Anda di halaman 1dari 61

di

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan yang banyak terjadi di
masyarakat. Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis
di dunia, diantaranya Inggris 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%
(Gustin,2012). Gastritis yang terjadi di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (WHO,2013).
Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar
115/100.000 penduduk. Persentase angka kejadian gastritis di indonesia menurut WHO
adalah 40%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada tahun
2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Gastritis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada pasien gawat inap di rumah sakit
Indonesia (Gustin, 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung
gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya di diagnosa berdasarkan
gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi saja. Gastritis erosive atau leserasi
lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambang atau
duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis. (seafanidkk, 2012).
Gastritis akut erosif adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Perjalanan penyakit ini biasanya ringan,
walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak
mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai.
Pada gastritis sering mengeluhkan rasa sakit uluhati, rasa terbakar, mual, dan
muntah. Hal ini sering menggangu aktifitas sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan
produktifitas dan kualitas hidup pasien menurun. Terapi yang tidak optimal
menyebabkan gastritis berkembang menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya
mengalami komplikasi perdarahan
.

1
di

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Gastritis erosif ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan medical bedah 1 pada klien dengan
kasus gastritis erosif secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosio-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan di Ruang Penyakit Dalam
Perempuan RSUD Palembang BARI Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada pasien
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnose keperawatan pada pasien gastritis erosif
di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien gastritis erosif
di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan pada pasien
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien gastritis erosif di Ruang
Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
f. Mahasiwa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny”M” dengan
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
g. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan injeksi Intravena.
D. Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan hasil makalah ini dapat memberikan informasi yang baru dan masukan
kepada instistusi maupun mahasiswa yang akan datang tentang Gastritis dan
menambah kepustakaan serta referensi sebagai abahan dan sumber bacaan
khususnya mahasiswa Keperawatan.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai masukan bahan lahan praktik
keperawatan untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan yang baik dan optimal
dalam melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis.
c. Bagi Mahasiwa

2
di

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat asuhan keperawatan


dan menegakkan diagnose keperawatan yang tepat. Khususnya dalam bidang
keperawatan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep
asuhan keperawatan pada masalah keperawatan gastritis erosif.

E. Tempat dan waktu


1. Tempat
Tempat pelaksanaan asuhan keperawatan gastritis erosif di Ruangan Penyakit Dalam
Perempuan Rumah Sakit Umum Palembang BARI Tahun 2019.

2. Waktu
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan pada tanggal 11 februari 2019 di di Ruang
Penyakit Dalam Perempuan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.

3
di

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI


1. Selayang Pandang RSUD Palembang BARI
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah
sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
terletak dijalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan
berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak
tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jaka Baring menuju RSUD Palembang
BARI dari jalan poros Jaka Baring.
2. Visi, Misi, Motto Dan Tujuan RSUD Palembang BARI
a. Visi
Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di Indonesia.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3) Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di indonesia.
c. Motto
Kesembuhan dan kepuasaan pelanggan adalah kebahagian kami.
d. Tujuan
1) Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatasan yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
3) Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu bersaing di era
pasar bebas.
4) Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5) Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah sakit yang kondusif dan
profesional.

4
di

a. Sejarah
a. Sejarah berdirinya RSUD Palembang BARI
1) Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang Bari merupakan gedung
Poli Klinik/ Puskesmas Panca Usaha.
2) Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19 Juni 1995
diresmikan menjadi RSUD Palembang Bari dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat dasar keapada RSUD Palembang Bari, tanggal 07 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/13/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang Bari, tanggal 05
November 2008
5) Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang Bari berdasarkan
keputusan Wali Kota Palembang No.915 B Tahun 2008 tentang penetapan RSUD
Palembang Bari sebagai SKPD alembang yang merupakan pola pengelolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
6) Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 02 April
2009 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7) KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lenka
8) kepada RSUD Palembang Bari tanggal 25 Januari 2012.
b. Sejarah pemegang jabatan direktur
1) Tahun 1986 s.d 1994 : dr. Jane Lidya Yitahelu sebagai Kepala Poliklinik Panca
Usaha.
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas,
Sp.B.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr. M. Faisal Saleh,
Sp.DP.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita.H.A.Mars
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.,. MARS sebagai
direktur RSUD Palembang BARI.

5
di

3. Fasilitas dan Pelayanan


a. Fasilitas
1) Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
2) Farmasi / Apotik 24 Jam
3) Rawat Jalan / Poliklinik
4) Rawat Inap
5) Bedah Sentral
6) Rehabilitasi Medik
7) Radiologi 24 jam
8) Laboratorium Klinik 24 Jam
9) Patologi Anatomi
10) Bank Darah
11) Hemodialisa
12) Medical Chack Up
13) ECG/EEG
14) USG 4 Dimensi
15) Endoscopy
16) Kamar Jenazah
17) CT Scan 64 Slices
b. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2) Poliklinik Spesialis Bedah
3) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4) Poliklinik Spesialis Anak
5) Poliklinik Spesialis Mata
6) Poliklinik Spesialis THT
7) Poliklinik Saraf
8) Poliklinik Kulit dan Kelamin
9) Poliklinik Spesialis Jiwa
10) Poliklinik Rehabilitasi Medik
11) Poliklinik Spesialis Jantung
12) Poliklinik Spesialis Gigi
13) Poliklinik Spesialis Akupuntur
14) Poliklinik Spesialis Psikologi

6
di

15) Poliklinik Spesialis Terpadu


16) Poliklinik PKBRS
c. Fasilitas Kendaraan Operasional
1) Ambulance 118
2) Ambulance Bangsal
3) Ambulance Siaga Bencana
4) Ambulance Trauma Center
5) Mobil Jenazah
d. Pelayanan Rawat Inap
1) Perawatan VIP dan VVIP
2) Perawatan Kelas I, II dan III
3) Perawatan Penyakit Dalam Perempuan
4) Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5) Perawatan Anak
6) Perawatan Bedah
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
e. Pelayanan Penunjang
1) Instalasi Laboratorium Klinik
2) Instalasi Radiologi

B. KONSEP DASAR PENYAKIT GASTRITIS


A. Pengertian
1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung (Sudoyo,
2006).
2. Gastitisadalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan (Price, 2005).
3. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan
berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001).
4. Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa(Inayah, 2004).

7
di

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan


pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus
atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada
lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau
indigesti.

B. Anatomi

Gambar 2.1
Anatomi Lambung
www.google.com ( gambar lambung )

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak
terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan
umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fundus uteri.
Secara anatomis lambung terdiri dari :
1. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvantura minor.
3. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pilorus.

8
di

4. Kurvatura Minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum


lkardiak sampai ke pilorus.
5. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari pada kurvantura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardiakum melalui fundus fentrikuli menuju ke kanan sampai ke
pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura
mayor sampai ke limpa.
6. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen masuk
ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik (Setiadi, 2007).
Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa menempel pada
sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi oleh sfingter yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan
makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki
esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan
nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam
duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi
usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami
stenosis ( penyempitan pilorus yang menyumbat ) sebagai komplikasi dari penyakit
tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat otot
disekelilingnya mengalami hipertropi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi
untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.
Lambung terdiri atas empat bagian yaitu :
a. Tunika serosa atau lapisan luar
Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis
menyatu pada kurvatura minor lambung danduodenum dan terus memanjang
kearah hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari
satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Omentum minor
terdiri atas ligamentum hepatogastrikum dan hepatoduodenalis , menyokong
lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati.
Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus,
yang menutupi usus halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum minus
adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan ( pseudokista
pankreatikum ) akibat komplikasi pankreatitis akut.
b. Lapisan berotot ( Muskularis )

9
di

Tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu :


1) Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari esofagus ke
bawah dan terutama melewati kurvatura minor dan mayor.
2) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan yang paling
tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada
dibawah lapisan pertama.
3) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan lapisan
otot sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah fundus dan
terbentang sampai pilorus.
c. Lapisan submukosa
Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa dan
lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama
gerakan peristaltik. Lapisan ini mengandung pleksus saraf dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut
rugae.
Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini yaitu :
1) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini
mensekresikan mukus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada hampir seluruh
korpus lambung.
Kelenjar gastrik memiliki tigatipe utama sel yaitu :
a. Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan pepsinogen diubah
menjadi pepsin dalam suasana asam.
b. Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida dan faktor
instrinsik. Faktor instrinsik diperlukan untuk absorbsi vitamin B12
di dalam usus halus. Kekurangan faktor instrinsik akan
mengakibatkan anemia pernisiosa.
c. Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus atau kelenjar-
kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin
diproduksi oleh sel G yang terletak padadaerah pilorus lambung.
Gastrin merangsang kelenjargastrik untuk menghasilkan asam
hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang di sekresikan oleh

10
di

lambung enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,


kalium, dan klorida(Price, 2005).

C. Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a. Gastritis akut erosif
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada
mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b. Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)
2. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut:
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel
parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.

D. Etiologi
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen,
dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-
fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.

11
di

2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.


3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antaraagresi dan
mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respon peradangan pada mukosa lambung.

E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus),
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam
klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.

12
di

Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa


pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2000).

2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkusbenigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis
Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut
sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan
pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri
Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan
dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare,
2001)

F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia.disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan
hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia

13
di

( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di
mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)

G. PemeriksaanDiagnosik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan Doenges( 2000 ) sebagai
berikut :
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau
cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura.
7. l penyebab ulkus duodenal.
8. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme
dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah
atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadisetelah trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.

H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.

14
di

c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam


lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. (Dermawan,
2010)

2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.
Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan
garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
instrinsik(Smeltzer, 2001
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a) Tirah baring
b) Mengurangi stress

15
di

c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar
dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-
makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis
superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus
menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)

I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan
( 2010) adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain
B12

J. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus terkait dengan penyakit gastritis meliputi :
a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b. Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasidan miksi, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range OfMotion (ROM), riwayat

16
di

penyakit jantung, frekuensi, irama dankedalaman nafas, bunyi nafas riwayat


penyakit paru.
e. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah
lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap
waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan,
persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai
nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian
tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan
penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.

f. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana
keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya.
Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-
psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya
kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap
diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,
gugup atau relaks.
h. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan dll.
i. Pola Reproduksi/Seksual

17
di

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan


dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual,
pemeriksaan genital.
j. Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress danpenggunaan
systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.
k. Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan
budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit(Perry,2005)(Asmadi, 2008).

K. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges(2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosakeperawatan
sebagaiberikut
a. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi
b. Resiko kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual,
muntah dan anoreksia
c. Resiko ketidak seimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan munta
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri

18
di

L. Pathway Gastritis
Tabel 2.2
Obat-obatan (NSIAD, aspirin, H.phylori Kafein
Sulfanomida steroid, digital)
Melekat pada epitel lambung Me produksi
Membantu pembentukan sawar bikoarbonat (HCO3̄)
Mukosa lambung Menghancurkan lapisan mukosa
Sel lambung Me kemampuan
Protektif terhadap
asam

Me barrier lammbung terhadap


Asam dan pepsin

Menyebabkan dufusi kembali

Asam lambung & pepsin

Inflamasi Erosi mukosa

Lambung
Nyeri epigastrium

me tonus & peristaltik mukosa kehilangan


Gangguan rasa Me sensori lambung integritas jaringan
nyaman : nyeri untuk makan

refleks isi deudenum Pendarahan


Anoreksia

Mual dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut
Perubahan nutrisi
Muntah Defisit volume
kurang dari kebutuhan
cairan dan elekrolit

19
di

M. FokusIntervensi Dan Rasional


Menurut Doenges(2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosakeperawatan
dengan intervensi dan rasional sebagaiberikut:
a. Kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual, muntah
dan anoreksia.
Intervensi :
1) Catat karakteristik muntah atau drainase Rasional: membantu dalam
membedakan penyebab stress gaster
2) Monitor tanda vital
Rasional: perubahan tensi darah dan nadi dapat digunakan perkiraan
kasar kehilangan darah.
3) Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat
badan. Ukur kehilangan darah atau cairan melalui muntah.
Rasional: memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
4) Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan saatdefekasi.
Rasional: aktivitas atau muntah meningkatkan tekanan antara
abdominal.
5) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional: mencegah reflek gaster pada aspirasi antasida dimana dapat
menyebabkan komplikasi paru.
6) Kolaborasi dengan tim dokter dengan memberikan obat sesuai indikasi.
b. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi
Intervensi:
1) Kaji nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki
dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan dan perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi dan intervensi.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler
Rasional: Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.
3) Dorong ambulasi dini.

20
di

Rasional: Meningkatkan normalisasi fungsi organ, merangsang


peristaltik dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

4) Berikan aktivitas hiburan


Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan
iritasi gaster/muntah
c. Resiko terhadap perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi:
1) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
perubahan nutrisi.
2) Auskultasi bising usus
Rasional: Membantu dalam menentukan respon untuk makan atau
berkembangnya komplikasi.
3) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur.
Rasional: Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien
terhadap nutrisi yang diberikan.
4) Konsultasi dengan ahli gizi.
Rasional: Merupakan sumber efektif untuk mengidentifikasikebutuhan
nutrisi
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
nyeri.
Intervensi:
1) Awasi respon fisiologis misal: takipnea, pusing.
Rasional: Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
2) Dorong pernyataan takut, berikan umpan balik
Rasional: Membuat hubungan terapiutik.
3) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
Rasional: Memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan
relaksasi, dapat meningkatkan ketrampilan koping.
4) Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional: Membantu menurunkan takut

21
di

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Identitas klien terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal MRS, dan informasi apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi
selain dari klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
2) Factor Predisposisi
3) Faktor Presipitasi
b. Riwayat Kesehatan saat ini (PQRST)
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian.
c. Riwayat Kesehatan terdahulu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardivaskuler, paru, DM, neorologis, atau penyalahgunaan obat dan
alcohol.
d. Riwayat Penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungaan dengan kesehatan klien,
meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit
keturunan.
e. Catatan penanganan kasus (dimulai saat pasien dirawat di ruang rawat samapai
pengambilan kasus kelolaan).
3. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)
a. Peningkatan Kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan dan praktek
pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu,
perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
b. Nutrisi

22
di

Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi makanan dan


cairan, tipeuntake makan dan minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin
makanan.Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus berlebihan.
c. Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB/BAK
frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
d. Aktivitas
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan energy, tipe dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
e. Presepsi /Kognitif
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri,
fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecap dan
pembau sensasi perabaan, kesemutan.
f. Persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social, kepuasan dan
ketidakpuasan dengan peran.
g. Peran hubungan
Meliputi hubungan interkasi klien terhadap lingkungan sekitar, perawat dan dokter
h. Seksualitas
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau ketidakpuasan
dengan seks, orientasi seksual.
i. Toleransi dan Koping strees
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau koping
terhadap stress
j. Prinsip Hidup
Prinsip-prinsip yang mendasari perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah-
langkah, adat istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan
intrinsic.
Values: (nilai-nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai.
Beliefs: (kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adat istiadat,
atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik.
k. Keselamatan / Perlindungan

23
di

Aman dari marabahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan atau
kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan Infection: (infeksi) :
Respon-respon setempat setelah invasi Patogenik Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh
yang membahayakan Violence: (Kekerasan) penggunaan kekuatan atau tenaga yang
berlebihan sehingga menimbulkan luka atau siksaan Environmental Hazards: (tanda
bahaya lingkungan) sember-sumber bahaya yang ada dilingkungan sekitar kita
Defensive Processes: (proses mempertahankan diri) proses seseorang
mempertahankan diri dari luar
Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energy di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organisms.
l. Kenyamanan
Meliputi status kenyamanan klien selama perawatan di rumah sakit

4. Pengkajian Review OF System dan pemerikasaan Fisik


a. System Respirasi
b. System Kardiovaskuler
c. System Persyarafan
d. System Perkemihan
e. System Pencernaan
f. System Muskuloskeletal
g. System Integumen
h. System Endokrin
i. System Pengindaraan

5. Diagnosa Keperawaatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul diidentifikasi
untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan data dan menentukan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang
terjadi akibat dari

hasil pengkajian keperawatan. Menurut Judith M (2011) dalam buku saku keperawatan
NANDA NIC NOC, diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dapat

24
di

berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan menelan, mual/muntah, kehilangan selera


makan, dan atau gangguan makan.

6. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan,
dengan ditemukannya diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, maka tujuan dan kriteria hasil serta intervensi Judith (2011) dalam buku
saku keperawatan NANDA NIC NOC dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

25
di

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Nama : Ny. M No. Reg. 569201


Umur : 59 Tahun Tgl. MRS : 09/02/2019
Jenis Kelamin : perempuan Diagnosa : Gastritis erosif
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun 1 RT 003/IBUL BESAR III / PEMULUTAN / KAB.
OGAN ILIR / SUMATERA SELATAN
Penanggung : BPJS

B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri daerah ulu hati sejak 1 bulan yang lalu, nyeri berat sejak 1
hari ini. Mual (+), muntah (-), BAB biasa, BAB berwarna hitam sebelum di rawat
di RSUD BARI PALEMBANG, yaitu klien mengatakan nyeri terjadi saat telat
makan dan yang pedas, nyeri seperti di tusuk-tusuk dan hilang timbul, dengan
skala nyeri 5 (sedang).
b. Upaya yang telah dilakukan
Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi bergerak dan
minum air, namun hanya berefek sementara saja
c. Terapi/operasi yang pernah dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn. M mengatakan tidak pernah dioperasi dan pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan penyakit yang sama. Klien tidak ada riwayat alergi.

26
di

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan, dengan riwayat genogram

? 59 ? ? 50 ? ?

29 25

Gambar 3.1 Bagan Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

X : Meninggal

? : Tidak Diketahui Umur : Klien

: Tinggal Serumah

27
di

4. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : lemah

b. Kesadaran : Tingkat kesadaran composmentis

c. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg N : 92x/menit


S : 36,8ºC P : 22x/menit

d. Berat badan: 48 kg tinggi badan: 155 cm


e. Pemeriksaan body sistem
1) Pernafasan (B1: Breathing)
Hidung terlihat simetris, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada polip, fungsi
penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum.
Bentuk dada simetris, palpasi dada tidak ada massa, suara nafas vesikuler dan
tidak terdapat suara tambahan, perkusi redup.
Klien mengatakan tidak ada keluahan pada pernafasan.
2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah susu. Perkusi
dada redup. Suara jantung : normal S1 dan S2 tunggal regular.
Klien mengatakan tidak ada keluahan pada jantung.
3) Persyarafan (B3: Brain)
Glasgow Coma Scale (GCS) 15 (E : 4, V : 5, M : 6), Klien nampak meringis,
kepala dan wajah simetris, gerakan wajah normal, sklera putih, pupil sama
besarnya kiri dan kanan, kornea bening, bola mata simetris, kelopak mata dapat
membuka dan menutup secara spontan,, fungsi pendengaran normal, fungsi
penciuman normal, fungsi pengecapan normal, fungsi penglihatan normal.
4) Perkemihan-Eliminasi (B4: Bladder)
frekuensi minum klien 4-5x/hari, urine warna kuning bening dengan bau khas
amoniak. Klien mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.
5) Pencernaan-Eliminasi (B5: Bowel)
tidak terdapat peradangan pada mulut, nyeri pada abdomen kuadran kiri atas,
BAB 1 kali/hari dengan konsistensi lunak, klien mengatakan kurang nafsu

28
di

makan, klien mengatakan mual dan muntah. Klien mengatakan ada gangguan
pada pola eliminasi BAB karena warna fesesnya hitam.

6) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)


Pergerakan sendi klien terbatas dengan kekuatan otot kiri dan kakan 5/5, tonus
ototnya baik. Ekstremitas atas tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri persedian,
tidak ada fraktur dan tidak menggunakan alat bantu. Klien mengatakan
kesulitan untuk bergerak karena merasakan nyeri pada abdomen. Warna kulit
merata sawo matang dan merata, klien nampak pucat, tidak ada ikterik, tidak
ada kemerahan dan pigmentasi pada kulit, akral hangat, turgor kulit cukup
kembali dalam waktu ≤ 3detik dan tidak ada jaringan parut, laserasi, ulserasi,
ekimosis dan lepuh, kulit bersih.

7) Sistem endokrin
Klien tidak menggunakan terapi hormon, tidak ada masalah pada sitem
endokrin.

8) sistem reproduksi tidak ada masalah

5. Pola Aktivitas
a. Makan
Frekuensi makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan, jenis menu: nasi, ikan,
sayur yang disediakan Rumah Sakit, klien tidak ada alergi pada makanan, klien
mengatakan mual setelah makan.
b. Minum
Frekuensi minum klien 5-6 gelas/hari, jenis minuman air putih.
c. Kebersihan perorangan
Klien mengatakan selama sakit membersihkan badan dengan mengelap basah saja,
sikat gigi satu kali sehari, klien hanya mengganti pakaian dan dibantu keluarga.
d. Istrahat dan aktivitas
Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan tidur
malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, klien kadang terbangun.

29
di

No Hematologi dan
Hasil Nilai Rujukan
. Kimia darah
1. Hemoglobin 6,2 12,0-14,0 g/dL
2. Eritrosit 3,2 4,0-4,5 10*6/uL
3. Leukosit 10,5 5,0-10,0 10*3/uL
4. Trombosit 734 150,0-400,0 10*3/uL
5. Hematokrit 22 37,0-43,0 %
6.
Hitung jenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 2 1,0-3,0 %
-Batang 0 2,0-6,0 %
-Segmen 68 50,0-70,0 %
-Limfosit 23 20,0-8,0 %
-Monosit 7 2,0-8,0 %
7. Glukosa darah sewaktu 88 <180,0 mg/dL
8. Ureum 28,0 20,0-40,0 mg/dL
9. Creatinine 0,7 0,6-1,1 mg/dL
10. Uric Acid 3,9 2,4-5,7 mg/dL
11. Natrium 138,0 135,0-155,0 mmol/L
12. Kalium 4,89 3,6-6,5 mmol/L
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan 09 Februari 2019
Tabel 3.2

30
di

2. Hasil pemeriksaan gastroscopy


Tanggal pemeriksaan : 13 Februari 2019
Hasil pemeriksaana gastroscopy
Obat premediksi : Xylocaine spray 10%, midazolam 2 gram
Hasil esofagus : skope masuk sampai sedalam 35cm pada kedalaman 30cm-35cm
tampak massa berdungkul-dungkul, yang mengisih hampir 2/3 lumem, dilapisi
mukosa hiperemius, rapuh dan mudah berdarah skope tidak dapat dilanjutkan.
Catatan : Massa Esofagus 1/3 distal curiga keganasan. Disarankanperiksa CA 19-9

D. TERAPI YANG DIBERIKAN


Tabel 3.3
NO OBAT DOSIS GOLONGAN INDIKASI KONTRAINDIKASI
Menurunkan Hipersensitif terhadap
4x1 vial Pompa Proton asam lambung komponen OMZ,
1 Inj Omeprazole
(40 mg) obat maag pada tukak memiliki riwayat
lambung alergi.
Mengatasi
gangguan Hipersensivitas
Vitamin yang
3x1 amp (2 perdarahan terhadap komponen
2 Inj Vit K larut dalam
mg) akibat oleh penyusunan sediaan
lemak
pemberian obat vit K
antikoagulan
3 Inj Ceftriaxone 2x1 vial (1 Antibiotik Mencegah dan Hipersensitif terhadap

31
di

mencegah
antibiotik
infeksi yang
g) sefalosporin cephalosporin dan
disebabkan oleh
Neonatus
bakteri
Hipersensitif terhadap
sucralfate, tidak
Tukak usus
dianjurkan digunakan
duabelas jari,
4 Sucralfate syrup 4x2 (2 g) Antiulcerant oleh anak usia <15
inapepsa obat
tahun, dan hindari
maag
pada pasien gagal
ginjal kronis

E. Daftar Rumusan Masalah


Nama pasien : Ny.M

No. RM : 569201

Ruang Rawat : Penyakit Dalam Perempuan

Tabel 3.4 Perumusan Masalah


No Data Etiologi Masalah

32
di

1 Ds : Gastritis Nyeri akut


− Klien mengatakan nyeri
ulu hati Peradangan mukosa Sekresi asam
− Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk- tusuk dan lambung Iritasi lambung
hilang timbul
− Klien mengatakan nyeri Sensasi nyeri
terjadi saat telat makan dan
makan yang pedas Nyeri Akut

Do :
- Keadaan umum lemah
- Klien nampak meringis
- Skala nyeri 5 (sedang)

- TTV :
TD : 110/80 mmHg,
N :92x/menit,
T: 36,2ºC
RR: 22x/menit

33
di

2 Ds : Gastritis Devisiensi
− Klien mengatakan tidak
Pengetahuan
paham tentang penyakit
penyakitnya saat ini
− Klien mengatakan Perubahan status kesehatan
berharap bisa cepat sembuh
dan bisa beraktivitas seperti
Biasanya
Kurang informasi

Devisiensi Pengetahuan
Do :
- Keadaan umum lemah

- Klien nampak gelisah

- Klien selalu bertanya


tentang kondisinya
Klien terilhat bingung

Daftar masalah keperawatan :

34
di

1. Nyeri Akut
2. Defisiensi Pengetahuan

Prioritas Masalah Keperawatan :


1. Nyeri akut
2. Defisiensi pengetahuan

Diagnosa Keperawatan :
1.nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya
keinginan untuk mencari informasi

35
di

36
di

37
di

38
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. M

No. RM : 569201

Ruang Rawat : Penyakit Dalam Perempuan

Tabel. 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan − Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri, ditandai dengan : keperawatan selama 3x24 jam komprehensif termasuk lokasi,
Ds : diharapkan pain level, pain karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
- Klien mengatakan nyeri ulu hati control, comfort level, dengan faktor presipitasi
- Klien mengatakan nyeri kriteria hasil: − Observasi
seperti ditusuk-tusuk dan hilang 1. Keadaan umum baik nonverbal
timbul Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Klien mengatakan nyeri terjadi 2. Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
pada − Kontrol lingkungan yang dapat
3. Skala nyeri ringan (0-3) mempengaruhi
lambung (kuadran kiri atas)

39
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
Do : nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Keadaan umum lemah kebisingan
− Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Klien nampak meringis
− Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Skala nyeri 5 (sedang) − Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
− Tingkatkan istirahat
- TTV : TD : 110/80 mmHg,
N 92 x/m, RR 22x/m, S : 36,2℃ − Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
pernapasan : 20 dan tindakan nyeri tidak berhasil
0
kali/menit, suhu : 36,2 C
2. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan − Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien tentang proses penyakit yang spesifik

keterbatasan kognitif dan diharapkan Kowlwdge : − Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

kurangnya process, Kowledge : health bagaimana hal ini berhubungan dengan


Behavior anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
keinginan untuk mencari informasi,
ditandai dengan :
Ds : Kriteria Hasil :
− Pasien dan keluarga
− Klien mengatakan tidak paham
tentang

40
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
penyakit penyakitnya saat ini Menyatakan pemahaman tentang − Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
− Klien mengatakan tidak penyakit, kondisi, prognosis dan muncul pada penyakit, dengan cara yang
mengerti cara pengobatan yang program pengobatan tepat
diberikan untuk penyembuhan - Pasien dan keluarga mampu − Gambarkan proses penyakit, dengan cara
penyakitnya melaksanakan prosedur yang tepat
− Klien mengatakan berharap bias yang dijelaskan secara benar − Identifikasi kemungkinan penyebab,
cepat sembuh dan bisa beraktivitas dengna cara yang tepat
seperti biasanya − Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Do : − Hindari harapan yang kosong
- Keadaan umum lemah − Sediakan bagi keluarga
- Klien nampak gelisah informasi tentang kemajuan pasien
- Klien selalu bertanya tentang dengan cara yang tepat
kondisinya − Diskusikan perubahan gaya hidup yang
- Klien terilhat bingung mungkin
− diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa

41
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
− Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas
− lokal, dengan cara yang tepat

42
G. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Ny. M

No. RM : 569201

Ruang Rawat : Penyakit Dalam Perempuan

Tabel. 3.6 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

HARI,
DIAGNOSA TANGGAL
IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN DAN JAM
1. 12/02/2019 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
komprehensif termasuk lokasi, Klien mengatakan nyerinya hilang timbul perlahan
09.00 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas berkurang
dan faktor presipitasi
Hasil : Skala nyeri 5 (sedang), Sifat
keluhan :
Terus menerus dan hilang timbul,
Lokasi penyebaran : pada ulu hati

43
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
2. Mengobservasi reaksi nonverbal O:
dari ketidaknyamanan Keadaan umum baik
Hasil : Klien Nampak meringis
Klien Nampak tenang

3. Menggunakan teknik komunikasi Palpasi nyeri abdomen


terapeutik untuk mengetahui Skala nyeri 4 (sedang)
pengalaman nyeri pasien
TTV : TD : 110/70 mmHg,
Hasil : Komunikasi
nadi : 84 kali/menit,

terbina pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 370C

4. Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi nyeri seperti suhu A: masalah teratasi sebagian
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Hasil : klien ditemani 2 orang P : intervensi dilanjutkan
keluarganya - Kaji skala nyeri klien
- Atur posisi yang nyaman bagi klien
- Anjarkan tehnik relaksasi
- Kolaborasi dalam permberian analgetik

44
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN

5. Mengajarkan tentang teknik non


farmakologi
Hasil :Teknik relaksali nafas dalam

6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
Hasil : injeksi ranitidine 1 ampul/8
jam/IV, injeksi ketorolac 1 ampul/12
jam/IV
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Hasil : Masih proses reaksi mengurangi
nyeri dari obat yang di berikan dan
teknik nafas dalam yang di ajarkan

64

45
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
8. Tingkatkan istirahat Hasil :
Klien mendengarkan instruksi yang di
berikan
9. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. 13/02/2019 1. Berikan penilaian tentang S : Klien mengatakan mengerti


tingkat pengetahuan
09.00 pasien tentang proses penyakit

46
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
yang spesifik Hasil: sedikit tentang penyakitnya
Klien tidak paham tentang penyakitnya Klien mengatakan berharap
saat ini
ingin cepat sembuh dan bias
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan Pulang
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
Hasil :

O:
HE tentang Gastritis Keadaan umum baik

Klien terlihat tenang


3. Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan Klien kooperatif dalam

cara yang tepat Komunikasi


Hasil :
Klien dapat menyebutkan

tetang proses penyakitnya

47
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DAN JAM
TAN
HE tentang Gastritis yang telah di berikan

pendidikan kesehatan
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
Hasil :

A: masalah teratasi sebagian


HE tentang Gastritis

5. Identifikasi kemungkinan P: intervensi dilanjutkan


penyebab, dengan cara yang tepat - Kaji adanya alergi makanan
Hasil : - Anjurkan pasien meningkat intake
- Anjurkan pasien membuat catatan harian.
Klien mengatakan saat telat makan akan - Kolaborasi dengan ahli gizi adanya jumlah
merasakan nyeri pada abdomen kalori & nutrisi yang dibutuhkn pasien
6. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Hasil :

HE

48
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DAN JAM
TAN
7. Hindari harapan yang kosong
Hasil :
Pemberian informasi yang tepat dan
mudah di pahami klien
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat Hasil :
Menginformasikan perkembangan
Klien pada keluarga
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Hasil :

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan kepada pasien dengan asuhan
keperawatan pada ny. M dengan Gastritis erosif. Asuhan keperawatan tersebut diterapkan
sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menggali informasi dari pasien
ruangan (autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien (alloanamnesa) serta dengan data-
data rekam medic pasien yang selalu digunakan dalam aspek atau tindakan yang pernah
dilakukan terhadap pasien.

Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019 didapatkan bahwa tanda-
tanda vital pasien Ny.M : TD 110/80 mmHg, Nadi 88x/menit, T 36,5ºC, dengan keluhan
nyeri ulu hati, diagnose dokter yaitu penyakit gastritis erosif.

Dari pemeriksaan laboratorium dan endoscopy, didapatkan hasil:

1. Pemeriksaan laboratorium

Tanggal pemeriksaan: 09 Februari 2019

No Hematologi dan Hasil Nilai Rujukan


. Kimia darah
1. Hemoglobin 6,2 12,0-14,0 g/dL
2. Eritrosit 3,2 4,0-4,5 10*6/uL
3. Leukosit 10,5 5,0-10,0 10*3/uL
4. Trombosit 734 150,0-400,0 10*3/uL
5. Hematokrit 22 37,0-43,0 %
6. Hitungjenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 2 1,0-3,0 %
-Batang 0 2,0-6,0 %
-Segmen 68 50,0-70,0 %
-Limfosit 23 20,0-8,0 %
-Monosit 7 2,0-8,0 %
7. Glukosa darah sewaktu 88 <180,0 mg/dL
8. Ureum 28,0 20,0-40,0 mg/dL
9. Creatinine 0,7 0,6-1,1 mg/dL
50
10. Uric Acid 3,9 2,4-5,7 mg/dL
11. Natrium 138,0 135,0-155,0 mmol/L
12. Kalium 4,89 3,6-6,5 mmol/L

2. Pemeriksaan Endoskopi

Tanggal pemeriksaan : 13 Februari 2019

Hasil Pemeriksaan Gastroscopy

Obat Premedikasi : Xylocaine spray 10%, midazolam 2 mg

Hasil: Esofagus : skope masuk sampai sedalam 35 cm pada kedalaman 30 c0-35 cm


tampak massa berdungkul-dungkul, yang mengisi hampir 2/3 lumen, dilapisi mukosa
hiperemius, rapuh dan mudah berdarah skope tidak dapat dilanjutkan.

Catatan : Massa Esofagus 1/3 distal curiga keganasan. Disarankan periksa CA 19-9

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifkasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (a. Carpenito, 2000)

Setiap pasien memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Namun sebagian besar mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan yang berbeda akan
menimbulkan diagnose keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah diagnose
keperawatan pada pasien dengan penyakit gastritois erosif, pada pasien kelolaan ini
didapatkan diagnose keperawatan sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan selera
makan, mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan kulit kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa
kering, peningkatan hematokrit.

51
c. Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan makan kontaminan ditandai
dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari, ada
dorongan.
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan ditandai
dengan nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual, muntah.
e. Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa
asam dimulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis ditandai dengan nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif,
ketidakmampuan mencerna makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa
pucat.

C. Intervensi Keperawatan

Pada rencana keperawatan lebih menekankan untuk mengatasi diagnosa yang muncul
lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan kolaborasi daripada tindakan
mandiri dengan tujuan dapat mencapai keberhasilan dalam hal perawatan pasien dengan
diagnose penyakit gastritis erofis. Pada pasien kelolaan lebih diutamakan untuk mengstasi
nyeri ulu hati yang dialami. Untuk mengatasi nyeri maka dilakukan Nyeri akut
berhubungan dengan Agen injuri, ditandai dengan mual,muntah, dan feses berwarna hitam.
Untuk mengatasi gangguan gastritis erosif dengan pemberian obat analgetik. Serta pada
tindakan ini diberikan cairan RL dengan gtt 20x/m, omeprazole, vitamin k, ceptriaxone,
sucralfate syrup.

D. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilaksanakan kelompok sesuai dengan rencana keperawatan


yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan, kami membuat rencana keperawatan dan
setiap kali berinteraksi dengan klien kami mengevaluasi kemampuan klien sesuai criteria
hasil dan indicator yang telah kami buat. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai
shift dinas yang ada (pagi,siang, dan malam). Tindakan keperawatan dilakukan dalam
waktu tiga hari dan intervensi dihentikan karena klien sudah diperbolehkan pulang.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian tujuan dan
kriteria hasil. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan
52
dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum dilakukan pertukaran shift. Evaluasi yang
kami lakukan sesuai dengan teoritis yakni berdasarkan analisa SOAP (subjektif, objektif,
analisis, planning). Planning diberhentikan karena pasien diperbolehkan pulang.

Pendokumentasian yang kami lakukan dengan melakukan pencatatan setiap respon


perkembangan pasien mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi hasil tindakan. Dalam diagnosa
keperawatan nyeri akut, tampak klien mengalami perubahan selera makan, mual, dan
kekurangan volume cairan. Walaupun masalah belum teratasi dan klien masih mengalami
nyeri, tetapi pada hari ke 3 pengkajian tampak skala nyeri mulai berkurang.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

53
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Gastritis Erosif
diruang penyakit dalam perempuan RSUD Palembang BARI, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada asuhan keperawatan pada klien dengan Gastritis Erosif
difokuskan pada masalah yang dialami klien dengan dibandingkan teoritis
yang ada, pengkajian ini dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019.
2. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.M dengan penyakit Gastritis
Erosif, diagnosa yang muncul pada dasarnya sudah sesuai dengan diagnosa
yang ada dalam asuhan keperawatan teoritis.
3. Dalam pemberian implementasi yang dilakukan selama tiga hari pencapaian
target yang diinginkan telat tercapai.
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan karena
adanya kerjasama, baik itu diantara perawat atau petugas kesehatan lain
dengan pasien itu sendiri.
B. Saran
1. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
melalui intravena yang dapat diterapkan dan memberikan edukasi kepada
pasien dengan penyakit Gastritis Erosif.
2. Bagi AKPER Poltekkes Palembang
Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk menambah referensi secara teoritis
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan penyakit Gastritis Erosif.
3. Bagi pasien
Diharapkan pasien dengan adanya informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dapat mengerti dan mau melakukan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker.C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan, (edisi bahasa Indonesia), ahli bahasa


Andry Hartono et al. Jakarta : EGC.

Hadinegoro S, et al., 2008. Tatalaksana Gastritis Di Indonesia.

54
Jakarta: Depkes RI pp.89-97

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Jilid 2. Salemba Medika

Khair.2013.Penanganan Gastritis. Jakarta : Salemba

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pengangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Gastritis. Sagung Seto: Jakarta

55
D. SOP Simulasi Injeksi Intravena (IV)

1. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan injeksi intravena dengan baik dan benar.

Kompetensi Khusus

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

3. Mengetahui teknik injeksi intravena dengan tepat


4. Menyebutkan tujuan injeksi intravena dengan tepat
5. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukannya injeksi intravena dengan
benar
6. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melakukan
injeksi intravena dengan benar
7. Mendokumentasikan tindakan injeksi intravena dengan benar

2. Startegi Pembelajaran

• Belajar dan latihan mandiri


• Belajar secara kelompok sesuai jadwal ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum

3. Persyaratan

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasi ilmu dasar anatomi fisiologi pada system
kardiovaskuler.

Sebelum berlatih mahasiswa harus :

b. Mempelajari kembali prosedur praktikum mencuci tangan


c. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang komunikasi pada pasien
d. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang memakai dan melapas sarang
tangan

56
4. Pengertian injeksi Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah
yang menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ).
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah,
obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat.
Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek
yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001).

Lokasi injeksi Intravena


 Pada lengan (vena basilika dan vena sefalika )
 Pada tungkai ( vena safena )
 Pada leher ( vena jugularis )
 Pada kepala ( vena frontalis atau vena temporalis)

Indikasi pemberian obat melalui intravena:

 Pada seseorang dengan penyakit berat obat melalui intravena langsung masuk
ke dalam jalur peredaran darah.
 Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas).
 Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
 Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan
cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai

57
Macam-macam pemberian obat Intravena

1. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ),
vena frontalis / temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung
masuk pada pembuluh darah.
2. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat
kedalam media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
2. Daftar Penilaian Prosedur Kerja
Prosedur Penilaian Injeksi Intravena (IV)

No Kegiatan Ya Tidak Perlu latihan Catatan

1 Tahap Pra Interaksi


1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat :
- Buku catatan pemberian obat
- Obat injeksi vial/ampul untuk
intravena atau sesuai instruksi
dokter
- Spuit 3 cc / 5 cc
- Bak instrument
- Kom kecil berisi kapas alkohol
- Handscoon
- Bengkok
- Torniquet
- Perlak atau pengalas
- Kassa
- Plester

58
2 Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien
4. Jaga privasi pasien

3 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dengan prinsip 5
benar ( benar obat, benar dosis,
benar pasien, cara pemberian dan
waktu pemberian )
3. Pasang Handscoon
4. Pasang perlak / pengalas dibawah
lengan atau tungkai tempat vena
yang telah dipilih untuk penusukan
5. Pasang tourniquet sedikit mungkin
disekitar area penusukan.
6. Pilih area penusukan yang bebas
dari tanda kekakuan, peradangan,
atau rasa gatal. Menghindari
gangguan absorbs obat atau cidera
dan nyeri yang berlebihan.
7. Bersihkan area penusukan dengan
menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah
dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm. tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi sari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
8. Pegang kapas alkohol, dengan jari-
jari tengah pada tangan non
59
dominan.
9. Buka tutup jarum tarik kulit
kebawah kurang lebih 2,5 cm
dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan. Membuat
kulit menjadi lebih kencang dan
vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang
jarum pada posisi 30.
10. Rendahkan posisi jarum sejajar
kulit dan teruskan jarum ke dalam
vena.
11. Lakukan aspirasi dengan tangan
non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik
plunger.
12. Observasi adanya darah pada spuit
13. Jika ada darah, lepaskan tourniquet
dan masukan obat perlahan-lahan
14. Keluarkan jarum dengan sudut
yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan.
15. Tutup area penusukan dengan
menggunakan kassa steril yang
diberi betadin.
16. Kembalikan posisi pasien.
17. Buang peralatan yang sudah tidak
diperlukan kedalam bengkok.
18. Buka handscoon.
19. Cuci tangan.
4 Tahap Terminasi
60
1. Jelaskan pada pasien bahwa injeksi
intravena telah selesai dilakukan.
2. Evaluasi prosedur pelaksanaan dan
hasilnya.
3. Catat prosedur, jenis obat, waktu,
nama pasien, dan hasil dalam
dokumentasi keperawatan.

61

Anda mungkin juga menyukai