Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

OBAT ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK

DISUSUN OLEH :

JELI LAMONGE (0221202013)


ERLISA TANGAHU (0221202009)
NADYA RAHMAWATI IMBAN (0221202020)
ANATASYA NUR AVIVA (0221202002)
MAJAAN WINGGA ABANTO (0221202036)
WINYASTUTI MOKOAGOW (0221202037)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya maka kami telah menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul obat
analgetik dan antipiretik. Dalam pembahasannya, makalah ini membahasa tentang
cara kerja obat, dosis, efek samping, cara penggunaan ibu hamil dan menyusui
dan terapi.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa hormat dan terima kasih.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Cara Kerja Obat Dan Dosis Obat ............................................................. 3
B. Efek Samping Dan Bahaya Obat Analgetik-Antipiretik .......................... 6
C. Penggunaan Analgetik-Antipiretik Dalam Kehamilan ........................... 7
D. Obat Kelas Terapi Analgesik Dan Antipiretik ......................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan .............................................................................................. 12
B. Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian
obat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa
kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat
sekaligus dalam satu periode (polifarmasi ) digunakanbersama-sama. Interaksi
obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam
tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan
lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat
diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat
juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan
obat.
Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Golongan obat ini
menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadfi
PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang
berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja obat dan dosis obat ?
2. Apa efek samping dan bahaya obat analgetik-antipiretik ?
3. Bagaimana penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan ?
4. Bagaimana obat kelas terapi analgesik dan antipiretik ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja obat dan dosis obat
2. Untuk mengetahui efek samping dan bahaya obat analgetik-antipiretik
3. Untuk mengetahui penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan
4. Untuk mengetahui obat kelas terapi analgesik dan antipiretik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. CARA KERJA OBAT DAN DOSIS OBAT


Obat yang termasuk ke dalam golongan analgetik dan antipiretik adalah
paracetamol dan obat-obatan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).
Obat golongan ini bisa digunakan untuk meredakan nyeri, terutama yang
disebabkan oleh peradangan, sekaligus bisa mengatasi demam.
Obat golongan analgetik - antipiretik dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
pada radang sendi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, atau nyeri setelah
operasi. Namun, obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka
panjang, karena berisiko menyebabkan efek samping yang serius.
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang temasuk dalam golongan analgetik-
antipiretik, beserta merek dagangnya:
1. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat jenis analgetik dan antipiretik
yang dijual bebas atau bisa didapatkan tanpa resep dokter. Paracetamol diketahui
bekerja pada pusat pengaturan suhu yang ada di otak untuk menurunkan suhu
tubuh. Obat ini juga menghambat produksi zat penyebab peradangan, sehingga
bisa meredakan nyeri.
Bentuk obat : Tablet, kaplet, sirop, drop, infus, suppositoria
Merek dagang : Hufagesic, Mixagrip Flu, Naprex, Panadol, Paramex SK Paramol,
: anmol, Sumagesic, Tempra, Termorex, Poro
Dosis dan Aturan Pakai Paracetamol (Acetaminophen)
Dosis umum paracetamol berdasarkan bentuk sediaan, tujuan pengobatan, dan
usia pasien adalah:
Obat minum (oral)
Tujuan: Meredakan demam dan nyeri
Dewasa: 500–1.000 mg, diberikan setiap 4–6 jam sekali. Dosis maksimal 4.000
mg per hari.

3
Bayi dan anak-anak: (dosis untuk 1 kali minum)
- Bayi usia 3–5 bulan: 60 mg
- Bayi usia 6–23 bulan: 120 mg
- Anak usia 2–3 tahun: 180 mg
- Anak usia 4–5 tahun: 240 mg
- Anak usia 6–7 tahun: 240–250 mg
- Anak usia 8–9 tahun: 360–375 mg
- Anak usia 10–11 tahun: 480–500 mg
- Anak usia 12–15 tahun: 480–750 mg
- Anak usia ≥16 tahun: 500–1.000 mg
Pada anak-anak, paracetamol oral dapat diberikan setiap 4–6 jam sekali.
Pemberian obat maksimal 4 kali sehari.

2. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)


Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat antiinflamasi
nonsteroid adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat zat penyebab
peradangan, yaitu prostaglandin. Perlu diketahui bahwa beberapa obat NSAIDs
lebih banyak digunakan sebagai analgetik dari pada antipiretik.
Beberapa obat yang termasuk obat NSAIDs adalah:
1. Aspirin
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Aspirin, Naspro, Nogren, Poldan Mig, Remasal

2. Ibuprofen
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirop, suntik
Merek dagang: Anafen, Arbupon, Arthrifen Plus, Axofen, Bodrex Extra, Bodrexin
IBP, Brufen, Hufagripp TMP, Ibuprofen, Intrafen, Ifen 400, Neo Rheumacyl,
Novaxifen, Oskadon SP, Paramex Nyeri Otot, Peinlos 400, Procold, Proris
3. Naproxen
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Alif 500, Xenifar

4
4. Ketoprofen
Bentuk obat: Tablet salut selaput, kapsul, suntik, suppositoria, gel
Merek dagang: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam, Kaltrofen,
Nasaflam, Profenid
Ketoprofen lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun
demam..

5. Diclofenac
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suntik, gel, tetes mata, suppositoria
Merek dagang: Aclonac, Cataflam, Clofecon, Diclofenac Potassium, Diclofenac
Sodium, Eflagen, Exaflam, Fenavel, Hotin DCL, Kaflam, Lafen, Scantaren,
Simflamfas, Voltadex, Voltaren, Zelona
Diclofenac lebih banyak digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun
demam.

6. Piroxicam
Bentuk obat: Tablet, kapsul, gel
Merek dagang: Artimatic 10, Benoxicam, Counterpain PXM, Denicam 20,
Faxiden, Flaxicam, Infeld 20, Lanareuma, Genroxi, Lexicam, Miradene,
Piroxicam, Pirocam, Roxidene 20, Robilex-20, Rosic 20, Scandene Plus,
Tropidene, Wiros, Yasiden 10
Piroxicam lebih umum digunakan sebagai pereda nyeri daripada pereda demam.

7. Meloxicam
Bentuk obat: Tablet, tablet salut selaput, suppositoria, suntik
Merek dagang: Flamoxi, Fri-Art, Hexcam, Mecox, Melocid, Meloxicam,Ostelox,
X-Cam
Meloxicam lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada penurun demam.
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan
kunjungi laman meloxicam.

5
8. Ketorolac
Bentuk obat: Tablet, suntik
Merek dagang: Dolac, Erphapain, Etofion, Farpain 30, Ketoflam, Ketorolac
Trometamol, Ketorolac Tromethamine, Ketosic, Ketrobat 30, Lactor, Lantipain,
Lantipain 30, Latorec, Matolac, Quapain, Rativol, Remopain 3%, Rindopain,
Scelto 30
Ketorolac lebih sering digunakan sebagai pereda nyeri daripada pereda demam.

9. Asam mefenamat
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suspensi
Merek dagang: Allogon, Asmef, Benostan, Bimastan, Corstanal, Costan, Datan
Forte, Dogesic, Dolorstan, Fargetix, Femisic, Freedol, Inastan, Lapistan,
Mefenamic Acid, Mefinal, Mefinter, Nemic 500, Novastan, Opistan, Omestan,
Ponstan,Trifastan, Tropistan

10. Metamizole
Bentuk obat: Tablet, kapsul, suspensi
Merek dagang: AntalginPIM, Antrain, Defalgin, Emmer, Infalgin, Licogin,
Lexagin, Mixalgin, Metamidon, Metamizole sodium, Metamizole Sodium
Monohydrate, Metzol, Novalgin, Norages, Pragesol, Pronto, Ramalgin,
Santagesik, Trifalgin, Unigin

