Anda di halaman 1dari 38

Anestetika

DISUSUN OLEH :

ADINDA NURZAHARIYAH
ANGGI ANGGRAENI
ANITA SAFIRA
ABSTRAK ARTIKEL
Perbandingan antara Sevofluran dan Propofol Menggunakan
Total Intravenous Anesthesia Target Controlled Infusion terhadap Waktu
Pulih Sadar dan Pemulangan Pasien pada Ekstirpasi Fibroadenoma
Payudara
Abstrak
Penggunaan total intravenous anesthesia (TIVA) dengan propofol terus meningkat karena mudah
untuk dikendalikan, onset cepat, durasi singkat, efek samping minimal, serta pemulihan psikomotor
dan kognitif lebih cepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan waktu pulih sadar dan
pemulangan pasien antara teknik anestesi sevofluran dan TIVA TCI propofol. Penelitian ini dilakukan
secara acak terkontrol buta tunggal terhadap 36 orang pasien bedah rawat jalan, wanita usia
18–65 tahun dengan status fisik American Society of Anesthesiologists (ASA) kelas I–II yang
menjalani operasi biopsi ekstirpasi fibroadenoma payudara satu sisi di Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung periode Agustus–November 2015. Sampel dikelompokkan secara random menjadi
kelompok sevofluran dan TCI. Kelompok sevofluran mendapatkan anestesi inhalasi sevofluran dan
kelompok TCI mendapatkan anestesi TCI propofol dengan metode Schnider Effect Concentration
(ec). Waktu pulih sadar dan pemulangan pasien dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji-t,
uji Mann-Whitney, dan chi-kuadrat dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan
perbandingan waktu pulih sadar pada kelompok sevofluran 7,429±0,763 menit, sedangkan kelompok
TCI 9,356±2,331 menit. Simpulan penelitian adalah teknik anestesi sevofluran memberikan waktu
pulih sadar yang lebih cepat dan TIVA TCI propofol memberikan waktu pemulangan pasien yang lebih
cepat.
M
01 02
ANESTETIK ANESTETIK
A A A
UMUM INHALASI
T
E
R 03 04
ANESTETIK ANESTETIK
I A A
INTRAVENA LOKAL
PENGERTIAN ANESTESI

Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh


Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Asal
kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa
Yunani An- “tidak, tanpa” dan aesthetos, “persepsi,
kemampuan untuk merasa”), secara berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.  
Anestetika
Umum
Anestesi Umum adalah obat yang dapat
menimbulkan anestesi yaitu suatu keadaan depresi
umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang
bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip dengan
keadaan pinsan.

Anestesi umum ditandai dengan analgesia dan


amnesia, hilangnya kesadaran, hambatan sensorik,
diikuti dengan hilangnya refleks-refleks, dan
relaksasi otot rangka. Pemberian obat anestetik
dengan dosis yang tinggi sering menyebabkan
Anestesi umum dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu :

- Stadium I. Stadium Analgesia. Penderita tetap sadar tetapi telah mengalami pengurangan
kesadaran akan nyeri
- Stadium II. Stadium Eksitasi. Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai stadium operasi.
Penderita mengalami amnesia setelah kejadian tersebut, tetapi refleks dan otonomik
jadi tidak teratur serta kontrol respirasi meningkat selama stadium ini. Dapat disertai
dengan aritmia jantung, spasme bronkus, spasme laring dan muntah.
- Stadium III. Stadium Anestesia Operasi. Penderita tidak sadar dan tidak memiliki reflek
nyeri. Ditandai dengan adanya relaksasi otot rangka, tetapi respirasi teratur dan
tekanan darah dapat dipertahankan dengan baik.
- Stadium IV. Stadium Depresi Medular. Penderita mengalami depresi pernafasan
(paralisis diafragma) dan depresi tekanan darah yang berat. Tanpa fentilasi mekanik
dan bantuan farmakologi terhadap tekanan darah, pasien akan meninggal.
Sifat-sifat
anestetik umum
yang ideal adalah :
1). Bekerja cepat,induksi
dan pemulihan baik
2). Cepat mencapai anestesi
yang dalam
3). Batas keamanan lebar
4). Tidak bersifat toksis
Farmakokinetika
Anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik
didalam susunan saraf pusat. Kecepatan pada
konsentrasi otak yang efektif (kecepatan
induksi anestesi) bergantung pada banyaknya
farmakokinetika yang mempengaruhi dosis
dan penyebaran anestetik.
Absorpsi dan distribusi
Ekskresi
Tercapainya konsentrasi obat anestetik
yang adekuat dalam otak  untuk Waktu pemulihan anestesi
menimbulkan anestesi memerlukan inhalasi bergantung pada
transfer obat anestetik dari udara
kecepatan pembuangan obat
alveolar kedalam darah dan otak.
Kecepatan pencapaian konsentrasi ini
anestetik dari otak setelah
bergantung pada sifat kelarutan konsentrasi obat anestesi
anestetik, konsentrasinya dalam udara yang diisap menurun.
yang dihisap, laju ventilasi paru, Banyaknya proses transfer
aliran darah paru, dan perbedaan obat anestetik selama waktu
gradian konsentrasi (tekanan parsial)
pemulihan samadengan yang
obat anestesi antara darah arteri dan
campuran darah vena
terjadi selama induksi.
Efek Samping Anestesi Umum
1. Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk
dan spasme laring (golongan halogen).
2. Menimbulkan stadium kataleptik yang
menyebabkan pasien sulit tidur karena mata
terus terbuka (golongan Ketamin).
3. Depresi pada susunan saraf pusat.
4. Nyeri tenggorokan.
5. Sakit kepala.
6. Perasaan lelah dan bingung selama beberapa
hari.
Cara pemberian anestesi
umum:
Anestesi Inhalasi
Parenteral Anestesi dengan
(intramuskular/intraven
Perektal menggunakan gas
a)
Digunakan untuk
Dapat dipakai atau cairan anestesi
tindakan yang singkat pada anak untuk yang mudah menguap
atau induksi anestesi. induksi anestesi sebagai zat anestesi
Umumnya diberikan atau tindakan melalui udara
tiopental, namun pada singkat. pernapasan.
kasus tertentu dapat Contoh Obat ;
digunakan ketamin, Halotan, Enfluran,
diazepam dll. Untuk Tiopental , Diazepam,
Anestetika
Inhalasi
Anestesi Inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi
umum yang dilakukan dengan cara memberikan
kombinasi obat yang berupa gas dan atau cairan volatil
(mudah menguap) melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi. Kelompok obat ini dapat
digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesia
dan mungkin dapat juga digunakan setelah induksi
dengan anestetik intravena.

Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan


membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam
otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan
terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam
kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot
maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan
Keuntungan ;
Keuntungan anastetika inhalasi adalah kemungkinan untuk dapat
lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi
umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi
secara kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya
berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah
pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang
bersifat stabil.
Kerugian ;
Tidak disenangi para anestesis karena bau nya yang menyengat
dan menimbulkan sekresi bronkus berlebih
Jenis Anestesi Inhalasi
Inhalasi Dengan Respirasi Spontan :
• Sungkup Wajah
• Intubasi Endotrakeal
• Laryngeal Mask Airway (Lma)
Inhalasi Dengan Respirasi Kendali :
• Intubasi Endotrakeal
• Laryngeal Mask Airway

Obat Anestesi Inhalasi:


1. Dinitrogen oksida
(N2O/gas gelak). N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih
berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat
CO2).
2. Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan
obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform.
3. Etil klorida
Etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah
terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2
menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah
tidak dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk induksi dengan
memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik.
Anestetika
Intravena
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang
diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang
berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot.
Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat – obat
ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui
sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ
masing–masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.

Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik


serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera
sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas keamanan
pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang
sangat minimal. Tidak satuangpun obat anestesi dapat
Keuntungan dan
Kerugian
KERUGIAN :
- Jika penderitanya alergi
KEUNTUNGAN : terhadap obat, reaksi
alergi akan lebih terjadi.
Cepat mencapai - Pemberian intravena (iv)
harus dilakukan perlahan-
konsentrasi, lahan sambil mengawasi
dosis tepat dan respons penderita.
mudah - konsentrasi awal tinggi
toksik, invasive resiko
menitrasi dosis infeksi,
- memerlukan keahlian.
Indikasi Anestesi Intravena
 Obat induksi anesthesia umum
 Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
 Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
 Obat tambahan anestesi regional
 Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan
SSP (SSP sedasi)
Cara Pemberian
 Sebagai obat tunggal : Induksi anestesi
 Operasi singkat : cabut gigi
 Suntikan berulang : biasanya untuk pengobata
 Sesuai kebutuhan : curetase (operasi Rahim)
 Diteteskan lewat infus : Menambah kekuatan anestesi
Jenis-Jenis Anestesi Intravena
1. Propofol
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam
anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak –
anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol
dan minyak soybean,
2. Tiopenton
Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium
Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal
yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short
acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan
memiliki onset yang cepat (30-45 detik).
3. Ketamin
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate
Anestetika
Lokal
Anestesi lokal ialah obat yang apabila diberikan
secara lokal (topikal atau suntikan) dalam kadar
yang cukup dapat menghambat hantaran impuls
pada saraf yang dikenai oleh obat tersebut. Obat-
obat ini menghilangkan rasa atau sensasi nyeri (dan
pada konsentrasi tinggi dapat mengurangi aktivitas
motorik) terbatas pada daerah tubuh yang dikenai
tanpa menghilangkan kesadaran.
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan
untuk banyak hal. Misalnya, perawatan kecantikan
seperti sulam bibir, sulam alis, dan liposuction,
kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan),
mencabut gigi geraham terakhir atau gigi berlubang,
mengangkat mata ikan, hingga merawat luka
Struktur Kimia
Sifat-sifat anestesi
Umumnya obat anestesis lokal terdiri
dari sebuah gugus lipolifit (biasanya lokal
sebuah cincin aromatik) yang Tidak mengiritasi dan merusak
diberikatan dengan sebuah rantai jaringan saraf secara menetap
perantara (umumnya termasuk suatu Batas keamanan harus lebar karena
ester atau sebuah amida) yang terikat obat anestetik lokal diabsorbsi
pada satu gugus terionisasi. Aktivitas sari tempat suntikan
optimal memerlukan keseimbangan Masa kerja harus cukup lama
yang tepat antara gugus lipofilik dan sehingga cukup waktu untuk
kekuatan hidrofilik. Penambahan sifat melakukan tindakan operasi
fisik molekul, maka konfirgurasi Masa pemulihan tidak terlalu lama
stereokimia specifik menjadi penting, Harus larut dalam air
misalnya perbedaan potensi Stabil dalam larutan, dan
stereoisomer telah diketahui untuk Dapat disentuh tanpa mengalami
beberapa senyawa. Karena ikatan ester perubahan
Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane
Mekanisme kerja
sel. Seperti juga alcohol dan barbital, anestesi
local menghambat penerusan impuls dengan
jalan menurunkan permeabilitas membrane sel
saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi
saraf yang layak. Hal ini disebabkan karena
adanya persaingan dengan ion kalsium yang
berada berdekatan dengan saluran-saluran
natrium di membrane neuron. Pada waktu
bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi,
ambang kepekaan terhadap rasangan  listrik
lamnbat laun meningkat, sehingga akhirnya
Efek Samping
Anestesi Lokal
Jika kadar obat dalam darah meningkat terlalu tinggi, maka akan timbul efek samping :
a)    Sistem Saraf Pusat
 Efek terhadap SSP antara lain ngantuk, kepala terasa ringan, gangguan visual dan
pendengaran, dan kecemasan,timbul pula nistagmus dan menggigil, kejang tonik klonik
yang terus menerus diikuti oleh depresi SSP.
b)   Sistem Saraf Perifer (Neurotoksisitas)
Bila diberikan dalam dosis yang berlebihan, semua anestesi local akan menjadi toksik
terhadap jaringan saraf.
c)   Sistem Kardiovaskular
Efek kardiovaskular anestesi local akibat sebagian dari efek langsung terhadap jantung
dan membran otot polos serta dari efek secara tidak langsung melalui saraf otonom.
menghambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas pacu jantung,
eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi abnormal.
d)     Darah
Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional akan menimbulkan
penumpukan metabolit o-toluidin, suatu zat pengoksidasi yang mampu mengubah
hemoglobin menjadi methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka warna darah
menjadi coklat.
Kelebihan Kekurangan
· untuk efek
local; efek smping · secara
sistemik minimal, kosmetik
· mencegah kurang
“first-pass effect”, menarik,
· untuk efek · absorbsi
sistemik,
tidak menentu.
Sifat ideal yang diinginkan dari
sebuah
Tidak mengiritasi
obat anestesik lokal
1. Tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
2. Batas keamanan harus lebar
3. Mula kerja harus sesingkat mungkin, masa kerja harus
cukup lama
4. Harus larut dalam air stabil dalam larutan
5. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

Contoh Obat :
Bupivakain (markain) 
Etil Klorida
Lidokain
Prokain
Hubungan Struktur-Aktivitas Obat-obat Golongan
Anestetika

- Anestetika Umum
Berdasarkan penggunaannya anestetika umum ini dibagi ke dalam dua
kelompok yakni anestetika inhalasi dan anestetika intravena.

1. Anestetika Inhalasi
   Anestetik inhalasi yang umum digunakan saat ini adalah dinitrogen oksida
(N2O), halotan, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Rumus kimia dari
senyawa-senyawa tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Anestetika
umum tidak memiliki gugus farmakofor, meski demikian struktur kimianya
memiliki hubungan dengan aktivitas dari molekul obat.
 
Gambar Struktur Kimia Anestetika Inhalasi
Hubungan struktur aktivitas anestetika inhalasi dijelaskan pada uraian berikut :
 
a. Alkana/Sikloalkana
Penelitian pertama mengenai hubungan struktur aktivitas anestetika umum dilakukan oleh
Meyer dan Overton pada tahun 1880an. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang
positif antara potensi anestetik dengan kelarutannya di dalam minyak zaitun. Potensi
anestetik alkana, sikloalkana dan hidrokarbon aromatik meningkat berbanding lurus dengan
jumlah atom karbon dalam strukturnya hingga batas tertentu. Pada n-alkana batas tersebut
adalah 10, dimana n-dekana memiliki potensi anestetik yang minimal. Pada sikloalkana,
batasannya adalah delapan (8) dimana siklooktana tidak menunjukkan adanya potensi
anestetik pada tikus. Berkurangnya aktivitas anestetik hingga batas atom karbon tertentu
bisa saja disebabkan oleh sulitnya mencapai organ target (karena berkurangnya tekanan
penguapan atau sukar larut dalam darah) atau ketidakmampuan terikat pada tempat kerja
(site of action).
Sikloalkana dengan jumlah atom C yang sama banyak dengan n-alkana memiliki aktivitas anestetik
yang lebih poten dibanding hidrokarbon rantai lurus. Contohnya nilai MAC (minimum alveolar
concentration) dari siklopropan pada tikus adalah seperlima dari nilai MAC n-propana. Semakin kecil
nilai MAC semakin besar aktivitas anestetiknya.
B. Alkanol
Potensi yang serupa juga terlihat pada meningkatnya jumlah rantai karbon pada alkanol. Alkanol dengan jumlah atom karbon
yang sama dengan alkana memiliki aktivitas yang lebih baik.

C. Efek Halogenasi/ Eter terhalogenasi


Senyawa-senyawa ini menyebabkan laryngospasm, selain itu keduanya bersifat eksplosif dan mudah terbakar
sehingga butuh penanganan khusus. Beberapa penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa menghalogenasi eter
akan mengurangi sifat mudah terbakar, meningkatkan stabilitas dan aktivitas anestetiknya. Halogen dengan massa
atom yang lebih besar akan meningkatkan potensi lebih baik dibandingkan halogen massa atom kecil. Contohnya
mengganti florin(F) pada desfluran (CF2HOCFHCF3) dengan klorin (Cl) menjadi isofluran (CF2HOCClHCF3) akan
meningkatkan aktivitas lebih dari 4 kali aktivitas desfluran. Menggantikan klorin dengan bromine (Br)
(CF2HOCBrHCF3) akan meningkatkan aktivitas 3 kali lipat dari sebelumnya.
Secara umum eter terhalogenasi akan mengurangi efek laryngospasm namun sayangnya halogenasi akan
meningkatkan potensi obat sehingga menyebabkan aritmia jantung dan konvulsi (kejang-kejang). Metil etil eter
diketahui lebih stabil dan lebih poten dibandingkan dietil eter.
2. ANESTETIKA INTRAVENA
1. Propofol
Propofol merupakan injeksi hipnotik-sedatif yang digunakan untuk menginduksi
anesthesia dan sedasi. Propofol agak sukar larut dalam air, sehingga diformulasi
dalam emulsi tipe minyak dalam air. Meski tidak memiliki struktur kimia yang
sama dengan anestetika inhalasi propofol juga merupakan modulator positif reseptor
GABAA- Propofol memiliki onset yang cepat serta masa recovery yang singkat.
2. Etomidat
Etomidat merupakan imidazol terkarboksilasi yang digunakan untuk
menginduksi anesthesia umum. Etomidat terdistribusi dengan cepat setelah
pemberian secara intravena ke seluruh tubuh, dan konsentrasi pada
jaringan biasanya sama atau melebihi konsentrasi plasma. Kelarutan
dalam lemak yang tinggi, sehingga obat dapat dengan mudah menembus
sawar darah otak, dimana konsentrasi tertinggi dalam otak tercapai hanya
dalam 1 menit setelah administrasi. Mekanisme kerja etomidat diduga
berasal dari modulasi positif reseptor GABAA. Gambar: Struktur Kimia
Etomidat
3. Ketamin
Ketamin merupakan obat yang beraksi cepat yang dapat digunakan untuk induksi
anesthesia baik digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan obat lainnya.
Berbeda dengan anestetika umum lainnya, ketamin tidak beraksi pada reseptor GABA A.
Ketamin beraksi sebagai antagonis non-kompetitif terhadap reseptor glutamay yakni N-
methyl-Daspartate (NMDA) yang terletak di otak. Struktur kimia ketamin ditampilkan
pada Gambar 3.22.
C. ANESTETIKA LOKAL (SETEMPAT)
 Anestetika lokal adalah obat yang menghasilkan keadaan anesthesia setempat
dengan cara memblok penghantaran saraf secara reversible. Anesthesia setempat
merupakan hilangnya rasa atau fungsi gerak pada bagian tubuh tertentu. Anestetika
setempat digunakan secara setempat/lokal pada jaringan saraf dalam kadar yang
cukup. Efeknya dihasilkan dari kemampuan memblok impuls saraf dari saraf
aferen kulit, permukaan mukosa dan otot ke sistem saraf pusat.
Sifat-sifat ideal yang diinginkan dari anestetika lokal yakni :
-Tidak mengiritasi jaringan dan tidak menyebabkan kerusakan permanen
-Toksisitas sistemik rendah
-Efektif jika disuntikkan ke dalam jaringan atau digunakan secara setempat di kulit
atau membran mukosa.
-Awal kerja anesthesia cepat dengan masa kerja yang pendek.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai