Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FARMAKOLOGI

TENTANG

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN INDIKASINYA

DISUSUN OLEH :

1. Mahendri ega kaka


2. Debora D. Tamar
3. Desiani P. Lemba
4. Jefris Ndula Andung
5. Arman Nggara Limu

TINGKAT 1 B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

TAHUN 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1  Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3   Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Analgesik......................................................................................................................................6
2.2 apoid...........................................................................................................................................9
2.3 Obat Rekreasi............................................................................................................................11
2.4 Obat Entheogenic......................................................................................................................12
2.5 Obat peningkatan performa......................................................................................................12
2. 6 Obat psychiatric.......................................................................................................................14
2.7 Obat Antidepresan....................................................................................................................15
2.8 Obat diare.................................................................................................................................16
2.9 Obat diuretik.............................................................................................................................17
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................25
3.1    Simpulan................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................26
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENGOLONGAN
OBAT BERDASARKAN INDIKASINYA ” dengan baik dan tepat pada waktu yang
ditentukan.

Adapun makalah proses keperawatan kami susun guna memenuhi tugas FARMAKOLOGI.
kelompok kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini sehingga
makalah ini tersusun baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian.

Waingapu,19 Februari 2020

                                                        
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telahditemukan


dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut jugasemakin banyak
(Depkes RI, 2008). Kemajuan yang pesat di bidang kedokterandan farmasi telah
menyebabkan produksi berbagai jenis obat meningkat sangattajam. Setiap perilaku kesehatan
dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektifsalah satunya dari faktor predisposisi antara lain
pengetahuan, sikap, dan persepsi(ISFI, 2008).Obat pada dasarnya merupakan bahan yang
hanya dengan takaran tertentudan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa,mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes
RI,2008).

Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya


dapatmembahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan tepat dan benarmaka
diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadiseminimal mungkin
(ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat,harus diketahui sifat dan cara
pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan aman(Depkes RI, 2008).Kebutuhan informasi
obat erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikappengunjung apotek (Green et al., 1980).
Ketidakpahaman pasien karenakurangnya pengetahuan terhadap terapi yang sedang
dijalaninya akanmeningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya
(Perwitasari,2010). Faktor tersebut biasanya karena kurangnya informasi mengenai
pengobatandan hal-hal tentang obat, maka pasien melakukan self-regulation terhadap
terapiobat yang diterimanya (Depkes RIa, 2007). Pelayanan informasi obat harus benar,jelas,
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan terkini sangat diperlukandalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien (Vinker et al, 2007).Sumber informasi obat bisa
didapatkan secara tulisan, verbal dan lain-lain(Maesadji, 2007).
1.2 Rumusan Masalah

Adapun  rumusan  masalah  yang  terdapat  dalam makalah ini:

1. Macam-macam penggolongan obat berdasarkan indikasinya.

1.3   Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis obat berdasarkan indikasinya


2. Dan untuk menambah pengetahuan tentang obat berdasarkan indikasinya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analgesik

Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit akibat radang sendi, operasi,
cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram menstruasi, dan nyeri otot.Ada berbagai jenis obat
analgesik. Misalnya golongan opioid (opium) seperti Oxycontin (oxycodone), Dolophine atau
Methadose (methadone), Dilaudid (hydromorphone), Demerol (meperidine), Duragesic atau
Actiq (fentanyl), dan Kadian atau Ms Contin (morfin). Obat-obatan analgesik kuat ini hanya
bisa digunakan dengan menebus resep dokter. Penakaran dosisnya pun diatur sangat
ketat.Selanjutnya ada paracetamol (acetaminophen), aspirin (acetylsalicylic acid), serta
golongan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID), seperti Advil (ibuprofen), Aleve
(naproxen), Celebrex (celecoxib), dan lainnya. Analgesik kelompok ini bisa diperoleh secara
bebas tanpa harus menebus resep dokter.Kesemua jenis obat pereda nyeri tersebut memiliki
cara kerja yang berbeda-beda. Secara umum, golongan opium bertugas untuk mengurangi
sinyal rasa sakit yang dihantarkan oleh otak dan sistem saraf terhadap area tubuh sasaran.
Sementara paracetamol bekerja mengubah respon tubuh terhadap rasa sakit tersebut. NSAID
berperan menghambat perkembangan rasa sakit di dalam tubuh.

 Aturan pakai analgesik

Analgesik ditelan lewat mulut (diminum) sesuai anjuran dokter atau sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan. Penggunaan dosis dan lama waktu konsumsi obat ditentukan
berdasarkan kondisi medis dan respon tubuh terhadap perawatan.Jangan gunakan obat ini
terlalu banyak, sedikit, lebih lama dari yang disarankan. Konsultasikan ke dokter untuk
informasi lebih lanjut.

 Cara menyimpan analgesik

Analgesik paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar matahari langsung
dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain
dari obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi
penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-
obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.Jangan menyiram obat-obatan ke

dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila
masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan kepada
apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk Anda.

o Dosis analgesik untuk dewasa

Aturan minum obat ini tergantung dari jenis penyakit dan kondisi kesehatan.

o Dosis analgesik untuk anak-anak

Penggunaan obat ini untuk anak-anak sebaiknya diberikan di bawah pengawasan dokter

o Dosis dan sediaan analgesik

Obat analgesik tersedia dalam bentuk tablet dan krim dengan berbagai merek dagang.

 Efek Samping

Ada beberapa kemungkian efek samping dari penggunaan obat ini.

• Sakit peru
• Sakit kepala
• Kulit mudah memar
• Telinga berdenging
• Mual
• Muntah
• Kelelahan parah
• Urin berwarna gelap
• Mata dan kulit menguning
• DiareSembelit
 Pencegahan & Peringatan
Sebelum menggunakan obat ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan lebih
dulu. Beri tahu dokter mengenai obat yang sedang rutin Anda konsumsi saat ini, serta
penyakit yang sedang atau sudah pernah dialami sebelumnya.

Beri tahu dokter juga jika Anda mengalami reaksi tak biasa atau alergi pada obat ini,
obat lain, atau memiliki alergi tipe lain seperti pada makanan, pewarna, pengawet, serta alergi
hewan. Beberapa kondisi kesehatan mungkin lebih rentan terhadap timbulnya efek samping.
Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin setelah minum obat ini.

 Interaksi Obat

Obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan analgesik yaitu Interaksi obat
yang dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek samping yang
serius.

Beberapa obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat analsik adalah:

 Cimetidine
 Corticosteroids
 Cyclosporine
 Disulfiram
 Ephedrine
 Fluoroquinolones

 Makanan dan minuman yang tidak boleh dikonsumsi saat menggunakan


analgesik

Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan makanan
tertentu karena interaksi obat dapat terjadi. Mengonsumsi alkohol atau tembakau dengan
analgesik juga dapat berpotensi menyebabkan interaksi. ada kondisi kesehatan tertentu yang
harus menghindari analgesik.

Pengunaan obat analgesik tidak dianjurkan jika Anda memiliki kondisi medis seperti
gangguan pembekuan darah (hemofilia, defisiensi vitamin K, dan kadar trombosit
rendah).Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum obat
analgesik bagi Anda yang memiliki penyakit ginjal, hati, diabetes, maag, polip hidung, asam
urat, serta asma (terlebih yang gejalanya akan semakin memburuk setelah minum obat
NSAID dan aspirin).

 Overdosis

Overdosis kandungan yang terdapat dalam obat analgesik bisa mengakibatkan gejala
overdosis serius hingga mengancam nyawa. Maka itu, jangan pernah minum obat ini
melebihi dosis yang telah dianjurkan dokter atau apoteker Anda.

2.2 apoid

 Kegunaan obat opioid

Opioid adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid di dalam
sel tubuh. Obat ini dibuat dari tanaman opium seperti morfin (Kadian, Ms Contin) atau
disintesis di laboratorium seperti fentanil (Actiq, Duragesic). Ketika opioid masuk dan
mengalir di dalam darah, obat yang satu ini akan menempel pada reseptor opioid di sel-sel
otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam rasa sakit dan senang. Sel
kemudian melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke tubuh dan melepaskan
dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh dan menciptakan perasaan senang.

Biasanya golongan obat yang termasuk ke dalam opioid digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri sedang hingga berat. Misalnya untuk membantu mengendalikan rasa sakit yang
Anda alami setelah operasi.

 Jenis-jenis opioid

Berikut berbagai jenis opioid dari mulai yang diresepkan hingga ilegal:

 Opioid yang diresepkan


Opioid yang diresepkan biasanya digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang hingga
berat. Selain itu, obat ini biasanya diresepkan setelah operasi atau cedera dan mengatasi rasa
nyeri yang berhubungan dengan penyakit kanker.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir opioid juga banyak diresepkan untuk mengobati
rasa nyeri kronis nonkanker seperti nyeri punggung dan juga osteoarthritis.
Jenis obat yang termasuk ke dalam opioid yang diresepkan yaitu kodein, morfin,
methadone, oxycodone (seperti OxyContin®), dan hydrocodone (seperti Vicodin®).

 Fentanil
Fentanil termasuk obat pereda nyeri buatan yang dipakai untuk mengobati rasa sakit yang
cukup hebat seperti kanker dan proses operasi. Jenis opioid yang satu ini memiliki kekuatan
50 hingga 100 kali lipat dibandingkan dengan morfin. Obat ini diresepkan dalam bentuk
plester (koyo) yang perlu diganti setiap 72 jam.

 Heroin
Heroin adalah jenis obat opioid  yang ilegal dan sangat membuat kecanduan. Obat ini terbuat
dari morfin, yaitu zat alami yang diambil dari biji polong dari berbagai tanaman opium yang
tumbuh di Asia Tenggara dan Barat Daya, Meksiko, dan Kolombia.

Heroin biasanya digunakan sebagai obat bius yang cukup ampuh dalam prosedur operasi.
Saat heroin memasuki otak dan berikatan dengan reseptor opioid pada sel-sel di berbagai
area, biasanya Anda tidak akan merasakan sakit sama sekali meski sedang dalam proses
pembedahan. Di sisi lain, heroin juga bisa memberikan kesenangan dan memengaruhi detak
jantung, proses tidur, serta pernapasan Anda.

 Efek samping opioid

Opioid adalah obat dengan efek samping yang tidak bisa disepelekan. Pada dosis yang
lebih rendah, opioid biasanya menimbulkan berbagai efek samping seperti:

 Sembelit
 Mual, muntah, dan mulut kering
 Mengantuk dan pusing
 Linglung
 Depresi
 Gatal dan berkeringat
 Menurunkan kadar testosteron
Sementara pada dosis yang lebih tinggi biasanya bisa memperlambat pernapasan dan
detak jantung Anda. Jika dibiarkan kondisi sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian.

Selain itu, perasaan senang yang dihasilkan dari opioid biasanya membuat Anda
ketagihan. Akibatnya, opioid adalah obat yang sangat bisa membuat Anda kecanduan dan
mengalami gejala putus obat jika jika penggunaannya dihentikan.

Untuk mengurangi efek samping yang bisa membahayakan diri Anda, sebaiknya jangan
coba-coba menggunakannya tanpa izin dokter. Selalu patuhi aturan minum seperti yang
diresepkan. Selain itu, pastikan dokter mengetahui semua obat dan suplemen yang sedang
Anda minum bersamaan dengan opioid.

Penggunaan obat rekreasional adalah penggunaan obat psikoaktif untuk menginduksi


keadaan kesadaran yang berubah untuk kesenangan, dengan memodifikasi persepsi, perasaan,
dan emosi pengguna. Ketika obat psikoaktif memasuki tubuh pengguna, itu menginduksi efek
memabukkan . Secara umum, obat rekreasional ada dalam tiga kategori: depresan (obat yang
merangsang perasaan rileks dan tenang); stimulan (obat yang menginduksi rasa energi dan
kewaspadaan); dan halusinogen (obat yang menyebabkan distorsi persepsi seperti
halusinasi ).

Banyak orang juga menggunakan opioid yang diresepkan dan ilegal bersama dengan
opiat dan benzodiazepin . Dalam praktik populer, penggunaan narkoba rekreasi umumnya
adalah perilaku sosial yang ditoleransi, daripada dianggap sebagai kondisi medis serius
pengobatan sendiri [ rujukan? ] . Namun, penggunaan obat-obatan yang banyak distigmatisasi
secara sosial.Obat-obatan rekreasional termasuk alkohol (seperti yang ditemukan dalam bir ,
anggur , dan minuman keras ); ganja (legal secara nasional di negara-negara tertentu dan
negara bagian / provinsi-lebar atau lokal di negara lain) dan ganja ; nikotin ( tembakau );
kafein ( kopi , teh , dan minuman ringan ); obat resep ; dan zat-zat yang dikendalikan yang
terdaftar sebagai obat-obatan terlarang dalam Konvensi Tunggal Obat-Obatan Narkotika
(1961) dan Konvensi Zat Psikotropika (1971) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Zat apa yang
dikontrol dianggap sebagai obat ilegal bervariasi di setiap negara, tetapi biasanya termasuk
metamfetamin , heroin , kokain , LSD , jamur psilocybin , MDMA dan obat-obatan klub .
Pada 2015, diperkirakan sekitar 5% orang berusia 15 hingga 65 telah menggunakan obat-
obatan terlarang setidaknya sekali (158 juta hingga 351 juta).

2.3 Obat Rekreasi

Obat rekreasi adalah obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia,karena obat
ini bisa mengubah emosi sehingga fungsi tubuh menjadi rileks.

Contoh – contoh obat rekreasi yaitu:

 Alkohol
 Nikotin
• Kafeina
• Hallucinogens
• Cannabis
• MDMA
• GHB
• Heroin
• Cocaine
• Inhalant

2.4 Obat Entheogenic

Obat Entheogenic untuk membuat rasa shamanistic atau perasaan,contonya:

 Magic mushrooms
 Ayahuasca
 Datura
 Peyote
 Amanita muscaria
 Salvia divinorum

2.5 Obat peningkatan performa

Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang


Sistem Keolahragaan Nasional, doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang
untuk meningkatkan prestasi olahraga. karena memanipulasi performa seorang atlet. Dengan
demikian, dapat merusak misi fair play dalam olahraga. Tidak hanya di Indonesia saja,
pelarangan penggunaan doping berlaku di seluruh dunia.

Sesuai dengan pengertian doping menurut Undang-Undang yang disebutkan di atas,


doping dapat berupa penggunaan zat dan/atau metode yang dilarang. Sehingga ada dua
komponen doping dalam olahraga, yakni penggunaan zat serta metode tertentu. Pada tulisan
kali ini, yang akan dibahas hanya mengenai penggunaan zat-zat tertentu untuk tujuan doping.

Merujuk pada situs resmi World Anti-Doping Agency, ada 6 kategori zat (substances)
yang dilarang penggunaannya dalam olahraga, baik itu saat kompetisi ataupun di luar
kompetisi. Kategori zat pertama adalah agen anabolik, termasuk agen anabolik steroid
(AAS).

Steroid anabolik adalah obat yang meniru efek testosteron, hormon yang berperan
dalam pembentukan otot pada pria. Dalam dunia medis, zat anabolik steroid digunakan pada
beberapa kondisi kelainan hormon, seperti delayed puberty atau pada pasien-pasien kanker
dan AIDS yang mengalami kehilangan massa otot karena penyakitnya. Namun pada dunia
olahraga, zat anabolik steroid ini sering kali disalahgunakan untuk pembentukan otot atlet.
Dengan demikian, dapat meningkatkan performa fisik atlet tersebut.

Kategori kedua adalah hormon peptida, growth factors, dan zat lain yang berkaitan.
Termasuk di dalamnya adalah agen pembentuk eritrosit atau sel darah merah (erythropoietin
stimulating agent). Pada kondisi medis, obat ini digunakan untuk pasien yang membutuhkan
stimulasi pembentukan sel darah merah, misalnya pada pasien gagal ginjal.

Dalam kasus doping, obat ini digunakan untuk menambah jumlah sel darah merah
yang mengangkut oksigen dalam tubuh. Jadi, diharapkan mampu meningkatkan asupan
oksigen. Kategori ini juga termasuk faktor-faktor pertumbuhan alias growth factors, yang
dimaksudkan untuk memodulasi pembentukan otot, tendon, vaskularisasi, dan penggunaan
energi di level selular.

Kategori berikutnya adalah obat golongan beta-2 agonis, misalnya salbutamol,


fomoterol, dan terbutaline. Pada kondisi medis, obat golongan ini digunakan pada terapi asma
dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Sedangkan pada kasus doping, obat-obatan ini
dimaksudkan untuk membuka jalan napas. Jadi, dapat meningkatkan performa pernapasan.
Atlet yang menggunakan obat ini untuk terapi asma dan PPOK harus mengisi formulir
khusus untuk mengklarifikasi pada saat pemeriksaan doping.

Kategori keempat adalah modulator hormon dan metabolik, contohnya exemestane,


letrozole, dan tamoxifen. Tahukah Kamu, pada kondisi medis, obat-obatan tersebut
digunakan untuk terapi kanker payudara, lho! Namun pada kasus doping, efek supresi
estrogen dari obat-obatan inilah yang dimanfaatkan.

Efek ini dimanfaatkan antara lain untuk meningkatkan fitur maskulin pada atlet
wanita. Atlet pria juga menggunakan doping golongan ini lho, yaitu untuk mengurangi efek
samping gynecomastia (pembesaran payudara pada pria), karena penggunaan doping
golongan anabolic steroid (kategori 1) tadi.

Kategori kelima adalah obat diuretik, seperti furosemide, spironolakton, dan


hydrochlorthiazide. Pada kondisi medis, obat-obatan ini digunakan pada beberapa kondisi
yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Misalnya pada kasus gagal jantung atau
hipertensi. Obat-obatan ini bekerja menginduksi pengeluaran air melalui urine. Pada kasus
doping, obat-obatan golongan ini digunakan untuk mengurangi bobot badan dan membuang
sisa-sisa obat doping lain lewat urine, sehingga tidak terdeteksi pada saat pemeriksaan.

Kategori lain yang disebut kategori S0 oleh WADA mencakup semua zat yang
belum memiliki izin edar (non approved substances), misalnya obat yang masih berada
dalam tahap pengujian.

 2. 6 Obat psychiatric

Obat psikiatrik adalah obat psikoaktif berlisensi yang digunakan untuk memberikan
efek pada susunan kimiawi otak dan sistem saraf. Jadi, obat-obatan ini digunakan untuk
mengobati penyakit mental . Biasanya diresepkan dalam pengaturan kejiwaan , obat-obatan
ini biasanya terbuat dari senyawa kimia sintetis . Sejak pertengahan abad ke-20, obat-obatan
tersebut telah menjadi pengobatan terkemuka untuk berbagai gangguan mental dan telah
mengurangi kebutuhan rawat inap jangka panjang, sehingga menurunkan biaya perawatan
kesehatan mental. Residivisme atau rawat inap orang yang sakit mental sangat tinggi di
banyak negara dan alasan kekambuhan sedang diteliti.
Obat-obatan psikiatrik adalah obat-obatan resep , yang memerlukan resep dari dokter ,
seperti psikiater , atau praktisi perawat psikiatris, PMHNP, sebelum dapat diperoleh.
Beberapa negara bagian dan teritori AS , mengikuti penciptaan otoritas preskriptif untuk
gerakan psikolog , telah memberikan hak istimewa preskriptif kepada psikolog klinis yang
[14]
telah menjalani pendidikan khusus tambahan dan pelatihan psikologi medis . Selain dosis
yang biasa digunakan dalam bentuk pil, obat-obatan psikiatris berkembang menjadi metode
pemberian obat yang lebih baru. Teknologi baru termasuk suplemen transdermal ,
transmucosal , inhalasi , dan supositoria .

 Efek obat psychiatric

Obat-obatan psikiatris mengandung risiko efek samping . Terjadinya efek samping


berpotensi mengurangi kepatuhan obat . Beberapa efek samping dapat diobati secara
simtomatik dengan menggunakan obat tambahan seperti antikolinergik
(antimuskarinik). Beberapa efek samping rebound atau penarikan , seperti
kemungkinan munculnya tiba-tiba atau parah atau munculnya kembali psikosis pada
penarikan antipsikotik, dapat muncul ketika obat dihentikan, atau dihentikan terlalu
cepat.

 Jenis –jenis obat psychiatric

Ada enam kelompok utama obat-obatan psikiatris.

 Antidepresan , yang mengobati gangguan berlainan seperti depresi klinis , distimia ,


gangguan kecemasan , gangguan makan , dan gangguan kepribadian ambang . [20]
 Antipsikotik , yang mengobati gangguan psikotik seperti skizofrenia dan gejala
psikotik yang terjadi dalam konteks gangguan lain seperti gangguan suasana hati .
 Anxiolytics , yang mengobati gangguan kecemasan .
 Depresan , yang digunakan sebagai hipnotik , sedatif , dan anestesi .
 Stabilisator suasana hati , yang mengobati gangguan bipolar dan gangguan
skizoafektif .
 Stimulan , yang mengobati kelainan seperti attention deficit hyperactivity disorder
dan narkolepsi .

2.7 Obat Antidepresan


Depresi ini salah satu gejalanya adalah timbul rasa nyeri, dan obat jenis duloxetine
juga bisa mengatasi itu secara keseluruhan. Obat antidepresan memang dinilai mampu
membantu meringankan gangguan depresi serta kecemasan, sehingga mampu menekan angka
bunuh diri. Namun, pemberiannya harus dengan resep dokter karena dosis perlu disesuaikan .

. Antidepresan memperbaiki cara otak dalam menggunakan zat kimia otak untuk


mengendalikan suasana hati. Terdapat beberapa jenis obat antidepresan untuk mengatasi
depresi, yaitu:

 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), contohnya escitalopram dan


fluoxetine.
 Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), contohnya duloxetine, dan
venlafaxine.
 Tricyclic antidepressant, contohnya amitriptyline.
 Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), contohnya phenelzine dan isocarboxazid.

Obat antidepresan membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 minggu untuk bekerja dan
meredakan gejala yang dirasakan oleh penderita depresi. Konsumsi obat juga membutuhkan
waktu yang lama, yaitu 6 bulan hingga 1 tahun, dan penghentiannya harus berdasarkan
anjuran psikiater. Psikiater akan mengurangi dosisnya secara bertahap. Bila konsumsi obat
dihentikan secara tiba-tiba, gejala depresi akan muncul kembali.

2.8 Obat diare

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman
yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.

Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus
dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya
jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan
penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.

 Gejala dan Penyebab Diare


Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala. Namun, gejala
yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:
 Perut terasa mulas.
 Tinja encer atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang
berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

 Pengobatan dan Pencegahan Diare


Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang lunak dan antibiotik atau
obat anti diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter mungkin akan memberikan obat-
obatan, seperti:

 Obat antibiotik
 Obat pereda nyeri
 Obat yang dapat memperlambat gerakan usus.

Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan
makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak dimasak hingga
matang.

2.9 Obat diuretik

Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air dari
dalam tubuh melalui urine. Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap kembali oleh ginjal
akan dikurangi. Natrium tersebut akan ikut membawa cairan yang ada di dalam darah,
sehingga produksi urine bertambah. Akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan tekanan
darah akan turun.

Diuretik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit yang menyebabkan


terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh (edema). Selain itu, diuretik juga efektif dalam
mengobati darah tinggi atau hipertensi. Khusus diuretik jenis karbonat anhidrase, dapat juga
mengobati glaukoma dan terkadang digunakan untuk mengobati penyakit akibat ketinggian
(altitude sickness). Kondisi lain yang juga membutuhkan diuretik adalah diabetes insipidus.
Diuretik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara


mengurangi penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine.
Selain itu, thiazide dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah. Diuretik jenis thiazide ini merupakan obat yang
dianjurkan sebagai lini pertama dalam mengatasi hipertensi. Contoh obat jenis
thiazide antara lain adalah chlorthalidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.
 Diuretik loop. Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada loop
(lengkung) Henle di dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan
penyerapan kalium, klorida, dan natrium sehingga memaksa ginjal meningkatkan
jumlah urine. Dengan produksi urine yang meningkat, tekanan darah akan turun serta
kelebihan cairan yang menumpuk di dalam tubuh dan paru-paru akan berkurang.
Contoh obat jenis diuretik loop, antara lain adalah bumetanide dan
 Diuretik hemat kalium. Ini merupakan jenis diuretik yang mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa kalium
keluar dari tubuh. Diuretik hemat kalium tepat digunakan untuk mencegah
hipokalemia. Contoh diuretik golongan ini antara lain adalah amiloride, eplerenone,
spironolactone, dan triamterene.
 Penghambat karbonat anhidrase. Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara
meningkatkan konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan
dari ginjal. Penghambat karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di
dalam bola mata dan terkadang mengatasi penyakit akibat ketinggian. Salah satu
contoh obat ini adalah acetazolamide.
 Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring
keluar oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal.
Contoh obat diuretik jenis ini adalah mannitol.

Peringatan:
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika hendak menggunakan obat diuretik, antara lain
adalah:

 Jangan mengonsumsi obat diuretik jika mengalami permasalahan buang air kecil atau
jika memiliki alergi terhadap obat diuretik.
 Hindari mengonsumsi obat diuretik jika mengalami dehidrasi, menderita penyakit
liver, penyakit ginjal, atau gangguan irama jantung.
 Ibu hamil (terutama di trimester terakhir) sebaiknya menghindari penggunaan obat
diuretik.
 Hati-hati penggunaan diuretik bila Anda berusia 65 tahun atau lebih.
 Informasikan kepada dokter bila Anda memiliki alergi terhadap obat golongan
sulfonamida atau sulfa, seperti kotrimoksazol.
 Penggunaan diuretik bersamaan dengan kemoterapi berbahan dasar platinum, seperti
cisplatin dan obat aspirin, bismuth, serta antibiotik aminoglikosida dapat
memperburuk efek samping gangguan pendengaran.

Beberapa efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan obat diuretik, antara lain
adalah:

 Pusing atau sakit kepala.


 Sering merasa haus.
 Perubahan gairah seksual atau gangguan siklus haid.
 Peningkatan kadar glukosa dan kolesterol dalam darah.
 Gatal-gatal dan ruam pada kulit.
 Kekurangan kalium, natrium, dan magnesium pada diuretik loop.
 Kram otot dan telinga berdenging pada diuretik loop.
 Hiperkalemia pada penggunaan diuretik hemat kalium.
 Ginekomastia pada laki-laki untuk penggunaan spironolactone.

 Jenis-jenis, Merek, dan Dosis Obat Diuretik


Penentuan dosis obat diuretik tergantung kepada kondisi yang diderita pasien. Berikut
adalah jenis-jenis obat diuretik dan takarannya:

 Indapamide
Merek dagang: Natrilix SR, Aldapres, Bioprexum plus.

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dosis: 2,5-5 mg satu kali per hari.
Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 1,25-2,5 mg sekali sehari. Dapat dikombinasikan dengan obat anti hipertensi
lain.

 Hydrochlorothiazide
Merek dagang Hydrochlorothiazide, Co-irvell, Blopress plus, Olmetec plus, Lodoz, Irtan
plus, Coaprovel.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 12,5-50 mg sekali sehari. Obat ini dapat dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dewasa: dosis 25-100 mg/hari, 1-2 kali/hari atau sesuai anjuran dokter. Untuk lanjut
usia, dosis akan dikurangi sesuai anjuran dokter.
Anak usia< 6 bulan: 1-3 mg/kg berat badan (BB)/hari, 1-2 kali per Dosis maksimum
37,5 mg/hari.
Anak usia 6 bulan sampai 2 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis
maksimum 37,5 mg/hari.
Anak usia > 2-12 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis maksimum 100
mg/hari.

 Chlorthalidone
Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dewasa: 12,5-25 mg per hari. Dapat dikombinasikan dengan antihipertensi yang lain.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Kondisi: Pengobatan diabetes insipidus


 Oral
Dewasa: 25-100 mg, dua kali sehari.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Kondisi: Pengobatan edema dan gagal jantung

 Oral
Dewasa: 25-200 mg per hari atau sesuai dengan anjuran dokter.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

 Bumetanide
Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dewasa: Dosis 1 mg diminum langsung pada pagi atau sore hari, dilanjutkan dengan
1 mg setelah 6-8 jam kemudian.
Lansia: Pemberian pada orang yang sudah tua disesuaikan dengan anjuran dokter.

 Suntik intramuskular dan intravena
Dosis: tergantung pada kondisi dan anjuran dokter

 Furosemide
Merek dagang Diuvar, Edemin, Farsix, Lasix, Roxemid,dan Uresix.

Kondisi: Pengobatan edema paru

 Intravena
Dosis: 40 mg diberikan melalui suntikan di pembuluh darah vena (IV) lambat. Dosis:
dapat ditambahkan hingga 80 mg jika diperlukan.

Kondisi: Pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung

 Oral
Dewasa: 40 mg per hari dalam bentuk tablet minum. Dosis dapat diturunkan hingga
20 mg per hari atau setiap 2 hari.
Lansia: dimulai dari dosis yang kecil, bila perlu dosis dinaikkan.
Dapat juga diberikan dalam bentuk IV pelan atau suntikan ke otot sebanyak 20-50
mg. Dosis maksimum 1.500 mg per hari
Anak-anak: 0,5-1,5 mg/kgBB per hari. Dosis maksimum 20 mg per hari.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 40-80 mg/hari. Dapat dikombinasikan dengan obat hipertensi lainnya sesuai
kebutuhan.

 Amiloride
Merek dagang Lorinide Mite.

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dosis: 2,5-10 mg/hari. Dosis maksimum 20 mg per hari.

 Eplerenone
Kondisi: Pengobatan gagal jantung setelah serangan jantung

 Oral
Dosis: 25-50 mg/hari, dapat disesuaikan dengan kadar kalium dalam darah atau sesuai
dengan anjuran dokter.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis awal: 50 mg/hari. Maksimum 50 mg dua kali sehari. Dapat dikombinasikan
dengan anti hipertensi lainnya.

 Spironolactone
Merek dagang Carpiaton 25, Carpiaton 100, Spirolacton, Aldactone,dan Spirola.

Kondisi: Pengobatan edema, sirosis, dan asites

 Oral
Dewasa: 100-400 mg/hari, atau sesuai anjuran dokter.
Anak-anak: 3 mg/kgBB dibagi dalam beberapa dosis, atau sesuai dengan respon dan
anjuran dokter.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 50-100 mg/hari yang dapat diminum sekaligus atau dibagi menjadi dua dosis.
Dosis dapat disesuaikan dengan anjuran dokter.

Kondisi: Pengobatan gagal jantung

 Oral
Dewasa: 25-50 mg per hari, dapat diturunkan menjadi setiap 2 hari.
Anak-anak: 3 mg/kgBB, atau sesuai dengan respons obat dan anjuran dokter.
Orang tua: dimulai dari dosis rendah, dan bila perlu dinaikkan perlahan.

 Acetazolamide
Merek dagang Glauseta

Kondisi: Pengobatan glaukoma

 Oral
Dosis: 250-1.000 per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau sesuai dengan anjuran
dokter.

Kondisi: Pencegahan penyakit akibat ketinggian

 Oral
Dosis: 500-1.000 mg per hari, dibagi dalam beberapa dosis. Diminum 24-48 jam
sebelum naik ke ketinggian.

 Suntik
Dosis: suntikan akan diberikan sesuai dengan ajuran dokter.

 Manitol
Merek dagang Infusan M20, dan Otsu-manitol.
Kondisi: Edema otak, peningkatan tekanan dalam otak dan bola mata

 Infus
Dosis: 0,25-2 g/kgBB melalui infus, diberikan dalam waktu 30-60 menit.
BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan yang mempunyai
pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis
maupun biokimiawi
Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal,
diantaranya :
Pengolongan obat berdasarkan indikasinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/analgesik/

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/obat-opioid-adalah-pereda-nyeri/

https://www.ayoksinau.com/definisi-obat-macam-macam-bentuk-obat-dan-klasifikasi-obat/

https://www.wikiwand.com/id/Obat

https://www.guesehat.com/ini-dia-obat-obatan-yang-sering-digunakan-sebagai-doping

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Psychiatric_medication

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191125094701-255-451153/mengenal-terapi-dan-
obat-antidepresan-untuk-atasi-depresi

https://www.alodokter.com/diare

Anda mungkin juga menyukai