KELOMPOK : A - 13
NAMA NPM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Termoregulasi
Menurut Campbell (2004). Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam suhu
kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan dapat
bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan eksternal yang lebih ekstrim dibandingkan
dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh setiap individu selnya. Meskipun spesies hewan yang
berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai
kisaran suhu yang optimum. Didalam kisaran tersebut banyak hewan dapat mempertahankan
suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfruktuasi.
suhu merupakan salah satu faktor pembats penyebaran hewan, dan
selanjutnya menentukan aktifitas hewan. Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan
dengan suhu lingkungan, kelompok hewan ini disebut hewan ”berdarah dingin” atau poikioterm
atau koniomer suhu (termokonformer). Poikiotermik berrarti suhu berubah (labil). Sebetulnya
suhu tubuh tidak betul-betul sama dengan lingkungan, sebab kalau diukur dengan teliti, suhu
selnya sedikit di atas suhu lingkungannya.Lebih sedikit hewan yang mempertahankan suhu
tubuhnya, kelompok hewan ini disebut hewan ”berdarah panas” atau homeotermik atau regulator
suhu (termoregulator). Yaitu kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial, yaitu
bahwa regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu (Soewolo, 2000).
Strategi untuk mengurangi laju metabolisme dan temperature badan akibat udara dingin
harus dilakukan hewan untuk mengatur pengurangan temperature badan karena perbuatan
temperature. Banyak binatang yang mempertahankan dingin dan sangat dingin melalui gerakan
yang lambat (Sukarsono, 2009).
Pengaturan Suhu Tubuh
Menurut Campbell(2004). Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan internal seekor hewan. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat seiring
peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi
sehingga mulai mendenaturasi enzim. Sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu.
Seekor hewan endotermik memanaskan tubuhnya terutama dengan cara menyerap panas dari
2
sekelilingnya. Jumlah panas ini diperoleh dari metabolismenya sendiri umumnya dapat
diabaikan, sebaliknya seekor hewan endotermik mendapatkan sebagian besar atau semua panas
tubuhnya dari metabolisme tubuhnya sendiri.
Hal ini juga sesuai dengan Hukum Toleransi Shelford yang berbunyi ” bahwa
setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas
bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organism itu terhadap kondisi faktor lingkungannya”.
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang mendekati batas kisaran
toleransinya, maka organisme akan mengalami keadaan kecaman stress fisiologis. Dengan
perkataan lain organisme berada dalam kondisi kritis berupa hipotermia suhu rendah, sedang
pada suhu ekstrim tinggi akan mengakibatkan gejala hipertermia. Apabila kondisi lingkungan
suhu yang mendekati batas-batas kisaran toleransi hewan itu berlangsung lama dan tidak segera
berubah menjadi baik, maka hewan itu akan mati (Dharmawan, tt).
3
atau mengipaskan daun telinganya ke tubuh. Sedangkan manusia menggunakan pakaian adalah
salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
4
6. Berbagai macam factor seperti: jenis kelamin, iklim dan status malnutrisi. Sesuai
dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita.Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi
hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.
Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas (telah melewati batas toleransi tubuh atau set poin),
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.Set point dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada
titik tetap.
Itu sebabnya, dimana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh
harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu
beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah
yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak
kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan
mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat.Sedangkan di udara panas,
hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya
dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun
menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak
kemerahan (flushing).
5
BAB II
METODE PRAKTIKUM
SUHU BADAN DAN PENGATURANNYA
2.2. Tujuan
a. Mengukur suhu ketiak dan suhu mulut seseorang
b. Menerangkan pengaruh bernapas melalui mulut dan berkumur air es pada suhu mulut
seseorang
c. Mendemonstrasikan pelbagai faktor isolasi terhadap pengeluaran panas (heat loss).
6
2.4. Tata Kerja
1. Pengukuran Suhu Mulut
1. Membersihkan termometer maksimum dengan alcohol.
2. Menurunkan meniscus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun
sentakkan termometer tersebut beberapa kali.
3. Meletakkan "reservoir" termometer di bawah lidah dan suruh orang percobaan
menutup mulutnya rapat - rapat.
4. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu mulut orang percobaan.
2. Pengaruh Bernapas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut
1. Menurunkan meniskus air raksa sampai dibawah skala dengan cara seperti di atas.
2. Meletakkan reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan.
3. Membaca dan mencatat suhu mulut setelah 5 menit.
4. Tanpa menurunkan meniskus air raksa, meletakkan kembali reservoir termometer
dibawah lidah orang percobaan.
5. Membaca dan mencatat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6. Menyuruh orang percobaan bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidung. Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1s/d5.
7. Menyuruh orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit.
Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1s/d5.
3. Pengukuran Suhu Ketiak
1. Mengeringkan ketiak orang percobaan.
2. Mengusahakan supaya meniskus air raksa termometer maksimum terletak dibawah
skala dengan mengayun-sentakan termometer tersebut beberapa kali.
3. Menyuruh orang percobaan berbaring telentang.
4. Meletakkan reservoir termometer klinik di ruang ketiak dan menyuruh orang
percobaan menjepitnya dengan baik.
5. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu ketiak orang percobaan.
4. Pengaruh Suhu Keliling pada Suhu Tubuh Binatang Poikilotermik
1. Menetapkan suhu ruang dengan termometer kimia (-10oC s/d +50oC).
2. Mengikatkan dengan tali seekor kodok telentang diatas papan fiksasi.
3. Memasukkan termometer kimia tersebut diatas kedalam esofagusnya.
4. Membaca dan mencatat suhu kodok setelah 5 menit.
5. Dengan termometer didalam esofagusnya membenamkan kodok itu kedalam air es
setinggi lehernya (menjaga jangan sampai air es masuk kedalam mulut kodok).
6. Membaca dan mencatat suhunya setelah 5 menit.
7. Mengeluarkan termometer dari esofagus kodok dan menetapkan suhu air es.
8. Mengeluarkan kodok dari air es dan membiarkan ia beberapa menit dalam suhu
ruang, sementara itu menyediakan air hangat (± 40oC).
9. Memasukkan kembali termometer kedalam esofagus kodok. Membenamkan kodok
itu kedalam air hangat setinggi lehernya (menjaga jangan sampai air hangat masuk
kedalam mulut kodok tersebut).
10. Membaca dan mencatat suhunya setelah 5 menit.
7
5. Penghambatan Pengeluaran Panas (Heat Loss) Oleh Lapisan Parafin
1. Mengisi 2 gelas minum A dan B dengan air 70oC sama banyak.
2. Meneteskan parafin kedalam gelas B sehingga merupakan lapisan yang tipis diatas
permukaan air itu.
3. Menetapkan dan mencatat berturut-turut suhu air dalam gelas A dan B setiap 5
menit, dengan termometer kimia ( -10oC s/d +100oC) yang sama, selama ½ jam.
Mengusahakan agar reservoir termometer tidak menyentuh dinding gelas.
Membersihkan dan mengeringkan termometer tiap kali sebelum digunakan untuk
mengukur suhu air dalam gelas A.
4. Membuat grafik mengenai penurunan suhu air dalam kedua gelas itu dengan suhu
sebagai ordinat dan waktu sebagai absis.
6. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi
Tanah yang tidak Dipernis
1. Kedua kendi telah diisi dengan air yang suhunya sama.
2. Membaca dan mencatat suhu air yang terdapat dalam kedua kendi tanah itu.
8
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
II. Pengaruh Bernafas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut
9
III. Pengukuran Suhu Ketiak
Setelah sepuluh menit, suhu ketiak menunjukkan suhu 36,7 oC.
P.15.3. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya?
Karena untuk pengukuran suhu pada ketiak (aksila), suhunya dipengaruhi oleh suhu
atau kelembaban pada permukaan luar tubuh. Ketiak memiliki banyak kelenjar
keringat, dan keringat tersebut dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran suhu pada
aksila. Dengan mengeringkan ketiak terlebih dahulu, itu berarti telah meminimalisir
faktor yang mengurangi tingkat keakuratan pengukuran suhu aksila.
P.16.4. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?
Ada perbedaan, hal ini dikarenakan mulut mengeluarkan CO2 dan pengeluaran panas
dimulut lebih tertutup dibandingkan diketiak.Suhu mulut lebih akurat bila
dibandingkan dengan suhu aksila. Suhu aksila dipengaruhi oleh suhu atau kelembaban
pada permukaan luar tubuh, sedangkan suhu mulut yang diukur berasal dari suhu
dalam tubuh. Dan pada saat pengukuran, termometer terisolasi lebih baik pada oral
dibandingkan ketiak.
10
V. Penghambatan Pengeluaran Panas (Heat Loss) oleh Lapisan Parafin
Suhu awal air pada percobaan tidak pas 70oC, melainkan hanya 62oC
60
50
40
30
20
10
0
10 15 20 25 30
5 menit
menit menit menit menit menit
Tanpa Parafin (A) 58 55 51 48 46 42
Parafin (B) 53 59 56 54 51 48
P.16.8. Mengapa termometer yang digunakan untuk mengatur suhu air dalam gelas A
harus selalu dibersihkan dan dikeringkan?
Karena setiap untuk mengatur suhu thermometer harus dibersihkan untuk
mengakuratkan pengukuran suhu . unntuk mengindari dari segala macam yang bisa
mempengaruhi pengukuran suhu
P.16.9 Bagaimana peranan lapisan parafin pada penurunan suhu cairan dalam kedua
gelas tersebut?
Parafin berperan sebagai inhibitor panas, sehingga penurunan suhu (penguapan) air
dalam gelas yang airnya terlapisi oleh parafin akan lebih lambat daripada suhu air
dalam gelas tanpa parafin. Lapisan parafin mempunyai molekul yang lebih rapat dari
pada air, sehingga dapat mengambat pengeluaran panas.
VI. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi Tanah
yang Tidak Dipernis.
11
Waktu Kendi dipernis Kendi tidak dipernis
Awal 70 oC 70oC
Setelah 5 menit 61 oC 61 oC
Setelah 10 menit 60oC 50oC
Setelah 15 menit 58oC 48oC
P.16.10. Faktor lingkungan apa saja yang berpengaruh pada perbedaan suhu antara
alat yang diisolasi dan alat yang tidak diisolasi (parafin dan dipernis) ?
Kelembaban lingkungan. Semakin rendah suhu lingkungan dan tinggi kelembaban
lingkungan, akan menurunkan suhu air pada kendi.
Besarnya pori-pori kendi juga berpengaruh. Pada kendi yang dipernis, pori-porinya
tetutup, kerapatan molekulnya lebih rapat dibanding yang tidak dipernis, sehingga
pengeluaran kalor terhambat. Pada kendi yang tidak dipernis, pengeluaran kalor
berjalan normal.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari rangkaian percobaan diatas kita dapat membedakan antar hewan poikilotermik dan
homeotermik. Meskipun tidak melakukan percobaan IV, tetapi kita tetap dapat mempelajari
secara teori bahwa suhu katak berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya karena tidak
memiliki termoregulasi pada hipotalamusnya. Sedangkan, pada percobaan II, kita bisa
melihat tubuh manusia yang bersifat homeotermik, yaitu berubah secara konstan (tidak
banyak mengalami perubahan)dan tidak di pengaruhi oleh suhu lingkungan karena memiliki
termoregulasi pada hipotalamusnya.
Dari letak pengukuran yang kita lakukan pada percobaan I dan III, didapatkan
perbedaan suhu yang tipis antara pengukuran pada mulut dan ketiak. Pengukuran suhu pada
oral lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran suhu pada ketiak (aksila) karena pada
pengukuran suhu secara oral, termometer lebih terisolasi dibandingkan dengan pengukuran
suhu pada ketiak.
Di percobaan V dan VI, kita dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mengisolasi
panas diantaranya adalah parafin dan pernis. Parafin dan pernis sama-sama menutup jalur
atau ruang untuk penguapan air, sehingga penurunan suhu air terjadi lebih lambat.
Pada percobaan VII, dapat kita ketahui bahwa kelembaban yang diperoleh adalah 30%.
13
REFERENSI
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Atkins, PW. 1990. Physical Chemistry (4th edition chapter I). Oxford University Press.
Campbell, reece. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: erlangga
Ganong. W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Kanisius.
Sherwood, L.1996. Fisiologi manusia; dari sel ke system 2nd edition. Alih bahasa : Brahm
U.Pendit. Jakarta:EGC.
14