B. EFEK SAMPING DAN BAHAYA OBAT ANALGETIK-ANTIPIRETIK


Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat analgetik dan antipiretik
berbeda-beda, tergantung pada jenis obat analgetik-antipiretik yang digunakan dan
kondisi pasien secara menyeluruh. Berikut ini adalah beberapa efek samping yang
dapat timbul :
- Sakit perut atau nyeri ulu hati
- Mual
- Muntah
- Diare

6
- Konstipasi
- Telinga berdenging

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping yang terjadi tidak kunjung
membaik. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
mengalami efek samping yang lebih serius, seperti :
- Lemah atau mati rasa di satu sisi tubuh yang terjadi mendadak
- Nyeri dada kiri yang menjalar ke lengan atau dagu, keringat dingin, mual,
dan napas pendek
- Sakit perut atau sakit kepala yang parah
- Mual dan muntah-muntah yang parah
- Muntah mengandung darah atau feses berwarna hitam
- Muncul banyak memar tanpa sebab yang jelas
- Perdarahan yang sulit berhenti
- Gangguan penglihatan atau pendengaran
- Pembengkakan di kaki atau pergelangan kaki
- Penyakit kuning

C. PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK DALAM KEHAMILAN


Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil
harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat
menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya
dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam
beberapa situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik,
teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada
saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa
kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari
janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah
kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya

7
malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ
janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan
pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin
dalam..kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini
obat dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8
minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan
organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya
malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan
bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ
dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda.
Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan
tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya
jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase
deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah)

Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
- Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru
muncul kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
- Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
- Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi
anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata
teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
- Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini
terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk
senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan

8
pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-
organ.

Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan
dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-
otot dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang
tidak berkaitan dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya
dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan
proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian
yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan
jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian obat NSAID ( Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya
dihindari pada wanita hamil. Obat-obat tersebut menghambat sintesis
prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan
penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat
agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID
selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama
beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari.
Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac, diffunisal, ibuprofen,
indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, nabumeton, naproxen,
phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam
tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa
prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat
memperpanjang masa kehamilan.

D. OBAT KELAS TERAPI ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK


Obat kelas terapi ini dapat dibedakan menjadi berbagai sub kelas terapi
analgesik, analgesik-antipiretik, antiinflamasi nonsteroid, dan antipirai. Selain itu
dapat dibedakan menjadi sub kelas terapi analgesik antipiretik, analgesik opioid,
dan antiinflamasi nonsteroid dan antipirai.

9
Analgesik narkotik juga disebut analsgesik opioid (serupa opium) adalah
analgesik yang berasal dari opium yang menunjukkan efek analgesik serupa
morfin; dengan dosis terapi, analgesik narkotik dapat mengatasi rasa sakit yang
parah, tanpa efek depresi yang menyeluruh.
Seperti pada anastesi umum, tetapi dosisnya yang tinggi morfin bersifat
depresan umum; hampir semua sakit dan nyeri dapat dihilangkan, kecuali sensasi
kulit.
Sebutan analgesik pada narkotika dimaksudkan agar mendapatkan perhatian
yang sangat khusus dengan pengawasan yang ketat, cermat teliti dan seksama.
Tidak hanya dalam penggunaan terapi, tetap juga dalam pengelolaannya. Dengan
pertimbangan terhadap salah penggunaan dalam terapi dan penyalah gunaan di
luar terapi.
Di antara anlgesik narkotik, morfin tetap merupakan analgesik narkotik yang
paling digunakan terutama untuk terapi nyeri yang tak tertahankan, walaupun
sering menimbulkan mual dan muntah; selain itu, menghilangkan rasa nyeri,
morfin juga dapat menimbulkan kondisi euforia dan gangguan mental. Morfin
dijadikan obat pilihan untuk terapi oral nyeri berat pada perawatan terminal.
Analgesi narkotika di antaranya; fentanil, kodein, morfin dan sufentanil.
Analgesik non-narkotik meliputi sub kelas terapi analgesik-antipiretik,
antiinflamasi nonsteroid dan subkelas terapi antipirai. Analgesik-antipiretik
merupakan satu golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa
nyeri ringan hingga sedang, demma, dan di antaranya juga untuk mengatasi
peradangan.
Efek analgesiknya terhadap rasa nyeri diduga bersifat efek perifer, begitu pula
dalam hal peradangan, juga bersifat efek perifer. Sedangkan efeknya terhadap
demam berpengaruh pada hipotalamus, yaitu pusat pengatur suhu tubuh.
Efeknya terhadap peradangan diduga terjadi penghambatan pada sintesis
prostaglandin. Selain itu, prostaglandin juga dapat menurunkan suhu tubuh, dan
penurunan suhu demam diperkirakan adanya penghambaran sintesis prostaglandin
pada hipotalamus. Vasodilasivaskus perifer meningkatkan peredaran darah dan
keringat sehingga panaspun hilang.

10
Efek analgesik antipiretik tidak sekuat efek analgesik narkotika, sehingga
analgesik-antpiretik hanya cocok untuk terapi rasa nyeri ringan hingga sedang,
terutama untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri sendi, dan nyeri integumen lain;
dapat pula digunakan untuk rasa nyeri ringan hingga sedang pada pasca-besalin
dan pasca bedah, dan terapi beberapa rasa nyeri daerah visera yang responsif
terhadap obat itu.
Namun yang perlu diperhatikan obat itu tidak cocok dan berguna untuk terapi
rasa nyeri yang parah. Sekalipun, kadang-kadang masih efektif untuk beberapa
pasien. Khususnya untuk terapi demam, analgesik-antipiretik dapat dijadikan obat
pilihan untuk mengatasi demam.
Pilihan analgesik, antipiretik antiinflamasi nonsteroid, dan antipirai
bergantung dari efektifitas, keamanan, sediaan, dan respon pasien; di antaranya
yang paling banyak digunakan meliputi asam astilsalisilat (asetosal) dan
asetaminofen. Keduanya memiliki efek farmakologi dan efek sampingnya,
sehingga yang satu lebih sesuai dibandingkan yang lain.
Obat kelas terapi analgesik non-narkotik meliputi: asam mefenamat, asetosal,
benoksilat, benzidamin, hidroklorida, carisoprodol, deksketoprofen, trometamol,
dietilamin salisilat, diflunisal, etorikoksib, eugenol, fenazopiridin hcl, fenbufen,
fenilbutason, ibuprofen, indometasin, isoprin, isopropilfenazon, kafein, kalium
diklofenak, ketoprofen, ketorolak trometamin, kurkuminoid, loksoprofen anhidrat,
meloksikam, metampiron, metilsalisilat, naproksen, natrium diklofenak,
nopoksamin, novamin sulvonikum, parasetamol, piramidon, piroksikam,
propifenazon, tenoksikam, tinoridin, tramadol hcl, valdekoksib.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi
semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat menimbulkan
efek samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai
dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit
diberikan. Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim kesehatan harus
berlatih “care” untuk meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan obat.
Sebagai salah satu dari tim kesehatan, seyogyanya harus paham betul akan
pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan tujuan
minimal. Dan berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan :
- Mengkaji kondisi pasien
- Mengobservasi kerja obat dan efek samping obat.
- Memberikan pengetahuan tentang indikasi obat dan cara penggunaannya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai meteri yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah yang berjudul “obat analgetik dan antipiretik” tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu kami banyak berharap
bagi para pembaca agar bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kami
demi sempurnanya makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta :
EGC. dr. Theodorus. _______. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta :
EGC.
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology). Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta : Salemba Medika.
Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008.
Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai