Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI

SUHU BADAN DAN PENGATURANNYA

KELOMPOK : A - 13

NAMA NPM

Danti Fadhila (1102016046)

Dita Safira Salsabila (1102016058)

Ekki Falzimi (1102016059)

Irvan Martawidjaya (1102016091)

Ismanu Aji (1102016092)

Elvira Eldysta (1102016060)

Krisna Anwar Suwandi (1102016099)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Termoregulasi
Menurut Campbell (2004). Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam suhu
kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan dapat
bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan eksternal yang lebih ekstrim dibandingkan
dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh setiap individu selnya. Meskipun spesies hewan yang
berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai
kisaran suhu yang optimum. Didalam kisaran tersebut banyak hewan dapat mempertahankan
suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfruktuasi.
suhu merupakan salah satu faktor pembats penyebaran hewan, dan
selanjutnya menentukan aktifitas hewan. Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan
dengan suhu lingkungan, kelompok hewan ini disebut hewan ”berdarah dingin” atau poikioterm
atau koniomer suhu (termokonformer). Poikiotermik berrarti suhu berubah (labil). Sebetulnya
suhu tubuh tidak betul-betul sama dengan lingkungan, sebab kalau diukur dengan teliti, suhu
selnya sedikit di atas suhu lingkungannya.Lebih sedikit hewan yang mempertahankan suhu
tubuhnya, kelompok hewan ini disebut hewan ”berdarah panas” atau homeotermik atau regulator
suhu (termoregulator). Yaitu kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial, yaitu
bahwa regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu (Soewolo, 2000).
Strategi untuk mengurangi laju metabolisme dan temperature badan akibat udara dingin
harus dilakukan hewan untuk mengatur pengurangan temperature badan karena perbuatan
temperature. Banyak binatang yang mempertahankan dingin dan sangat dingin melalui gerakan
yang lambat (Sukarsono, 2009).
Pengaturan Suhu Tubuh
Menurut Campbell(2004). Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan internal seekor hewan. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat seiring
peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi
sehingga mulai mendenaturasi enzim. Sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu.
Seekor hewan endotermik memanaskan tubuhnya terutama dengan cara menyerap panas dari

2
sekelilingnya. Jumlah panas ini diperoleh dari metabolismenya sendiri umumnya dapat
diabaikan, sebaliknya seekor hewan endotermik mendapatkan sebagian besar atau semua panas
tubuhnya dari metabolisme tubuhnya sendiri.
Hal ini juga sesuai dengan Hukum Toleransi Shelford yang berbunyi ” bahwa
setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas
bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organism itu terhadap kondisi faktor lingkungannya”.
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang mendekati batas kisaran
toleransinya, maka organisme akan mengalami keadaan kecaman stress fisiologis. Dengan
perkataan lain organisme berada dalam kondisi kritis berupa hipotermia suhu rendah, sedang
pada suhu ekstrim tinggi akan mengakibatkan gejala hipertermia. Apabila kondisi lingkungan
suhu yang mendekati batas-batas kisaran toleransi hewan itu berlangsung lama dan tidak segera
berubah menjadi baik, maka hewan itu akan mati (Dharmawan, tt).

Termoregulasi pada Hewan


Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang
hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,
yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
1. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
2. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh.
3. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas
antar objek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
4. Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas.
Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadapsuhu dingin dengan cara lebah
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya. Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas,
misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot,dan modifikasi sistem sirkulasi
di bagian kulit. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi.
Migrasi, relokasi,dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau
menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi

3
atau mengipaskan daun telinganya ke tubuh. Sedangkan manusia menggunakan pakaian adalah
salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Termoregulasi pada Manusia


Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen
pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf
eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan
biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ
tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis
sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan
sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke
jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima
kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu;
1. Aktivitas, semakin beratnya aktivitas maka suhunya akan meningkat dari basal
ratenya.
2. Hormon thyroid, (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur utama basal
metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan
yang dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf, selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system
syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan
norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate
dari sel tubuh.
4. Metabolisme tubuh, meningkatnya metabolisme rate dapat meningkatkan suhu tubuh,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti berarti kecepatan reaksi biokimia
meningkatkan 10 %.
5. Asupan makanan, makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate
terutama protein.

4
6. Berbagai macam factor seperti: jenis kelamin, iklim dan status malnutrisi. Sesuai
dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita.Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi
hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.

Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas (telah melewati batas toleransi tubuh atau set poin),
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.Set point dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada
titik tetap.
Itu sebabnya, dimana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh
harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu
beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah
yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak
kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan
mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat.Sedangkan di udara panas,
hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya
dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun
menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak
kemerahan (flushing).

5
BAB II
METODE PRAKTIKUM
SUHU BADAN DAN PENGATURANNYA

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di laboratorium Fisiologi lantai 6 gedung Universitas Yarsi tanggal
6 Desember 2016.

2.2. Tujuan
a. Mengukur suhu ketiak dan suhu mulut seseorang
b. Menerangkan pengaruh bernapas melalui mulut dan berkumur air es pada suhu mulut
seseorang
c. Mendemonstrasikan pelbagai faktor isolasi terhadap pengeluaran panas (heat loss).

2.3. Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan


a. Kodok
b. Papan fiksasi kodok/katak + tali
c. Termometer maksimum
d. Termometer kimia dengan skala -10˚C sampai +50˚C dan 10˚C sampai +100˚C
e. Alkohol + kapas
f. Waskom besar berisi air es
g. Parafinum liquidium
h. Dua gelas minum berukuran dan berbentuk sama dan terbuat dari bahan yang sama
i. Kendi tanah yang dipernis dan yang tidak dipernis yang diisi air
j. Alat untuk menetapkan kelembaban udara
i. Termometer bola basah
ii. Termometer bola kering
iii. Psychometric chart
k. Air hangat 40˚C dan 70˚C

6
2.4. Tata Kerja
1. Pengukuran Suhu Mulut
1. Membersihkan termometer maksimum dengan alcohol.
2. Menurunkan meniscus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun
sentakkan termometer tersebut beberapa kali.
3. Meletakkan "reservoir" termometer di bawah lidah dan suruh orang percobaan
menutup mulutnya rapat - rapat.
4. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu mulut orang percobaan.
2. Pengaruh Bernapas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut
1. Menurunkan meniskus air raksa sampai dibawah skala dengan cara seperti di atas.
2. Meletakkan reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan.
3. Membaca dan mencatat suhu mulut setelah 5 menit.
4. Tanpa menurunkan meniskus air raksa, meletakkan kembali reservoir termometer
dibawah lidah orang percobaan.
5. Membaca dan mencatat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6. Menyuruh orang percobaan bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidung. Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1s/d5.
7. Menyuruh orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit.
Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1s/d5.
3. Pengukuran Suhu Ketiak
1. Mengeringkan ketiak orang percobaan.
2. Mengusahakan supaya meniskus air raksa termometer maksimum terletak dibawah
skala dengan mengayun-sentakan termometer tersebut beberapa kali.
3. Menyuruh orang percobaan berbaring telentang.
4. Meletakkan reservoir termometer klinik di ruang ketiak dan menyuruh orang
percobaan menjepitnya dengan baik.
5. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu ketiak orang percobaan.
4. Pengaruh Suhu Keliling pada Suhu Tubuh Binatang Poikilotermik
1. Menetapkan suhu ruang dengan termometer kimia (-10oC s/d +50oC).
2. Mengikatkan dengan tali seekor kodok telentang diatas papan fiksasi.
3. Memasukkan termometer kimia tersebut diatas kedalam esofagusnya.
4. Membaca dan mencatat suhu kodok setelah 5 menit.
5. Dengan termometer didalam esofagusnya membenamkan kodok itu kedalam air es
setinggi lehernya (menjaga jangan sampai air es masuk kedalam mulut kodok).
6. Membaca dan mencatat suhunya setelah 5 menit.
7. Mengeluarkan termometer dari esofagus kodok dan menetapkan suhu air es.
8. Mengeluarkan kodok dari air es dan membiarkan ia beberapa menit dalam suhu
ruang, sementara itu menyediakan air hangat (± 40oC).
9. Memasukkan kembali termometer kedalam esofagus kodok. Membenamkan kodok
itu kedalam air hangat setinggi lehernya (menjaga jangan sampai air hangat masuk
kedalam mulut kodok tersebut).
10. Membaca dan mencatat suhunya setelah 5 menit.

7
5. Penghambatan Pengeluaran Panas (Heat Loss) Oleh Lapisan Parafin
1. Mengisi 2 gelas minum A dan B dengan air 70oC sama banyak.
2. Meneteskan parafin kedalam gelas B sehingga merupakan lapisan yang tipis diatas
permukaan air itu.
3. Menetapkan dan mencatat berturut-turut suhu air dalam gelas A dan B setiap 5
menit, dengan termometer kimia ( -10oC s/d +100oC) yang sama, selama ½ jam.
Mengusahakan agar reservoir termometer tidak menyentuh dinding gelas.
Membersihkan dan mengeringkan termometer tiap kali sebelum digunakan untuk
mengukur suhu air dalam gelas A.
4. Membuat grafik mengenai penurunan suhu air dalam kedua gelas itu dengan suhu
sebagai ordinat dan waktu sebagai absis.
6. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi
Tanah yang tidak Dipernis
1. Kedua kendi telah diisi dengan air yang suhunya sama.
2. Membaca dan mencatat suhu air yang terdapat dalam kedua kendi tanah itu.

7. Pengukuran Kelembaban Udara


1. Dua buah termometer yang telah disediakan.
2. Salah satu termometer dicelupkan kedalam kapas yang telah dibasahi dengan air
(termometer bola basah (tb= oC )).
3. Termometer yang lain dibiarkan kering (termometer bola kering (tk= oC)).
4. Ketika suhu pada tb telah konstan, mencatat suhu pada kedua termometer (tb dan
tk).
5. Lihat table dan diagram psychrometric untuk menentukan kelembaban udara di
ruangan.

8
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

I. Pengukuran Suhu Mulut


Setelah 10 menit termometer menunjukan suhu 36,3oC.

P.16.1. Apakah perbedaan antara termometer maksimum (klinik) dengan termometer


kimia?
 Termometer klinik hanya berkisar pada suhu tubuh normal karena khusus digunakan
untuk mendiagnosa penyakit. Biasanya hanya memiliki range suhu 35oC sampai 42oC.
 Termometer kimia digunakan untuk percobaan pada laboratorium karena dapat
mengukur suhu hingga suhu ekstream. Hal ini dikarenakan alkohol atau air raksa dapat
memuai. Bisanya dengan range 0 °C sampai dengan 100 °C bahkan lebih.

II. Pengaruh Bernafas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut

Percobaan Bernafas Bernafas melalui mulut Berkumur dengan air es


5 menit pertama 37,0 oC. 37,1 oC. 36,5 oC.
5 menit kedua 37,3 oC. 37,4 oC. 36,8 oC.
P.16.2 Apa ada perbedaan antara suhu mulut pada 5’ pertama dan 5’ kedua pada
ketiga tindakan diatas? Dan apakah ada perbedaan antara suhu akhir ketiga
keadaan tersebut?
 Pada perlakuan pertama yaitu dengan bernapas melalui mulut selama 5 menit, data
yang didapat seharusnya suhu mengalami penurunan karena pada saat mulut di buka
panas di dalam mulut dilepaskan ke lingkungan karena suhu lingkungan lebih rendah
dari suhu oral. Pada 5 menit kedua suhu oral meningkat kembali, hal ini dikarenakan
suhu lingkungan yang masuk ke oral kembali meningkat.
 Saat berkumur dengan air es pada lima menit pertama terjadi penurunan suhu, namun
pada lima menit kedua suhu kembali seperti semula, hal ini terjadi karena saat suhu
lingkungan dingin, maka tubuh melakukan mekanisme peningkatan laju metabolisme
sebagai respon penyesuain terhadap suhu dingin tersebut, melalui perubahan hormon-
hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga menghasilkan produksi panas yang
maksimal.
 Penurunan suhu pada saat berkumur dengan es terjadi karena tubuh kehilangan panas
melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin, pada percobaan ini, panas
dipindahkan secara langsung ke air es.
 Kesalahan yang terjadi pada pengukuran suhu oral mungkin dikarenakan kesalahan
pada kalibrasi termometer, atau kesalahan penempatan probe yang tidak tepat berada
dibawah sublingual. Selain itu fisiologi rongga mulut juga memungkinkan variasi suhu
jaringan.

9
III. Pengukuran Suhu Ketiak
Setelah sepuluh menit, suhu ketiak menunjukkan suhu 36,7 oC.
P.15.3. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya?
 Karena untuk pengukuran suhu pada ketiak (aksila), suhunya dipengaruhi oleh suhu
atau kelembaban pada permukaan luar tubuh. Ketiak memiliki banyak kelenjar
keringat, dan keringat tersebut dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran suhu pada
aksila. Dengan mengeringkan ketiak terlebih dahulu, itu berarti telah meminimalisir
faktor yang mengurangi tingkat keakuratan pengukuran suhu aksila.
P.16.4. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?
 Ada perbedaan, hal ini dikarenakan mulut mengeluarkan CO2 dan pengeluaran panas
dimulut lebih tertutup dibandingkan diketiak.Suhu mulut lebih akurat bila
dibandingkan dengan suhu aksila. Suhu aksila dipengaruhi oleh suhu atau kelembaban
pada permukaan luar tubuh, sedangkan suhu mulut yang diukur berasal dari suhu
dalam tubuh. Dan pada saat pengukuran, termometer terisolasi lebih baik pada oral
dibandingkan ketiak.

IV. Pengaruh Suhu Keliling pada Suhu Tubuh Binatang Poikilotermik


Suhu ruang = 35 oC
Namun percobaan ini tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya binatang percobaan
yang diperlukan yaitu kodok. Sehingga untuk menjawab pertanyaan, hanya berdasarkan
teori.
P.I6.5. Mengapa air es tidak boleh masuk kedalam mulut kodok?
 Karena jika air es sampai masuk ke dalam mulut kodok air es dapat mengenai
termometer dan yang terukur adalah suhu air es, bukan suhu kodok tersebut.
P.I6.6. Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan dalam air es dan
pada waktu dibenamkan dalam air hangat?
 Secara teori, seharusnya suhu kodok pada saat dibenamkan dalam air es mengikuti
suhu air es, dan pada saat dibenamkan dalam air hangat suhu tubuh kodok naik hingga
mengikuti suhu air hangat, karena kodok merupakan makhluk poikilotermikyang tidak
dapat membuat kalor sendiri sehingga suhu badannya selalu berubah menyesuaikan
dengan suhu lingkungan sekitarnya
 Suhu kodok pada saat dibenamkan di air es lebih rendah dibandingkan dengan suhu
pada saat kodok dibenamkan di air hangat.
Hal ini disebabkan karena katak merupakan hewan poikilothermik yang tidak dapat
membuat kalor sendiri sehingga suhu badannya selalu berubah menyesuaikan dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan manusia yang homothermik, manusia
dapat membuat kalor sendiri melalui proses metabolisme sehingga dalam keadaan
normal manusia dapat mempertahan suhu tubuhnya dan tidak terpengrung dengan
suhu lingkungan sekitarnya.

10
V. Penghambatan Pengeluaran Panas (Heat Loss) oleh Lapisan Parafin
Suhu awal air pada percobaan tidak pas 70oC, melainkan hanya 62oC

Parafin vs Non Parafin


70
Suhu dalam oC

60
50
40
30
20
10
0
10 15 20 25 30
5 menit
menit menit menit menit menit
Tanpa Parafin (A) 58 55 51 48 46 42
Parafin (B) 53 59 56 54 51 48

P.16.7. Mengapa reservoir thermometer tidak boleh menyentuh dinding gelas?


 Karena apabila reservoir tersebut menyentuh dinding gelas, maka pengukuran suhu
tidak akurat .karena suhu pada dinding gelas mempengaruhi pengukuran suhu.

P.16.8. Mengapa termometer yang digunakan untuk mengatur suhu air dalam gelas A
harus selalu dibersihkan dan dikeringkan?
 Karena setiap untuk mengatur suhu thermometer harus dibersihkan untuk
mengakuratkan pengukuran suhu . unntuk mengindari dari segala macam yang bisa
mempengaruhi pengukuran suhu

P.16.9 Bagaimana peranan lapisan parafin pada penurunan suhu cairan dalam kedua
gelas tersebut?
 Parafin berperan sebagai inhibitor panas, sehingga penurunan suhu (penguapan) air
dalam gelas yang airnya terlapisi oleh parafin akan lebih lambat daripada suhu air
dalam gelas tanpa parafin. Lapisan parafin mempunyai molekul yang lebih rapat dari
pada air, sehingga dapat mengambat pengeluaran panas.

VI. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi Tanah
yang Tidak Dipernis.

11
Waktu Kendi dipernis Kendi tidak dipernis
Awal 70 oC 70oC
Setelah 5 menit 61 oC 61 oC
Setelah 10 menit 60oC 50oC
Setelah 15 menit 58oC 48oC

P.16.10. Faktor lingkungan apa saja yang berpengaruh pada perbedaan suhu antara
alat yang diisolasi dan alat yang tidak diisolasi (parafin dan dipernis) ?
 Kelembaban lingkungan. Semakin rendah suhu lingkungan dan tinggi kelembaban
lingkungan, akan menurunkan suhu air pada kendi.
 Besarnya pori-pori kendi juga berpengaruh. Pada kendi yang dipernis, pori-porinya
tetutup, kerapatan molekulnya lebih rapat dibanding yang tidak dipernis, sehingga
pengeluaran kalor terhambat. Pada kendi yang tidak dipernis, pengeluaran kalor
berjalan normal.

VII. Pengukuran Kelembaban Udara.


 Mengggunakan termometer basah dan termometer kering .Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan partikel – partikel air yang terdapat di udara. Kita disarankan
untuk mengkipas-kipas bola tersebut agar merubah suhu thermometer kimia yang
menjadi alat pengukuran. Jadi, jika kita mengkipas – kipas bola basah, maka air yang
terdapat di kapas tersebut akan menguap sehingga dapat menurunkan suhu yang
terdapat disalah satu thermometer.
 Termometer basah 73,4oF.
 Termometer kering 70,2oF.
 Menurut Psychometric chart, kelembabannya sekitar 90 %.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari rangkaian percobaan diatas kita dapat membedakan antar hewan poikilotermik dan
homeotermik. Meskipun tidak melakukan percobaan IV, tetapi kita tetap dapat mempelajari
secara teori bahwa suhu katak berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya karena tidak
memiliki termoregulasi pada hipotalamusnya. Sedangkan, pada percobaan II, kita bisa
melihat tubuh manusia yang bersifat homeotermik, yaitu berubah secara konstan (tidak
banyak mengalami perubahan)dan tidak di pengaruhi oleh suhu lingkungan karena memiliki
termoregulasi pada hipotalamusnya.
Dari letak pengukuran yang kita lakukan pada percobaan I dan III, didapatkan
perbedaan suhu yang tipis antara pengukuran pada mulut dan ketiak. Pengukuran suhu pada
oral lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran suhu pada ketiak (aksila) karena pada
pengukuran suhu secara oral, termometer lebih terisolasi dibandingkan dengan pengukuran
suhu pada ketiak.
Di percobaan V dan VI, kita dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mengisolasi
panas diantaranya adalah parafin dan pernis. Parafin dan pernis sama-sama menutup jalur
atau ruang untuk penguapan air, sehingga penurunan suhu air terjadi lebih lambat.
Pada percobaan VII, dapat kita ketahui bahwa kelembaban yang diperoleh adalah 30%.

13
REFERENSI

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Atkins, PW. 1990. Physical Chemistry (4th edition chapter I). Oxford University Press.
Campbell, reece. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: erlangga
Ganong. W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Kanisius.
Sherwood, L.1996. Fisiologi manusia; dari sel ke system 2nd edition. Alih bahasa : Brahm
U.Pendit. Jakarta:EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai