Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Lemak atau minyak nabati atau hewani adalah contoh dari gliserol dan
lemak jenuh atau minyak dapat dihidrolisa oleh larutan alkali menjadi garam dari
asam lemak yang sehari-hari kita kenal sebagai sabun. Pada percobaan pembuatan
sabun ini menggunakan KOH dan minyak kelapa. Reaksi hidrolisa ini disebut
penyabunan ataau saponifikasi.Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun
yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan
alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol.
Mula – mula minyak kelapa dipanaskan sampai suhunya mencapai 75oC.
Sambil menunggu minyak tersebut mencapai suhu tersebut, membuat larutan soda
kostik. Soda kostik diambil dan ditimbang sebanyak -. Setelah itu mengambil 100
mL air pada gelas ukur. Selanjutnya air ditambahkan pada KOH (soda kostik).
Setelah itu, campuran antara air dan KOH diaduk sampai homogen. Hati-hati
ketika memegang beaker glass saat mengaduk campuran tersebut, karena
campuran panas.
Setelah itu, campuran antara air dan KOH ditunggu sampai dingin
sebelum dimasukkan ke minyak kelapa yang tadi sudah dipanaskan. Setelah
campuran dingin, campuran dimasukkan dan diaduk sampai kental dan mungkin
dapat diberi pewarna untuk memberi warna ke sabun dan essence untuk
menambah aroma pada sabun. Campuran sabun yang telah mengental dituang
kedalam cetakan dan ditunggu selama 3 hari untuk mendapatkan sabun tersebut.
Karena menggunakan KOH, hasil sabun yang didapat yaitu sabun cair.
Penggunaan soda kostik pada sabun cuci ini untuk menghasil sabun cuci
dengan bentuk yang cair karea sifatnya mudah larut dalam air.Pada proses ini,
juga digunakan minyak kelapa akan menentukan karakteristik dari sabun yang
dihasilkan. Asam lemak pada minyak kelapa yaitu asam laurat (HC12H23O2) yang
mampu memberikan sifat pembusaan yang baik untuk produk sabun.
Saponifikasi (esterifikasi) adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
Saponifikasi dapat terbentuk dengan mereaksikan trigliserida dengan alkali
dengan cara mengubah asam karboksilat dengan air. Proses saponifikasi terjadi
pada suhu 80-100oC. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut.
Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan
alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk
sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan
bersifat sebagai reaksi autokatalitik, yaitu pada akhirnya kecepatan reaksi akan
kembali menurun karena jumlah minyak yang sudah berkurang.Reaksi
penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada
proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH) dilakukan sedikit demi
sedikit sambil diaduk dan dipanasi (apabila untuk menghasilkan sabun cair).
Pada sabun tipe 3 ini, sifat dari sabun sendiri agak lembut dan cair. Guna sabun
ini sebagai sabun cuci piring, dan lain-lain.
Kesimpulan
1. Proses pembuatan sabun cuci tipe 3 dimulai dari pemanasan minyak
kelapa, ditambahkan soda kostik dan diaduk, ditambahkan air, diaduk
sampai kental, kemudian dimasukkan ke cetakan.
2. Sabun cuci tipe 3 merupakan sabun yang berwujud cair karena alkali yang
digunakan yaitu KOH.
3. Reaksi pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi merupakan
reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
4. Minyak kelapa akan memberikan karakteristik pada sabun yang
dihasilkan.
5. Manfaat dari sabun ini untuk mencuci piring, dan lain-lain.
Saran
1. Saat pembuatan sabun, sebaiknya sabun diberi essence (pewangi) dan
pewarna agar lebih membuat sabun tersebut lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai