Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU KESEHATAN ANAK

PEMBERIAN OBAT PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA DAN

ANAK PRA SEKOLAH SESUAI WEWENANG DAN STANDAR YANG

BERLAKU

DISUSUN OLEH:

RITA APRIDAYATI

1915301078

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka

penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pemberian Obat Pada Bayi dan

Balita Sesuai Wewenang dan Standar yang Berlaku

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Dalam Penulisan

makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang

dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Bukittinggi, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.....................................................................................1

B.Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita Sesuai Wewenang dan Standar

yang Berlaku.......................................................................................3

1.Jenis Obat yang Diperbolehkan.........................................................3

2.Dosis Pemberian................................................................................4

3.Efek Samping.....................................................................................5

4.Indikasi dan Kontraindikasi...............................................................6

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan..........................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau

binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap

berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.

Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui

diantaranya: nama generic yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah

mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama di

bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama

yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin,

kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai

dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin,

bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-lain.

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan

obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obatkarena unsure

keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian,

obat juga harus memiliki bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan,

dan efektifitas.

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan

bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat

dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan
2

dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi

Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :

1. Absorbs obat

2. Distribusi obat

3. Metabolisme obat

4. Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik

adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai

kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif

( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah

dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan

dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit

iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan prinsip pemberian obat pada bayi dan balita.

2. Apa saja jenis obat yang di perbolehkan?

3. Bagaimana dosis pemberian obat pada bayi dan balita?

4. Apa efek sampingnya?

5. Apa indikasi dan kontra indikasinya?

C. Tujuan

1. Mengetahui prinsip pemberian obat pada bayi dan balita sesuai wewenang

dan standar yang berlaku.

2. Mengetahui jenis-jenis obat yang di perbolehkan


3

3. Mengetahui dosis pemberian obat

4. Mengetahui efek sampingnya

5. Mengetahui indikasi dan kontra indikasinya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita Sesuai Wewenang dan Standar yang
Berlaku
1. Jenis- Jenis Obat yang Diperbolehkan

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter.

Di negara-negara Barat, obat ini disebut OTC atau over the counter. Ini

adalah obat yang paling aman dan bisa dibeli bebas di warung, toko obat,

maupun apotek.

Meskipun disebut aman, obat bebas tetap tidak boleh

dipergunakan sembarangan.

Tapi bagaimanapun juga obat bebas juga punya kandungan

"racun" yang bisa berbahaya buat tubuh bila tidak dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Kemasan obat ini ditandai dengan ''lingkaran hijau bergaris tepi

hitam''. Obat bebas ini digunakan untuk mengatasi gejala penyakit

ringan, biasanya berupa vitamin atau multivitamin.

b. Obat Bebas Terbatas

Obat jenis ini masih bisa dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan

obat ini terdapat ''lingkaran biru bergaris tepi hitam''.Contohnya,

obat antiflu atau obat antimabuk. Pada kemasannya terdapat peringatan

bertanda kotak kecil berdasar gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam,
5

misalnya:

P.No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya

P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

Pemakaian obat ini juga harus dihentikan bila kondisi penyakit semakin

serius.Sebaiknya pergi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pengobatan sendiri

dengan obat-obatan yang seharusnya diperoleh lewat resep dokter.

Meski gejala dan keluhan penyakit sama,obat yang digunakan belum

tentu sama.

Perhatikan tanggal kadaluwarsa obat, baca informasi pada

kemasan tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak, petunjuk

penggunaan obat yang tidak diperbolehkan, efek samping, dosis

obat, cara menyimpan obat, dan interaksi obat dengan obat lain atau

interaksi obat dengan makanan yang dikonsumsi.

c. Obat Keras

Obat ini harus diperoleh lewat resep dokter. Ciri khasnya adalah

terdapat tanda ''lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan huruf K

di dalamnya.'' Obat yang termasuk dalam golongan ini misalnya

antibiotik,seperti tetrasiklin, penisilin, obat-obatan yang mengandung

hormon, obat penenang, dan lain-lain. Obat jenis ini tidak bisa sembarang
6

dikonsumsi karena bisa berbahaya, meracuni tubuh,

memperparah penyakit, atau menyebabkan kematian.

2. Dosis Pemberian

Banyak perbedaan penentuan pemberian dosis obat pada anak, tetapi pada

prinsipnya penentuan dosis dapat disimpulkan oleh dua standar, yaitu

berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan. Berikut ini ada beberapa

rumus perhitungan dosis obat untuk anak.

a. Young

n
Da = Dd (mg) (tidak untuk anak >12 tahun)
n+12

Keterangan :

Da : Dosis Anak

Dd : Dosis Dewasa

n : Usia anak dalam tahun

b. Dilling

n
Da = Dd (mg)
20

c. Gaubius

1
Da = Dd (mg) (Untuk anak sampai usia 1 tahun)
12

1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 1-2 tahun)
8

1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 2-3 tahun)
6

1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 3-4 tahun)
4
7

1
Da = Dd (mg) (Untuk anak usia 4-7 tahun)
3

d. Fried

1
Da = Dd (mg)
150

e. Sagel

(13 w +15)
Da = Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
100

(8 w+7)
Da = Dd (mg) (usia 20-52 minggu)
100

(3 w +12)
Da = Dd (mg) (usia 1-9 tahun)
100

Keterangan:

W : berat badan (Kg)

f. Clark

w anak
Da = Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
w dewasa

Perhitungan rumus dalam menentukan dosis tidak semuanya tepat dalam

proses kerja dan efek dari obat, tetapi lebih tepat dengan menggunakan

ukuran fisik atau ditentukan dengan waktu paruh dari jenis obat yang

akan diberikan.

3. Dosis Obat Pada Neonatus

Acyclovir - 20 mg/KgBB dengan syringe pump habis dalam 1 jam.

- Interval pemberian adalah 8 jam.

- Interval pemberian lebih panjang pada bayi prematur yaitu


8

pada usia kehamilan < 34 minggu.

Amikacin - Menggunakan syringe pump dalam 30 menit.

- Penggunaan harus dipisahkan dari obat yang mengandung

Penicillin

PMA PostNatal Dose Interval

(weeks) (days) (mg/KgBB) (hours)

0–7 18 48

≤ 29 8 – 28 15 36

≥ 29 15 24

0–7 18 36
30 – 34
≥8 15 24

≥ 35 All 15 24

Ampicillin - 25 – 50 mg/KgBB/dosis IV tetesan lambat, atau IM

- Infeksi Streptococcus Group B : 150 – 200 mg/KgBB/hari

untuk bakteremia dan 300 – 400 mg/KgBB/hari untuk

meningitis

PMA PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

0 – 28 12
≤ 29
> 28 8

0 – 14 12
30 – 36
> 14 8

0–7 12
37 – 44
>7 8
9

≥ 45 All 6

Cefepime - Bayi aterm dan preterm usia > 28 hari : 50 mg/KgBB/dosis

setiap 12 jam

- Bayi aterm dan preterm usia ≤ 28 hari : 30 mg/KgBB/dosis

setiap 12 jam

- Meningitis dan infeksi berat akibat Pseudomonas

aeruginosa atau Enterobacter spp : 50 mg/KgBB/dosis setiap

12 jam

- Pemberian secara IV dilakukan dengan syringe pump habis

dalam 30 menit, atau secara IM

- Untuk mengurangi nyeri pada lokasi penyuntikan, cefepime

dapat dicampur dengan lidocaine 1 % tanpa epinephrine

Cefotaxime - 50 mg/KgBB/dosis IV dengan syringe pump habis dalam 30

menit, atau IM

PMA PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

0 – 28 12
≤ 29
> 28 8

0 – 14 12
30 – 36
> 14 8

0–7 12
37 – 44
>7 8

≥ 45 All 6

Fluconazole - Invasive Candidiasis : 12 – 25 mg/KgBB untuk loading dose,


10

kemudian 6 – 12 mg/KgBB/dosis IV dengan syringe pump

habis dalam 30 menit, atau secara oral.

- Prophylaxis : 3 mg/KgBB/dosis IV 2 kali seminggu, atau

secara oral.

- Thrush : 6 mg/KgBB untuk hari pertama, selanjutnya 3

mg/KgBB/dosis setiap 24 jam secara oral.

Tabel Interval Dosis untuk Invasive Candidiasis

Gestational Age PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

0 – 14 48
≤ 29
> 14 24

0–7 48
≥ 30
>7 24

Ganciclovir - 6 mg/KgBB/dosis setiap 12 jam IV dengan syringe pump habis

dalam 1 jam. Obati selama minimum 6 minggu apabila

memungkinkan. Kurangi dosis apabila terdapat neutropenia ( <

500 sel/mm3)

- Chronic oral suppression : 30 – 40 mg/KgBB/dosis setiap 8

jam, secara oral

Gentamicin - Menggunakan syringe pump dalam 30 menit.

- Penggunaan harus dipisahkan dari obat yang mengandung

Penicillin

PMA PostNatal Dose Interval

(weeks) (days) (mg/KgBB) (hours)


11

0–7 5 48

≤ 29 8 – 28 4 36

≥ 29 4 24

0–7 4.5 36
30 – 34
≥8 4 24

≥ 35 All 4 24

Meropenem - Sepsis : 20 mg/KgBB/dosis IV

Gestational Age PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

≤ 14 12
< 32
> 14 8

≤7 12
≥ 32
>7 8

- Meningitis dan infeksi yang disebabkan spesies

Pseudomonas (semua usia) : 40 mg/KgBB/dosis setiap 8 jam

- Pemberian secara IV dilakukan dengan syringe pump dalam 30

menit. Pemberian dalam waktu yang lebih lama (sampai 4 jam)

dapat berkaitan dengan peningkatan efikasi terapi.

Metronidazole - Loading dose : 15 mg/KgBB oral atau IV dengan syringe

pump selama 60 menit

- Maintenance dose : 7.5 mg/KgBB oral atau IV dengan

syringe pump selama 60 menit, dimulai setelah interval dari

pemberian initial dose


12

PMA PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

0 – 28 48
≤ 29
> 28 24

0 – 14 24
30 – 36
> 14 12

0–7 24
37 – 44
>7 12

≥ 45 All 8

Vancomycin - Meningitis : 15 mg/KgBB/dosis

- Bakteremia : 10 mg/KgBB/dosis

Pemberian secara IV dilakukan dengan syringe pump selama 60

menit

PMA PostNatal Interval

(weeks) (days) (hours)

0 – 14 18
≤ 29
> 14 12

0 – 14 12
30 – 36
> 14 8

0–7 12
37 – 44
>7 8

≥ 45 All 6
13

* PMA : Post Menstrual Age = Gestational Age + Postnatal Age. Misal : bayi baru

lahir dengan usia kehamilan 28 minggu sekarang berusia 21 hari (3 minggu) jadi

PMA = 28 minggu + 3 minggu = 31 minggu.

Nama Obat Dosis Alfa Beta-1 Beta-2

Dopamin 1 – 2 mcg/Kg/menit + + 0

2 – 10 mcg/Kg/menit ++ +++ 0

10 – 30 mcg/Kg/menit +++ ++ 0

Dobutamin 2 – 30 mcg/Kg/menit + +++ ++

Norepinefrin 0,01 – 1 mcg/Kg/menit +++ ++ +

Epinefrin 0,01 – 0,1 mcg/Kg/menit ++ +++ +++

0,1 – 1 mcg/Kg/menit +++ +++ +++

4. Efek Samping

Efek samping pemberian obat pada bayi dan balita

1. Paracetamol. Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3

bulan, penggunaan obat ini sebaiknya berdasarkan resep dan setelah

berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi mendapatkan vaksinasi

pertama kali. Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim yang

berbeda di dalam otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam

perpindahan rasa sakit. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa

penggunaan parasetamol pada bayi bisa meningkatkan risiko asma 5

tahun mendatang sebesar 46 persen.

2. Tablet kunyah. Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat

ini, umumnya anak berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara
14

minum obat ini. Jika orang tua berpikir anaknya belum terlalu mengerti,

maka hancurkan obat dan letakkan di sendok yang diberi sedikit air.

Dosis yang diberikan harus sesuai.

5. Indikasi dan Kontraindikasi

Memberi obat si kecil, tidak cukup hanya membaca aturan minum

saja. Cermati cara tepat memberikan, kontra indikasi dan trik agar pemberian

obat berhasil.

Sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna, membuatnya

rentan terhadap serangan penyakit, terutama infeksi. Tak heran bisa sebelum

melewati umur 5 tahun, Anda kerap memberinya obat berupa sirup atau

puyer (serbuk).

Sudah pasti harus …

a. Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.

Atau, berikan sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan

obat tersebut

b. Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum

dalam kotak kemasan dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas

yang dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak kemasan

c. Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau

sesudah makan

d. Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada

dalam kemasan obat tersebut.

e. Perhatikan …
15

Apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera

konsultasikan dengan dokterBerikan obat antibiotik sampai habis

f. Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan

gejala dan penyakit yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu ke

dokter

g. Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.

h. Gunakan alat bantu:

1) Resmi

a) Sendok takar/gelas takar

b) Alat ukur obat berupa suntikan

c) Siring atau pipet (untuk obat tetes)

2) Tidak resmi

a) Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak

b) Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer

c) Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu

d) Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik

e) Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue,

dicampur madu (untuk anak usia diatas setahun). Atau berikan

makanan kesukaan anak sebelum atau sesudah minum obat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet,

sendok takar, atau sepuit (tanpa jarum suntik, tentunya). Alat-alat ini memiliki

keuntungan dan kerugian masing-masing. Sendok takar, umpamanya, agak sulit

digunakan untuk bayi mengingat bila ia meronta risiko obat tersebut tumpah

lebih besar. Nah, menggunakan pipet memang lebih mudah, namun pilih yang

berbahan plastik. Pipet berbahan beling atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet

yang ukurannya jelas terlihat sehingga bisa dipakai sebagai alat takar yang pas.

Saat meminumkan obat pada bayi, jaga agar pipet tidak mengenai mulutnya (agar

tidak terkena bakteri). Beberapa pipet sekaligus berfungsi sebagai tutup obat.

Sebagai langkah antisipasi, setiap kali habis digunakan, cucilah pipet dan rendam

dalam air mendidih selama 10 menit, keringkan kemudian baru tutupkan kembali

pada tempatnya.

Sementara keuntungan sepuit adalah takarannya yang jelas dan mudah

digunakan. Bila bayi Anda menyukai minum obat dengan sepuit, jangan lupa

meminta dokter membuatkan resep karena sepuit tidak bisa dibeli bebas.

Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol

dotnya. Campur obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol dot si kecil.

Sebaiknya air jangan terlalu banyak, takarannya kira-kira cukup untuk

melarutkan obat saja. Misal, 1 bungkus puyer atau 1 sendok teh obat sirop
17

dengan 5-10 cc air. Kocok atau aduk terlebih dahulu hingga tercampur merata

sebelum diberikan kepada bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011

Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai