FISIOLOGI HEWAN
Disusun Oleh :
Nama : Erna
Kelas :A
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2019
Termoregulasi Pada Hewan
A. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin
(2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan
kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar
pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring
dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam
tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu
lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat
terdenaturasi dan kehilangan fungsinya
Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi untuk
mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya
mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady state “) yang
menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan
tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai
homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan
komunitas dalam suatu ekosistem.
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi
dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh,
osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh
manusia, regulasi diperankan oleh antara lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua
komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu
tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari
homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)
beruang kutub.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima
atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar metabolisme
dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi
lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu
rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan
panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi
adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-
ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan
sumber panas utama tubuh hewan. Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada
suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan
hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam
tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan
meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang berkulit
lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat dan
melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin
metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm
pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk
meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke dalam cairan
tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh cekaman dingin yaitu
Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan Konduktans Termik (C), Penurunan Panas
Melalui Evaporasi dan Peningkatan Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas,
hewan endoterm akan menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan
endoterm dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan
aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu
lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi
atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena
golongan homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga
hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan
poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon
(18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana 38 oC), lezard
anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk
(terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau
estivasi.
B. Endoterm
Hewan Endoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh yang merupakan hasil dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh dipertahankan agar
tetap konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah dengan cara menyeimbangkan
perolehan dan pelepasan panas, contoh : burung dan mamalia.
Hewan endoterm merupakan kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas
dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena
mempunyai daya mengatur yang tinggi. Hewan endoterm memiliki rentang toleransi terhadap
lingkungan yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm. Hal ini dipengaruhi oleh
kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas yang dimilikinya.
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme
metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat
pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu
tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40oC.
Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini
disebut hewan regulator. Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam
istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm.
Hewan endoterm adalah hewan–hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu
konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Kekonstanan suhu tubuh tersebut mengakibatkan hewan endoterm mampu
menunjukkan kinerja konstan. Daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan biaya (energi) yang
relatif tinggi sehingga persyaratan masukan makanan untuk energinya pun relatif tinggi pula.
Dibandingkan dengan suatu hewan ektoterm yang sebanding ukuran tubuhnya, bahkan dalam
kisaran suhu zona termonetral, suatu hewan endoterm memerlukan energi yang jauh lebih
besar. Dibandingkan dengan hewan-hewan ektoterm yang menunjukkan strategi biaya-rendah
yang kadang-kadang memberikan keuntungan rendah, hewan–hewan endoterm mempunyai
strategi biaya tinggi yang memberi keuntungan yang lebih tinggi.
Bila suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara: vasodilatasi daerah perifer tubuh,
berkeringat dan terengah-engah, menurunkan laju metabolism dan respons perilaku (misal
berendam di air). Sebaliknya bila suhu tubuh terlalu rendah dengan cara: menegakkan rambut
(merinding), mengigil, meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tirosin)
dan respon perilaku (menghangatkan diri).
Gambar 3. Pinguin hidup berkelompok salah satunya adalah untuk menghangatkan tubuhnya
Adapun cara hewan endoterm untuk beradaptasi terhadap suhu sangat panas dan sangat
dingin. Adaptasi terhadap suhu sangat dingin :
1. Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di
antara berbagai bagian tubuh. Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada
pusat tubuh sebesar 38oC, namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis, kaki tetap
berfungsi normal (telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul)
2 . Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan
laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan sebagainya. Periode hibernasi, mulai
dari beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan. Berakhirnya hibernasi
dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan laju metabolisme dan suhu tubuh
secara cepat, yang akan segera mengembalikannya ke keadaan nomal.
Gambar 4. Hibernasi merupakan mekanisme untuk mengatasi musim dingin
Sedangkan adaptasi terhadap suhu sangat panas adalah dengan cara:
1. Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses
berkeringat ataupun terengah-terengah.
2. Melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat,
akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang sedang
mengerami telur.
3. Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan
panas metabolik di dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta
dan rusa gurun.
Gambar 5. Unta adalah salah satu hewan yang menggunakan strategi hipertermik
C. Ektoterm
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan
luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolismenya hanya sedikit, contoh ikan dan amfibia.
Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia.Daya
mengatur yang dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi mengikuti suhu
lingkungannya. Hal ini menyebabkan hewan ektoterm atau poikiloterm memiliki rentang
toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini sempit. Ketika suhu lingkungan
tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika suhu lingkungan
yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat
lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya.
Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih
berupa adaptasi perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu
panas dan berjemur dipanas matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan
terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm meningkat dengan naiknya suhu dalam
hubungan eksponensial.
Contoh hewan yang tergolong ektoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC),
crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 – 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp
(30 – 33 oC), dan larva lalat rumah (30 – 37 oC). Adapun macam-macam termoregulasi
ektoterm antara lain:
1. Termoregulasi pada ektoterm akuatik
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup di dalamnya
tidak mengalami permasalahan suhu lingkungan yang rumit.
Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan
evaporasi. Pada hewan poikiloterm air, misalnya kerang, udang, dan ikan suhu tubuhnya sangat
ditentukan oleh keseimbangan induktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu
tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas secara metabolik, dan ini
mungkin meningkatkan suhu tubuh diatas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif
dan hewan ini tidak memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
a. Air sebagai penyimpan panas yang baik
b. Hewan harus dapat melepaskan panas tubuhnya
c. Dalam lingkungan aquatik, pelepasan panas dilakukan secara evaporasi
Contoh bila lingkungan panas :
Katak = evaporasi dan bersembunyi di bawah bongkahan batu
Buaya = evaporasi dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuh
Gambar 6. Buaya berevaporasi dengan Gambar 7. Katak bersembunyi di balik
membuka mulutnya batu
2. Termogulasi pada ekoterm terrestrial
Termoregulasi pada ektoterm teresterial berbeda dengan lingkungan akuatik, suhu di
lingkungan terestrial selalu berubah dengan variasi yang cukup besar. Perubahan suhu sangat
mudah kita rasakan, misalnya dengan membandingkan suhu udara pada siang dan malam hari,
pada hari yang sama pada suatu kota, perbedaan suhu lingkungan terestrial antara siang dan
malam hari tersebut cukup bermakna. Cara yang terpenting dilakukan oleh hewan ektoterm
terestrial untuk memperoleh panas ialah dengan menyerap panas/radiasi matahari.
Hewan eksoterm terrestrial memperoleh panas dengan cara menyerap radiasi matahari
baik pada vertebrata maupun invertebrata, misalnya:
a. Mengubah warna permukaan tubuh (ubah penyerapan melanin, contoh: belalang rumput dan
kumbang mengubah warna tubuhnya menjadi gelap)
b. Menghadapkan tubuh ke arah matahari, contoh: belalang locust tegak lurus ke arah matahari
a. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk
merambat dengan kecepatan cahaya.
b. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya
tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.
c. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi
tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
d. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi
kehilangan panas karena evaporasi
Imbangan panas yang terjadi dalam tubuh dapat dilihat pada gambar 1.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu
50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara
normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal
dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak
terjadi perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh
hewan yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan
panas,karena tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang
terbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut
sebagai suhu tubuh normal.
G. Klasifikasi hewan berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh
yang di milikinya
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm,
sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.
1. Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak mampu mempertahankan
suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya
suhu tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu
selnya sedikit diatas suhu lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan
poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan poikilotermik
lebih tinggi dari pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu
lingkungan eksternalnya dari pada suhu metabolisme internalnya.
2. Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga panas suhu
tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan
yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-
suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui
evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas
adalah bangsa burung dan mamalia.
Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas
yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.
3. Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik dan pada
saat lain bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial,
yaitu regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu. Disebut juga endotermik fakultatif ,
mampu melakukan regulasi fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat sepanjang waktu.
Heterotermik dapat di buktikan pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat istirahat dan
tetapi bersifat endotermik pada saat aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Bima. 2019. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/ Materi/
suhu_ tubuh .html. (Diakses pada tanggal 15 April 2019 pada pukul 08:20 WIB).
Campbell. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Mitchell, Campbell Reece. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.
Wiwi Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.