yagn berwarna kekuningan, mencangkup sekitar
80% sampai 90% organ disebut korteks suprarenal, dan bagian dalam yang kecil
tampak gelap disebut medulasuprarenal. Masing-masing memiliki peran yang
berbeda kelenjar suprarenal terletak retroperitoneal, yaitu di belakang peritonium
dan dibungkus oleh simpaijaringan ikat yang mengadung banyak jaringan
adiposa.
- Pasokan darah ke kelenjar suprarenal
Pasokan darah kelenjar suprarenal adalah salah satu pasokan terkaya ditubuh
kita. Tiap kelenjar suprarenal mendapat pasokan darah dari tiga arteri yagn
berasal dari tiga sumber berbeda.
1. Arteri frenikus inferior (inferior phrenic arteries)
Bercabang menjadi arteri suprarenal superior
2. Aorta, bercabang menjadi middle suprarenal arteries (arteri suprarenal
media)
3. Renal arteries (arteri renalis) bercabang menjadi arteri suprarenal inferior.
Berbagai cabang pembuluh darah tersebut melewati dan menembus
simpai, kemudian membentuk pleksus subkapsular.
Dari pleksus tersebut kemudian muncul short cortical arteries yang
membentuk jalinan kapiler sinusoidal bertingkap (dengan diafragma)
diparenkima korteks kelenjar.
 Korteks Suprarenal
Kortek suprarenal mengandung sel parenkimal yagn mensintesis dan
mesekresi berbagai hormon tanpa menyimpannya. Secara histologik, korteks
terdiri atas tiga zona konstentrik, yang utamanya adri simpai ke dalam adalah zona
glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Ketiga kelas hormon korteks adrenal adalah mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan adrogen yang semuanya disintesis dari kolestrol yang
merupakan komponen utama lou-density lipoprotein. Kolestrol diambil dalam
darah dan simpai dalam bentuk ester didalam tetes lemak dalam sitoplasma sel
korteks adrenal. Ketika sel tersebut dirangsang, kolestrol dilepas dan digunakan
untuk isntesis hormon pada endoplasma retikulum halus (SER) oleh enzim yang
ada di sana dan dalam mitokondria.
1. Zona glomerulosa
Cincin konsentrik terluar sel parenkimal yang terletak tepat dibawah kapul
suprarenal adalah zona glomerulosa, yang mencakup sekitar 13% volume
total adrenal. Sel kolumnar kecil yang membentuk zona ini tersusun
berkelompok, intinya yagn kecil dan terwarnai gelap mengandung satu atau
dua anak inti.
Sel parenkimal pada zona glomerulosa mensintesis dan mensekresi hormon
mineralokortikoid terutama aldosteron dan sejumlah deoksikortikosteron.
Fungsi hormon mineralokortikoid adalah mengontrol keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh dengan cara mempengaruhi fungsi tubulus ginjal, yaitu
tubulus kortektus distal.
2. Zona fasikulata
Lapisan konsentrik bagian tengah korteks suprarenal adalah zona fasikulata,
yang merupakan lapisan korteks yang terbesar dan mencakup sampia 80%
volume kelenjar. Zona ini mengandung kapiler sinusoidal yang tersusun
longitudinal diantara kolom sel parenkimal. Sel dilapisan ini bentuknya
polihedral dan ukurannya lebih besar dari sel zona glomerulosa. Selnya
tersusun membentuk kolom radial yang tebalnya satu atau dua sel, dan
terwarnai asidofilik lemah, karena sitoplasmanya mengandung banyak tetes
lemak, yang larut pada saat pemprosesan histologik, selnya tampak bervakuol
dan disebut spongiosit. Spongiosit mempunyai mitokondria bulat dengan
krista tubular dan vesikular, jalinan SER yang meluas, beberapa RER,
lisosom dan granula pigmen lipofusin
3. Zona retikularis
Lapisan terdalam korteks suprarenal disebut zona retikularis dan mencakup
sekitae 7% volume kelenjar. Pada lapisan ini selnya terwarnai sangat
asidofilik dan susunan selnya membentuk tali-temali yang saling
beranastomosis. Selnya mirip dengan spongiosit dizona fasikulata, tetapi
ukkurannya lebih kecil dan tetes lemaknya lebih sedikit. Sel tersebut sering
banyak mengandung granula pigmen lipofusin. Beberapa sel didekat medula
suprarenal tampak gelap karena sitoplasmanya padat-elektron dan intinya
piknotik, hal tersebut memnimbulkan dugaan bahwa zona tersebut
mengandung sel parenkimal yang berdegenerasi.

Histofisiologi Korteks Suprarenal


Ketiga kelas hormon steroid yang disekresi oleh korteks suprarenal adalah
- Mineralokortikoid
- Glukokortikoid
- Androgen lemah
a. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid yang disekresi oleh zona glomerulosa terutama terdiri
atas aldosteron, dan juga sejumlah deoksikortikosteron. Target hormon
tersebut antara lain mukosa lambung, kelenjar liur, dan kelenjar keringat,
tempat hormon tersebut menstimulasi absorbsi natrium. Akan tetapi,
target utamanya adalah sel tubulus kortortus distal pada ginjal, tempat
hormon menstimulasi natrium dan kalium, dengan cara mengabsorbi
natrium dan mengekresi kalium.
b. Gluokortikoid
Glukokortikoid yang dihasilkan oleh zona fasklata, antara lain
hidrokortison dan kortikosteron. Hormon steroid terseut mempunyai
fungsi beragam yang mempengaruhi sebagian besar jaringan tubuh dan
mengontrol metabolisme umum.
Glikokortikoid berefek anabolik pada hati, yaitu memudahkan
pengambilan asam lemak, asam amino, dan karbohidrat. Untuk sinteesis
glukosa dan polimerisasi glikogen, apabila kadar glukokortikoid dalam
sirkulasi diatas normal, glukokortikoid menghambat infliltrasi makrofag
dan leukosit pada tempat inflamasi. Hormon itu juga menekan respons
imun dengan caara menginduksi atrofil sistem limfatik dan karenanya
mengurangi populasi limfosit dalam sirkulasi.
Mekanisme umpan balik (freedback) negatif untuk glukokortikoid
sebagian dikontrol oleh konsentrasinya dalma plasma. Ketika kadar
glukokortikoid darah tinggi, sel pensekresi corticotropin-releasing
hormon (CRH) pada hipotalamus dihambat, yang kemudian menghambat
kortikotrof pada pars distalis hipofisis dalam melepas ACTH.
c. Androgen lemah
Adrogen yang disekresi oleh zona retikularis adalah dehiroepiandrosteron
dan androsternerdion, keduanya adalah hormon seks maskulinisasi yang
efeknya jauh dibawah efek maskulinisasi dari hormon yang dihasilkan
oleh testes. Pada keadaan abnormal, pengaruh hormon tersebut tidak
bermakna.
 Medula Suprarenal
Bagian tengah kelenjar suprarenal disebut medula suprarenal dan
seluruhnya diliputi oleh korteks suprarenal. Medula suprarenal berkembang dari
sel krista neural yang berasal ektodermal, yaitu sel kromafin dung dua populasi
sel parenkimal yaitu sel kromafi, yagn mengahsilkan katekolamin dan selganglion
simpatis, yaitu tersebar diseluruh jaringan ikatnya.
 Sel kromafin
Sel kromafin pada medula suprarenal adalah sel epiteloid besar yagn
tersusun membentuk kelompokan atau deretan pedek, sel tersebut
mengandung granula yang terwarna coklat tua dengan garam
gromatin.menadakan bahwa sel tersebut mengandung katekolamin, yaitu
transmiter yang dihasilkan oleh sel pascaganglion sistem saraf simpatis.
Jadi, medula suprarenal berfungsi sebagai ganglion simpatis termodifikasi
yang itdak memiliki dendrit dan akson. Katekolamin yang disintesis oleh
sel kromafin adalah trasmitter simpatis, yaitu epinefrin dan noreprinefrin.
Transmitter tersebut disekresi oleh sel kromafin sebagai jawaban atas
rangsang nervus splanknikus simpatis (kolinergik) praganglion
(preganglionic sympathetic [cholinergic] splanchnic nerves).

Histologi Medula Suprarenal


Aktivitas sekretorik medula suprarenal dikontrol oleh faktor nerves
splanknikus. Penglepasan simpanan katekolamin dari sel kromafin diinduksi
oleh rangsang sel ganglion simpatis. Penglepasan asetilkolin dari ujung saraf
simpatis praganglion menyebabkan depolarisasi membran sel kromafin diikuti
oleh masuknya ion kalsium. Peningkatan kalsium intrasel kemudian
menginduksi penglepasan epinefrin atau noreepinefrin lewat secara eksositosis.
Katekolamin yang dilepaskan oleh medula suprarenal menunjukkan efek
yang lebih menyeluruh ketimbang efek katekolamin yang dilepas oleh neuron
simpatis.
Pada keadaan ketakutan atau stres hebat, terjadi peningkatan penglepasan
epinefrin untuk mempersiapkan tubuh untuk “melawan atau kabur”. Akibatnya,
kadar plasma epinefrin dapat mencapai 300 kali nilai normal dan menyebabkan
peningkatan curah dan denyut jantung, serta peningkatan penglepasan glukosa
dari hati.
Epinefrin paling efektif dalam mengontrol curah hujan, denyut jantung dan
meningkatkan aliran darah ke organ. Sebaliknya, noreepinefrin kurang efektif
dalam mengontrol hal tersebut tetapi dapat meningkatkan tekanan darah melalui
vasokontruksi.
Noreepinefrin juga dihasilkan oleh otak dan saraf tepi dan berfungsi sebagai
neuro tranmiter.
(sumber : Gartner, Leslie P., James L. Hiatt. 2014. Buku Ajar Berwarna
Histologi. Penerbit : Elsevier Inc.)

KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal (suprarenal) terdiri dari korteks (1) diluar dan medula (5)
didalam. Dikelilingi oleh kapsul (6) jaringan ikat tebal yang mengandung cabang-
cabang pembuluh darah adrenal, vena, saraf (umumnya tak bermielin), dan
pembuluh limfa. Sekat jaringan ikat dengan pembuluh darah (2) berjalan dari
kapsul (6) ke dalam korteks. Sekat jaringan ikat lainnya membawa pembuluh
darah ke medula (5). Di seluruh korteks (1) dan medula (5), ditemukan kapiler
(8,10) sinusoid berpori dan pembuluh darah besar (14).
Korteks adrenal (1) dibagi lagi menjadi tiga zona konsentrik. Tepat
dibawah kapsul (6) jaringan ikat, terdapat zona glomerulosa luar (7). Sel sel zona
fasikulata (9) tersusun membentuk kelompok atau gumpalan ovoid dan dikelilingi
oleh banyak kapiler sinusoid (8). Sitoplasma sel-sel ini (7) berwarna merah muda
dan mengandung beberapa butir lemak.
Lapisan sel ditengah dan terlebar adalah zona fasikulata (3,9). Sel-sel zona
fasikulata (9) tersusun dalam kolom-kolom vertikal, atau lempeng radial. Karena
meningkatnya jumlah butiran lemak disitoplasmanya, sel-sel zona fasikulata (9)
tampak terang atau bervakuola pada pembuatan sediaan biasa. Kapiler sinusoid
(10) diantara kolom-kolom sel mengikuti arah vertikal atau radial serupa.
Lapisan sel ketiga da terdalam adalah zona retikularis (4,11). Lapisan sel ini
berbatasan dengan medula adrenal (5). Sel-sel zona retikularis (4) membentuk
korda-korda anastomotik yang dikelilingi oleh kapiler sinusoid.
Medula (5) tidak berbatas tegas dengan korteks. Sitoplasma sel sekretorik
medula (13) terlihat jernih. Setelah fiksasi jaringan dengan kalium bikromat, yang
disebut reaksi kromafin, muncul granula-granula cokelat halus di sel-sel medula.
Granula ini menunjukkan adanya katekolamin epinefrin dan neropinefrin di
sitoplasma.
Medula juga mengandung neuron simpatis (12) yang terlihat secara
tunggal atau dalam kelompok kecil. Neuron (12) memperlihatkan nukleus
vesikular, nukleolus yang mencolok, dan sejumlah kecil kromatin perifer.
Kapiler sinusoid mengalirkan isi medula (5) ke pembuluh darah medula yang
utama (14).
Fotomikrograf berpembesaran lemah memperlihatkan potongan kelenjar
adrenal. Korteks dikelilingi oleh kapsul (1) jaringan ikat padat. Dibawah kapsul
(1) terdapat zona glomerulosa (2) yang mengandung kelompok-kelompok sel
berbentuk ovoid ireguler. Zona intermediat dan terlebar adalah zona fasikulata
(3). Disini, sel-sel tersusun membentuk korda-korda sempit berwarna terang
dengan kapiler dan serat halus jaringan ikat terdapat diantaranya. Zona paling
dalam korteks adrenal adalah zona retikularis (4), yang sel-selnya tersusun
membentuk gumpalan-gumpalan atau korda-korda bercabang.
Medula (5) adrenal terletak di samping zona retikularis (4). Di medula (5), sel
terlihat lebih besar dan tersusun dalam kelompok-kelompok. Darah vena medula
(%) dialirkan melalui pembuluh darah (vena) (6) besar.

(sumber : Eroschenko, Victor P. 2017. Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi


Fungsional. Ed. 12. Jakarta : EGC)
REFERENSI

Mescher, Anthony L. 2010. Histologi Dasar Junqueira : Teks & Atlas. Ed. 12.
Jakarta : EGC
Gartner, Leslie P., James L. Hiatt. 2014. Buku Ajar Berwarna Histologi. Penerbit :
Elsevier Inc.)
Eroschenko, Victor P. 2017. Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional.
Ed. 12. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai